Anda di halaman 1dari 29

Autofagi

Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang
tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan
membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi
dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati ᄃ,
transformasi berudu menjadi katak ᄃ, dan embrio manusia.

Fagositosis
Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti
bakteri ᄃ dan virus ᄃ ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau
mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik
dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).

LISOSOM ᄃ

LISOSOM

Lisosom berasal dari kata lyso = pencernaan dan soma = tubuh. Lisosom
merupakan kantong yang berbentuk agak bulat dikelilingi membran tunggal yang
digunakan sel untuk mencerna makromolekul. Lisosom berisi enzim yang dapat
memecahkan (mencerna) polisakarida, lipid, fosfolipid, asam nukleat, dan protein. Enzim
itu dinamakan lisozim. Lisosom berperan dalam pencernaan intra sel, misalnya pada
protozoa atau sel darah putih, juga dalam autofagus.
Pada amoeba dan banyak protista lain makan dengan jalan menelan organisme
atau partikel makanan lain yang lebih kecil, suatu proses yang disebut fagositosis (berasal
dari bahasa Yunani, phagein yang berarti “memakan” dan kytos yang berarti wadah.
Wadah disini yang dimaksud adalah sel). Sebagian sel manusia juga melakukan
fagositosis, diantaranya adalah makrofage, sel membantu mempertahankan tubuh dengan
merusak bakteri dan penyerang lainnya.
Perusakan sel terprogram oleh enzim lisosomnya sendiri penting dalam
perkembangan organisme. Misal, pada waktu kecebong berubah menjadi katak, ekornya
diserap secara bertahap. Sel-sel ekor yang kaya akan lisosom mati dan hasil
penghancuran digunakan di dalam pertumbuhan sel-sel baru yang berkembang. Pada
perkembangan tangan embrio manusia yang semula berselaput hingga lisosom mencerna
jaringan diantara jari-jari tangan tersebut sehingga terbentuk jari yang terpisah seperti
yang kita punyai sekarang.
Berbagai kelainan turunan yang disebut sebagai penyakit penyimpangan lisosom
(lysosomal storage disease) mempengaruhi metabolism lisosom. Seseorang yang ditimpa
penyakit penyimpangan ini kekurangan salah satu enzim hidrilitik aktif yang secara
normal ada dalam lisosom. Lisosom melahap substat yang tidak tercerna yang mulai
mengganggu fungsi seluler lainnya. Pada penyakit Pompe misalnya, hati dirusak oleh
akumulasi glikogenakibat ketiadaan enzil lisosomyang dibutuhkan untuk memecah
polisakarida. Pada penyakit Tay-Sachs, enzim pencerna lipid hilang atau inaktif, dan otak
dirusak oleh akumulasi lipid dalam sel. Untunglah penyakit penyimpangan ini jarang ada
pada populasi umum. Pada masa mendatang mungkin kita dapat mengobati penyakit
penyimpangan ini dengan menyuntikkan enzim yang hilang bersama dengan molekul
adaptor yang menargetkan enzim-enzim untuk penelanan oleh sel dan penggabungan
dengan lisosom. Mungkin Anda yang menemukan caranya?!!!

Pembentukan lisosom
Enzim lisosom adalah suatu protein yang diproduksi oleh ribosom dan kemudian
masuk ke dalam RE. Dari RE enzim dimasukkan ke dalam membran kemudian
dikeluarkan ke sitoplasma menjadi lisosom. Selain ini ada juga enzim yang dimasukkan
terlebih dahulu ke dalam golgi. Oleh golgi, enzim itu dibungkus membran kemudian
dilepaskan di dalam sitoplasma. Jadi proses pembentukan lisosom ada dua macam,
pertama dibentuk langsung oleh RE dan kedua oleh golgi.


Gbr. Lisosom,
tampak pada sel
Secara umum,
sel eukariotik terdiri
atas membran sel, inti
sel, dan sitoplasma.
Sitoplasma merupakan
daerah intrasel selain
inti sel, yang terdiri
atas sitosol dan sitoskeleton (rangka sel). Sitosol menempati sekitar 55% volume sel, dan pada sitosol
inilah melekat organel-organel.
Ada lima organel utama yang menempati sitosol, yaitu
1. retikulum endoplasma,
2. mitokondria,
3. badan golgi,
4. peroksisom,
5. lisosom.
Kelima organel ini memiliki fungsi yang berbeda-beda satu sama lain, namun saling
terintegrasi untuk menjalankan fungsi sel secara keseluruhan demi menjaga keseimbangan
homeostasis tubuh.
Lisosom merupakan organel yang bentuknya tidak uniform antara satu sama lainnya,
cenderung bervariasi bergantung pada isi yang dicerna oleh lisosom tersebut. Namun pada umumnya
lisosom memiliki bentuk yang hampir bulat, dengan garis tengah berada pada kisaran 0.05 sampai 1.2
μm. Rata-rata sebuah sel memiliki sekitar tiga ratus lisosom, yang terseba rmerata diseluruh sel.
Ada dua jenis lisosom yang dikenal sampai saat ini, yaitu lisosom primer dan lisosom
sekunder. Perbedaannnya adalah, bahwa lisosom primer merupakan lisosom yang belum digunakan
untuk pencernaan/hirolisis, sedangkan lisosom sekunder merupakan lisosom primer yang telah bekerja
dan menyatu dengan membran fagosom.
Secara struktur lisosom terdiri atas enzim-enzim hidrolitik dan membran lisosom. Enzim-
enzim hidrolitik ini jenisnya bermacam-macam, tergantung substrat apa yang akan dicerna. Enzim-
enzim ini disintesis di retikulum endoplasma kasar, lalu dibawa oleh vesikel terselubung ke badan
golgi untuk dikemas dan dihantarkan ke lisosom melalui vesikel transportasi. Adapun membran
lisosom bertujuan untuk melindungi lisosom dari kebocoran, supaya enzim-enzim hidrolitik di
dalamnya tidak keluar dan melahap seluruh isi sel, sehingga sel menjadi mati/habis.
LISOSOM BEKERJA DIDALAM SEL
Telah dikemukakan di atas, bahwa secara garis besar lisosom berfungsi untuk mencerna
materi. Namun sesungguhnya, proses pencernaan tersebut ada bermacam-macam, bergantung kepada
materi yang dicerna, tempat, serta mekanisme kerja pencernaan tersebut. Berikut diuraikan proses
pencernaan yang dilakukan oleh lisosom:
1. Pencernaan materi ekstrasel. Pada proses pencernaan materi ekstrasel, lisosom mencerna
benda-benda asing yang tidak diinginkan yang berada di luar sel seperti bakteri dan lain- lain.
2. Pencernaan organel intrasel, yang bertujuan untuk memusnahkan organel yang sudah tua,
misalnya mitokondria, sehingga dapat digantikan oleh organel yang masih baru.
Materi ekstrasel yang akan dicerna oleh lisosom dibawa masuk melalui mekanisme
endositosis, yaitu ambilan sel bahan dari lingkungan oleh invaginasi membran plasma yang meliputi:
1. Fagositosis, yaitu proses menelan mikoroorganisme atau benda asing lain oleh fagosit, di
mana benda asing akan terperangkap dalam fagosom untuk selanjutnya dicerna oleh lisosom
sekunder.
2. Pinositosis, yaitu mekanisme yang digunakan sel untuk mencerna cairan ekstraselular dan
isinya; meknaisme ini meliputi pembentukan invaginasi oleh membran sel, yang menutup dan
terlepas sehingga terbentuk vakuola berisi cairan dalam sitoplsma.
Lisosom tergolong organel yang polimorfik karena memiliki bentuk dan ukuran
yang bervariasi. Ada empat macam bentuk lisosom, yaitu satu macam lisosom primer dan
tiga macam lisosom sekunder. Lisosom primer adalah lisosom yang baru terbentuk dari
AG dan belum berfusi (bergabung) dengan materi yang akan dicerna. Lisosom sekunder
ada tiga macam,yaiitu:
(1) Heterofagosom, merupakan gabungan antara lisosom primer dengan fagosom,
(2) Sitolisosom merupakan gabungan antara lisosom primer dengan autosom,
(3) Badan residu, adalah vakuola yang berisi sisa materi yang tidak tercerna

