Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA BERDASARKAN


PERSPEKTIF ILMU PENGETAHUAN ISLAM
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran bahasa Indonesia)

Disusun :

1. Alif Abdul Jabbar


2. Evi latifatus Sirri

MADRASAH ALIYAH NEGERI SUKAMANAH


Jl. KHZ. Zaenal Musthafa Sukamanah Ds. Sukarapih
Kec. Sukarame Tasikmalaya
2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam. Atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
BERDASARKAN PERSPEKTIF ILMU PENGETAHUAN ISLAM.” Salawat serta
salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada baginda alam nabi paling mulia Muhammad
SAW.
Makalah ini membahas mengenai penciptaan alam semesta berdasarkan perspektif ilmu
penegtahuan Islam yang dikaji dari berbagai tafsir mengenai materi yang kami bahas. Di
samping membahas mengenai bagaiman perspektif ilmu pengetahuan Islam terhadap proses
penciptaan alam semesta, makalah ini juga membahas mengenai penjelasan ilmu
pengetahuan modern terhadap berbagai kajian penciptaan alam jagat. Dalam hal ini terdapat
perbandingan ilmu pengetahuan berdasarkan Al-Qur’an (Islam) dan ilmu pengetahuan
modern yag dibahas oleh berbagai para ilmuan masa modern saat ini. Pembahasan yang
didasarkan firman Allah SWT. Yang terdapat dalam Al-Qur’an yang termaktub dalam
berbagai ayat menunjukan bahwa Allah benar-benar mengajarkan kepada umat mausia untuk
menafakuri dan mempelajari berbagai keadaan alam. Dan kemukjizatan Al Qur’an benar-
benar terbukti oleh berbagai penemuan luar biasa mengenai alam semesta di abad modern
saat ini. Makalah ini juga membahas pengkajian kesesuaian proses penciptaan alam semesta
yang diredaksikan oleh Allah SWT dalam kitab sucinya, dengan berbagai penelitian yang di
dapat oleh berbagai ilmuan. Sehingga jelaslah bahwa Islam dan ilmu pengetahuan terdapat
keseuaian yang nyata.
Makalah yang berjudul Penciptaan Alam Semesta Berdasarkan Perspektif Ilmu
Pengetahuan Islam, merupakan makalah yang ditulis untuk memenuhi salah satu tugas
pelajaran bahasa Indonesia mengenai pembahasan penulisan karya ilmiah yang ditugaskan
oleh bapak/ibu guru. Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Ocah dan seluruh pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.

Namun, atas keterbatasan penulis baik dalam hal waktu dn informasi yang didapatkan
sehingga penulis merasa bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis
juga berharap agar para pembaca dapat memberikan feedback kepada penulis berupa
komentar atau kritik membangun sehingga dapat memperbaiki kualitas penulis dalam
menulis dan juga dalam memperdalam pemahaman penulis menyangkut bab yang membahas
Teori Penciptaan Alam Semesta..

