Anda di halaman 1dari 34

BAB III

STRESS CORROSION CRACKING

3.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya stress corrosion
cracking.
2. Mengetahui parameter stress corrosion cracking.
3. Mengetahui pemahaman stress corrosion cracking dalam pengaplikasian
lingkungan sehari-hari.

3.2 Teori Dasar


Bentuk-bentuk korosi ini bisa juga diatur atas dasar dari faktor lain selain
penampilan yang terlihat atau kemampuan inspeksi. Itu tingkat lokalisasi,
misalnya, akan menjadi cara untuk mengatur masalah korosi sebagai fungsi dari
selektivitas permukaan serangan. Metode lain untuk mengatur masalah korosi
adalah dengan menggunakan fitur metalurgi penting seperti struktur butir material
logam. Jenis serangan korosi yang umum dilakukan struktur butiran yang penting
adalah korosi intergranular atau antar kristal di mana sejumlah kecil logam secara
istimewa dihilangkan jalur yang mengikuti batas butir untuk menghasilkan apa
yang mungkin muncul menjadi celah atau retakan. Korosi intergranular dan
transgranular terkadang dipercepat oleh tegangan tarik. Dalam kasus ekstrim,
retakan lanjutkan sepenuhnya melalui logam, menyebabkan pecah. Kondisi ini
dikenal sebagai stress corrosion cracking (SCC).[4]
Stress corrosion cracking adalah kegagalan logam yang dihasilkan dari aksi
dari tegangan dan reaksi kimia yang menyerang. Ini adalah fenomena yang terkait
dengan kombinasi tegangan tarik statis, lingkungan dan dalam beberapa sistem,
kondisi metalurgi yang menyebabkan kegagalan komponen karena inisiasi dan
propagasi retak rasio aspek tinggi. Hal ini ditandai dengan retakan halus yang
menyebabkan kegagalan komponen yang berpotensi penurunan struktur mikro.
Stress corrosion cracking disingkat sebagai SCC. SCC terjadi tiba-tiba dan tidak
dapat diprediksi yang mungkin terjadi setelah beberapa bulan atau tahun yang
sebelumnya telah dipakai untuk industri. [1]

49
BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

Gambar 3.1 Parameter stress corrosion cracking[1]

Gaya mekanik seperti tarik atau tekan berpengaruh kecil pada proses korosi
pada bagian metal yang sama jika ditinjau dari laju korosi dalam mils per tahun.
Namun, apabila logam tersebut mengalami tegangan baik tarik ataupun tekan
dilingkungan korosif, maka kondisi ini merupakan penyebab utama kegagalan
material. Kegagalan ini berupa retakan yang lazim disebut korosi tegangan Sifat
retak jenis ini sangat spontan (tiba-tiba terjadinya). Bila logam telah dibentuk
dengan pengerjaan dingin (cold work) maka butiran logamnya berubah bentuk
hingga timbul tegangan dalam, walaupun tidak sampai patahan atau retak. Butiran
logam yang tegang ini mudah sekali bereaksi dengan lingkungannya, hingga suatu
saat benda itu akan retak atau pecah dengan sendirinya. Jenis serangan korosi ini
terjadi sangat cepat, asalakan semua syarat terjadinya terpenuhi, yaitu mengaami
tegangan (regangan) dan berada pada lingkungan korosif. [2]
Korosi ini dapat terbentuk di celah-celah sempit. Volume produk korosi
jauh lebih besar dari logam induk yang terkonsumsi, akibatnya terjadi tekanan
yang cukup besar di dalam celah tersebut sehingga menimbulakan korosi
tegangan. Korosi tegangan pada awal terjadinya berukuran mikroskopis (sangat
kecil). Adanya penjalalaran retak ke dalam material, maka kekuatan penampang
menjadi berkurang ketingkat sedemikian rendah ehingga struktur material tersebut
mengalami kegagalan. Aluminium retak di lingkungan klorida tetapi tidak dalam
lingkungan ammonia, sedangkan kuningan retak di lingkungan yang mengandung
ammonia tapi bukan klorida. Lebih jauh lagi, jumlah lingkungan yang berbeda
dalam campuran yang diberikan biasanya akan menimbulkan retakan kecil.
Sebagai contoh, aluminium tidak retak di asam sulfur, asam nitric, atau air murni,
tetapi mereka retak dalam klorida dan zat-zat yang bisa membakar kulit. [2]

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 50


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

Terjadi peningkatan waktu penurunan tegangan sebelum tejadinya retakan.


Ada suatu dugaan minimum tegangan yang dibutuhkan untuk mencegah retakan.
Tegangan minimal ini tergantung pada temperatur, paduan, dan temperatur,
komposisi paduan, dan lingkungan. Dalam beberapa kasus tegangan terendah
adalah 10% dari tegangan luluh. Ada juga .Dalam beberapa kasus yang telah
diamati adalah 10% dari tekanan yang dihasilkan. Dalam kasus lain, retakan tidak
muncul di bawah 70% tegangan luluh. [2]
Pada setiap kombinasi lingkungan, memungkin adanya tegangan minimum
ataupun batas tegangan. Nilai ambang batas ini haruslah digunakan sebagai
pertimbangan peringatan jika terjadi perubahan kondisi lingkungan selama
peralatan dioperasikan. [2]

Gambar 3.2 Kurva gabungan ketahanan korosi SCC untuk baja


tahan karat komersil di 42 % magnesium klorida mendidih[2]

Kelelahan (fatigue) didefinisikan sebagai Kecenderungan suatu logam untuk


mengalami keretakan akibat beban siklik yang berulang ulang. Korosi fatigue
merupakan bentuk kegagalan material yang disebakan kombinasi beban siklik
dengan reaksi elektrokimia. Untuk alat-alat implant atau logam yang diaplikasikan
pada gerakan siklis dibutuhkan ketahanan terhadap korosi fatigue.Bila logam
mendapat beban siklus yang berulang-ulang, tetapi masih dibawah batas kekuatan
luluhnya, maka setelah sekian lama akan patah karena terjadinya kelelahan logam.
Kelelahan dapat dipercepat dengan adanya serangan korosi. Kombinasi antara
kelelahan dan korosi yang mengakibatkan kegagalan disebut korosi lelah. Selain
karena adanya beban siklik dan reaksi elektrokimia, aspek korosi lain juga

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 51


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

mendukung terjadinya korosi fatigue. Lingkungan korosif akan menyebabkan


korosi lokal terlebih dahulu. Aspek lingkungan memegang peranan penting seperti
pH larutan, kandungan oksigen dan suhu. Striasi dari fatigue diidentifikasi pada
patahan logam yang terlihat dengan adanya “garis pantai”. Hal ini
mengindikasikan adanya korosi fatigue. Adanya korosi sumuran yang terjadi
sebelumnya juga akan meningkatkan kecepatan terjadinya korosi fatigue. [2]
Secara karakteristik, kegagalan lelah menunjukkan sebuah daerah halus
yang luas dan sebuah daerah yang lebih kecil yang memiliki kekasaran dan
penampakan seperti kristal. Penelitian menunjukkan bahwa selama penjalaran
retakan pada sebuah logam, penekanan putaran sering kali cenderung pada palu
atau hentakan dari kemulusan permukaan. Sebuah penjalaran retakan sampai pada
daerah lintas dalam logam dikurangi sampai pada titik dimana kekuatan utama
diperlukan dan kerapuhan retak muncul. Permukaan retak rapuh biasanya
memiliki tampilan kasar. Tampilan yang tidak biasa dapat menimbulkan
kegagalan pada logam. Permukaan kasar yang muncul pada retak kasar
merupakan hasil dari retak rapuh dan bukan kristalisasi. [2]
Uji kelelahan dilakukan dengan berfokus pada sebuah tekanan putaran pada
sebuah logam dalam berbagai besaran dan ukuran waktu retak.