Fungsi utama lisosom adalah untuk pencernaan intra sel. Materi yang dicerna oleh
lisosom dapat berasal dari luar sel atau dari dalam sel itu sendiri. Materi dari luar sel
masuk ke dalam sitoplasma melalui pinositosis dan fagositosis. Pencernaan intra sel
selalu terjadi di dalam lisosom, enzim, hidorolitik tidak pernah keluar dari dalam lisosom
sehinggan pencernaan berlangsung optimal. Akan tetapi, jika membran lisosom pecah,
maka enzim hidrolitik pada lisosom akan keluar dan mencerna sel itu sendiri.

Beberapa peran lisosom antara lain adalah:


1) perombakan organel sel yang telah tua
2) proses metamoifosis pada katak, misalnya menyusutnya ekor pada berudu karena
dicerna oleh enzim katepsin di dalam lisosom
3) pemulihan ukuran uterus setelah kehamilan
4) proses fertiliasi, dimana bagian kepala sperma yang dinamakan akrosom mengandung
enzim hialuronidase untuk mencerna zona pelusida pada sel telur.
Hasil pencernaan lisosom, seperti asam amino, glukosa dan nukleotida mampu
menembus membran lisosom menuju sitosol. Membran lisosom selanjutnya akan
dikembalikan menuju membran plasma melalui proses eksositosis. pencernaan bagian -
bagian sel yang telah tua dinamakan autofagi.

