Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

LABORATORIUM PENGENDALIAN KOROSI


SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2018/2019

MODUL : Korosi Galvanik


PEMBIMBING : Ir. Retno Indarti, MT

Tanggal Praktikum : Rabu, 06 Maret 2019

Tanggal Penyerahan Laporan : Rabu, 20 Maret 2019

Oleh :

Kelompok/Kelas : VII/2B

Raden Sukmawati NIM 171411057

Rani Husna S NIM 171411058

Risa Nurlaili Qodariah NIM 171411060

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korosi dapat diartikan sebagai karat, dan dianggap sebagai musuh oleh sebagian
besar masyarakat, “karat” (rust), itu adalah sebutan belakangan ini dikhususkan untuk
sebutan korosi pada besi, padahal hampir semua logam dapat mengalami proses korosi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat akhir-akhir ini
membawa manusia kepada peradaban yang baru, dimana manusia memenuhi
kebutuhannya yang sudah didukung oleh peralatan-peralatan yang serba modern. Dan
hampir semuan jenis peralatan yang digunakan, ternyata logam mendominasi sebagai
bahan bakunya. Logam yang sudah ditemukan beratus-ratus tahun yang lalu, dalam
pengunaannya sering kali menimbulkan masalah yang kadang sulit untuk
memecahkannya. Salah satu masalah besar yang muncul logam yaitu korosi, korosi
merupakan gejala alamiah yang dapat terjadipada semua logam. Korosi akan
mempengaruhi daya guna dari semua logam sehingga menimbulkan kerugian yang cukup
besar.
Korosi adalah reaksi elektrokimia antara logam dengan lingkungan yang dapat
menghasilkan ion-ion. Korosi biasa terjadi karena adanya pasagan sel galvanik dan arus
listrik yang mengiringinya. Korosi dapat menimbulkan penurunan mutu logam, pasangan
galvanik-galvanik ini adalah yang memunculkan anoda dan katoda akibat sel komposisi,
sel tegangan, sel konsentrasi. Jika antara anoda dan katoda ini terjadi hubungan listrik
melalui penghantar langsung maupun elektrolit, maka akan semakin banyak anoda yang
menjadi ion, sehingga anoda akan kehilangan massa atau disebut terkorosi.
Penggunaan baja sudah tidak asing lagi pada proses industri. Umumnya untuk
mencegah korosi pada struktur baja digunakan pelapis atau polarisasi katoda (cathodic
polarization), yaitu dengan memasang anoda sebagai timbal. Dengan pengaruh
lingkungan seperti perubahan suhu udara, air, zat-zat kimia, dan lain-lain dapat
menurunkan kualitas ketahanan logam (korosi). Proses terjadinya korosi tidak dapat
dihindari, namun dapat dikendalikan. Untuk pengendalian dengan katodik atau anodik,
sebelum dilakukan pengendalian perlu diketahui terlebih dulu logam yang bertindak
sebagai anoda dan katoda. Selain itu perlu diketahui juga kacepatan korosi dari masing-
masing logam di berbagai larutan sebagai acuan untuk diterapkan pengendalian tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menjelaskan koroai galvanik
2. Mahasiswa dapat menentukan logam yang berperan sebagai katodik dan anodik pada
peristiwa galvanik
3. Mahasiswa dapat menghitung laju korosi logam dalam lingkungan yang berbeda.

BAB II
LANDASAN TEORI

Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan
sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya
bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat
dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke
lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya
sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah
reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan
melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion
dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektronelektron yang tertinggal pada logam.
Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada
dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung
dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi
dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan
elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut
dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari
lingkungan sekitarnya.
Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e} x 2
Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l) +
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)

Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit
berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam
kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru. Lingkungan basa tersedia
karena kompleks kalium heksasianoferat (III). Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung
terus, sebab lapisan senyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah
ditembus oleh udara maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh
lebih negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi
Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak
dengan udara luar.

 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOROSI


 Jenis dan konsentrasi elektrolit
 Adanya oksigen terlarut pada elektrolit
 Temperatur tinggi
 Kecepatan gerakan elektrolit
 Jenis logam/paduan
 Adanya galvanic cells
 Adanya tegangan (tarik)

