3.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya stress corrosion
cracking.
2. Mengetahui parameter stress corrosion cracking.
3. Mengetahui pemahaman stress corrosion cracking dalam pengaplikasian
lingkungan sehari-hari.
49
BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11
Gaya mekanik seperti tarik atau tekan berpengaruh kecil pada proses korosi
pada bagian metal yang sama jika ditinjau dari laju korosi dalam mils per tahun.
Namun, apabila logam tersebut mengalami tegangan baik tarik ataupun tekan
dilingkungan korosif, maka kondisi ini merupakan penyebab utama kegagalan
material. Kegagalan ini berupa retakan yang lazim disebut korosi tegangan Sifat
retak jenis ini sangat spontan (tiba-tiba terjadinya). Bila logam telah dibentuk
dengan pengerjaan dingin (cold work) maka butiran logamnya berubah bentuk
hingga timbul tegangan dalam, walaupun tidak sampai patahan atau retak. Butiran
logam yang tegang ini mudah sekali bereaksi dengan lingkungannya, hingga suatu
saat benda itu akan retak atau pecah dengan sendirinya. Jenis serangan korosi ini
terjadi sangat cepat, asalakan semua syarat terjadinya terpenuhi, yaitu mengaami
tegangan (regangan) dan berada pada lingkungan korosif. [2]
Korosi ini dapat terbentuk di celah-celah sempit. Volume produk korosi
jauh lebih besar dari logam induk yang terkonsumsi, akibatnya terjadi tekanan
yang cukup besar di dalam celah tersebut sehingga menimbulakan korosi
tegangan. Korosi tegangan pada awal terjadinya berukuran mikroskopis (sangat
kecil). Adanya penjalalaran retak ke dalam material, maka kekuatan penampang
menjadi berkurang ketingkat sedemikian rendah ehingga struktur material tersebut
mengalami kegagalan. Aluminium retak di lingkungan klorida tetapi tidak dalam
lingkungan ammonia, sedangkan kuningan retak di lingkungan yang mengandung
ammonia tapi bukan klorida. Lebih jauh lagi, jumlah lingkungan yang berbeda
dalam campuran yang diberikan biasanya akan menimbulkan retakan kecil.
Sebagai contoh, aluminium tidak retak di asam sulfur, asam nitric, atau air murni,
tetapi mereka retak dalam klorida dan zat-zat yang bisa membakar kulit. [2]
Gambar 3.3 Skema ilustrasi dari kelelahan dan kegagalan korosi lelah[2]
lelah baja dan material yang lainnya biasanya menjadi tekanan tersendiri pada
tingkat rendah tekanan. Sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar diatas, hal
ini disebut sebagai batas kelelahan. Secara umum, hal ini diasumsikan bahwa
sebuah logam ditekan di bawah batas lelahnya, akan memperlama jumlah putaran
tak terbatas tanpa retakan. Jika spesimen digunakan dalam uji kelelahan dianggap
sebagai komponen utama dalam pengujian, maka dapat mengurangi ketahanan
kelelahan, seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini. Ketahanan kelelahan
secara langsung berhubungan dengan radius atau ketajaman dari takik (notch),
ketika radius takik berkurang, ketahanan lelah juga akan berkurang. Logam non
besi seperti aluminium dan magnesium tidak memiliki nilai batas kelelahan. Batas
kelelahannya meningkat sama seperti tekanan yang digunakan juga menurun,
tetapi tidak kemudian menjadi bebas dari adanya tekanan. [2]
Gambar 3.4 Ilustrasi perilaku lelah pada logam besi dan non besi[2]
Tambahkan beban
Kesimpulan
Gambar 3.5 Skema proses stress corrosion cracking
Pengampelasan
Penambahan Beban
Potensial
No Tanggal Waktu pH P (mm) ƩP (mm)
(volt)
1. 2-12-2018 22.00 8.49 -0.4256 0.1 0
2. 2-12-2018 00.00 8.85 -0.619 0.2 0.1
3. 2-12-2018 02.00 9.06 -0.3962 0.3 0.1
4. 3-12-2018 04.00 9.27 -0.68 0.4 0.1
5. 3-12-2018 06.00 9.40 -0.6721 0.5 0.1
6. 3-12-2018 08.00 9.43 -0.6767 0.5 0
7. 3-12-2018 10.00 9.43 -0.6827 0.51 0.01
8. 3-12-2018 12.00 7.87 -0.6391 0.78 0.27
9. 3-12-2018 14.00 7.74 -0.708 0.96 0.18
10. 3-12-2018 16.00 7.80 -0.696 1.03 0.07
11. 3-12-2018 18.00 7.97 -05524 1.07 0.04
12. 3-12-2018 20.00 8.00 -0.7181 1.20 0.13
13. 3-12-2018 22.00 8.02 -0.7241 1.33 0.13
14. 4-12-2018 00.00 9.64 -0.6927 1.47 0.14
15. 4-12-2018 02.00 9.61 -0.7289 1.90 0.43
16. 4-12-2018 04.00 9.61 -0.7363 2.25 0.35
17. 4-12-2018 06.00 7.97 -0.697 2.33 0.08
18. 4-12-2018 08.00 8.00 -0.5003 2.33 0
19. 4-12-2018 10.00 7.99 -0.7457 2.33 0
20. 4-12-2018 12.00 8.15 -0.7420 2.34 0.01
21. 4-12-2018 14.00 7.90 -07534 2.34 0
22. 4-12-2018 16.00 7.90 -0.7515 2.34 0
23. 4-12-2018 18.00 7.95 -0.753 2.68 0.34
24. 4-12-2018 20.00 7.72 -0.796 3.34 0.66
25. 4-12-2018 22.00 7.87 -0.749 3.34 0
Ditanya : e=?
