Oleh :
Kelompok/Kelas : VII/2B
2019
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan
sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya
bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat
dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke
lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya
sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah
reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan
melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion
dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektronelektron yang tertinggal pada logam.
Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada
dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung
dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi
dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan
elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut
dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari
lingkungan sekitarnya.
Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e} x 2
Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l) +
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)
Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit
berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam
kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru. Lingkungan basa tersedia
karena kompleks kalium heksasianoferat (III). Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung
terus, sebab lapisan senyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah
ditembus oleh udara maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh
lebih negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi
Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak
dengan udara luar.
Korosi galvanik atau Galvanic Corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua buah
logam atau paduan yang berbeda, saling kontak atau bersentuhan dalam suatu larutan elektrolit.
Elektrolit dapat berupa larutan air garam, asam atau basa.
Proses korosi ini melibatkan reaksi elektrokimia oksidasi-reduksi (redoks). Kedua logam
yang berada dalam larutan elektrolit akan membentuk sebuah sel galvanik. Logam yang memiliki
nilai potensial elektroda yang lebih rendah yaitu logam dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri
Elektrokimia akan menghasilkan reaksi anodik atau oksidasi, sedangkan logam yang memiliki nilai
potensial elektroda lebih tinggi atau lebih mulia akan menghasilkan reaksi katodik atau reduksi
pada permukaannya.Perbedaan potensial elektroda antara kedua logam yang membentuk sel
gavanik merupakan penentu daya dorong untuk terjadinya korosi.
Gambar 1. Skematika Mekanisme Korosi Galvanik
Gambar 1. di atas menunjukkan mekanisme reaksi yang terjadi pada korosi galvanik yang
terbentuk oleh adanya hubungan antara dua logam yang memiliki potensial berbeda. Kedua logam
membentuk sel galvanik, dan logam yang memiliki potensial lebih rendah akan menjadi anoda dan
terkorosi, sedangkan logam yang memiliki potensial lebih tinggi akan berlaku sebagai katoda dan
tidak terkorosi.
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif saat terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda potensial
tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam. sehingga Salah satu dari
logam tersebut akan mengalami korosi, sedangkan logam lainnya akan terlindungi dari serangan
korosi. Korosi galvanik terjadi apabila berada dalam lingkungan lembab dan ada cairan elektrolit.
Jika tembaga dan besi diletakkan pada daerah lembab dan ada elektrolit, maka akan terjadi aliran
arus dari besi ke tembaga. Dalam hal ini korosi galvanik telah berlangsung, logam yang kurang
mulia akan menjadi anoda karbon.
Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi dwilogam. Korosi
ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam suatu lingkungan yang sama
dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan suatu beda potensial diantara logam
tesebut. Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda (katoda
dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah logam yang
sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada
anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi
reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.
Gambar 2. Proses terjadinya Korosi Galvanik
Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih rendah dan
logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih tinggi.
Contoh korosi galvanik misalnya pada seng terjadi akibat perbedaan potensial lokal yang
dimilikinya. Perbedaan potensial tersebut dapat berasal dari fasa – fasa, batas – batas butir, impurity
dan bagian – bagian lain. Dengan demikian akan terbentuk suatu anoda dan katoda lokal pada
permukaan logam tersebut. Selanjutnya terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda yan dimiliki
oleh oksidasi dari anoda lokal. Pada keadaan tertentu, misalnya seng tercelup dalam larutan asam
klorida pekat, Zn akan terkorosi maka terus sampai habis. Korosi galvanic corrosion dipengaruhi
oleh, lingkungan, jarak, area/luas
Masalah korosi galvanik di mulai pada saat perencanaan. Kadang-kadang penggabungan
dua logam yang berbeda terpaksa tidak dapat di hindari. Untuk mendapatkan gambaran logam-
logam atau paduan-paduan yang dapat di gabungkan untuk meminimumkan terjadinya serangan
korosi galvanik, sebagai langkah awal biasanya di perhatikan deret galvanik.