Korosi galvanik atau Galvanic Corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua buah
logam atau paduan yang berbeda, saling kontak atau bersentuhan dalam suatu larutan elektrolit.
Elektrolit dapat berupa larutan air garam, asam atau basa.
Proses korosi ini melibatkan reaksi elektrokimia oksidasi-reduksi (redoks). Kedua logam
yang berada dalam larutan elektrolit akan membentuk sebuah sel galvanik. Logam yang memiliki
nilai potensial elektroda yang lebih rendah yaitu logam dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri
Elektrokimia akan menghasilkan reaksi anodik atau oksidasi, sedangkan logam yang memiliki nilai
potensial elektroda lebih tinggi atau lebih mulia akan menghasilkan reaksi katodik atau reduksi
pada permukaannya.Perbedaan potensial elektroda antara kedua logam yang membentuk sel
gavanik merupakan penentu daya dorong untuk terjadinya korosi.
Gambar 1. Skematika Mekanisme Korosi Galvanik
Gambar 1. di atas menunjukkan mekanisme reaksi yang terjadi pada korosi galvanik yang
terbentuk oleh adanya hubungan antara dua logam yang memiliki potensial berbeda. Kedua logam
membentuk sel galvanik, dan logam yang memiliki potensial lebih rendah akan menjadi anoda dan
terkorosi, sedangkan logam yang memiliki potensial lebih tinggi akan berlaku sebagai katoda dan
tidak terkorosi.
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif saat terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda potensial
tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam. sehingga Salah satu dari
logam tersebut akan mengalami korosi, sedangkan logam lainnya akan terlindungi dari serangan
korosi. Korosi galvanik terjadi apabila berada dalam lingkungan lembab dan ada cairan elektrolit.
Jika tembaga dan besi diletakkan pada daerah lembab dan ada elektrolit, maka akan terjadi aliran
arus dari besi ke tembaga. Dalam hal ini korosi galvanik telah berlangsung, logam yang kurang
mulia akan menjadi anoda karbon.
Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi dwilogam. Korosi
ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam suatu lingkungan yang sama
dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan suatu beda potensial diantara logam
tesebut. Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda (katoda
dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah logam yang
sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada
anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi
reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.
Gambar 2. Proses terjadinya Korosi Galvanik
Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih rendah dan
logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih tinggi.
Contoh korosi galvanik misalnya pada seng terjadi akibat perbedaan potensial lokal yang
dimilikinya. Perbedaan potensial tersebut dapat berasal dari fasa – fasa, batas – batas butir, impurity
dan bagian – bagian lain. Dengan demikian akan terbentuk suatu anoda dan katoda lokal pada
permukaan logam tersebut. Selanjutnya terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda yan dimiliki
oleh oksidasi dari anoda lokal. Pada keadaan tertentu, misalnya seng tercelup dalam larutan asam
klorida pekat, Zn akan terkorosi maka terus sampai habis. Korosi galvanic corrosion dipengaruhi
oleh, lingkungan, jarak, area/luas
Masalah korosi galvanik di mulai pada saat perencanaan. Kadang-kadang penggabungan
dua logam yang berbeda terpaksa tidak dapat di hindari. Untuk mendapatkan gambaran logam-
logam atau paduan-paduan yang dapat di gabungkan untuk meminimumkan terjadinya serangan
korosi galvanik, sebagai langkah awal biasanya di perhatikan deret galvanik.
Deret galvanik adalah daftar potensial korosi dari berbagai logam dan paduan yang
terekspose ke dalam lingkungan yang spesifik. Potensial korosi dapat di ukur ddengan bantuan
elektroda standar (acuan). tabel I menunjukkan deret galvanik dari logam dan paduan di dalam air
laut. Logam dengan potensial yang lebih positif biasanya di sebut lebih nobel dan akan bersifat
lebih katodik bila di hubungkan dengan logam yang potensial korosinya lebih negatif yang di sebut
lebih aktif. Logam atau paduan yang paling aktif selalu akan bersifat anodik bila kontak listrik
dengan logam atau paduan lainnya. Pemilihan paduan dengan perbedaan potensial korosi yang
minimum akan meminimumkan korosi galvanik. Sebagai contoh korosi galvanik akan nyata
(significant) bila beda potensial korosi antara dua logam yang di hubungkan adalah sebesar 250
mV atau lebih. Deret galvanik hanya memberikan informasi kecenderungan korosi galvanik dan
tidak memberikan informasi tenyang laju serangannya. Hal yang menarik dari deret galvanik
adalah tanda kurung (bracket) yang mengelompokkan logam atau paduan. Material dalam
kelompok ini mempunyai ketahanan yang hampir sama khususnya karena kompossi dasar
materialnya sama, misalnya tembaga dan paduan tembaga. Pengelompokkan tersebut
menunjukkan pada penerapan praktisnya, bahaya korosi galvanik kecil bila logam atau paduan
dalam satu kelompok di hubungkan satu dengan lainnya.
Pada kenyataannya, tergantung dari geometri benda kerja, ketahanan lingkungan, sifat
pasivasi dari kedua material yang di hubungkan serta nisbah antar luas permukaan material –
material yang di hubungkan secara galvanik, distribusi potensial korosi setempat pada permukaan
logam akan bervariasi dari ujung logam yang satu ke ujung logm yang lain. Distribusi tersebut
mengakibatkan distribusi laju korosi setempat yang tidak merata.
Sifat korosi galvanik telah di lakukan secara luas untuk melindungi struktur logam. Sebagai
contoh struktur baja di hubungkan dengan logam seng yang berfungsi sebagai anoda yang di
korbankan (anoda tumbal). Laju korosi baja sangat menurun karena potensial antar muka baja
terpolarisasi katodik sehingga mendekati daerah immunnya.. sebagaimana halnya korosi galvanik,
potensial antar muka setempat pada permukaan struktur yang di lindungi oleh terdistribusi secara
tidak merata. Semakin jauh jarak lokasi pada permukaan struktur yang di lindungi dari anoda
tumbal, semakin rendah erus proteksi yang dapat menjangkau lokasi tersebut. Oleh karena itu
sebaran potensial antar muka akan menentukan letak anoda-anoda korban yang harus di pasang.

 FAKTOR YNG MEMPENGARUHI KOROSI GALVANIK


1. Lingkungan
Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya. Pada
umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu lingkungan
berfungsi sebagai anoda. Biasanya baja dan seng keduanya akan terkorosi akan tetapi
jika keduanya dihubungkan maka seng akan terkorosi sedangkan baja akan terlindungi.
Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan temperatur 180℉,
terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami koroso sedangkan Zn terlindungi. Hal ini
dikarenakan produk korosi pada Zn bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia
terhadap baja. Menurut Haney, Zn menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi
kebalikannya jika ada ion-ion penghalang seperti nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam
air.
2. Jarak
Laju korosi umumnya paling besar pada daerah dekat permukaan kedua logam. Laju
korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan kedua logam
tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik
dapat diketahui dengan adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat permukaan
logam.
3. Luas penampang
Jika luas penampang katodik jauh lebih besar dari pada katode maka makin besar rapat
arus pada daerah anode sehingga laju korosi makin cepat pula. Korosi di daerah anodik
akan menjadi 100-1000 kali lebih besar jika dibandingkan dengan keseimbangan luas
penampang anodik dan katodik.

 JENIS-JENIS KOROSI GALVANIK


1. Korosi Galvanik Sistem Besi-Seng.

Potensial elektroda standar dari logam seng adalah: E0Zn = -0,763 V, dan
potensial logam besi adalah E0Fe = -0,44 V. Sehingga perbedaan potensial keduanya
adalah E0Fe – E0Zn = 0,323 V. Diketahui bahwa potensial Zn lebih rendah daripada
potensial Fe, oleh karena itu, Zn larut dalam elektrolit menurut reaksi anodik sebagai
berikut: Zn = Zn2+ + 2e-

System galvanik ini menyebabkan seng terkorosi dengan melepaskan elektron.