APAKAH YANG DIMAKSUD


DENGAN LYSOSOMAL STORAGE
DISORDER (LSD-PENYAKIT
LISOSOM)?
Lysosomal Storage Disorder-
selanjutnya disingkat LSD-merupakan kelainan genetik yang mengakibatkan ribosom tidak
mensintesis enzim-enzim hidrolitik tertentu untuk digunakan oleh lisosom dalam tugasnya sebagai
organel pencernaan. Akibatnya, materi/substrat yang seyogyanya dicerna/dihidrolisis menjadi
menumpuk oleh karena ketiadaan enzim-enzim tersebut. Penumpukan organel akhirnya menyebabkan
kelainan-kelainan tertentu pada tubuh manusia, yang dapat dikenali dari tanda-tanda tertentu (Red
Flag).
BAGAIMANA LSD DIKATEGORIKAN?
Kelainan-kelainan yang tercakup di dalam LSD sangat banyak (sampai saat ini ditemukan ada
empat puluh) dan dapat diklasifikasikan bergantung kepada jenis substrat yang mengalami
penumpukan, antara lain sebagai berikut:
1. Kerusakan metabolisme glukosaminoglikans (biasa disebut Mukopolisakaridosis), yang meliputi:
a. MPS I, yaitu penumpukan glikosaminoglikans dermatan dan heparan sulfat akibat
defisiensi alpha-L-iduronidase.
b. MPS II, yaitu penumpukan glikosaminoglikans dermatan dan heparan sulfat akibat
defisiensi iduronate sulfate sulfatase
c. MPS III (yang terbagi atas tipe A, B, C, dan D), yaitu penumpukan glikosaminoglikans
heparan sulfat akibat kekurangan:
• heparan N-sulfatase (sulfamidase)untuk tipe A
• alpha-N-acetyl-glucosaminidase untuk tipe B
• acetyl-coa dan alpha glucosaminide acetyltransferase untuk tipe C
• galactose 6-sulfatase (N-acetyl-glucosamine 6-sulfatase) untuk tipe D
d. MPS IV (yang terbagi atas tipe A dan B), yaitu:
• Tipe A: Penumpukan glikosaminoglikans keratan sulfat dan chondroitin 6-sulfat akibat
defisiensi galaktosa 6-sulfatase
• Tipe B: Penumpukan keratan sulfat akibat defisiensi beta-galaktosidase
e. MPS VI, yaitu penumpukan glikosaminoglikans dermatan sulfat akibat defisiensi N-
acetyl-galactosamine 4-sulfatase (arylsulfatase B)
f. MPS VII, yaitu penumpukan gliksosaminoglikans dermatan sulfat dan heparan sulfat
akibat defisiensi beta-glucuronidase
2. Kerusakan degradasi glikan dari glikoprotein, yang meliputi:
a. Aspartylglucosaminuria, yaitu penumpukan aspartylglikosamino pada jaringan, cairan
spinal, dan urin akibat defisiensi aspartylglucosaminidase
b. Fucosidosis tipe I, yaitu penumpukan glikosphingolipid pada saraf pusat dan jaringan
perifer akibat defisiensi alpha-fukosidase
c. Fucosidosis tipe II , sama dengan Fucosidosis tipe I namun bentuk muda (juvenile)
d. Mannosidosis, yaitu penumpukan komponen manosa pada badan sel akibat defisiensi
alpha-mannosidosase
e. Sialidosis tipe I, yaitu penumpukan sialiloligosakarida dan sialilglikopeptida yang
menyerang limfosit, fibroblast, sel induk, sel Kupffer (liver) dan sel Schwann akibat defisiensi
alpha-N-acetylneuraminidase
f. Sialidosis tipe II, hampir sama dengan Sialidosis tipe I
3. Kerusakan degradasi glikogen, yang meliputi Pompe Disease, akibat penumpukan asam
alpha glukosidase
4. Kerusakan degradasi komponen sphingolipid, yang meliputi:
a. acid sphingomyelinase deficiency, yang menyebabkan penumpukan sphingomyelin dan
kolesterol.
b. Fabry disease, yaitu penumpukan glikosphingolipid pada jaringan akibat defisiensi
alpha-galaktosidaase
c. Farber disease, yaitu penumpukan ceramid akibat defisiensi asam ceramidase
d. Gaucher disease tipe I, yaitu penumpukan glikoserebrosida akibat defisiensi
glikoserebrosidase. Tidak bersifat neuropatik.
e. Gaucher disease tipe II, sama dengan Gaucher disease tipe I namun bersifat neuropatik.
f. Gaucher disease tipe III, sama dengan Gaucher disease tipe II namun bersifat lebih
neuropatik (lebih kronik)
g. GM1 gangliosidosis tipe I, yaitu penumpukan GM1 pada saraf pusat dan galaktosil
oligosakarida akibat defisiensi beta-galaktosidase A
h. GM1 gangliosidosis tipe II, sama dengan GM1 gangliosidosis tipe I, namun
penumpukan GM1 lebih banyak dari GM1 gangliosidosis tipe I dan lebih sedikit dari GM1
gangliosidosis tipe III
i. GM1 gangliosidosis tipe III, sama dengan GM1 gangliosidosis tipe I dan II namun
penumpukan GM1 lebih banyak dari GM1 gangliosidosis tipe I dan II
j. Tay-Sachs disease tipe I, yaitu gangguan pada isoenzim A beta heksosaminidase akibat
defisiensi beta heksosaminidase dan berbentuk infantile
k. Tay-Sachs disease tipe II, sama dengan Tay-Sachs disease tipe I namun berbentuk muda
(juvenile)
l. Tay-Sachs disease tipe III sama dengan Tay-Sachs disease tipe I namun berbentuk
dewasa (adult)
m. Sandhoff disease, yaitu penumpukan gangliosida dan globosida di saraf pusat dan
jaringan perifer akibat defisiensi beta heksominidase
n. Krabbé disease, yaitu gangguan pada selapu myelin yang membungkus sel saraf dan
bersifat sebagai insulator akibat defisiensi galaktoserebrosidase
o. metachromatic leukodystrophy tipe I, yaitu gangguan pada selaput myelin akibat
defisiensi arylsulfatase. Bentuk infantile.
p. metachromatic leukodystrophy tipe II, sama dengan metachromatic leukodystrophy tipe I
namun bentuk muda (juvenile)
q. metachromatic leukodystrophy tipe III, sama dengan metachromatic leukodystrophy
tipe I namun bentuk dewasa (adult)
5. Kerusakan degradasi polipeptida yang meliputi pycnodysostosis, yaitu gangguan resorpsi
tulang akibat defisiensi cathepsin-K
6. Kerusakan degradasi atau transport kolesterol, ester-kolesterol, atau lipid kompleks lainnya,
yang meliputi:
a. Neuronal ceroid lipofuscinosis type I, yaitu penumpukan lipofuscins pada sel otak dan
jaringan lainnya akibat defisiensi palmitoyl-protein thioesterase. Bersifat infantile.
b. Neuronal ceroid lipofuscinosis type II, yaitu penumpukan lipofuscins pada sel otak dan
jaringan lainnya akibat defisiensi asam protease tri-peptidyl-peptidase
c. Neuronal ceroid lipofuscinosis type III, sama dengan Neuronal ceroid lipofuscinosis
type I namun bersifat muda (juvenile)
d. Neuronal ceroid lipofuscinosis type IV, sama dengan Neuronal ceroid lipofuscinosis
type I namun bersifat dewasa (adult)
7. Defisiensi multipel enzim lisosom, yang meliputi:
a. Galaktosialidosis, yaitu penumpukan sialiloligosakarida dan sialilglikopeptida pada
limfosit, fibroblast, sel induk, sel Kupffer (liver) dan sel Schwann akibat defisiensi protein
32-kilodalton.
b. Mukolipidosis type II, yaitu akumulasi glikoprotein dan glikolipid akibat defisiensi
UDP-N-asetilglukosamin-I-fosfotransferase
c. Mukolipidosis type III, hamper sama dengan Mukolipidosis type II
8. Kerusakan transport dan pertukaran, yang meliputi:
a. Cystinosis, yaitu penumpukan cystine bebas akibat defisiensi efflux cystine tak
berpasangan
b. Mukolipidosis IV, yaitu penumpukan gangliosida dan mukopolisakarida akibat
defisiensi gangliosida sialidase
c. Infantile Siacid Storage Disease, yaitu penumpukan asam sialid di jaringan dan
diekskresikan di urin akibat defisiensi asam sialid transporter
d. Salla Disease, yaitu ekskresi besar-besaran asam sialid bebas
APA TANDA-TANDA ”RED FLAG” UNTUK LSD?
Tanda-tanda Red Flag untuk LSD adalah sebagai berikut:
1. Bentuk wajah yang tidak lazim (kadangkala disertai dengan lidah yang membesar)
2. Mata yang terlihat keruh/suram
3. Ruam kulit biru-ungu
4. Perut membesar/ terlihat menonjol (yang disebabkan oleh pembengkakan organ)
5. Tubuh pendek, sukar untuk tumbuh/ berkembang , deformitas rangka
6. Otot lemah, kemunduran dalam kemampuan motorik
BAGAIMANA PATOFISIOLOGI LSD?
Kelainan faal dari LSD dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Splenomegali, yaitu pembesaran limpa yang diakibatkan oleh penumpukan materi tak
tercerna
2. Hepatomegali, yaitu pembesaran hati akibat terakumulasinya substrat sehingga hati tidak
mampu menjalankan tugasnya dalam penawar racun
3. Hidrosefali, yaitu pembesaran kepala akibat akumulasi air di sekitar otak yang memberi
penekanan pada otak, sehingga penderita sering merasa pusing-pusing, perkembangan terlambat,
dan lain-lain
4. Umbilical hernia, yaitu lemahnya otot yang berada di sekitar pusar sehingga organ-organ
yang mengalami pembesaran gampang untuk menonjol ke permukaan menyebabkan kontur perut
menjadi tidak rata.
5. Kornea, di mana pandangan menjadi kabur akibat adanya pengeruhan
6. Saraf mata, di mana penderita dapat mengalami kebutaan akibat gangguan saraf mata, sehingga
penglihatan tidak bisa diteruskan ke otak
7. Dysostosis multiplex, yaitu penulangan tidak sempurna pada sekujur tubuh mengakibatkan
tubuh penderita mengalami kelainan bentuk
BAGAIMANA PENANGANAN LSD?
Karena LSD merupakan penyakit yang diwariskan secara genetika, baik terpaut autosom
maupun gonosom, membuat penyakit ini sukar untuk dihilangkan sama sekali. Yang bisa dilakukan
adalah penanganan pasca symptom agar LSD tidak berkembang semakin parah.Berikut penanganan
LSD:
1. Bone marrow/stem cell transplantation (transplantasi sel induk)
Transplantasi sel induk merupakan tindakan untuk mentransplantasikan sel induk kepada
penderita LSD. Sel induk ialah sel yang belum dewasa, yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai
macam sel yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Sel ini dapat dihasilkan dari
darah tali pusar (sel mesenkim) atau sel neuron (otak) yang sudah diisolasi. Sel induk ini nantinya
akan ditransplantasikan kepada orang yang menderita LSD, untuk kemudian berdiferensiasi
menjadi sel-sel yang mengalami gangguan lisosom, dan menjalankan fungsi digestif materi yang
semestinya dijalankan oleh lisosom yang rusak. Sel induk ini dapat diperoleh dari donor yang
sehat dan bersedia menyumbangkan sel induknya.