Gambar 3.3 Skema ilustrasi dari kelelahan dan kegagalan korosi lelah[2]

Gambar diatas menggambarkan sebuah kegagalan korosi lelah. Biasanya


ada daerah besar yang tertutup oleh produk-produk korosi dan daerah kasar yang
lebih kecil dihasilkan dari retakan terakhir. Hal ini penting untuk dicatat bahwa
kehadiran produk korosi pada titik retak lelah tidak kemudian mengindikasikan
korosi lelah. Adanya karat kecil bisa muncul selama retak lelah dan kehadiran
karat atau produk korosi lainnya tidak lalu berarti bahwa masa lelah telah
terpengaruhi. Hal ini hanya bisa ditentukan dengan uji kelelahan korosi. Umur

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 52


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

lelah baja dan material yang lainnya biasanya menjadi tekanan tersendiri pada
tingkat rendah tekanan. Sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar diatas, hal
ini disebut sebagai batas kelelahan. Secara umum, hal ini diasumsikan bahwa
sebuah logam ditekan di bawah batas lelahnya, akan memperlama jumlah putaran
tak terbatas tanpa retakan. Jika spesimen digunakan dalam uji kelelahan dianggap
sebagai komponen utama dalam pengujian, maka dapat mengurangi ketahanan
kelelahan, seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini. Ketahanan kelelahan
secara langsung berhubungan dengan radius atau ketajaman dari takik (notch),
ketika radius takik berkurang, ketahanan lelah juga akan berkurang. Logam non
besi seperti aluminium dan magnesium tidak memiliki nilai batas kelelahan. Batas
kelelahannya meningkat sama seperti tekanan yang digunakan juga menurun,
tetapi tidak kemudian menjadi bebas dari adanya tekanan. [2]

Gambar 3.4 Ilustrasi perilaku lelah pada logam besi dan non besi[2]

Korosi lelah juga didefinisikan sebagai berkurangnya ketahanan lelah yang


diakibatkan adanya media korosi. Karena itu, korosi lelah tidak didefinisikan
karena adanya kegagalan yang muncul melainkan karena dlihat dari segi sifat
mekanik material. Masalah terbaru mengenai korosi lelah yaitu adanya kegagalan
potensial katastrofi di struktur ruang angkasa, nuklir, dan laut. Meskipun
mekanisme dalam tipe ini masih belum jelas, sudah diketahui bahwa inisiasi
retakan dan perkembangan retakan menunjukkan respon yang berbeda pada faktor
lingkungan. [2]
Masalah terbaru mengenai korosi Lelah atau disebut dengan stress
corrosion cracking yaitu adanya kegagalan potensial katastrofi di struktur ruang
angkasa, nuklir, dan laut. Meskipun mekanisme dalam tipe ini masih belum jelas,

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 53


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

sudah diketahui bahwa inisiasi retakan dan perkembangan retakan menunjukkan


respon yang berbeda pada faktor lingkungan. [2]
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi besarnya perilaku korosi lelah.
Pada kelelahan umumnya, frekuensi siklus tegangan hanya memiliki pengaruh
kecil terhadap ketahanan lelah. Hal inilah yang menyebabkan pada pengujian
kelelahan dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi tegangan siklik.
Bagaimanapun juga, ketahanan korosi lelah biasanya ditandai dengan frekuensi
tegangan siklik. Korosi lelah biasanya muncul pada siklus frekuensi rendah dalam
kontak waktu yang lebih besar antara logam dan media korosif. Karena itu, dalam
pengujian ketahanan korosi lelah, sebaiknya dilakukan di bawah kondisi yang
biasanya dilakukan latihan. [2]
Korosi lelah juga dipengaruhi oleh media korosif di mana logam terekspos.
Kandungan oksigen, temperatur, pH, dan komposisi larutan mempengaruhi korosi
lelah. Sebagai contoh, besi, baja, baja tahan karat, dan perunggu aluminium
memiliki ketahanan korosi lelah dalam air. Dalam air laut, perunggu, aluminium
dan baja tanpa karat austenitik hanya tinggal 70 sampai 80% dari ketahanan
kelelahan normalnya. Paduan kromium tinggi hanya tinggal 30-40% dari
ketahanan normal lelahnya dalam kontak dengan air laut. Hal ini yang
menyebabkan korosi lelah harus didefinisikan dalam istilah logam dan
lingkungannya. [2]
Mekanisme korosi lelah belum dipelajari secara mendetail., tetapi penyebab
tipe serangan ini sudah dipahami secara kualitatif. Uji korosi lelah besi dan dan
paduan besi menunjukkan bahwa kurva kelelehannya mendekati logam-logam
non besi. Oleh karenanya, korosi lelah menjadi penyebab paling lazim terjadinya
pelubangan dalam media-media korosif. Kedua hal ini mengindikasikan bahwa
ketahanan lelah berkurang dengan adanya media korosif karena lubang-lubang
korosi memicu peningkatan tegangan dan penyebab retakan. Korosi paling sering
terjadi pada ujung retakan, dan sebagai konsekuensinya maka tidak ada diameter
lubang yang stabil. Karena lubang atau diameternya secara terus-menerus
berkurang karena adanya pengaruh mekanik dan kimia elektro secara serentak,
kurva kelelahan dari sebuah logam besi terekspos mendekati media korosif dari
sebuah logam non besi. Sebuah kegagalah korosi biasanya transgranular dan tidak