Elektron mengalir dari daerah anoda seng ke katoda besi. Kemudian dipermukaan
katoda besi, elektron ini habis digunakan dalam reaksi katodik seperti berikut:

H+ + e- = H
2. Korosi Galvanik Sistem Besi-Tembaga
Potensial elektroda standar logam besi adalah: E0Fe= -0.44 V, dan potensial
logam tembaga adalah E0Cu = 0,337 V. Sehingga perbedaan potensial kedua logam
tersebut adalah: E0Cu – E0Fe = 0,777 V. diketahui bahwa Potensial besi Fe lebih rendah
dari pada potensial tembaga, oleh karena itu pada permukaan logam besi terjadi reaksi
anodic, Fe larut dalam sistem berikut: Fe = Fe2+ + 2e-
Sel gavanik ini menyebabkan logam besi, Fe terkorosi. Pada permukaan
tembaga terjadi reaksi katodik antara elektron dengan ion hidrogen sesuai reaksi berikut:
H+ + e- = H.
Katoda akan terpolarisasi oleh kehadiran ion-ion hydrogen yang menghasilkan
lapisan film dan menutupi permukaan katoda. Lapisan film yang terbentuk ini
mempengaruhi kinetika atau kecepatan korosi berikutnya. Reaksi katodik menjadi
lambat. Reaksi antara electron dengan ion hydrogen yang terlarutpun menjadi lebih
lambat. Melambatnya reaksi katodik menyebabkan melambatnya reaksi. Pada larutan
elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen tinggi seperti larutan asam, maka ion
hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan katoda dan membentuk gas hidrogen yang
meninggalkan permukaan katoda, sesuai dengan reaksi berikut: 2H = H2.
Reaksi ini mampu menyebabkan terjadinya korosi yang berkelanjutan. Reaksi
pembentukan gas hydrogen, H2 di katodik berjalan terus akan diikuti dengan reaksi
pelepasan ion logam di daerah anoda. Sehingga jika reaksi pembentukan gas hidrogen
terjadi, maka korosi terjadi. Pada umumnya Larutan air adalah teraerasi atau
mengandung oksigen terlarut, oleh karenanya, ion hidrogen yang terbentuk pada
permukaan katoda bereaksi dengan oksigen sesuai reaksi berikut: 1/2O2 + 2H = H2O.
Kinetika untuk reaksi ini sangat ditentukan oleh laju difusi oksigen ke permukaan
katodik. Selama katoda menghasilkan reaksi ini, maka reaksi pelarutan logan di anoda
juga terjadi.

 PENCEGAHAN KOROSI GALVANIK


Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari,
namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah
dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan
elektronik dalam rumah tangga atau kegiatan industri menjadi panjang sesuai dengan yang
direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih
tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional,
sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industry serta menghemat
anggaran pembelanjaan rumah tangga.

Adapun cara penanggulangan korosi galvanik yaitu:

a. Menghindari kontak logam yang berbeda (logamnya harus sama)


b. Mencegah kontak listrik antara 2 komponen logam
c. Penggunaan pengaruh luas permukaan
d. Menghindari daerah yang basah pada logam
e. Merancang dengan baik agar dapat mengganti bagian-bagian anoda yang rusak
dengan menggunakan bahan-bahan yang siap pakai atau buatlah anodik yang lebih
tebal agar lebih tahan lama.
f. Menambahkan inhibitor untuk mengurangi keagresifan lingkungan.

Salah satu penentuan laju korosi adalah berdasarkan kehilangan berat. Menurut Faraday,
kehilangan berat suatu logam akibat proses korosi dinyatakan dengan massa zat yang hilang
sebanding dengan jumlah listrik yang dialirkan. Laju korosi logam atau suatu paduan logam
dinyatakan dengan satuan massa persatuan luas persatuan waktu atau satuan panjang persatuan
waktu. Menurut Indarti (2010), laju korosi dapat dihitung dengan rumus:
∆W
r=
A×t×ρ
Keterangan :
ΔW = berat yang hilang (gram) A = luas permukaan (cm2)
t = waktu (jam) ρ = densitas (gr.cm-3)
r = laju korosi (mpy)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat Jumlah Bahan Jumlah

Gelas Kimia 6 buah Logam Fe 6 buah

Multimeter 1 buah Logam Zn 3 buah

pH meter 3 buah Logam Cu 3 buah

Spatula 1 buah Kertas Abrasive 6 buah

Timbangan Elektronik 1 buah Isolasi 1 buah

Elektroda Acuan CSE 1 buah Larutan NaCl 3,56 gpl 1 Liter 2 buah

Batang Pengaduk 1 buah Larutan HCl 1M 1 Liter 2 buah

Penggaris 1 buah Air Keran 1 Liter 2 buah

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Persiapan Spesimen Benda Kerja

Menyiapkan logam Fe, Zn dan Cu

Mengamplas masing-masing logam


dengan kertas abrasive

Membersihkan kotoran yang


menempel pada logam dengan
aquades
3.2.2 Persiapan Larutan

Membuatan larutan NaCl 3,56 gpl ( 1 Liter )

Membuatan larutan HCl 1M ( 1 Liter )

Menyiapkan air keran ( 1 Liter )

3.2.3 Langkah Kerja

Mengukur luas Menimbang berat awal Membagi masing-masing


permukaan logam masing-masing logam larutan ke gelas plastik

Mendiamkan Memasang kabel penghubung Mengukur potensial sel setiap


rangkaian selama dan menghubungkan pada logam dalam masing- masing
7 hari setiap logam larutan dengan multimeter dan pH

Setelah 7 hari, mencuci Menimbang berat akhir


logam dari korosi dan logam dan mengukur laju
mengeringkan logam korosinya

Percobaan Logam I Logam II Media korosif (larutan)

1 Fe Zn Larutan NaCl 3,56 gpL

2 Fe Cu Larutan NaCl 3,56 gpL

3 Fe Zn Larutan HCl 1 M

4 Fe Cu Larutan HCl 1 M

5 Fe Zn Air kran

6 Fe Cu Air kran
3.2.4 Keselamatan Kerja

1. Alat Perlindungan Diri ( APD )


 Jas Laboratorium
 Masker pelindung
 Sarung tangan
2. Material Safety Data Sheet ( MSDS )
 NaCl
SIFAT FISIKA dan SIFAT KIMIA :
Keadaan fisik dan penampilan: Solid. (Bubuk kristal padat.)
Bau : Sedikit.
Rasanya : Garam
Berat Molekul : 58,44 g / mol
Warna : Putih.
pH (1% soln / air): Netral 7
Titik Didih : 1413 ° C (2575,4 ° F)
Melting Point : 801 ° C (1473,8 ° F)
Spesifik Gravity: 2.165 (Air = 1)
Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dingin, air panas. Larut dalam gliserol,
dan amonia. Sangat sedikit larut dalam alkohol tidak larut dalam Asam klorida.