Namun demikian terdapat beberapa kendala dalam melakukan transplantasi sel induk:
1. Adanya risiko penolakan dari tubuh penerima, yang menganggap bahwa sel yang
ditransplantasikan adalah benda asing, sehingga penerima harus mengonsumsi obat anti
penolakan seumur hidup.
2. Sampai saat ini belum diketahui seberapa banyak stem cell yang harus ditransplantasikan
untuk membuat perubahan yang bermakna.
2. Enzyme replacement therapy (ERT)/ terapi penggantian enzim
ERT merupakan terapi yang diberikan, di mana enzim yang tidak diproduksi oleh sel/inaktif
digantikan oleh enzim fungsional yang dibuat di laboratorium. Untuk beberapa penyakit LSD
seperti Gaucher I, Fabry, MPS, dan Pompe terapi ini cukup berhasil.
3. Terapi gen
Terapi gen merupakan usaha untuk menambahkan gen yang fungsional kepada gen yang
mengalami mutasi agar sel kembali berfungsi secara normal. Penambahan ini harus disertai
dengan pengenalan gen terlebih dahulu kepada sel yang akan diberikan gen tersebut. Gen yang akan
ditambahkan dibawa oleh vektor, kebanyakan berupa virus. Gen tersebut akan dibawa ke otak dan
organ-organ lainnya untuk dikenali.
Dalam pelaksanaan terapi gen terdapat beberapa kendala:
1. Kesulitan untuk membuat vektor yang efektif, terutama untuk gen yang akan dibawa kepada sel-
sel yang tidak membelah seperti sel otak.
2. Keharusan untuk mengenalkan gen kepada banyak sel demi menghasilkan efek yang bermakna.
3. Kesalahan dalam penambahan gen sehingga berpotensi menyebabkan kanker.
4. Metabolic bypass therapy
Metabolic bypass therapy merupakan bentuk terapi untuk mengaktifkan produksi enzim-
enzim yang terhambat, sehingga dapat digunakan untuk mencerna materi. Namun terapi ini masih
sebatas teori.
5. Pharmacological chaperone therapy
Mutasi genetik membuat protein yang tidak melekat di retikulum endoplasma menjadi
berubah bentuk secara tiga dimensi, mengakibatkan retikulum endoplasma sendiri tidak
mengenalinya dan menhancurkannya. Pharmacological chaperone merupakan molekul kimiawi
yang berfungsi untuk melekat pada protein-protein yang telah berubah bentuk tersebut agar dapat
dikenali oleh retikulum endoplasma untuk kemudian didistribusikan ke lisosom.
6. Pembatasan substrat
Pembatasan substrat merupakan tindakan untuk membatasi/mengurangi produksi substrat
yang semestinya dicerna oleh enzim tertentu di lisosom, sehingga tidak akan terjadi
penumpukan/akumulasi pada sel.Suatu sel ᄃ, baik sel hewan maupun sel tumbuhan, memiliki banyak
organel dengan fungsi tertentu. Ada beberapa perbedaan organel pada sel hewan bila dibandingkan
dengan sel tumbuhan. Untuk lebih jelas perhatikan gambar dan penjelasan berbagai organel sel berikut
ini.

Organel-
organel
sel
Inti (nukleus)
Inti bertugas mengendalikan semua
aktivitas sel mulai metabolisme hingga
pembelahan sel ᄃ. Pada sel
eukariotik, inti diselubungi oleh
membran inti (karioteka) rangkap dua
dan berpori, sedangkan pada sel
prokariotik inti tidak memiliki
membran. Di dalam inti didapati cairan ᄃ
yang disebut nukleoplasma, kromosom
yang umumnya berupa benang
kromatin, dan anak inti (nukleolus)
yang merupakan tempat pembentukan
asam ribonukleat (ARN).
Retikulum Endoplasma
Organel ini berupa sistem membran
yang berlipat-lipat, menghubungkan
antara membran sel dengan membran
inti, dan berperan dalam proses
transpor zat intra sel. Ada dua macam
RE yaitu RE halus dan RE kasar yang
permukaannya ditempeli banyak
ribosom.


Ribosom
Ribosom berfungsi sebagai tempat
sintesis protein dan merupakan contoh
organel yang tidak bermembran.
Organel ini terutama disusun oleh asam
ribonukleat, dan terdapat bebas dalam
sitoplasma maupun melekat pada RE.


Badan Golgi
Organel ini berbentuk seperti kantong
pipih, berfungsi dalam proses sekresi
lendir, glikoprotein, karbohidrat,
lemak, atau enzim, serta berfungsi
membentuk lisosom. Karena fungsinya
dalam hal sekresi, maka badan golgi
banyak ditemui pada sel-sel penyusun
kelenjar.


Lisosom
Berbentuk kantong-kantong kecil dan
umumnya berisi enzim pencernaan
(hidrolisis) yang berfungsi dalam
peristiwa pencernaan intra sel.
Sehubungan dengan bahan yang
dikandungnya lisosom memiliki peran
dalam peristiwa:
 pencernaan intrasel: ᄃ
mencerna materi yang diambil
secara fagositosis
 eksositosis :pembebasan sekrit
keluar sel
 autofagi : penghancuran
organel sel yang sudah rusak
 autolisis : penghancuran diri
sel dengan cara melepaskan enzim
pencerna dari dalam lisosom ke
dalam sel. Contoh peristiwa ini
adalah proses kematian sel secara
sistematis saat pembentukan jari
tangan, atau hilangnya ekor berudu

yang mulai beranjak dewasa.

Mitokondria
Mitokondria adalah organel yang
berfungsi sebagai tempat respirasi ᄃ
aerob untuk pembentukan ATP sebagai
sumber energi sel. Organel yang hanya
dimiliki oleh sel aerob ini memiliki dua
lapis membran. Membran bagian
dalam berlipat-lipat dan disebut krista,
berfungsi memperluas permukaan
sehingga proses pengikatan oksigen
dalam respirasi sel berlangsung lebih
efektif. Bagian yang terletak diantara
membran krista berisi cairan yang
disebut matriks banyak mengandung
enzim pernafasan atau sitokrom.