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 54


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

menunjukkan percabangan yang merupakan karakteristik dari banyak korosi


tegangan retak. Tingkat akhir korosi lelah identik dengan hal-hal yang muncul
selama kelelahan biasa seperti akhir murni mekanik dan tidak membutuhkan
adanya korosif. [2]
Korosi lelah dapat dicegah dengan berbagai metode. Peningkatan kekuatan
tarik dari sebuah logam atau paduan meningkatkan kelelahan seperti biasanya
tetapi merugikan korosi lelah. Pada kasus ketahanan lelah umumnya, paduan
dengan kekuatan tinggi menahan pembentukan inti retak. Yang perlu dicatat
adalah satu waktu retak mulai menjalar pada material yang memiliki kekuatan
tinggi, maka peningkatan retakan semakin besar dibandingkan material yang
kekuatannya lebih rendah. Korosi lelah dapat dihilangkan atau dikurangi dengan
menurunkan tegangan pada komponen. Hal ini dilakukan dengan membuat desain
dengan perlakuan panas, atau dengan shoot peening permukaannya pada aplikasi
peralatan yang mengalami tegangan yang kompresif. Inhibitor korosi juga efektif
dalam mengurangi atau menghilangkan pengaruh korosi lelah. Ketahanan korosi
lelah juga didapatkan dengan menggunakan pelapisan seperti elektro deposit seng,
kromium, nikel, tembaga, dan pelapisan nitrit. Pada elektrodeposisi dibutuhkan
teknik pelapisan yang tidak menghasilkan tegangan tarik pada pelapisnya atau
melepaskan hidrogen ke logam. [2]

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 55


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

3.3 Metodologi Praktikum


3.3.1 Skema Proses

Siapkan alat dan bahan

Bersihkan spesimen secara mekanik

Timbang dan ukur dimensi spesimen

Bersihkan spesimen secara kimiawi

Pembuatan larutan NaCl

Pasang spesimen dan masukan larutan

Tambahkan beban

Posisikan dial gauge

Ukur pH dan potensial mula mula

Amati dan catat 1 x 2 jam

Spesimen diangkat dan dibersihkan

Timbang dan ukur dimensi spesimen

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan
Gambar 3.5 Skema proses stress corrosion cracking

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 56


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

3.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu untuk membuat larutan NaCl dan
pembersihan spesimen.
2. Dibersihkan spesimen baja St37 secara mekanik dengan menggunakan
ampelas kasar terlebih dahulu dengan gaya gesek searah. Setelah itu,
spesimen dibersihkan dengan menggunakan ampelas halus dengan cara
spesimen diputar 900 lalu penggesekan dilakukan dengan searah.
3. Ditimbang berat dan diukur dimensi dari spesimen setelah dilakukan proses
pembersihan secara mekanik.
4. Dibersihkan spesimen baja St37 secara kimiawi dengan tahapan rinsing
dengan menggunakan aqua dm, lalu degreasing dengan menggunakann
NaOH yang dipanaskan, rinsing kembali dengan menggunakan aqua dm,
lalu pickling dengan menggunakan larutan HCl, dan terakhir lakukan
rinsing dengan menggunakan larutan aqua dm. Pembersihan dilakukan
dengan menggunakan tang krus dan dilakukan 1 menit setiap tahapan.
5. Dibuat larutan NaCl hingga memiliki konsentrasi 3.5%
6. Dipasang spesimen baja St37 yang telah dilakukan proses pembersihan
kimiawi dan dimasukan larutan NaCl kedalam sel uji.
7. Ditambahkan beban sebesar xx pada alat SCC.
8. Diposisikan dial gauge pada angka nol terlebih dahulu
9. Diukur pH larutan dan potensial dari spesimen dengan cara menggunakan
pH meter untuk mengukur pH dan electrode reference & potensiometer
untuk mengukur potensial dari spesimen.
10. Diamati selama 1 x 2 jam selama 7 hari dengan mengukur potensial
spesimen uji, pH dari larutan lalu dicatat hasil pengamatan yang diamati dan
pertambahan Panjang yang ditunjukan oleh dial gauge.
11. Diangkat spesimen setelah 7 hari pengamatan lalu dibersihkan dengan
menggunakan tissue.
12. Ditimbang berat dan diukur dimensi kembali dari spesimen setelah
dilakukan pengangkatan dan pembersihan.
13. Dianalisa dan dibahas.
14. Disimpulkan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 57


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

3.3.3. Gambar Proses

Siapkan Alat dan Bahan

Pengampelasan

Pengukuran Dimensi dan Penimbangan Spesimen

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 58


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

Pengameplasan Kawat Tembaga dan


Pelapisan dengan Kutek

Pembersihan Secara Kimiawi

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 59


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

Pemasangan Spesimen, Pelarutan NaCl, Pemasangan Dial Gauge

Penambahan Beban

Pengamatan dan Pemeriksaan pH, Potensial dan Dial Gauge

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 60


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

Pengangkatan Spesimen dan Pengeringan

Pengukuran Kembali Dimensi dan Berat Spesimen

Perhitungan Hasil Pengamatan dan Pengeplotan ke


Diagram Pourbaix

Gambar 3.6 Gambar Proses Praktikum Modul 2

Gambar 3. 6 Gambar proses praktikum modul 2

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 61


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1 Alat
Alat-alat yang dipakai pada saat praktikum yaitu :
1. Neraca digital : 1 Buah
2. Masker : 1 Buah
3. Sarung tangan latex : 1 Pasang
4. Jangka sorong : 1 Buah
5. pH meter : 1 Buah
6. Potensiometer : 1 Set
7. Refference Electrode Ag-AgCl : 1 Buah
8. Alat uji SCC : 1 Set
9. Beban : 19 Kg
10. Dial gauge : 1 Buah
11. Tang Krus : 1 Buah
3.4.2 Bahan
Bahan-bahan yang dipakai pada saat praktikum yaitu :
1. Spesimen baja St37 : 1 Buah
2. Kawat tembaga : 1 Buah
3. Ampelas kasar : Secukupnya
4. Ampelas halus : Secukupnya
5. Alkohol : Secukupnya
6. Larutan NaCl : 3.5 %
7. Larutan H2SO4 : Secukupnya

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 62


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


3.5.1 Pengumpulan Data

Gambar 3.7 Gambar spesimen uji sebelum dilakukan proses SCC

Gambar 3.8 Gambar spesimen uji setelah dilakukan proses SCC

Tabel 3.1 Data pengamatan

No. Data Pengamatan Spesimen Awal Akhir

1. Tanggal 02/12/2018 27/12/2018

2. Panjang Total (mm) 180 185


Tercelup (mm) 26,26 26,35
Lebar
3. Tidak tercelup (mm) 26,26 27,11
Tercelup (mm) 0,88 0,95
Tebal
4. Tidak tercelup (mm) 0,88 1,19
Tercelup (mm2) 23,1088 25,0325
Luas
5. Tidak tercelup (mm2) 23,1088 33,0463
Gauge Tebal (mm) 0,88 0,69
6. length Lebar (mm) 11,93 10,72
Pengamatan (1x/jam) 1 x/2 jam Per 1& 2 jam
Waktu
7. Pembebanan (WIB) 22.00 15.00