PENANGANAN :

 Kontak Mata: Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus
terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15
menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan
segera.
 Kontak Kulit :Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak
air sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang
terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu
melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum
digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali.
Dapatkan perawatan medis dengan segera.
 Kulit Serius :Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit
terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera
 Terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan
segera perhatian medis.
 Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya.
Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas,
lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.

PERINGATAN :

 Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut
ke mulut (resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif.
Cari bantuan medis segera.
 Tertelan: JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat
demikian oleh personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui
mulut kepada korban yang sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti
kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika
gejala muncul

 HCl
SIFAT FISIKA dan SIFAT KIMIA :
Keadaan fisik dan penampilan: Cairan.
Bau : pedas. Iritasi (Strong.)
Warna: tak berwarna menyala kuning.
Titik Didih : 108.58OC 760 mmHg (untuk 20,22% HCl dalam air) 83oC
760 mmHg (untuk 31% HCl dalam air) 50,5 C (untuk 37% HCl
dalam air)
Melting Point : -62,25 ° C (-80 ° F) (20,69% HCl dalam air) -46,2 C (31,24%
HCl dalam air) -25,4 C (39,17% HCl dalam air)
Spesifik Gravity : 1,1 -1 ,19 (Air = 1)
Tekanan Uap : 16 kPa
Kepadatan uap :1,267 (Air = 1)
Bau Threshold : 0,25 sampai 10 ppm
Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air, dietil eter.
Kelarutan : Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter.
Stabilitas : Produk ini stabil.
Kondisi Ketidakstabilan : Sangat reaktif dengan logam.
Korosivitas : Sangat korosif di hadapan aluminium, tembaga,
stainless steel (304), dari stainless steel (316). Non-korosif terhadap kaca.

PENANGANAN :

 Kontak Mata: Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus
terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15
menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan
segera.
 Kontak Kulit :Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak
air sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang
terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu
melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum
digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali.
Dapatkan perawatan medis dengan segera.
 Kulit Serius : Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit
terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera
 Inhalasi: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan
segera perhatian medis.
 Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya.
Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas,
lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
PERINGATAN :

 Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut
ke mulut (resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif.
Cari bantuan medis segera.
 Tertelan: JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat
demikian oleh personel medis. Identifikasi Bahaya

PENANGANAN :

 Kontak Mata: Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus terjadi
kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Air
dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
 Kontak Kulit: Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak
air selama minimal 15 menit, melepaskan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Kulit Serius: Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi
kulit terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Carilah bantuan medis segera.
 Terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan
perawatan medis segera.
 Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman sesegera mungkin.
Kendurkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau pinggang.
Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Jika korban tidak bernafas, beri nafas
buatan.
 Tertelan: Jika tertelan, jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk
melakukannya oleh tenaga medis. Dilarang memberikan apapun melalui
mulut kepada orang yang tidak sadar. Alat Pelindung:
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan

Larutan Logam Sebelum 7 hari Setelah 7 hari

Fe

Larutan NaCl berwarna bening, Larutan NaCl yang awalnya berwarna


NaCl saat logam dimasukkan kedalam bening menjadi agak keruh dan terdapat
larutan tidak terjadi reaksi endapan warna cokelat.
apapun. Logam Fe terkorosi, hampir di seluruh
Pada logam Fe tidak terjadi permukaan logam ditutupi lapisan kuning
Zn
perubahan, baik dari warna kecoklatan.
maupun kondisi permukaan. Logam Zn terkorosi, Hampir di seluruh
Pada logam Zn tidak terjadi permukaan logam menjadi berwarna
perubahan baik dari segi warna coklat kehitaman.
maupun kondisi permukaan.
Fe

Larutan NaCl berwarna bening,


Cu
saat logam dimasukkan kedalam
larutan tidak terjadi reaksi Larutan NaCl yang awalnya berwarna
apapun. bening menjadi agak keruh dan terdapat
Pada logam Fe tidak terjadi endapan warna cokelat.
perubahan, baik dari warna Logam Fe terkorosi, hampir di seluruh
maupun kondisi permukaan. permukaan logam ditutupi lapisan kuning
Pada logam Cu tidak terjadi kecoklatan.
perubahan baik dari segi warna Logam Cu terkorosi, diseluruh permukaan
maupun kondisi permukaan. logam ditutupi lapisan kuning.

HCl Fe

Larutan HCl awalnya berwarna Larutan HCl kembali pada keadaan awal
Zn
bening, namun setelah logam yaitu berwarna bening terdapat endapan
dimasukkan terjadi reaksi yang berwarna cokelat.
ditunjukkan dengan adanya Logam Fe terkorosi, hampir di seluruh
gelembung terutama pada logam permukaan logam ditutupi lapisan coklat
Zn, warna larutan menjadi keruh. kehitaman dan gelembung.
Pada logam Fe tidak terjadi Logam Zn terkorosi, diseluruh logam
perubahan, baik dari warna ditutupi lapisan coklat dan logam menjadi
maupun kondisi permukaan. sangat tipis dan rapuh.
Pada logam Zn tidak terjadi
perubahan baik dari segi warna
maupun kondisi permukaan.
Fe

Larutan HCl tetap berwarna bening dan


Larutan HCl berwarna bening,
Cu ada sedikit endapan berwarna cokelat
saat logam dimasukkan kedalam
kehitaman.
larutan tidak terjadi reaksi
Logam Fe terkorosi, hampir di seluruh
apapun.
permukaan logam ditutupi lapisan coklat
Pada logam Fe tidak terjadi
kehitaman dan gelembung.
perubahan, baik dari warna
Pada logam Cu tidak terjadi perubahan
maupun kondisi permukaan.
dari segi warna, tidak ada gelembung,
Pada logam Cu tidak terjadi
hanya dipermukaannya sedikit licin.
perubahan baik dari segi warna
maupun kondisi permukaan.
Air Fe
Kran