Mikrotubulus dan Mikrofilamen
(sitoskeleton)
Mikrotubulus berbentuk seperti benang
silindris, disusun oleh protein yang
disebut tubulin. Sifat mikrotubulus
kaku sehingga diperkirakan berfungsi
sebagai ‘kerangka’ sel karena berfungsi
melindungi dan memberi bentuk sel.
Mikrotubulus juga berperan dalam
pembentukan sentriol, silia, maupun ᄃ
flagela.
Mikrofilamen mirip seperti
mikrotubulus, tetapi diameternya lebih
kecil. Bahan yang membentuk
mikrofilamen adalah aktin dan miosin
seperti yang terdapat pada otot. Dari
hasil penelitian diketahui ternyata
mikrofilamen berperan dalam proses
pergerakan sel, endositosis, dan
eksositosis. Gerakan Amuba
merupakan contoh peran dari
mikrofilamen.
Sentrosom
Sentrosom merupakan organel yang
disusun oleh dua sentriole. Sentriole
berbentuk seperti tabung dan disusun
oleh mikrotubulus yang terdiri atas 9
triplet, terletak di dekat salah satu
kutub inti sel. Sentriole ini berperan
dalam proses pembelahan sel dengan
membentuk benang spindel. Benang
spindel inilah yang akan menarik ᄃ
kromosom menuju ke kutub sel yang
berlawanan.
Vakuola
Merupakan rongga yang terbentuk di
dalam sel, dan dibatasi membran yang
disebut tonoplas. Pada tumbuhan
vakuola berukuran sangat besar dan
umumnya termodifikasi sehingga berisi
alkaloid, pigmen anthosianin, tempat
penimbunan sisa metabolisme, ataupun
tempat penyimpanan zat makanan.
Pada sel hewan vakuolanya kecil atau
tidak ada, kecuali hewan bersel satu.
Pada hewan bersel satu terdapat dua
jenis vakuola yaitu vakuola makanan
yang berfungsi dalam pencernaan
intrasel dan vakuola kontraktil yang
berfungsi sebagai osmoregulator.


Plastida
Merupakan organel yang umumnya
berisi pigmen. Plastida yang berisi
pigmen klorofil disebut kloroplas,
berfungsi sebagai organel utama
penyelenggara proses fotosintesis ᄃ.
Kromoplas adalah plastida yang berisi
pigmen selain klorofil, misalkan
karoten, xantofil, fikoerithrin, atau
fikosantin, dan memberikan warna
pada mahkota bunga atau warna pada
alga. Plastida yang tidak berwarna
disebut leukoplas, termodifikasi
sedemikian rupa sehingga berisi bahan
organik. Ada beberapa macam ᄃ
leukoplas berdasar bahan yang
dikandungnya: amiloplas berisi
amilum, elaioplas (lipoplas) berisi
lemak, dan proteoplas berisi protein.
Peroksisom atau Badan Mikro
Peroksisom merupakan kantong kecil
yang berisi enzim katalase, berfungsi
menguraikan peroksida (H2O2) yang
merupakan sisa metabolisme yang
bersifat toksik menjadi air dan oksigen.
Organel ini banyak ditemui pada sel
hati. Glioksisom adalah badan mikro
pada tumbuhan, berperan dalam proses
pengubahan senyawa lemak menjadi
sukrosa.


Plastida adalah organel yang mengandung pigmen. Bentuk dan isi plastida pada sel tumbuhan
bermacam-macam, tergantung pada fungsinya:
Macam-macam plastida, antara lain:
1. Kromoplas
kromoplas adalah plastida yang bertugas mengintensis dan menyimpan pigmen merah, jingga, atau
kuning. Kromoplas terdapat antara lain pada buah tomat dan wortel.
2. Leukoplas
Leukoplas adalah plastida yang tidak mengandung pigmen warna. Leukoplas terdapat dalam sel
jaringan tumbuhan yang biasanya tidak terkena cahaya. Leukoplas terdapat pada sel-sel embrional,
empulur batang, dan bagian tumbuhan di dalam tanah yang berwarna putih.
3. Amiloplas
Amiloplas tidak mengandung pigmen dan berfungsi dalam penyimpanan amilium. Amiloplas banyak
di temukan di jaringan penyimpanan pada beberapa tanaman, misalnya pada tumbuhan umbi kentang.
4. Kloroplas
Kloroplas adalah plastida yang mengandung klorofil. Kloroplas hanya dijumpai pada sel autotrof yang
eukariotik. Jadi, Kloroplas dimiliki oleh sel-sel yang berklorofil, misalnya alga, lumut, tumbuhan
paku, dan tumbuhan berbunga.

Bentuk kloroplas beraneka ragam, ada yang seperti jala, mangkuk, pita, dan lembaran. Pada tumbuhan
berbunga, kloroplas umumnya berbentuk bulat atau lonjong (oval). Ukuran kloroplas sel tumbuhan
tingkat tinggi sekitar 4-6 mikro. Setiap sel mengandung 20-40 kloroplas per milimeter persegi.
Apabila jumlahnya masih kurang mencukupi, kloroplas dapat membelah diri. Sebaliknya, jika
berlebihan sejumlah kloroplas akan rusak.
Kloroplas memiliki membran rangkap, yaitu membran luar dan dalam. Membran luar permukaan rata
dan berfungsi mengatur keluar masuknya zat. membran dalam membungkus cairan kloroplas yang
disebut Stroma. Membran dalam kloroplas melipat kearah dalam dan membentuk lembaran-lembaran
yang disebut Tilakoid.

sifat membran sel

Berdasarkan kemampuannya untuk melewatkan suatu zat, sifat membrane sel dapat dibagi atas 3 jenis,
yaitu :
1. Impermeabel
Suatu keadaan dimana semua zat yang ada di luar sel tidak dapat masuk ke dalam sel karena adanya
mekanisme penolakan oleh sel

2. Semipermeabel
Suatu keadaan dimana hanya zat – zat tertentu yang hanya dibutuhkan oleh sel saja yang dapat masuk,
sedangkan zat lainnya tidak dapat masuk. Keadaan inilah yang lazim ditemui pada semua jenis sel

3. Permeabel
Suat keadaan dimana segala macam zat yang ada d luar sel dapat masuk ke dalam sel. Keadaan ini
biasa ditemui pada sel – sel yang membrannya sudah rusak sehingga sel tidak dapat bertahan hidup.

. Sistem Transpor Membran


Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah.
Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO 2, O2), dan
molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar
dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar
dapat masuk ke dalam sel.

6.1. Transpor Pasif


Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor
pasif ini bersifat spontan. Difusi dan osmosis merupakan contoh dari transpor pasif. Contoh molekul
yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer
dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Difusi adalah gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang tinggi ke daerah lain dengan
konsentrasi lebih rendah yang disebabkan oleh energi kinetik molekul-molekul tersebut. Kecepatan
difusi melalui membran sel tergantung pada perbedaan konsentrasi, ukuran molekul, muatan, daya
larut partikel-partikel dalam lipid dan suhu.
Osmosis adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara diferensial.
Pelarut universal adalah air. Jadi, dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput
yang permeabel secara diferensial dari pelarut berkonsentrasi tinggi (banyak air) ke pelarut yang
berkonsentrasi rendah (sedikit air). Proses osmosis akan berhenti jika konsentrasi di dalam dan di luar
sel telah seimbang.