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 63


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

8. Larutan NaCL & H2SO4 (mL) 2000 & 5 2000 & 5


9. Beban Beban statis (Kg) 19 19

Tabel 3.2 Data pengamatan SCC

Potensial
No Tanggal Waktu pH P (mm) ƩP (mm)
(volt)
1. 2-12-2018 22.00 8.49 -0.4256 0.1 0
2. 2-12-2018 00.00 8.85 -0.619 0.2 0.1
3. 2-12-2018 02.00 9.06 -0.3962 0.3 0.1
4. 3-12-2018 04.00 9.27 -0.68 0.4 0.1
5. 3-12-2018 06.00 9.40 -0.6721 0.5 0.1
6. 3-12-2018 08.00 9.43 -0.6767 0.5 0
7. 3-12-2018 10.00 9.43 -0.6827 0.51 0.01
8. 3-12-2018 12.00 7.87 -0.6391 0.78 0.27
9. 3-12-2018 14.00 7.74 -0.708 0.96 0.18
10. 3-12-2018 16.00 7.80 -0.696 1.03 0.07
11. 3-12-2018 18.00 7.97 -05524 1.07 0.04
12. 3-12-2018 20.00 8.00 -0.7181 1.20 0.13
13. 3-12-2018 22.00 8.02 -0.7241 1.33 0.13
14. 4-12-2018 00.00 9.64 -0.6927 1.47 0.14
15. 4-12-2018 02.00 9.61 -0.7289 1.90 0.43
16. 4-12-2018 04.00 9.61 -0.7363 2.25 0.35
17. 4-12-2018 06.00 7.97 -0.697 2.33 0.08
18. 4-12-2018 08.00 8.00 -0.5003 2.33 0
19. 4-12-2018 10.00 7.99 -0.7457 2.33 0
20. 4-12-2018 12.00 8.15 -0.7420 2.34 0.01
21. 4-12-2018 14.00 7.90 -07534 2.34 0
22. 4-12-2018 16.00 7.90 -0.7515 2.34 0
23. 4-12-2018 18.00 7.95 -0.753 2.68 0.34
24. 4-12-2018 20.00 7.72 -0.796 3.34 0.66
25. 4-12-2018 22.00 7.87 -0.749 3.34 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 64


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

26. 5-12-2018 00.00 7.88 -0.743 3.34 0


27. 5-12-2018 02.00 7.95 -0.747 3.34 0
28. 5-12-2018 04.00 7.95 -0.7411 3.37 0.03
29. 5-12-2018 06.00 7.97 -0.7551 3.37 0
30. 5-12-2018 08.00 7.98 -0.7631 3.37 0
31. 5-12-2018 10.00 7.96 -0.7679 3.375 0.005
32. 5-12-2018 12.00 7.97 -0.7739 3.375 0
33. 5-12-2018 14.00 7.96 -0.7721 3.375 0
34. 5-12-2018 16.00 7.95 -0.7422 3.376 0.001
35. 5-12-2018 18.00 7.88 -0.7693 3.756 0.38
36. -12-2018 20.00 7.87 -0.7608 3.756 0
37. 5-12-2018 22.00 7.93 -0.695 4.276 0.52
38. 6-12-2018 00.00 7.94 -0.673 4.31 0.034
39. 6-12-2018 02.00 7.98 -0.738 4.58 0.27
40. 6-12-2018 04.00 7.42 -0.759 4.58 0
41. 6-12-2018 06.00 7.81 -0.7719 4.58 0
42. 6-12-2018 08.00 7.89 -0.7711 4.58 0
43. 6-12-2018 10.00 7.88 -0.761 4.58 0
44. 6-12-2018 12.00 7.63 -0.760 4.58 0
45. 6-12-2018 14.00 7.53 -0.7737 5.15 0.57
46. 6-12-2018 16.00 7.59 -0.767 5.58 0.43
47. 6-12-2018 18.00 7.78 -0.7416 5.58 0
48. 6-12-2018 20.00 7.64 -0.7739 5.58 0
49. 6-12-2018 22.00 7.82 -0.78 5.58 0
50. 7-12-2018 00.00 7.84 -0.78 5.59 0.01
51. 7-12-2018 02.00 7.83 -0.7766 5.59 0
52. 7-12-2018 04.00 7.88 -0.7763 5.59 0
53. 7-12-2018 06.00 7.94 -0.7744 5.59 0
54. 7-12-2018 08.00 7.85 -0.7786 5.59 0
55. 7-12-2018 10.00 7.88 -0.7835 5.59 0
56. 7-12-2018 12.00 7.97 -0.7856 5.59 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 65


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

57. 7-12-2018 14.00 8.0 -0.769 5.59 0


58. 7-12-2018 16.00 7.94 -0.7841 5.59 0
59. 7-12-2018 18.00 7.98 -0.781 5.59 0
60. 7-12-2018 20.00 7.89 -0.780 5.59 0
61. 7-12-2018 22.00 7.78 -0.7658 5.59 0
62. 7-12-2018 00.00 7.76 -0.7872 5.59 0
63. 8-12-2018 02.00 7.72 -0.78 5.59 0
64. 8-12-2018 04.00 7.75 -0.7359 5.59 0
65. 8-12-2018 06.00 7.98 -0.7544 5.59 0
66. 8-12-2018 08.00 7.98 -0.777 5.59 0
67. 8-12-2018 10.00 7.98 -0.7538 5.59 0
68. 8-12-2018 12.00 8.0 -0.775 5.59 0
69. 08-12-18 00.00 7.79 -0.7872 5.59 0
70. 08-12-18 02.00 7.72 -0.7800 5.59 0
71. 08-12-18 04.00 7.75 -0.7559 5.59 0
72. 08-12-18 06.00 7.98 -0.7544 5.59 0
73. 08-12-18 08.00 7.98 -0.7770 5.59 0
74. 08-12-18 10.00 7.98 -0.7538 5.59 0
75. 08-12-18 12.00 8.00 -0.7750 5.59 0
76. 08-12-18 14.00 7.90 -0.7830 5.59 0
77. 08-12-18 16.00 7.89 -0.6320 5.59 0
78. 08-12-18 18.00 7.97 -0.4021 5.59 0
79. 08-12-18 20.00 7.97 -0.7722 5.59 0
80. 08-12-18 22.00 7.92 -0.6361 5.59 0
81. 09-12-18 00.00 7.85 -0.6983 5.59 0
82. 09-12-18 20.00 7.86 -0.5834 5.59 0
83. 09-12-18 22.00 7.98 -0.7707 5.59 0
84. 10-12-18 00.00 8.00 -0.7568 5.59 0
85. 10-12-18 02.00 7.88 -0.5966 5.59 0
86. 10-12-18 04.00 7.99 -0.5177 5.59 0
87. 10-12-18 06.00 7.92 -0.7626 5.59 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 66