Zn

Larutan Air kran warnanya menjadi agak


Air Kran tidak berwarna dan keruh dan bagian bawah gelas ada sedikit
bening, saat logam dimasukkan endapan berwarna coklat.
tidak terjadi reaksi apapun. Logam Fe tidak terlalu terkorosi,
Pada logam Fe tidak terjadi dipermukannya masih ada yang bersih.
perubahan, baik dari warna Logam Zn tidak terkorosi hanya sedikit
maupun kondisi permukaan. licin di permukannya.
Pada logam Zn tidak terjadi
perubahan baik dari segi warna
maupun kondisi permukaan.
Fe

Pada larutan air kran yang jernih Larutan air kran warnanya menjadi keruh
Cu tidak terjadi korosi apapun. dan bagian bawah gelas ada endapan
Logam Fe bersih, permukaannya berwarna coklat kekuningan.
tidak terjadi korosi, berwarna Logam Fe terkorosi, permukannya
silver dan tebal. ditutupi lapisan berwarna coklat.
Logam Cu bersih, permukannya Logam Cu terkorosi sebagian, hanya
tidak terkorosi, bewarna merah- bagian bawah yang terkorosi. Permukaan
jingga metalik dan tebal seperti yang terkorosi dilapisi bagian berwarna
logam Fe. kehitaman.

Eo Sel
Luas Eo Sel (V/SHE) Berat (gram)
Larutan pH Logam (V/CSE)
Permukaan
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Fe (5) -0,448 -0,125 17,64 -0,13 0,193 9,62 9,5
Zn (1) -1,106 -0,116 14,06 -0,788 0,202 1,21 1,1
NaCl 6
Fe (6) -0,451 -0,891 20 -0,133 -0,573 9,81 9,7
Cu (1) -0,377 -0,675 20 -0,059 -0,357 14,93 14,9
Fe (1) -0,516 -0,759 20 -0,198 -0,441 10,34 9,6
Zn (2) -1,037 -0,847 15,2 -0,719 -0,529 1,23 0,7
HCl 1
Fe (2) -0,545 -0,837 20 -0,227 -0,519 10,49 9,1
Cu (2) -0,524 -0,898 20 -0,206 -0,58 14,53 14,5
Fe (3) -0,6 -0,684 20 -0,282 -0,366 9,75 9,7
Air Zn (3) -0,87 -0,954 13,3 -0,552 -0,636 1,06 0,9
6
Kran Fe (4) -0,593 -0,694 19,6 -0,275 -0,376 10,27 10,1
Cu (3) -0,493 -0,354 10 -0,175 -0,036 15 14,8
4.2 Pengolahan Data

4.2.1. Perhitungan Laju Korosi


𝑊
Laju Korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
Dengan:
r = Laju korosi (mpy, mil per year)
W = Kehilangan berat (mg)
ρ = Densitas (g/cm3)
A = Luas permukaan sampel (in2)
t = Lama waktu pengujian (jam)
Data:
ρ Fe = 7.86 g/cm3
ρ Cu = 8.8 g/cm3
ρ Zn = 6.9 g/cm3
Waktu (Rabu 06/03/19 15:30 – Rabu 13/03/19 12:30) = 165 jam
A Ρ t
Larutan Logam W (g) r (g/cm) r (mpy)
(cm2) (g/cm3) (jam)
Fe 17,64 0,12 7,86 165 5,25E-06 0,75
Zn 11,78 0,11 6,9 165 8,20E-06 1,18
NaCl
Fe 20 0,11 7,86 165 4,24E-06 0,61
Cu 20 0,03 8,8 165 1,03E-06 0,15
Fe 20 0,74 7,86 165 2,85E-05 4,10
Zn 15,2 0,53 6,9 165 3,06E-05 4,40
HCl
Fe 20 1,39 7,86 165 5,36E-05 7,70
Cu 20 0,03 8,8 165 1,03E-06 0,15
Fe 20 0,05 7,86 165 1,93E-06 0,28
Zn 13,3 0,16 6,9 165 1,06E-05 1,52
Air Kran
Fe 19,6 0,17 7,86 165 6,69E-06 0,96
Cu 20 0,2 8,8 165 6,89E-06 0,99
Cara mengonversi laju reaksi dari cm/jam ke mpy
𝑐𝑚 1 𝑖𝑛𝑐ℎ 103 𝑚𝑖𝑙𝑠 365 𝑑𝑎𝑦
𝑟= × × ×
𝑗𝑎𝑚 2,54 𝑐𝑚 1 𝑖𝑛𝑐ℎ 1 𝑦𝑒𝑎𝑟
a. Pada larutan NaCl 3,56 gpl
 Fe dan Zn
𝑊
Fe : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,12 gr
=
7,86 gr/cm3 𝑥17,64cm2 x 165 jam

= 5,25x10-6cm/jam atau 0,75 mpy

𝑊
Zn : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,11gr
=
6,9 gr/cm3 𝑥11,78cm2 x 165 jam

= 8,20 x10-6 cm/jam atau 1,81 mpy

 Fe dan Cu
𝑊
Fe : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,11gr
=
7,86 gr/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam

= 4,24 x10-6 cm/jam atau 0,61 mpy

𝑊
Cu: laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,03gr
=
8,8gr/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam

= 1,03 x10-6 cm/jam atau 0,15 mpy

b. Pada larutan HCl 1 M


 Fe dan Zn
𝑊
Fe : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,74g
=
7,86 g/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam

= 2,85 x10-5 cm/jam atau 4,10 mpy


𝑊
Zn : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,53g
=
6,9 g/cm3 𝑥15,2cm2 x 165 jam

= 3,06 x10-5 cm/jam atau 4,40 mpy

 Fe dan Cu

𝑊
Fe : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
1,39g
=
7,86 g/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam

= 5,36 x10-5 cm/jam atau 7,70mpy

𝑊
Cu: laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,03g
=
8,8g/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam

= 71,03 x10-6 cm/jam atau 0,15 mpy

c. Pada air keran


 Fe dan Zn
𝑊
Fe : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,05g
=
7,86 g/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam

= 1,93 x10-6 cm/jam atau 0,28mpy

𝑊
Zn : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,16g
=
6,9 g/cm3 𝑥13,3cm2 x 165 jam