Tasikmalaya, Maret 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Ketika kita menatap ke alam jagat raya (alam semesta) pada pagi hari, kita akan
menemukan hamparan warna biru membentang menutupi seluruh permukaan bumi ini.
Berselang waktu, warna biru itu sebagian tertutupi awan yang merupakan ciri daerah tropis
negara kita Indonesia. Kita menyaksikan awan tersebut bergerak dan melakukan rotasi karena
terbawa oleh hembusan angin daerah trofis. Namun, apakah di bumi kita, di berbagai wilayah
yang berbeda memiliki jenis awan yang sama ?
Mengenai hal tersebut dijelaskan oleh Hudzaifah Ismail dalam bukunya “ Kerajaan Al-
Quran ”mengatakan : ”Luke Howard, seorang naturalis berkebangsaan inggris, membagi
jenis awan berdasarkan ketinggian dan bentuknya. Awan Cirrus, Girrocumulus, dan
Cirrostratus, merupakan awan daerah tinggi (diatas 6000 meter), terdiri dari kristal es. Awan
Altostratus dan Altocumulus, adalah awan daerah menengah ( dari 2000 meter sampai 6000
meter). Terdiri dari campuran butir hujan dan kristal es. Sedangkan awan daerah rendah
terdiri dari awan Nimbostratus, Stratocumulus dan Stratus. Posisinya tidak lebih tinggi dari
2000 meter dan terbentuk dari butir hujan. (Hudzaifah, 2012: 62).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa awan yang kita lihat setiap hari
memiliki materi dan jarak dari permukaan bumi yang berbeda-beda. Keadaan alam dan
materi penyusun awan sangat memengaruhi fungsi dan ciri awan tersebut. Terlepas dari ciri
dan fungsi awan, kita dapat menegetahui bahwa bumi kita tidak selamanya terpancarkan sinar
matahari. Ada waktu malam yang terjadi karena bagian belahan bumi yang gelap tidak
tersianari cahaya matahari. Bumi kita tidak diam, bumi kita bergerak mengelilingi matahari
dan berputar pada sumbu porosnya.
Hal tersebut dikemukakan oleh Hudzaifah Ismail dalam bukunya “Kerajaan Al-Quran”
bahwa Allah SWT. Menentukan setiap benda angkasa bergerak dengan kecepatan tetap
ketika beredar mengelilingi matahari. Sehingga manusia bisa menjadikan peredaran benda-
benda angkasa itu sebagai tolak ukur menentukan waktu. Masing-masing beredar dengan
kecepatan yang konstan dan tidak berubah-ubah, sehingga dibumi akan selalu 24 jam.
(Hudzaifah, 2012 : 81).
Hal ini juga dikemukakan oleh Jeon-Hee dalam bukunya ”Fisika dan Ilmu Bumi”
mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Perputaran bumi pada porosnya itulah yang
disebut dengan rotasi bumi. Waktu yang dibutuhkan untuk berputar satu kali adalah 24 jam.
Selagi berputar pada porosnya, bumi juga berputar mengelilingi matahari. Berputar
mengelilngi matahari di sebut revolusi bumi. Waktu yang dibutuhkan bumi untuk
mengelilingi matahari adalah satu tahun, lebih tepatnya 365,26 hari.” ( Jeon Min, 2010 : 147-
149 ).
Bedasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa benda langit dan
gugusan bintang bergerak saling beraturan, selaras satu sama lain. Semuanya bergerak sesuai
dengan garis edarnya dijagat raya ini. Alam semesta masih menyimpan banyak misteri
dibalik pancaran sinar cahaya bintangnya. Walaupun kita tahu bahwa bintang-bintang
bersinar di malam hari dengan berbagai proses yang terjadi didalamnya. Namun, pemahaman
kita yang masih sangat kurang mengenai informasi yang lebih mendalam seputar benda
angkasa, terutama gugusan bintang di alam jagat raya. Penciptaan gugusan bintang dalam
alam semesta adalah hak mutlak bagi sang maha kuasa, tanpa adanya campur tangan makhluk
atau dzat apapun. Di desain secara sempurna, sebaik mungkin dan berlangsung secara teratur
satu sama lain. Hal ini menjadikan seluruh alam semesta bergerak sesuai dengan garis orbital
yang telah ditentukan oleh sang maha kuasa. Penciptaan alam semesta diciptakan tidak
seperti yang kita bayangkan dalam proses ciptaan sekaligus. Namun, melalui proses dan
mekanisme yang sangat luar biasa. Diciptakan secara akurat dan membutukan proses yang
lama dalam penciptaan-Nya.
Perlu kita ketahui, bahwa dalam mekanisme penciptaan alam semesta, Allah
menciptakan alam jagat ini dengan istilah enam masa. Sebagaimana firman Allah SWT.
Dalam kitab sucinya, “Dan, dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.”
(Q.S Al-Hud : 7)
“Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia ’bersemayam’ di atas Arsy.” ( As-Sajdah : 4).
“Katakanlah, ‘Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam
dua masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya ?Iitulah Tuhan seluruh alam.’ Dan,
Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kukuh diatasnya. Kemudian, Dia berkahi, dan
Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)-Nya dalam empat masa, memadai untuk
(memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya. Kemudian, Dia menuju ke langit dan
(langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi,’Datanglah
kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa,’ Keduanya menjawab,
‘Kami datang dengan patuh.’ Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada
setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian, langit yang dekat (dengan
bumi) kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (kami ciptakan itu) untuk memelihara.
Demikianlah ketentuan (Allah) yang Maha perkasa lagi Maha mengetahui.” (Q.S
Fuhshilat:9-12).
Mengapa Allah menciptakan alam semesta ini dengan istilah enam masa ?. Mengapa
dalam surat Hud dan As-Sajdah Allah meredaksikan penciptaan alam semesta dengan enam
masa, sedangkan dalam surat surat Al-Fushshilat Allah meredaksikan penciptaan Alam
semesta dengan dua masa lalu empat masa ?.
Menurut Dr. Nadiah Thayyarah dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar Sains
Dalam Al-Qur’an” mejelaskan bahwa sebagian besar mufasir berpendapat, yang dimaksud
dengan kata ayyam dalam ayat-ayat tentang penciptaan langit dan bumi adalah periode waktu
tertentu (massa), bukan hari sebagaiamana yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Alasannya, Allah tidak menambahkan redaksi mimma ta’uddun (menurut
perhitunganmu), sebagaimana firmannya dalam surat Al-Hajj ayat 47. Atas dasar inilah,
enam masa tersebut dibagi menjadi tiga bagian merepresentasikan dua masa penciptaan.
Dua masa digunakan untuk menciptakan bumi dari langit yang masih berbentuk asap
pertama. Hal ini sesuai dengan firman-Nya, “...Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua
masa.” (Fushshilat: 9).
Dua masa lagi digunakan untuk mengatur kondisi geologi bumi dan menaklukannya
agar bisa dimanfaatkan manusia. Ini sesuai dengan firman Alla, “Dan Dia ciptakan padanya
gunung-gunung yang kukuh di atasnya. Kemudian Dia berkahi dan Dia tentukan makanan-
makanan (bagi penghuni)-nya.” (Fushshilat: 10) (Dr. Nadiah, 2014: 364).
Memahami dan mentadaburi hakikat dan rahasia gugusan bintang merupakan salah satu
ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi kita selaku insan yang sangat membutuhkan
berbagai bidang ilmu pengetahuan, tak terkecuali ilmu pengetahuan mengenai keadaan alam
semesta di jagat raya ini. Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini, penulis tertarik
mengambil judul makalah yaitu “Mekanisme Penciptaan Bintang dalam Kehidupan
Berdasarkan Perspektif Ilmu Pengetahuan Islam”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian alam semesta berdasarkan hasil penelitian ?
1.2.2 Bagaimana perspektif ilmu pengetahuan Islam mengenai mekanisme penciptaan alam
semesta ?
1.2.3 Bagaimana mekanisme perputaran gugus bintang berdasarkan ilmu pengetahuan
modern ?
1.2.4 Bagaimana sinkronisasi ilmu pengetahuan modern dengan Al-Quran mengenai
penciptaan bintang dalam alam semesta ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan penulisan
Untuk memenuhi salah satu tugas bahasa Indonesia mengenai penulisan karya ilmiah
berupa makalah.
1.3.2 Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui pengertian alam semesta berdasarkan hasil penelitian.
b) Untuk memahami perspektif ilmu pengetahuan islam mengenai penciptaan alam
semesta.
c) Untuk mengetahui mekanisme perputaran gugus bintang di alam semesta ini.
d) Untuk memahami sinkronisasi ilmu pengetahuan dan Al-Quran mengenai penciptaan
bintang dalam alam semesta.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat secara teoritis
Semoga dengan penyusunan makalah ini, sahabat pembaca mampu memahami
mekanisme perputaran dan tujuan penciptaan bintang di alam semesta ini.
1.4.2 Manfaat secara Praktis
Supaya sahabat pembaca dapat memiliki paradigma baru, mampu mentadaburi dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.5 Metode Penelitian
Data-data yang diperoleh dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan cara studi
kepustakaan dan metode deskripsi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kata Perspektif