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

88. 10-12-18 08.00 7.98 -0.7776 5.59 0


89. 10-12-18 10.00 7.96 -0.7343 5.59 0
90. 10-12-18 12.00 7.95 -0.4080 5.59 0
91. 10-12-18 14.00 7.98 -0.3699 5.65 0.06
92. 10-12-18 16.00 8.01 -0.7611 5.68 0.03
93. 10-12-18 18.00 8.00 -0.4337 5.68 0
94. 10-12-18 20.00 7.98 -0.4315 5.68 0
95. 10-12-18 22.00 7.97 -0.3465 5.68 0
96. 11-12-18 00.00 7.97 -0.3594 5.68 0
97. 11-12-18 02.00 7.95 -0.3985 5.68 0
98. 11-12-18 04.00 7.96 -0.4866 5.68 0
99. 11-12-18 06.00 7.96 -0.4435 5.68 0
100. 11-12-18 08.00 7.92 -0.4006 5.68 0
101. 11-12-18 10.00 7.91 -0.7824 5.68 0
102. 11-12-18 12.00 7.95 -0.7840 5.68 0
103. 11-12-18 14.00 7.70 -0.5585 5.68 0
104. 11-12-18 16.00 7.78 -0.5058 5.68 0
105. 11-12-18 18.00 7.85 -0.6008 5.68 0
106. 11-12-18 20.00 7.87 -0.5523 5.68 0
107. 11-12-18 22.00 7.77 -0.7820 5.68 0
108. 12-12-18 00.00 7.86 -0.7804 5.68 0
109. 12-12-18 02.00 7.93 -0.7823 5.68 0
110. 12-12-18 04.00 7.87 -0.7802 5.68 0
111. 12-12-18 06.00 7.85 -0.7821 5.68 0
112. 12-12-18 08.00 7.88 -0.7770 5.68 0
113. 12-12-18 10.00 7.89 -0.6003 5.68 0
114. 12-12-18 12.00 7.93 -0.4258 5.68 0
115. 12-12-18 14.00 7.94 -0.7792 5.68 0
116. 12-12-18 16.00 7.96 -0.3886 5.68 0
117. 12-12-18 18.00 7.97 -0.4421 5.68 0
118. 12-12-18 20.00 7.97 -0.4228 5.68 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 67


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

119. 12-12-18 22.00 7.86 -0.4216 5.68 0


120. 13-12-18 00.00 7.77 -0.4846 5.68 0
121. 13-12-18 02.00 7.87 -0.4416 error Error
122. 13-12-18 04.00 7.82 -0.4392 error Error
123. 13-12-18 06.00 7.89 -0.7669 error Error
124. 13-12-18 08.00 7.81 -0.7824 error Error
125. 13-12-18 10.00 7.79 -0.7735 error Error
126. 13-12-18 12.00 7.81 -0.4171 error Error
127. 13-12-18 14.00 7.66 -0.4688 error Error
128. 13-12-18 16.00 7.77 -0.4193 error Error
129. 13-12-18 18.00 7.94 -0.7280 error Error
130. 13-12-18 20.00 7.91 -0.7846 error Error
131. 13-12-18 22.00 7.95 -0.7183 error Error
132. 14-12-18 00.00 7.96 -0.7610 error Error
133. 14-12-18 02.00 8.04 -0.6086 error Error
134. 14-12-18 04.00 8.01 -0.6536 error Error
135. 14-12-18 06.00 7.90 -0.3735 error Error
136. 14-12-18 08.00 4.50 -0.6459 0 0
137. 14-12-18 09.00 4.50 -0.5953 0 0
138. 14-12-18 10.00 4.46 -0.3381 0 0
139. 14-12-18 11.00 4.39 -0.2979 0.79 0.79
140. 14-12-18 12.00 4.40 -0.3130 0.79 0
141. 14-12-18 13.00
142. 14-12-18 14.00
143. 14-12-18 15.00
144. 14-12-18 16.00 4.41 -0.3051 1.84 1.05
145. 14-12-18 17.00 4.34 -0.3518 1.84 0
146. 14-12-18 18.00 4.40 -0.3085 1.84 0
147. 14-12-18 19.00 4.38 -0.3001 1.84 0
148. 14-12-18 20.00 4.36 -0.3206 1.84 0
149. 14-12-18 21.00 4.49 - 0.3224 1.84 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 68


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

150. 14-12-18 22.00 4.55 - 0.3400 1.84 0


151. 14-12-18 23.00 4.59 - 0.3191 1.84 0
152. 15-12-18 00.00 4.41 - 0.3142 1.84 0
153. 15-12-18 01.00 4.36 - 0.330 1.84 0
154. 15-12-18 02.00 4.46 - 0.328 1.84 0
155. 15-12-18 03.00 4.38 - 0.575 1.84 0
156. 15-12-18 04.00 4.49 - 0.624 1.84 0
157. 15-12-18 05.00 4.45 - 0.624 1.84 0
158. 15-12-18 06.00 4.36 - 0.464 3.32 1.48
159. 15-12-18 07.00 4.35 - 0.296 3.32 0
160. 15-12-18 08.00 4.31 - 0.286 3.32 0
161. 15-12-18 09.00 4.32 - 0.661 3.32 0
162. 15-12-18 10.00 4.36 - 0.318 3.32 0
163. 15-12-18 11.00 4.32 - 0.318 3.32 0
164. 15-12-18 12.00 4.36 - 0.627 3.32 0
165. 15-12-18 13.00 4.30 - 0.322 3.32 0
166. 15-12-18 14.00 4.34 - 0.3415 3.32 0
167. 15-12-18 15.00 4.38 - 0.305 3.32 0
168. 15-12-18 16.00 4.30 - 0.332 3.32 0
169. 15-12-18 17.00 4.30 - 0.6477 3.32 0
170. 15-12-18 18.00 4.38 - 0.6743 3.32 0
171. 15-12-18 19.00 4.40 - 0.6247 3.32 0
172. 15-12-18 20.00 4.40 - 0.659 3.32 0
173. 15-12-18 21.00 4.10 - 0.661 3.32 0
174. 15-12-18 22.00 4.32 - 0.653 3.32 0
175. 15-12-18 23.00 4.37 - 0.651 3.32 0
176. 16-12-18 00.00 4.40 - 0.654 3.32 0
177. 16-12-18 01.00 4.43 - 0.655 3.32 0
178. 16-12-18 02.00 4.44 - 0.649 3.32 0
179. 16-12-18 03.00 4.42 - 0.656 3.32 0
180. 16-12-18 04.00 4.47 - 0.656 3.32 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 69