6.2. Transpor Aktif


Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan
dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa
protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein,
serta ionofor. Ionofor merupakan antibiotik yang menginduksi transpor ion melalui membran sel
maupun membran buatan.
Molekul gula dan asam amino diangkut secara aktif ke dalam sel menggunakan energi. Energi ini di
peroleh dari gradien konsentrasi Na+ yang terjadi pada pengangkutan natrium-kalium. Dengan
bantuan suatu protein transpor khusus, molekul glukosa dan ion natrium masuk ke dalam sel bersama-
sama.

7. Permeabilitas Membran Sel


Permeabilitas membran adalah tingkat pasif difusi molekul melalui membran. Molekul-molekul yang
dikenal sebagai permeant molekul. Permeabilitas bergantung terutama pada muatan listrik dan
polaritas molekul dan pada tingkat lebih rendah massa molar molekul. Karena sifat hidrofobik
membran sel, molekul kecil bermuatan netral. Ketidakmampuan molekul yang dibebankan untuk
melewati membran sel hasil pH partisi zat seluruh kompartemen cairan tubuh.
Transpor Zat Melalui Membran Sel

Fungsi membran sel yaitu sebagai pengatur keluar masuknya zat. Pengaturan itu

memungkinkan sel untuk memperoleh pH yang sesuai, dan konsentrasi zat-zat

menjadi terkendali. Sel juga dapat memperoleh masukan zat-zat dan ion-ion yang

diperlukan serta membuang zat-zat yang tidak diperlukan. Semua pengontrolan itu

bergantung pada transpor lewat membran.

Transpor pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan energi

sel. Perpindahan molekul tersebut terjadi secara spontan, dari konsentrasi tinggi ke

rendah. Jadi, pejalan itu terjadi secara spontan. Contoh transpor pasif adalah

difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi.

Transpor aktif adalah perpindahan molekul atau ion dengan menggunakan energi

dari sel itu. Perpindahan tersebut dapat terjadi meskipun menentang konsentrasi.

Contoh transpor aktif adalah pompa Natrium (Na+)-Kalium (K+), endositosis, dan

eksositosis.
1. Difusi

Difusi adalah penyebaran molekul zat dari konsentrasi (kerapatan) tinggi ke

konsentrasi rendah tanpa menggunakan energi. Secara spontan, molekul zat dapat

berdifusi hingga mencapai kerapatan molekul yang sama dalam satu ruangan.

Sebagai contoh, setetes parfum akan menyebar ke seluruh ruangan (difusi gas di

dalam medium udara). Molekul dari sesendok gula akan menyebar ke seluruh

volume air di gelas meskipun tanpa diaduk (difusi zat padat di dalam medium air),

hingga kerapatan zat tersebut merata.


Difusi

2. Osmosis

Osmosis adalah perpindahan ion atau molekul air (dari kerapatan tinggi ke
kerapatan rendah dengan melewati satu membran. Osmosis dapat didefinisikan

sebagai difusi lewat membran.


Osmosis

a. Zat yang dapat melewati membran sel

membran sel dapat dilewati zat-zat tertentu yang larut dalam lemak, zat-zat yang

tidak bermuatan (netral), molekul-molekul asam amino, asam lemak, gliserol, gula

sederhana, dan air. Zat-zat yang merupakan elektrolit lemah lebih cepat melewati

membran daripada elektrolit kuat. Contoh zat-zat yang dapat melewati membran

dari yang paling cepat hingga yang paling lambat antara lain: Na +, K+, Cl-, Ca2+,

Mg2+, SO42-, Fe3+. Membran sel bersifat permeabel terhadap zat-zat yang mudah

melewati membran.
b. Zat yang tidak dapat melewati membran

membran sel tidak dapat melewati zat-zat gula (seperti pati, polisakarida), protein,

dan zat-zat yang mudah larut dalam pelarut organik. Membran bersifat

impermeabel terhadap zat-zat tersebut. Oleh karena membran permeabel terhadap

zat tertentu dan impermeabel terhadap terhadap zat yang lain maka dikatakan

bersifat semipermeabel atau selektif permeabel.

Proses osmosis berlangsung dari larutan yang memiliki potensial air tertinggi

menuju larutan dengan potensial air rendah. Potensial air adalah kemampuan air

untuk berdifusi, yang nilainya dalam satuan tekanan. Sesuai kesepakatan, potensial

air (PA) air murni adalah 0 atmosfer. Besarnya PA larutan bergantung pada

potensial osmotik (PO) dan potensial tekanan (PT). Persamaannya :

PA = PO + PT

PA = potensial air
PO = potensial osmotik

PT = potensial tekanan

Potensial tekanan satu larutan adalah tambahan tekanan yang dapat meningkatkan

nilai potensial airnya. Pada tumbuhan, potensial tekanan diperoleh dalam bentuk

tekanan turgor. Tekanan turgor adalah tekanan balik dari dinding sel terhadap

tekanan air isi sel. Tekanan turgor menyebabkan tumbuhan menjadi tegak dan

segar. Sebaliknya jika tekanan turgor berkurang, maka tumbuhan menjadi lemas

dan layu.

Potensial osmotik lebih menunjukkan satu status larutan, yaitu menunjukkan

perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut yang dinyatakan dalam satuan

energi. Potensial osmotik menunjukkan kecenderungan molekul air pada satu

larutan untuk melakukan osmosis berdasarkan konsentrasi molekulnya.

Plasmolisis, Krenasi, dan Lisis

Adakalanya, proses osmosis dapat membahayakan sel. Sel yang mempunyai

sitoplasma pekat (berarti kerapatan airnya rendah), jika berada dalam kondisi
hipotonisakan kemasukan air hingga tekanan osmosis sel menjadi tinggi. Keadaan

yang demikian dapat memecah sel tersebut. Dikatakan bahwa sel tersebut

mengalami lisis, yaitu hancurnya sel karena rusak atau robeknya membran plasma.

Sebaliknya, jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonis dibandingkan sel

tersebut, maka air di dalam sel akan mengalami osmosis keluar sel. Sel akan

mengalami krenasi yang menyebabkan sel berkeriput karena kekurangan air.

Kondisi yang ideal bagi sel tentu saja jika konsentrasi larutan sitoplasma seimbang

dengan lingkungan sekitarnya (isotonis).

Pada sel tumbuhan, keluarnya air dari sitoplasma ke luar sel menyebabkan volume

sitoplasma mengecil. Akibatnya membran plasma akan terlepas dari dinding sel.

Peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel disebut plasmolisis.

Plasmolisis yang parah dapat menyebabkan kematian sel.