Deret galvanik adalah daftar potensial korosi dari berbagai logam dan paduan yang
terekspose ke dalam lingkungan yang spesifik. Potensial korosi dapat di ukur ddengan bantuan
elektroda standar (acuan). tabel I menunjukkan deret galvanik dari logam dan paduan di dalam air
laut. Logam dengan potensial yang lebih positif biasanya di sebut lebih nobel dan akan bersifat
lebih katodik bila di hubungkan dengan logam yang potensial korosinya lebih negatif yang di sebut
lebih aktif. Logam atau paduan yang paling aktif selalu akan bersifat anodik bila kontak listrik
dengan logam atau paduan lainnya. Pemilihan paduan dengan perbedaan potensial korosi yang
minimum akan meminimumkan korosi galvanik. Sebagai contoh korosi galvanik akan nyata
(significant) bila beda potensial korosi antara dua logam yang di hubungkan adalah sebesar 250
mV atau lebih. Deret galvanik hanya memberikan informasi kecenderungan korosi galvanik dan
tidak memberikan informasi tenyang laju serangannya. Hal yang menarik dari deret galvanik
adalah tanda kurung (bracket) yang mengelompokkan logam atau paduan. Material dalam
kelompok ini mempunyai ketahanan yang hampir sama khususnya karena kompossi dasar
materialnya sama, misalnya tembaga dan paduan tembaga. Pengelompokkan tersebut
menunjukkan pada penerapan praktisnya, bahaya korosi galvanik kecil bila logam atau paduan
dalam satu kelompok di hubungkan satu dengan lainnya.
Pada kenyataannya, tergantung dari geometri benda kerja, ketahanan lingkungan, sifat
pasivasi dari kedua material yang di hubungkan serta nisbah antar luas permukaan material –
material yang di hubungkan secara galvanik, distribusi potensial korosi setempat pada permukaan
logam akan bervariasi dari ujung logam yang satu ke ujung logm yang lain. Distribusi tersebut
mengakibatkan distribusi laju korosi setempat yang tidak merata.
Sifat korosi galvanik telah di lakukan secara luas untuk melindungi struktur logam. Sebagai
contoh struktur baja di hubungkan dengan logam seng yang berfungsi sebagai anoda yang di
korbankan (anoda tumbal). Laju korosi baja sangat menurun karena potensial antar muka baja
terpolarisasi katodik sehingga mendekati daerah immunnya.. sebagaimana halnya korosi galvanik,
potensial antar muka setempat pada permukaan struktur yang di lindungi oleh terdistribusi secara
tidak merata. Semakin jauh jarak lokasi pada permukaan struktur yang di lindungi dari anoda
tumbal, semakin rendah erus proteksi yang dapat menjangkau lokasi tersebut. Oleh karena itu
sebaran potensial antar muka akan menentukan letak anoda-anoda korban yang harus di pasang.
Potensial elektroda standar dari logam seng adalah: E0Zn = -0,763 V, dan
potensial logam besi adalah E0Fe = -0,44 V. Sehingga perbedaan potensial keduanya
adalah E0Fe – E0Zn = 0,323 V. Diketahui bahwa potensial Zn lebih rendah daripada
potensial Fe, oleh karena itu, Zn larut dalam elektrolit menurut reaksi anodik sebagai
berikut: Zn = Zn2+ + 2e-
H+ + e- = H
2. Korosi Galvanik Sistem Besi-Tembaga
Potensial elektroda standar logam besi adalah: E0Fe= -0.44 V, dan potensial
logam tembaga adalah E0Cu = 0,337 V. Sehingga perbedaan potensial kedua logam
tersebut adalah: E0Cu – E0Fe = 0,777 V. diketahui bahwa Potensial besi Fe lebih rendah
dari pada potensial tembaga, oleh karena itu pada permukaan logam besi terjadi reaksi
anodic, Fe larut dalam sistem berikut: Fe = Fe2+ + 2e-
Sel gavanik ini menyebabkan logam besi, Fe terkorosi. Pada permukaan
tembaga terjadi reaksi katodik antara elektron dengan ion hidrogen sesuai reaksi berikut:
H+ + e- = H.
Katoda akan terpolarisasi oleh kehadiran ion-ion hydrogen yang menghasilkan
lapisan film dan menutupi permukaan katoda. Lapisan film yang terbentuk ini
mempengaruhi kinetika atau kecepatan korosi berikutnya. Reaksi katodik menjadi
lambat. Reaksi antara electron dengan ion hydrogen yang terlarutpun menjadi lebih
lambat. Melambatnya reaksi katodik menyebabkan melambatnya reaksi. Pada larutan
elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen tinggi seperti larutan asam, maka ion
hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan katoda dan membentuk gas hidrogen yang
meninggalkan permukaan katoda, sesuai dengan reaksi berikut: 2H = H2.
Reaksi ini mampu menyebabkan terjadinya korosi yang berkelanjutan. Reaksi
pembentukan gas hydrogen, H2 di katodik berjalan terus akan diikuti dengan reaksi
pelepasan ion logam di daerah anoda. Sehingga jika reaksi pembentukan gas hidrogen
terjadi, maka korosi terjadi. Pada umumnya Larutan air adalah teraerasi atau
mengandung oksigen terlarut, oleh karenanya, ion hidrogen yang terbentuk pada
permukaan katoda bereaksi dengan oksigen sesuai reaksi berikut: 1/2O2 + 2H = H2O.