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

181. 16-12-18 05.00 4.48 - 0.657 3.32 0


182. 16-12-18 06.00 4.50 - 0.659 3.32 0
183. 16-12-18 07.00 4.49 - 0.659 3.32 0
184. 16-12-18 08.00 4.51 - 0.658 3.32 0
185. 16-12-18 21.00 4.50 - 0.657 4.58 1.26
186. 16-12-18 22.00 4.51 - 0.659 4.58 0
187. 16-12-18 23.00 4.45 - 0.664 4.58 0
188. 17-12-18 00.00 4.40 - 0.3188 4.58 0
189. 17-12-18 01.00 4.20 - 0.6434 4.58 0
190. 17-12-18 02.00 4.62 - 0.6518 4.58 0
191. 17-12-18 03.00 4.47 - 0.654 4.58 0
192. 17-12-18 04.00 4.45 - 0.6785 4.58 0
193. 17-12-18 05.00 4.44 - 0.3398 4.58 0
194. 17-12-18 06.00 4.47 - 0.3029 4.58 0
195. 17-12-18 07.00 4.43 - 0.3394 4.80 0.22
196. 17-12-18 08.00 4.40 - 0.3429 4.80 0
197. 17-12-18 09.00 4.39 - 0.5923 4.80 0
198. 17-12-18 10.00 4.40 - 0.6414 4.85 0.05
199. 17-12-18 11.00 4.43 - 0.6402 4.85 0
200. 17-12-18 12.00 4.40 - 0.6742 4.85 0
201. 17-12-18 13.00 3.06 - 0.673 4.93 0.08
202. 17-12-18 14.00 3.03 - 0.6769 4.93 0
203. 17-12-18 15.00 2.99 - 0.6705 4.93 0
204. 17-12-18 16.00 2.98 - 0.6619 4.93 0
205. 17-12-18 17.00 2.99 - 0.6607 4.945 0.015
206. 17-12-18 18.00 3.00 - 0.6593 4.945 0
207. 17-12-18 19.00 2.99 - 0.3325 4.945 0
208. 17-12-18 20.00 3.01 - 0.3562 4.945 0
209. 17-12-18 21.00 3.15 - 0.3333 5.01 0.065
210. 17-12-18 22.00 3.7 - 0.6184 5.1 0.09
211. 17-12-18 23.00 3.3 - 0.6192 5.1 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 70


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

212. 18-12-18 00.00 3.5 - 0.6191 5.1 0


213. 18-12-18 01.00 3.15 - 0.6753 5.1 0
214. 18-12-18 02.00 3.35 - 0.3267 5.1 0
215. 18-12-18 03.00 3.28 -0.0603 5.49 0.39
216. 18-12-18 04.00 3.15 -0.6704 5.49 0
217. 18-12-18 05.00 3.54 -0.3502 5.49 0
218. 18-12-18 06.00 3.32 -0.3301 5.50 0.01
219. 18-12-18 07.00 3.14 -0.6633 5.50 0
220. 18-12-18 08.00 3.15 -0.3322 5.50 0
221. 18-12-18 09.00 3.16 -0.3457 5.50 0
222. 18-12-18 10.00 3.52 -0.3173 5.50 0
223. 18-12-18 11.00 3.40 -0.33 5.50 0
224. 18-12-18 12.00 3.28 -0.6610 5.50 0
225. 18-12-18 13.00 3.20 -0.3270 5.50 0
226. 18-12-18 14.00 3.15 -0.3543 5.50 0
227. 18-12-18 15.00 3.25 -0.3437 5.50 0
228. 18-12-18 16.00 4.45 -0.3157 5.50 0
229. 18-12-18 17.00 4.48 -0.6491 5.50 0
230. 18-12-18 18.00 4.47 -0.6656 5.50 0
231. 18-12-18 19.00 4.47 -0.6793 5.50 0
232. 18-12-18 20.00 4.49 -0.6841 5.50 0
233. 18-12-18 21.00 4.50 -0.657 5.50 0
234. 18-12-18 22.00 4.50 -0.6646 5.50 0
235. 18-12-18 23.00 4.50 -0.6776 5.50 0
236. 19-12-18 00.00 4.50 -0.6748 5.50 0
237. 19-12-18 01.00 4.50 -0.2945 5.50 0
238. 19-12-18 02.00 4.54 -0.2466 5.50 0
239. 19-12-18 03.00 4.54 -0.2459 5.50 0
240. 19-12-18 04.00 4.54 -0.258 5.50 0
241. 19-12-18 05.00 4.52 -0.6842 5.50 0
242. 19-12-18 06.00 4.50 -0.6643 5.50 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 71


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

243. 19-12-18 07.00 4.53 -0.7801 5.50 0


244. 19-12-18 08.00 4.61 -0.6951 5.50 0
245. 19-12-18 09.00 4.54 -0.6896 5.50 0
246. 19-12-18 10.00 4.49 -0.1779 5.50 0
247. 19-12-18 11.00 4.50 -0.5069 5.50 0
248. 19-12-18 12.00 4.49 -0.4141 5.50 0
249. 19-12-18 13.00 4.49 -0.611 5.50 0
250. 19-12-18 14.00 4.49 -0.3471 5.50 0
251. 19-12-18 15.00 4.52 -0.695 5.50 0
252. 19-12-18 16.00 4.50 -0.659 5.50 0
253. 19-12-18 17.00 4.50 -0.691 5.50 0
254. 19-12-18 18.00 4.51 -0.6716 5.50 0
255. 19-12-18 19.00 4.52 -0.6684 5.50 0
256. 19-12-18 20.00 4.53 -0.6797 5.50 0
257. 19-12-18 21.00 4.54 -0.6313 5.50 0
258. 19-12-18 22.00 4.09 -0.585 5.50 0
259. 19-12-18 23.00 5.56 -0.6181 5.50 0
260. 20-12-18 00.00 4.55 -0.6693 5.50 0
261. 20-12-18 01.00 4.70 -0.6687 5.51 0.01
262. 20-12-18 02.00 4.67 -0.6628 5.51 0
263. 20-12-18 03.00 4.61 -0.6788 5.52 0.01
264. 20-12-18 04.00 4.57 -0.6392 5.52 0
265. 20-12-18 05.00 4.62 -0.6935 5.52 0
266. 20-12-18 06.00 4.01 -0.6943 5.52 0
267. 20-12-18 07.00 4.57 -0.6352 5.52 0
268. 20-12-18 08.00 4.62 -0.6982 5.52 0
269. 20-12-18 09.00 4.65 -0.6218 5.52 0
270. 20-12-18 10.00 4.63 -0.6358 5.52 0
271. 20-12-18 11.00 4.57 - 0.6358 5.52 0
272. 20-12-18 12.00 4.44 - 0.6293 5.52 0
273. 20-12-18 13.00 4.67 - 0.6092 5.52 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 72