3. Difusi Terfasilitasi

Difusi dapat diperlancar oleh adanya protein pada membran sel . misalnya pada

waktu proses pengangkutan glukosa dari lumen usus ke dalam pembuluh darah

usus halus. Glukosa tidak dapat berdifusi secara spontan tanpa adanya protein

pembawa. Prosesnya adalah sebagai berikut. Mula-mula molekul glukosa diikat

oleh protein yang ada di membran sel. Selanjutnya, protein pembawa ini
mengalami perubahan informasi dan mendorong glukosa ke dalam sel. Setelah itu

protein pembawa kembali pada informasi semula.

Protein pembawa juga dapat membuat celah yang dapat dilalui oleh ion-ion

seperti Cl- dan Ca2+.


Difusi Terfasilitasi

4. Pompa Natrium-Kalium

Pompa Natrium-Kalium tergolong transpor aktif, artinya sel mengeluarkan energi

untuk mengangkut kedua macam ion tersebut. Pada transpor aktif, zat dapat
berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Jadi perjalanan zat dapat

melawan gradien konsentrasi atau gradien kadar.

Ion K+ penting untuk mempertahankan kegiatan listrik di dalam sel saraf dan

memacu transpor aktif zat-zat lain. Meskipun ion Na + dan K+ dapat melewati

membran. Karena kebutuhan akan ion K+ sangat tinggi, maka diperlukan lagi

pemasukan ion K+ ke dalam sel dan pengeluaran ion Na+ ke luar sel. Konsentrasi

ion K+ di luar sel rendah, dan di dalam sel tinggi. Sebaliknya konsentrasi ion Na +

di dalam sel rendah dan di luar sel tinggi. Jika terjadi proses osmosis, maka akan

terjadi osmosis ion K+ dari dalam sel ke luar dan osmosis ion Na+ dari luar ke

dalam sel. Akan tetapi yang terjadi bukanlah osmosis, karena pergerakan ion-ion

itu melawan gradien kadar, yaitu terjadi pemasukan ion K + dan pengeluaran ion

Na+. Untuk melawan gradien kadar itu diperlukan energi ATP dengan pertolongan

protein yang terdapat pada membran. Setiap pengeluaran 3 ion Na + dari dalam sel

diimbangi dengan pemasukan 2 ion K + dari luar sel. Karena itu disebut pompa

natrium-kalium.

Pompa Natrium-Kalium

Zat-zat yang dapat diangkut secara transpor aktif misalnya gula, protein, enzim

dan hormon.

5. Endositosis dan Eksositosis

Endositosis artinya pemasukan zat ke dalam sel, sedangkan eksostosis artinya

pengeluaran zat dari dalam sel. Proses ini tergolong transpor aktif dan melawan

dapat gradien kadar (dari konsentrasi rendah ke tinggi). Contoh endositosis adalah

fagositosis dan pinositosis.

Fagositosis (phagein = memakan; chytos = sel) adalah proses di mana membran

plasma satu sel membungkus partikel dari lingkungan luar dan menangkapnya

dalam satu vakuola makanan. Vakuola kemudian menyatu dengan lisosom

membentuk heterofagosom dan lisosom mencerna atau menghancurkan partikel

tersebut. Contohnya sel darah putih dan sel ameba yang memakan bakteri. Sel-sel

tersebut membungkus bakteri dan menangkapnya dalam satu vakuola makanan.

Selanjutnya bakteri akan dicerna oleh lisosom.


Pinositosis (pinein = meminum) adalah peristiwa sel memakan sel memakan zat

cair dan membentuk sebuah gelembung. Cairan yang dimakan itu dimasukkan

dalam vakuola makanan.


Endositosis dan Eksositosis

Contoh eksostosis adalah proses pengeluaran zat dari dalam sel-sel kelenjar ada
peristiwa sekresi, misalnya sel-sel penghasil enzim pencernaan mensekresikan

enzim itu ke dalam usus. Caranya adalah enzim-enzim itu dimasukkan ke dalam

vakuola atau kantong-kantong kecil. Vakuola itu menuju tepi sel, membrannya

membuka dan mengeluarkan enzim-enzim tersebut dari sel. Proses pengeluaran

enzim ini memerlukan energi sel. Tanpa energi, sel tidak akan mampu

mengeluarkannya.

 Pengertian dan Sejarah Penemuan Sel ᄃ

 Struktur dan Fungsi Sel Eukariotik ᄃ

Mekanisme Transpor Pada Membran Plasma


Pada makhluk uniseluler, transportasi antarsel dilakukan melalui membrane sel.
Ini adalah beberapa manfaat transport zat bagi sel :

a. Menjaga kestabilan pH
b. Menjaga konsentrasi zat dalam sel untuk kegiatan enzim
c. Memperoleh pasokan zat makanan, bahan energy dan bahan mentah lain
d. Membuang sisa metabolisme yang beracun
e. Memasok ion-ion penting untuk kegiatan saraf dan otot

Plasmolisis adalah lepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel tumbuhan,yang disebabkan konsentrasi larutan
lebih tinggi dari pada konsentrasi pada sel.

Plastida
Plastida adalah organel yang meghasilkan warna pada sel tumbuhan. Organel ini hanya dimiliki oleh
sel tumbuhan. Organel ini paling dikenal dalam bentuknya yang paling umum, kloroplas, sebagai
tempat berlangsungnya fotosintesis. Terdapat 3 macam plastida, yaitu :

- Kloroplas
- Leukoplas
- Kromoplas
Organel ini paling dikenal dalam bentuknya yang paling umum, kloroplas, sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis.

1. Kloroplas, adalah plastida yang menghasilkan warna hijau daun, disebut klorofil.
Kloroplas adalah plastida yang mengandung klorofil, karotenoid dan pigmen fotosintesis lain
Macam-macam klorofil adalah sebagai berikut :

- klorofil a: menghasilkan warna hijau biru


- klorofil b: menghasilkan warna hijau kekuningan
- klorofil c: menghasilkan warna hijau coklat
- klorofil d: menghasilkan warna hijau merah

Selubung kloroplas terdiri atas dua membran. Dalam kloroplas terdapat sistem membran lain
berupa kantong-kantong pipih yang disebut Tilakoid. Tilakoid tersusun bertumpuk
membentuk struktur yang disebut grana (jamak granum). Di dalam tilakoid inilah terdapat
pigmen fotosintesis yaitu klorofil dan karoten. Ruangan di antara grana disebut stroma.

Proses fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Di dalam tilakoid pigmen klorofil berperan
dalam penangkapan energi sinar yang akan diubah menjadi energi kimia melalui suatu proses
yang disebut reaksi terang. Reaksi selanjutnya adalah reaksi gelap yaitu proses pembentukan
glukosa. Reaksi gelap berlangsung di dalam stroma dengan menggunakan energi kimia hasil
reaksi terang.