Kinetika untuk reaksi ini sangat ditentukan oleh laju difusi oksigen ke permukaan
katodik. Selama katoda menghasilkan reaksi ini, maka reaksi pelarutan logan di anoda
juga terjadi.
Salah satu penentuan laju korosi adalah berdasarkan kehilangan berat. Menurut Faraday,
kehilangan berat suatu logam akibat proses korosi dinyatakan dengan massa zat yang hilang
sebanding dengan jumlah listrik yang dialirkan. Laju korosi logam atau suatu paduan logam
dinyatakan dengan satuan massa persatuan luas persatuan waktu atau satuan panjang persatuan
waktu. Menurut Indarti (2010), laju korosi dapat dihitung dengan rumus:
∆W
r=
A×t×ρ
Keterangan :
ΔW = berat yang hilang (gram) A = luas permukaan (cm2)
t = waktu (jam) ρ = densitas (gr.cm-3)
r = laju korosi (mpy)
BAB III
METODOLOGI
Elektroda Acuan CSE 1 buah Larutan NaCl 3,56 gpl 1 Liter 2 buah
3 Fe Zn Larutan HCl 1 M
4 Fe Cu Larutan HCl 1 M
5 Fe Zn Air kran
6 Fe Cu Air kran
3.2.4 Keselamatan Kerja
PENANGANAN :
Kontak Mata: Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus
terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15
menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan
segera.
Kontak Kulit :Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak
air sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang
terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu
melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum
digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali.
Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kulit Serius :Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit
terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera
Terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan
segera perhatian medis.
Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya.
Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas,
lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
PERINGATAN :
Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut
ke mulut (resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif.
Cari bantuan medis segera.
Tertelan: JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat
demikian oleh personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui
mulut kepada korban yang sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti
kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika
gejala muncul
HCl
SIFAT FISIKA dan SIFAT KIMIA :
Keadaan fisik dan penampilan: Cairan.
Bau : pedas. Iritasi (Strong.)
Warna: tak berwarna menyala kuning.
Titik Didih : 108.58OC 760 mmHg (untuk 20,22% HCl dalam air) 83oC
760 mmHg (untuk 31% HCl dalam air) 50,5 C (untuk 37% HCl
dalam air)
Melting Point : -62,25 ° C (-80 ° F) (20,69% HCl dalam air) -46,2 C (31,24%
HCl dalam air) -25,4 C (39,17% HCl dalam air)
Spesifik Gravity : 1,1 -1 ,19 (Air = 1)
Tekanan Uap : 16 kPa
Kepadatan uap :1,267 (Air = 1)
Bau Threshold : 0,25 sampai 10 ppm
Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air, dietil eter.
Kelarutan : Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter.
Stabilitas : Produk ini stabil.
Kondisi Ketidakstabilan : Sangat reaktif dengan logam.
Korosivitas : Sangat korosif di hadapan aluminium, tembaga,
stainless steel (304), dari stainless steel (316). Non-korosif terhadap kaca.
PENANGANAN :
Kontak Mata: Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus
terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15
menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan
segera.
Kontak Kulit :Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak
air sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang
terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu
melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum
digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali.
Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kulit Serius : Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit
terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera
Inhalasi: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan
segera perhatian medis.
Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya.
Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas,
lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
PERINGATAN :
Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut
ke mulut (resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif.
Cari bantuan medis segera.
Tertelan: JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat
demikian oleh personel medis. Identifikasi Bahaya
PENANGANAN :
Kontak Mata: Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus terjadi
kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Air
dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kontak Kulit: Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak
air selama minimal 15 menit, melepaskan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Kulit Serius: Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi
kulit terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Carilah bantuan medis segera.
Terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan
perawatan medis segera.
Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman sesegera mungkin.
Kendurkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau pinggang.
Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Jika korban tidak bernafas, beri nafas
buatan.
Tertelan: Jika tertelan, jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk
melakukannya oleh tenaga medis. Dilarang memberikan apapun melalui
mulut kepada orang yang tidak sadar. Alat Pelindung:
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
Fe
HCl Fe
Larutan HCl awalnya berwarna Larutan HCl kembali pada keadaan awal
Zn
bening, namun setelah logam yaitu berwarna bening terdapat endapan
dimasukkan terjadi reaksi yang berwarna cokelat.
ditunjukkan dengan adanya Logam Fe terkorosi, hampir di seluruh
gelembung terutama pada logam permukaan logam ditutupi lapisan coklat
Zn, warna larutan menjadi keruh. kehitaman dan gelembung.