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

274. 20-12-18 14.00 4.63 - 0.6511 5.52 0


275. 20-12-18 15.00 4.74 - 0.6411 5.52 0
276. 20-12-18 16.00 4.44 - 0.6192 5.52 0
277. 20-12-18 17.00 4.59 - 0.6393 5.52 0
278. 20-12-18 18.00 4.68 - 0.2102 5.52 0
279. 20-12-18 19.00 4.60 - 0.2207 5.52 0
280. 20-12-18 19.00 4.60 - 0.2240 5.52 0
281. 20-12-18 20.00 4.56 - 0.2145 5.52 0
282. 20-12-18 21.00 4.59 - 0.2759 5.52 0
283. 20-12-18 22.00 4.60 - 0.6888 5.52 0
284. 20-12-18 23.00 4.59 - 0.545 5.52 0
285. 21-12-18 24.00 4.59 - 0.6185 5.52 0
286. 21-12-18 01.00 4.63 - 0.6578 5.52 0
287. 21-12-18 02.00 4.67 - 0.668 5.52 0
288. 21-12-18 03.00 4.62 - 0.3039 5.52 0
289. 21-12-18 04.00 4.64 - 0.3135 5.52 0
290. 21-12-18 05.00 4.61 0.6582 5.52 0
291. 21-12-18 06.00 4.63 - 0.6788 5.52 0
292. 21-12-18 07.00 4.66 - 0.6477 5.52 0
293. 21-12-18 08.00 4.60 - 0.7007 5.52 0
294. 21-12-18 09.00 4.65 - 0.5309 5.52 0
295. 21-12-18 10.00 4.63 - 0.3849 5.52 0
296. 21-12-18 11.00 4.64 - 0.6783 5.52 0
297. 21-12-18 12.00 4.66 - 0.3584 5.52 0
298. 21-12-18 13.00 4.64 - 0.3362 5.52 0
299. 21-12-18 14.00 4.64 - 0.3830 5.52 0
300. 21-12-18 15.00 4.64 - 0.2632 5.52 0

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 73


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

3.5.2 Pengolahan Data


1. Perhitungan
a. Luas Penampang Awal
Diketahui : Li = 26,26 mm
Ti = 0,88 mm
Ditanya : A0 = ?
Jawab : Ai = li x ti
= 26,26 mm x 0,88 mm
= 23,1088 mm2
b. Luas Penampang Akhir
Diketahui : Lf = 27,11 mm
Tf = 1,19 mm
Ditanya : Af =?
Jawab : Af = Lf x Tf
= 27,11 mm x 1,19 mm
= 33,0463 mm2
c. Perhitungan beban
Diketahui : σuts = 37 N/mm2
Ai = 23,1088 mm2
Ditanya : F = ?
Dijawab : F = σuts x A
= 37 N/mm2 x 23,1088 mm2
= 855,0256 N
d. Safety Factor
Diketahui : F = 855,0256 N
Ditanya : SF = ?
Dijawab : SF = F x 0,75
= 855,0256 N x 0,75
= 641,2692 N
e. Regangan
Diketahui : Panjang awal (li) = 180 mm
Panjang akhir (lf) = 185mm

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 74


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

Ditanya : e=?
∆l
Dijawab : e = l
0

lf -li 185-180
e= =
i 180
e = 0,0277 %
f. Modulus elastisitas
Diketahui : σuts = 37 N/mm2
e = 0,0277 % = 0,000277
Ditanya : E =?
N
σ 37
Dijawab : E= e = mm^2
= 133.574 N/mm2
0,000277

2. Persamaan Reaksi
a. Pembuatan larutan NaCl 3.5 %
NaCl(s) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(l)
NaCl(aq) + H2O(l) → Na+(aq) + Cl-(aq)

3. Konversi reference electrode ke hydrogen


A. Data pengamatan awal.
a. 4/12/2018 (06.00 WIB) (pH = 7.97) :
Dik : Potensial Ag AgCl = - 500 mV = - 0.5 V
Dit : Konversi potensial Ag AgCl ke Hidrogen ?
Jawab : = -0.5 – 0.197 = -0.697

b. 4/12/2018 (08.00 WIB) (pH = 8.00) :


Dik : Potensial Ag AgCl = - 303.3 mV = - 0.3033 V
Dit : Konversi potensial Ag AgCl ke Hidrogen ?
Jawab : = -0.3033 – 0.197 = -0.5003

c. 4/12/2018 (10.00 WIB) (pH = 8.02) :


Dik : Potensial Ag AgCl = - 548.7 mV = - 0.5487 V
Dit : Konversi potensial Ag AgCl ke Hidrogen ?

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 75


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

Jawab = -0.5487 – 0.197 = -0.7457

B. Data pengamatan tengah.


a. 15/12/2018 (00.00 WIB) (pH = 4.41):
Dik : Potensial Ag AgCl = - 117.22 mV = - 0.1172 V
Dit : Konversi potensial Ag AgCl ke Hidrogen ?
Jawab : = -0.1172 – 0.197 = - 0.3142

b. 15/12/2018 (01.00 WIB) (pH = 4.36) :


Dik : Potensial Ag AgCl = - 133 mV = - 0.133 V
Dit : Konversi potensial Ag AgCl ke Hidrogen ?
Jawab : = -0.133 – 0.197 = - 0.330

c. 15/12/2018 (02.00 WIB) (pH = 4.46) :


Dik : Potensial Ag AgCl = - 131 mV = - 0.131 V
Dit : Konversi potensial Ag AgCl ke Hidrogen ?
Jawab : = -0.131 – 0.197 = - 0.328

C. Data pengamatan akhir.


a. 21/12/2018 (06.00 WIB) (pH = 4.63) :
Dik : Potensial Ag AgCl = - 481.8 mV = - 0.4818 V
Dit : Konversi potensial Ag AgCl ke Hidrogen ?
Jawab : = -0.4818 – 0.197 = -0.6788

b. 21/12/2018 (07.00 WIB) (pH = 4.66) :


Dik : Potensial Ag AgCl = - 450.7 mV = - 0.457 V
Dit : Konversi potensial Ag AgCl ke Hidrogen ?
Jawab : = -0.4507 – 0.197 = - 0.6477

c. 21/12/2018 (08.00 WIB) (pH = 4.60) :


Dik : Potensial Ag AgCl = - 503.7 mV = - 0.5037 V
Dit : Konversi potensial Ag AgCl ke Hidrogen ?

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 76


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

Jawab = -0.5037 – 0.197 = - 0.7007


4. Diagram Pourbaix
A. Diagram pourbaix data pengamatan awal

Gambar 3.9 Pengeplotan hasil pengamatan awal terhadap diagram pourbaix

Catatan :
1. Merah : Pengamatan awal 4/12/2018 jam 06.00
2. Kuning : Pengamatan awal 4/12/2018 jam 08.00
3. Briu : Pengamatan awal 4/12/2018 jam 10.00

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 77


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

B. Diagram pourbaix data pengamatan tengah

Gambar 3.10 Pengeplotan hasil pengamatan tengah terhadap diagram pourbaix

Catatan :
1. Merah : Pengamatan awal 15/12/2018 jam 00.00
2. Kuning : Pengamatan awal 15/12/2018 jam 01.00
3. Biru : Pengamatan awal 15/12/2018 jam 02.00

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 78


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

C. Diagram pourbaix data pengamatan akhir

Gambar 3.11 Pengeplotan hasil pengamatan akhir terhadap diagram pourbaix

Catatan :
1. Merah : Pengamatan awal 21/12/2018 jam 06.00
2. Kuning : Pengamatan awal 21/12/2018 jam 07.00
3. Biru : Pengamatan awal 21/12/2018 jam 08.00