= 1,06 x10-5 cm/jam atau 1,52 mpy


 Fe dan Cu

𝑊
Fe : laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,17g
=
7,86 g/cm3 𝑥19,6cm2 x 165 jam

= 6,69 x10-6 cm/jam atau 0,96 mpy

𝑊
Cu: laju korosi (r) =
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡
0,2g
=
8,8g/cm3 𝑥20cm2 x 165 jam

= 6,89 x10-6 cm/jam atau 0,99 mpy


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Raden Sukmawati ( 171411057 )


Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan korosi galvanik untuk
mengetahui pengaruh dari perbedaan variasi ditiap larutan yang berperan sebagai
lingkungan terhadap laju korosi pada berbagai jenis logam. Prinsip korosi galvanik
yaitu adanya kontak atau reaksi antara dua logam yang berbeda dalam larutan elektrolit.
Hasil pengamatan yang dilakukan dengan merendam rangkaian logam pada
berbagai larutan. Pengamatan pertama yaitu pada larutan NaCl. Korosi pada logam Fe,
Zn, maupun Cu akan terjadi lebih cepat dibandingkan ketika logam dicelupkan ke
dalam larutan NaCl murni yang menurut literatur memiliki pH 7. Pada pengamatan
setelah 7 hari dibuktikan bahwa larutan NaCl tersebut tetap berwarna bening tetapi agak
keruh dan terdapt endapan berwarna coklat yang merupakan serpihan dari logam yang
terkorosi (logam Zn pada sel Fe-Zn, dan logam Fe pada sel Fe-Cu) dengan jumlah yang
banyak dan pada permukaan logam dilapisi lapisan berwarna kuning kecoklatan pada
logam Fe pada sel Fe-Zn dan logam Zn permukaan logam menjadi berwarna coklat
kehitaman. Dan pada sel Fe-Cu, logam Fe berubah warna menjadi cokelat, dan pada
logam Cu logam dilapisi lapisan berwarna kuning. Banyaknya endapan dikarenakan
adanya 3 spesimen di dalam larutan yang menyebabkan munculnya endapan tersebut,
yaitu padatan NaCl (garam), H2O, dan O2 (adanya oksigen dikarenakan larutan
dibiarkan terbuka di dalam laboratorium, sehingga terdapat kontak dengan udara).
Adanya 3 spesimen tersebut juga mempercepat laju korosi dari logam Zn dan logam Fe.
Reaksi dari timbulnya endapan tersebut adalah sebagai berikut:
Fe (s) + NaCl (aq) + H2O (l) → FeCl2 (s) + H2 (g) + NaOH (aq)
Dari reaksi tersebut, dapat dibuktikan dengan jelas bahwa terdapat padatan besi (II) klorida
yang berwarna coklat.
Pada pengamatan kedua, logam di dalam larutan HCl 1 M. Larutan HCl yang
digunakan memiliki nilai pH yang sangat asam , yang berarti larutan ini merupakan larutan
yang paling asam dibandingkan larutan lainnya, sehingga logam yang terendam di dalam
larutan ini akan lebih cepat dan lebih mudah terkorosi dibandingkan logam di larutan lainnya.
pH pada larutan HCl sebesar 1. Hal ini dikarenakan, HCl 1 M memiliki pH sangat rendah
yang membuat korosi berlangsung paling cepat. Selain itu pada larutan HCl, logam Zn
langsung mengalami oksidasi yang dapat dilihat dari gelembung – gelembung yang muncul
dari logam Zn. Hal tersebut menandakan bahwa logam Zn larut dalam HCl dan menghasilkan
Cl- yang berupa gas (terdapat bau menyengat pada larutan HCl). Adanya 3 spesimen yang
menyebabkan korosi pada logam di larutan ini antara lain yaitu HCl, H 2O, dan O2 yang
muncul akibat adanya kontak dengan udara. Selain itu, perbedaan dengan larutan lainnya
yaitu warna larutan ini tidak sekeruh larutan lainnya, larutan tetap berwarna bening, hanya
terdapat sedikit endapan hitam dalam larutan yang merupakan serpihan logam yang terkorosi.
Berdasarkan reaksi berikut:
Fe (s) + 2 HCl (l) → FeCl2 (s) + H2 (g)
Terdapat padatan FeCl2 yang terbentuk di dalam larutan HCl tersebut apabila larutan sudah
jenuh.
Pengamatan ketiga logam dalam air keran. Air keran yang digunakan memiliki nilai
pH sebesar 6. Korosi yang terjadi pada sel Fe-Zn, logam Fe sedikit terkorosi dan logam Zn
tidak terkorosi. Penyebab korosi pada logam besi dalam air keran karena adanya unsur H2O
dan O2 yang menandakan air keran tersebut cenderung asam. Penyebab lebih asamnya air
keran tersebut dipastikan karena mengandung sedikit zat besi, serta kaporit yang digunakan
untuk menjernihkan air keran. Terdapat endapan pada air keran membuktikan bahwa dalam
cairan tersebut juga terkandung ion Cl- yang berasal dari kaporit, sehingga logam Fe
membentuk senyawa FeCl2 seperti ketika logam tersebut dicelupkan ke dalam larutan NaCl.
Sedangkan penyebab munculnya kekeruhan pada air keran tersebut adalah akibat
bereaksinya zat besi yang teroksidasi (Fe3+) dengan OH- yang membentuk Fe(OH)3 seperti
pada reaksi berikut:
Fe (s) + 2 H2O (l) → Fe(OH)3 (aq) + H2 (g)
Pada hasil data pengukuran, harga E0sel > 0 menunjukkan bahwa korosi dapat
berlangsung secara spontan. Harga potensial reduksi dalam suasana asam lebih besar
sehingga proses korosi lebih cepat karena semakin positif Esel semakin banyak kerja yang
bisa dilakukan oleh sel. Pada larutan yang bersifat basa korosi tetap terjadi tetapi prosesnya
lebih lambat, bahkan oksidasi ion Fe2+ cenderung tidak berlangsung karena lambatnya
gerak ion sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar.
Berdasarkan literatur, nilai potensial standar pada logam Fe memiliki nilai potensial
sebesar -0,44 V/SHE, logam Zn memiliki potensial standar sebesar -0,76 V/SHE, dan
logam Cu memiliki potensial standar sebesar +0,34 V/SHE. Nilai potensial dari seluruh
logam yang diuji melebihi nilai potensial standarnya. Menurut Ngatin (2002), apabila nilai
potensial logam melebihi nilai potensial standarnya, maka logam tersebut dipastikan
mengalami korosi. Hal tersebut terbukti pada pengurangan massa logam, di mana seluruh
logam mengalami pengurangan massa yang berbeda-beda. Hal ini membuktikan bahwa
meskipun logam-logam sudah dirangkai dalam bentuk sel, logam yang berada pada katoda
atau yang berperan sebagai oksidator akan tetap mengalami korosi meski sangat sedikit.
Sedangkan logam yang berperan sebagai anoda akan mengalami korosi dalam jumlah yang
lebih besar, karena mengalami oksidasi dari kondisi lingkungan yang ditambah dengan
elektron yang mengalir dari katoda.
Untuk reaksi yang terjadi antara logam besi, logam seng, dan logam tembaga antara
lain sebagai berikut:
Logam Fe-Cu
Anoda : Fe → Fe2+ + 2 e-
Katoda : Cu2+ + 2 e- → Cu
Reaksi Keseluruhan : Fe + Cu2+ → Fe2+ + Cu
Logam Fe-Zn
Anoda : Zn → Zn2+ + 2 e-
Katoda : Fe2+ + 2 e- → Fe
Reaksi Keseluruhan : Zn + Fe2+ → Zn2+ + Fe
Faktor yang mempengaruhi korosi suatu logam adalah lingkungan, pengaruh jarak
ini tergantung pada konduktivitas latutan dan korosi galvanic dapat diketahui dengan
adanya serangan korosi local pada daerah dekat permukaan logam , dan luas penampang.
Karena jika luas penampang katodik jauh lebih besar dari pada katode maka makin besar
rapat arus pada daerah anode sehingga laju korosi makin cepat pula. Dan cara
penanggulangnnya dengan menghindari dua kontak yang berbeda, menambah inhibitor
untuk mengurangi keagresifan lingkungan, dll.