2. Leukoplas, adalah plastida yang tidak berwarna. Terdapat 3 jenis leukoplas yang dibedakan
berdasarkan fungsinya.
a. Amiloplas ; bentuk semi-aktif yang mengandung butir-butir tepung, ditemukan
pada bagian tumbuhan yang menyimpan cadangan energi dalam bentuk tepung,
seperti akar, rimpang, dan batang (umbi) serta biji.
b. Elaioplas ; bentuk semi-aktif yang mengandung tetes-tetes minyak/lemak pada
beberapa jaringan penyimpan minyak, seperti endospermium (pada biji)
c. Proteoplas ; bentuk semi-aktif yang merupakan bentuk adaptasi kloroplas
terhadap lingkungan kurang cahaya; etioplas dapat segera aktif dengan
membentuk klorofil hanya dalam beberapa jam, begitu mendapat cukup
pencahayaan.
3. Kromoplas, adalah plastida yang menghasilkan warna non fotosintesis atau warna selain
hijau. Macam-macam warna tersebut adalah sebagai berikut:
a. Karotin : Berwarna kuning, misalnya pada wortel
b. Xantofil : Berwarna kuning pada daun yang tua
c. Fikosantin : Berwarna coklat pada ganggang Phaeophyta
d. Fikosianin : Berwarna biru pada ganggang cyanophyta
e. Fikoeritrin : Berwarna merah pada ganggang Rhodophyta
f. Antosianin : Memberi warna merah sampai kuning pada bunga
Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini
adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan
namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.

Pada sel daun dewasa, vakuola mendominasi sebagian besar ruang sel sehingga seringkali sel terlihat
sebagai ruang kosong karena sitosol terdesak ke bagian tepi dari sel.

Bagi tumbuhan, vakuola berperan sangat penting dalam kehidupan karena mekanisme pertahanan
hidupnya bergantung pada kemampuan vakuola menjaga konsentrasi zat-zat terlarut di dalamnya.
Proses pelayuan, misalnya, terjadi karena vakuola kehilangan tekanan turgor pada dinding sel. Dalam
vakuola terkumpul pula sebagian besar bahan-bahan berbahaya bagi proses metabolisme dalam sel
karena tumbuhan tidak mempunyai sistem ekskresi yang efektif seperti pada hewan. Tanpa vakuola,
proses kehidupan pada sel akan berhenti karena terjadi kekacauan reaksi biokimia.

Vakuola pada hewan diantaranya :


1. Vakuola kontraktil ( vakuola berdenyut ), berperan menjaga tekanan osmotik sitoplasma sel
2. Vakuola non kontraktil (vakuola tak berdenyut ), bertugas mencerna makanan ( vakuola makanan ).

Sel tanaman memiliki vakuola tengah, yang berfungsi :


1. Membangun turgor ( tegangan sitoplasmik sel )
2. Mengandung pigmen antosianin
3. Mengandung enzim hidrolitik yang bertindak sebagai lisosom saat sel masih hidup.
4.Tempat penimbunan sisa metabolisme, seperti kristal oksalat, zat alkaloid, dan tanin. Beberapa zat
alkaloid : caffein pada kopi, thein pada teh, nikotin pada tembakau, zhetanin pada tanaman bergetah.

Membran plasma mempunyai sifata selektif, yaitu mampu memilih zat yang
dapat menembusnya. Hal tersebut berkaitan dengan sifat permeabilitas
membran. Beberapa sifat permeabilitas membran adalah sebagai berikut :
a. Permeable, dapat ditembus oleh semua zat
b. Impermeable, tidak dapat ditembus oleh semua zat
c. Impermeable diferensial, hanya dapat ditembus oleh beberapa jenis zat.

Gerakan zat melalui membran dibedakan menjadi 2 yaitu gerakan pasif tidak
memerlukan energi dan gerakan aktif yang memerlukan energi. Yang termasuk
gerakan aktif adalah transport aktif, endositosis dan eksositosis sedangkan
gerakan pasif adalah difusi dan osmosis.

Difusi

Difusi adalah gerakan
zat dari tekanan tinggi
(hipertonis) ke tekanan
rendah (hipotonis)
sehingga larutan
menjadi isotonis. Proses
difusi yang dibantu oleh
substansi pembawa
berupa protein (protein
pembawa) yang
terdapat pada membran
plasma. Proses difusi
semacam ini disebut
difusi terfasilitasi.
Osmosis

Osmosis adalah
gerakan zat dari
tekanan rendah
(hipotonis) ke
tekanan tinggi
(hipertonis)
melawati
membran
semiermeabel.

Transpor Aktif

Transpor aktif
adalah suatu
mekanisme
transpor yang
mengonsumsi
energi untuk
keluar masuknya
ion atau molekul
zat melalui
membran plasma.
Berlangsung dari
tekanan rendah
ke tekanan tinggi.
Transpor aktif dipengaruhi oleh muatan listrik di dalam dan di luar sel. Muatan
listrik sel terutama ditentukan oleh ion natirum (Na +) dan kalium (K+) dan klor
(Cl-). Masuk keluarnya ion natrium dan kalium dilakukan oleh pompa natrium
kalium (pompa Na+ dan K+). Keberadaan ion K+ dan Na+ di dalam organisme
memiliki manfaat yang sangat besar, yaitu :
a. Konsentrasi ion K + yang sangat tinggi sangat diperlukan untuk sintesis protein,
glikolisis, fotosintesis, dan proses lainnya.
b. Keberadaan ion Na+ dan K+ berperan untuk mengendalikan osmosis.
c. Ion Na + dan K+ penting untuk memacu trnaspor aktif bagi zat lain. Contoh :
glukosa dan asam amino.
Contoh transpor aktif melalui membran plasma adalah transpor glukosa. Zat
tersebut diangkut secara aktif oleh sel melalui protein membran dengan
menggunakan energy pengaktifan. Energi tersebut berasala dari hasil
pemecahan ATP yang menghasilkan senyawa ADP, gugusan fosfat dan energi.
Energi yang diperoleh digunaka untuk mengikatkan gugusan fosfat dengan
glukosa sehingga terbentuklah senyawa glukosa fosfat. Senyawa terakhir inilah
yang mampu menembus membrane plasma karena mengikat energi pengaktifan.

Endositosis dan Eksositosis


Endositosis


Eksositosis

Endositosis
adalah proses
memasukkan zat
ke dalam sel
melalui membran sedangkan eksositosis adalah proses pengeluaran zat melalui
membran. Peristiwa ini banyak terjadi pada oerganisme bersel 1 seperti amoeba,
paramaecium dan sel-sel tertentu.
Peristiwa endositosis terjadi pada sel hewan memasukkan makanan atau sel
darah putih yang menangkap kuman (fagositosis).
Peristiwa eksositosis di dalam sitoplasma dilakukan oleh beberapa organel,
seperti vakuola dan granula. Contoh eksositosis terjadi saat sel mengeluarkan zat
sisa ataupun getah misal sekresi.
 Struktur dan Fungsi Sel Prokariotik ᄃ

Anda mungkin juga menyukai