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 79


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

3.6 Analisa dan Pembahasan


Dalam analisa kali ini praktikan akan membahas tentang kegagalan serta
anomaly dalam praktikum modul 2 ini yaitu stress corrosion cracking.
Mula-mula spesimen dibersihkan secara mekanik dengan menggunakan
mesin gerinda yang berfungsi untuk menghilangkan karat dan meratakan
permukaan di bagian permukaan spesimen.
Dalam pengamatan pertama kali dilakukan yaitu mengamati penambahan
panjang, pH dan potesial dari stress corrosion cracking dari spesimen tersebut
selama 1 x 2 jam, lalu diubah menjadi 1 x 1 jam. Dikarenakan SCC ini rentan
terhadap beban kejut atau beban secara tiba-tiba, sehingga pengamatan dan
penjagaan SCC ini diperketat yang berfungsi juga untuk praktikan agar lebih
memahami pemahaman tentang SCC ini.
Dalam praktikum SCC ini menggunakan aerator sebagai alat praktikum.
Alat ini berfungsi sebagai pemberian oksigen pada larutan sehingga
mencerminkan kondisi pada lautan yang kaya akan oksigen. Lalu fungsi aerator
ini sebagai pemberi gelombang pada larutan sehingga larutan ini tidak diam dan
mencerminkan kondosi lautan. Aerator ini alat yang berfungsi untuk melarutkan
oksigen sehingga dapat dimasukan kedalam larutan.
Pada praktikum kali ini menggunakan NaCl dengan konsentrasi 3.5%. hal
ini berfungsi sebagai pengaplikasian SCC pada lingkungan lautan. 3.5 % ini
melambangkan NaCl yang terkandung didalam lautan.
Lalu saat ditengah-tengah bulan pengamatan, larutan NaCl pada sel uji
spesimen yang mula-mula kotor kemudian menjadi bersih. Hal ini dilakukan
dengan menambah larutan H2SO4 (asam sulfat). Dengan menambahkan larutan ini
yang berfungsi sebagai pemberi suasana asam pada larutan NaCl sehingga NaCl
mengalami pereduksian. Reaksi sebagai berikut :
2NaCl + H2SO4 2 HCl + 2 NaSO4
NaCl disini berubah menjadi HCl setelah diberi larutan H2SO4 dikarenakan
ada proses pereduksi NaCl tersebut. Lalu memberikan suasana asam didalam
larutan tersebut karena HCl ini memiliki pH lebih tinggi jika dibandingkan
dengan HCl, tetapi akan mempengaruhi data pada pengamatan. Apabila pH turun
atau rendah, maka kerentanan terhadap korosi akan lebih tinggi karena pH

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 80


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

semakin asam ini akan bersifat lebih reaktif sehingga akan memunculkan anomaly
pada data dan kemudian perpanjangan pada spesimen akan naik drastis karena
akibat dari penurunan sifat kekuatan yang diakibatkan oleh korosi.
Lalu setelah itu pada pembacaan dial gauge praktikan dan kelompok lainnya
juga mengalami kesalahan. Pembacaan dial gauge ini seharusnya dilakukan
pembacaan dengan membaca yang kecilnya terlebih dahulu lalu dilakukan
pembacaan dengan yang besar lalu dikalikan dengan ketelitian dari dial gauge
tersebut. Misalkan pada hari kedua jam 02.00 dial gauge menunjukan
pertambahan panjang sebesar 1.6 mm lalu di jam ke 04.00 dial gauge menunjukan
pertambahan panjang 1.61 mm hal itu merupakan total penambahan panjang lalu
diselisihkan 1.61 mm dengan 1.6 mm yang akhirnya hasilnya 0.01 mm itu adalah
hasil penambahan panjang selama 2 jam.
Stress corrosion cracking ini mula mula diberi beban sebesar 19 kg lalu
entah oleh siapa ditambah beban tersebut tanpa sepengetahuan teman teman
angkatan dan asisten laboratorium. Hal ini akan menyebabkan anomaly pada
penambahan panjang yang akhirnya akan menyebabkan praktikum berjalan tidak
baik dan menyebabkan SCC ini termanipulasi. Hal ini seharusnya bisa dilakukan
penanggulangan dengan mengulang praktikum bagian modul 2 ini untuk
mendapatkan data yang valid.
Selain dengan penambahan beban, efek getaran yang diberikan semisal
dengan suara atau dengan hentakan kaki akan menyebabkan data menjadi invalid.
Karena dengan begitu, beban pada SCC ini akan mengalami beban tiba tiba
sehingga penambahan panjang terjadi. Pencegahan bisa dilakukan dengan
mengamati secara hati-hati demi berjalannya praktikum dengan baik.
Lalu setelah dilakukan pencabutan spesimen dari sel uji, spesimen diukur
kembali dan dikurangi dengan ukuran spesimen mula-mula untuk mengetahui
total perpanjangan yang dialami oleh spesimen selama spesimen diberi keadaan
asam dan diberi beban secara statis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju korosi pada SCC adalah lingkungan,
beban yang diberikan secara statis dan spesifikasi dari material tersebut.
Spesifikasi dari material berpengaruh pada laju korosi. Material memiliki macam
macam laju korosi sehingga akan berbeda jika dipasang spesimen yang berbeda.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 81


BAB III STRESS CORROSION CRACKING GRUP 11

3.7 Kesimpulan dan Saran


3.7.1 Kesimpulan
1. Mekanisme terjadinya SCC ini adalah pemberian lingkungan berupa
lingkungan asam dengan diberi beban secara statis sehingga mengetahui laju
korosi dan penambahan beban yang terjadi pada spesimen. Apabila
spesimen tersebut terkorosi maka akan bertambah panjang lebih besar
karena akibat penurunan sifat yang diakibatkan oleh korosi.
2. Parameter yang ada didalam SCC ini yaitu lingkungan dan beban yang
diberikan secara statis.
3. Dalam industry, pengaplikasian secara industry ini biasanya terjadi didalam
kapal yang sedang berlayar. Dengan beban statis dan lingkungan yang asam
pada air laut akan mengakibatkan kapal tersebut mengalami SCC. Sehingga
perlu dilakukan penelitian SCC pada material kapal terlebih dahulu sebelum
membuat kapal tersebut.

3.7.2 Saran
1. Dalam praktikum, gunakan alat sebaik mungkin agar alat tidak rusak.
2. Pengamatan sebaiknya dilakukan sesuai jadwal penuh sehingga apabila ada
kesalahan atau anomaly bisa dicari tahu dan bisa melapor kepada asisten
laboratorium.
3. Lakukan pengamatan dengan hati-hati agar tidak memberi beban tiba-tiba
terhadap spesimen SCC
4. Lakukan pengamatan dengan teliti.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2018/2019 82

Anda mungkin juga menyukai