5.2 Rani Husna S ( 171411058 )

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan korosi galvanik dengan variasi larutan dan
logam untuk kemudian dicari pengaruhnya terhadap laju korosi. Variasi larutan digunakan untuk
mengetahui pengaruh lingkungan terhadap laju korosi, sedangkan variasi logam yang membentuk
rangkaian sel galvani digunakan untuk mengetahui pengaruh besarnya potensial sel terhadap laju
korosi.
Larutan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu larutan NaCl, HCl dan air keran.
Sedangkan logam yang digunakan adalah logam Fe, Zn dan Cu. Logam Fe dipasangkan oleh logam
Zn dan logam Cu. Pengamatan dilakukan pada saat awal logam dicelupkan ke dalam larutan dan
setelah didiamkan selama tujuh hari.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh pengaruh-pengaruh variabel terhadap laju


korosi logam. Berikut pengaruhnya terhadap korosi.

1. Korosi pada rangkaian sel sama diberbagai larutan


Pada rangkaian logam yang sama, laju korosi dipengaruhi oleh lingkungan atau
larutan dalam percobaan ini. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh pengaruh larutan
sebagai berikut.
a) Fe – Zn
Pada rangkaian Fe-Zn laju korosi paling besar adalah pada larutan HCl
kemudian larutan NaCl dan yang terakhir adalah larutan air keran. Pada larutan HCl
nilai laju korosi disebabkan oleh larutan yang bersifat asam yang menyebabkan
korosi aktif pada logam. pH pada larutan HCl adalah 1. Nilai laju korosi Fe adalah
4,10 mpy dan Zn adalah 4,40 mpy. Pada larutan NaCl laju korosi logam disebabkan
oleh adanya ion Cl- yang terlarut dalam larutan yang mempercepat laju korosi logam
pada anoda. pH pada larutan NaCl adalah 6. Nilai laju korosi Fe adalah 0,75 mpy
dan Zn adalah 1,81 mpy. Pada air keran laju korosi paling rendah karena ion-ionnya
tidak terlalu banyak seperti pada larutan HCl atau NaCl. Juga pH air keran relatif
netral. Nilai laju korosi Fe adalah 0,28 mpy dan Zn 1,52 mpy.
b) Fe-Cu
Pada rangkaian Fe-Cu laju korosi paling besar adalah pada larutan HCl
kemudian air keran dan yng terakhir adalah laruta NaCl. Pada larutan HCl nilai laju
korosi Fe adalah 7,70 mpy dan Cu adalah 0,15 mpy. Pada air keran nilai laju korosi
Fe adalah 0,96 mpy dan Cu adalah 0,99 mpy. Pada larutan NaCl nilau laju korosi
Fe adalah 0,61 mpy dan Cu adalah 0,15 mpy.
2. Korosi pada rangkaian sel berbeda pada larutan yang sama
Berdasarkan teori, potensial sel semakin besar, maka laju korosi lebih cepat. Karena
potensial anoda akan semakin minus sehingga semakin mudah teroksidasi sedangkan
potensial di katoda semakin positif sehingga mudah tereduksi.
Berdasarkan data hasil percobaan yang dilakukan ada yang sesuai dengan teori
namun ada juga yang tidak sesuai dengan teori. Hasil percobaan yang tidak sesuai dengan
teori dapat disebabkan arena luas permukaan logam yang berbeda-beda.
Logam yang mengalami oksidasi pada rangkaian Fe-Zn adalah Zn dan Fe
mengalami reduksi. Pada rangkaian Fe-Cu yang mengalami oksidasi adalah Fe dan Cu
mengalami reduksi.