Pada logam Fe tidak terjadi Logam Zn terkorosi, diseluruh logam
perubahan, baik dari warna ditutupi lapisan coklat dan logam menjadi
maupun kondisi permukaan. sangat tipis dan rapuh.
Pada logam Zn tidak terjadi
perubahan baik dari segi warna
maupun kondisi permukaan.
Fe
Zn
Pada larutan air kran yang jernih Larutan air kran warnanya menjadi keruh
Cu tidak terjadi korosi apapun. dan bagian bawah gelas ada endapan
Logam Fe bersih, permukaannya berwarna coklat kekuningan.
tidak terjadi korosi, berwarna Logam Fe terkorosi, permukannya
silver dan tebal. ditutupi lapisan berwarna coklat.
Logam Cu bersih, permukannya Logam Cu terkorosi sebagian, hanya
tidak terkorosi, bewarna merah- bagian bawah yang terkorosi. Permukaan
jingga metalik dan tebal seperti yang terkorosi dilapisi bagian berwarna
logam Fe. kehitaman.
Eo Sel
Luas Eo Sel (V/SHE) Berat (gram)
Larutan pH Logam (V/CSE)
Permukaan
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Fe (5) -0,448 -0,125 17,64 -0,13 0,193 9,62 9,5
Zn (1) -1,106 -0,116 14,06 -0,788 0,202 1,21 1,1
NaCl 6
Fe (6) -0,451 -0,891 20 -0,133 -0,573 9,81 9,7
Cu (1) -0,377 -0,675 20 -0,059 -0,357 14,93 14,9
Fe (1) -0,516 -0,759 20 -0,198 -0,441 10,34 9,6
Zn (2) -1,037 -0,847 15,2 -0,719 -0,529 1,23 0,7
HCl 1
Fe (2) -0,545 -0,837 20 -0,227 -0,519 10,49 9,1
Cu (2) -0,524 -0,898 20 -0,206 -0,58 14,53 14,5
Fe (3) -0,6 -0,684 20 -0,282 -0,366 9,75 9,7
Air Zn (3) -0,87 -0,954 13,3 -0,552 -0,636 1,06 0,9
6
Kran Fe (4) -0,593 -0,694 19,6 -0,275 -0,376 10,27 10,1
Cu (3) -0,493 -0,354 10 -0,175 -0,036 15 14,8
4.2 Pengolahan Data
𝑊
Zn : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,11gr
=
6,9 gr/cm3 𝑥11,78cm2 x 165 jam
Fe dan Cu
𝑊
Fe : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,11gr
=
7,86 gr/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam
𝑊
Cu: laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,03gr
=
8,8gr/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam
Fe dan Cu
𝑊
Fe : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
1,39g
=
7,86 g/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam
𝑊
Cu: laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,03g
=
8,8g/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam
𝑊
Zn : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,16g
=
6,9 g/cm3 𝑥13,3cm2 x 165 jam
𝑊
Fe : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,17g
=
7,86 g/cm3 𝑥19,6cm2 x 165 jam
𝑊
Cu: laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,2g
=
8,8g/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan korosi galvanik dengan variasi larutan dan
logam untuk kemudian dicari pengaruhnya terhadap laju korosi. Variasi larutan digunakan untuk
mengetahui pengaruh lingkungan terhadap laju korosi, sedangkan variasi logam yang membentuk
rangkaian sel galvani digunakan untuk mengetahui pengaruh besarnya potensial sel terhadap laju
korosi.
Larutan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu larutan NaCl, HCl dan air keran.
Sedangkan logam yang digunakan adalah logam Fe, Zn dan Cu. Logam Fe dipasangkan oleh logam
Zn dan logam Cu. Pengamatan dilakukan pada saat awal logam dicelupkan ke dalam larutan dan
setelah didiamkan selama tujuh hari.
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
6.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung :PT Citra AdityaBakti.
Publishing Company.
Indarti, Retno. 2008. Buku Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Teknik Pencegahan Korosi,
Nasional Association of Corrosion Engineers. 1975. Nace Basic Corrosion Course. Houston.
Ngatin A,. Modul Praktikum Korosi. Departemen Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
Tim Penyusun. 2002. Teknik Pengendalian Korosi. Bandung: Jurusan Teknik Kimia
Trethewey, K. R., dan Camberlain, J., 1991, Korosi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Logam yang digunakan