∆l
Dijawab : e = l
0
lf -li 185-180
e= =
i 180
e = 0,0277 %
f. Modulus elastisitas
Diketahui : σuts = 37 N/mm2
e = 0,0277 % = 0,000277
Ditanya : E =?
N
σ 37
Dijawab : E= e = mm^2
= 133.574 N/mm2
0,000277
2. Persamaan Reaksi
a. Pembuatan larutan NaCl 3.5 %
NaCl(s) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(l)
NaCl(aq) + H2O(l) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Catatan :
1. Merah : Pengamatan awal 4/12/2018 jam 06.00
2. Kuning : Pengamatan awal 4/12/2018 jam 08.00
3. Briu : Pengamatan awal 4/12/2018 jam 10.00
Catatan :
1. Merah : Pengamatan awal 15/12/2018 jam 00.00
2. Kuning : Pengamatan awal 15/12/2018 jam 01.00
3. Biru : Pengamatan awal 15/12/2018 jam 02.00
Catatan :
1. Merah : Pengamatan awal 21/12/2018 jam 06.00
2. Kuning : Pengamatan awal 21/12/2018 jam 07.00
3. Biru : Pengamatan awal 21/12/2018 jam 08.00
semakin asam ini akan bersifat lebih reaktif sehingga akan memunculkan anomaly
pada data dan kemudian perpanjangan pada spesimen akan naik drastis karena
akibat dari penurunan sifat kekuatan yang diakibatkan oleh korosi.
Lalu setelah itu pada pembacaan dial gauge praktikan dan kelompok lainnya
juga mengalami kesalahan. Pembacaan dial gauge ini seharusnya dilakukan
pembacaan dengan membaca yang kecilnya terlebih dahulu lalu dilakukan
pembacaan dengan yang besar lalu dikalikan dengan ketelitian dari dial gauge
tersebut. Misalkan pada hari kedua jam 02.00 dial gauge menunjukan
pertambahan panjang sebesar 1.6 mm lalu di jam ke 04.00 dial gauge menunjukan
pertambahan panjang 1.61 mm hal itu merupakan total penambahan panjang lalu
diselisihkan 1.61 mm dengan 1.6 mm yang akhirnya hasilnya 0.01 mm itu adalah
hasil penambahan panjang selama 2 jam.
Stress corrosion cracking ini mula mula diberi beban sebesar 19 kg lalu
entah oleh siapa ditambah beban tersebut tanpa sepengetahuan teman teman
angkatan dan asisten laboratorium. Hal ini akan menyebabkan anomaly pada
penambahan panjang yang akhirnya akan menyebabkan praktikum berjalan tidak
baik dan menyebabkan SCC ini termanipulasi. Hal ini seharusnya bisa dilakukan
penanggulangan dengan mengulang praktikum bagian modul 2 ini untuk
mendapatkan data yang valid.
Selain dengan penambahan beban, efek getaran yang diberikan semisal
dengan suara atau dengan hentakan kaki akan menyebabkan data menjadi invalid.
Karena dengan begitu, beban pada SCC ini akan mengalami beban tiba tiba
sehingga penambahan panjang terjadi. Pencegahan bisa dilakukan dengan
mengamati secara hati-hati demi berjalannya praktikum dengan baik.
Lalu setelah dilakukan pencabutan spesimen dari sel uji, spesimen diukur
kembali dan dikurangi dengan ukuran spesimen mula-mula untuk mengetahui
total perpanjangan yang dialami oleh spesimen selama spesimen diberi keadaan
asam dan diberi beban secara statis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju korosi pada SCC adalah lingkungan,
beban yang diberikan secara statis dan spesifikasi dari material tersebut.
Spesifikasi dari material berpengaruh pada laju korosi. Material memiliki macam
macam laju korosi sehingga akan berbeda jika dipasang spesimen yang berbeda.
3.7.2 Saran
1. Dalam praktikum, gunakan alat sebaik mungkin agar alat tidak rusak.
2. Pengamatan sebaiknya dilakukan sesuai jadwal penuh sehingga apabila ada
kesalahan atau anomaly bisa dicari tahu dan bisa melapor kepada asisten
laboratorium.
3. Lakukan pengamatan dengan hati-hati agar tidak memberi beban tiba-tiba
terhadap spesimen SCC
4. Lakukan pengamatan dengan teliti.