5.3 Risa Nurlaili Qodariah ( 171411060 )


Percobaan korosi galvanik dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari
perbedaan variasi ditiap larutan yang berperan sebagai lingkungan terhadap laju korosi
pada berbagai jenis logam. Prinsip korosi galvanik yaitu adanya kontak atau reaksi
antara dua logam yang memiliki beda potensial dalam larutan elektrolit. Larutan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu larutan NaCl, HCl dan air keran. Untuk rangkaian
logam yang digunakan yaitu Fe-Zn dan Fe-Cu. Pada rangkaian Fe-Zn yang mengalami
oksidasi adalah Zn dan Fe mengalami reduksi atau dengan kata lain logam Zn akan
mengalami korosi. Pada rangkaian Fe-Cu yang mengalami oksidasi adalah Fe dan Cu
mengalami reduksi, sehingga dengan kata lain pada rangkaian ini logam Fe yang akan
mengalami korosi. Hal ini terjadi karena nilai potensial dari Zn lebih negative
disbanding Fe dan nilai potensial Fe lebih negative dibanding Cu.
Pengamatan pertama yaitu pada larutan NaCl. Korosi pada logam Fe, Zn,
maupun Cu akan terjadi lebih cepat dibandingkan ketika logam dicelupkan ke dalam
larutan NaCl murni yang menurut literatur memiliki pH 7 karena larutan NaCl yang
digunakan memiliki pH yang lebih asam dimana sesuai dengan literature bahwa larutan
dengan pH yang lebih asam akan mempercepat proses korosi. Pada pengamatan setelah
7 hari larutan NaCl tetap berwarna bening dan terdapt endapan berwarna coklat yang
merupakan serpihan dari logam yang terkorosi (logam Zn pada sel Fe-Zn, dan logam
Fe pada sel Fe-Cu). Dan pada sel Fe-Cu, logam Cu logam dilapisi lapisan berwarna
kuning. Banyaknya endapan dikarenakan adanya NaCl (garam) atau ion Cl-, H2O, dan
O2 (adanya oksigen dikarenakan larutan dibiarkan terbuka di dalam laboratorium,
sehingga terdapat kontak dengan udara). Adanya ketiga hal tersebut juga mempercepat
laju korosi dari logam Zn dan logam Fe dan menghasilkan padatan besi (II) klorida yang
berwarna coklat.
Pada pengamatan kedua, logam direndam dalam larutan HCl 1 M. Larutan HCl yang
digunakan memiliki nilai pH 1, sehingga logam yang terendam di dalam larutan ini akan lebih
cepat dan lebih mudah terkorosi dibandingkan logam di larutan lainnya. Karena memiliki pH
larutan yang rendah proses korosi berlangsung sangat cepat terlihat dari endapan yang didapat
selama proses praktikum. Selain itu saat pertama kali dikontakkan dengan rangkaian Fe-Zn,
logam Zn langsung mengalami oksidasi yang dapat dilihat dari gelembung – gelembung yang
muncul dari logam Zn, gelembung tersebut berasal dari laritan HCl yang melepaskan Cl- yang
berupa gas (dikatakan Cl- karena setelah itu tercium bau yang menyengat).
Pengamatan ketiga logam dalam air keran. Air keran yang digunakan memiliki nilai
pH sebesar 6. Korosi yang terjadi pada sel Fe-Zn, logam Fe sedikit terkorosi dan logam Zn
tidak terkorosi. Penyebab korosi pada logam besi dalam air keran karena adanya unsur H 2O
dan O2 yang menandakan air keran tersebut cenderung asam. Penyebab lebih asamnya air
keran tersebut dipastikan karena mengandung sedikit zat besi, serta kaporit yang digunakan
untuk menjernihkan air keran. Terdapat endapan pada air keran membuktikan bahwa dalam
cairan tersebut juga terkandung ion Cl- yang berasal dari kaporit, sehingga logam Fe
membentuk senyawa FeCl2 seperti ketika logam tersebut dicelupkan ke dalam larutan NaCl.
Sedangkan penyebab munculnya kekeruhan pada air keran tersebut adalah akibat
bereaksinya zat besi yang teroksidasi (Fe3+) dengan OH- yang membentuk Fe(OH)3.
Pada hasil data pengukuran, harga E0sel > 0 menunjukkan bahwa korosi dapat
berlangsung secara spontan. Harga potensial reduksi dalam suasana asam lebih besar
sehingga proses korosi lebih cepat karena semakin positif Esel semakin banyak kerja yang
bisa dilakukan oleh sel. Pada larutan yang bersifat basa korosi tetap terjadi tetapi prosesnya
lebih lambat, bahkan oksidasi ion Fe2+ cenderung tidak berlangsung karena lambatnya
gerak ion sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar.
Nilai potensial dari seluruh logam yang diuji melebihi nilai potensial standarnya.
Menurut Ngatin (2002), apabila nilai potensial logam melebihi nilai potensial standarnya,
maka logam tersebut dipastikan mengalami korosi. Hal tersebut terbukti pada pengurangan
massa logam, di mana seluruh logam mengalami pengurangan massa yang berbeda-beda.
Hal ini membuktikan bahwa meskipun logam-logam sudah dirangkai dalam bentuk sel,
logam yang berada pada katoda atau yang berperan sebagai oksidator akan tetap mengalami
korosi meski sangat sedikit. Sedangkan logam yang berperan sebagai anoda akan
mengalami korosi dalam jumlah yang lebih besar, karena mengalami oksidasi dari kondisi
lingkungan yang ditambah dengan elektron yang mengalir dari katoda.
Salah satu faktor yang mempengaruhi korosi suatu logam adalah faktor lingkungan,
dan luas penampang logam. Karena jika luas penampang katodik jauh lebih besar dari pada
katode maka makin besar rapat arus pada daerah anode sehingga laju korosi makin cepat
pula.

BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
6.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung :PT Citra AdityaBakti.

Fontana, M. G. 1987. Corrosion Engineers, 3nd Edition. McGraw-Hill Book Co,


Jones, Denny A. 1992. Principles and Prevention of Corrosion. New York : Macmillan

Publishing Company.

Indarti, Retno. 2008. Buku Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Teknik Pencegahan Korosi,

KorosiGalvanik. Bandung :PoliteknikNegeri Bandung.

Nasional Association of Corrosion Engineers. 1975. Nace Basic Corrosion Course. Houston.

Ngatin A,. Modul Praktikum Korosi. Departemen Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.

Tim Penyusun. 2002. Teknik Pengendalian Korosi. Bandung: Jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Bandung

Trethewey, K. R., dan Camberlain, J., 1991, Korosi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

LAMPIRAN
Logam yang digunakan

Logam dimasukan kedalam berbagai larutan Pengukuran Potensial

Pengukuran Potensial Menimbang masing-masing logam

Anda mungkin juga menyukai