Dalam sebuah buku yang berjudul “kamus ilmiah serapan”, kata perspektif
dapat kita pahami secara leksikal, yaitu berasal dari bahasa inggris perspective
yang artinya adalah pandangan, acuan, atau sudut pandang. Sedangkan secara
gramatikal dijelaskan bahwa perspektif adalah cara melukiskan atau
mendeskripsikan suatu benda ataupun yang lainnya yang biasanya tertuju pada hal-
hal atau benda yang dapat terlihat langsung dan dapat kita pahami. (Aka, 2005:
541)

2.1.2 Pengertian Al-Qur’an

Pembahasan selanjutnya mengenai Al-Qur’an, alqur’an secara leksikal


menurut Syeikh Muhammad Ali As Shobuni dalam kitabnya yang berjudul At
Tibyan Fi Ulumul Qur’an menerangkan bahwa Al Qur’an berasal dari bahasa Arab
dari kata qoroa yaqrou qur’anan, yang artinya bacaan. (Syeikh Muhammad Ali,
1424:12).

Sedangkan secara gramatikal bahwa pengertian Al Qur”an yaitu firma Allah


Ta’ala yang bersifat mukjizat, yang diturunkan kepada nabi terakhir (Muhammad
SAW), dengan perantara malaikat jibril, tertullis dalam sebuah lembaran-lembara,
yang di sampaikan kepada kita secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah,
dimulai dari surah Al Fatihah dam diakhiri dengan surah An-Nas. ( syeikh
Muhammad Ali, 1424 : 8-12).

Al Qur’an merupakan kitab petunjuk dan rujukan kita dalam menjalankan


kehidupan di alam semesta ini, undang undang qat’i bagi kaum muslimin, kaum
yang mejalankan syariat islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya menjadi kitab petunjuk umat muslim, Al Qur’an juga merupakan
sebuah kitab yang menjadi bahan dasar penggalian berbagai bidang ilmu
pengetahuan yang digali.
2.1.3 Pengertian Alam Semesta
Alam semesta adalah fana. Ada penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada,
dan akhirnya hancur. Bagaimanakah alam semesta tak berbatas tempat kita tinggal
ini terbentuk? Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan jagat
raya ini berkembang? Bagaimanakah bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat
dan terlindung bagi kita?
Aneka pertanyaan seperti ini telah menarik perhatian sejak ras manusia
bermula. Para ilmuwan dan filsuf yang mencari jawaban dengan kecerdasan dan
akal sehat mereka sampai pada kesimpulan bahwa rancangan dan keteraturan alam
semesta merupakan bukti keberadaan Pencipta Mahatinggi yang menguasai seluruh
jagat raya.

Alam semesta atau jagad raya didefinisikan sebagai ruang-waktu dimana


semua energi dan materi berkumpul. Massa dan energi yang berada di alam
semesta terdiri atas 73% energi gelap, 23% materi gelap dingin dan 4% atom. Alam
semesta mungkin mempunyai 1011 galaksi dimana tiap-tiap galaksi mempunyai
1011 bintang yang tersebar dengan masing-masing bintang memiliki 1057 atom
hidrogen.
Dan Sekitar tahun 700-600 SM, orang babylon beranggapan bahwa alam
semesta merupakan suatu ruangan atau selungkup dimana bumi yang datar sebagai
lantainya, sedangkan langit sebagai bentuk ruangan yang begitu luas. Ukuran
diameter Bumi (12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes),
jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari
(sekitar 150 juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-
19 , jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar
(1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut
antargenerasi.
Namun pendapat ini sudah sangatlah lama pengertian alam semesta yang
sebenarnya adalah suatu ruangan yang maha besar, dimana di mana di dalamnya
terjadi segala peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum
diungkap manusia, dan pendapat ini jelaskan kembali oleh Nicolas Copernikus
dalam bukunya yang berjudul “ De Revolutionisme Orbium Coelestium” yang
menyatakan bahwa alam semeta adalah tempat tinggal bagi makhluk hidup (bumi)
yang bumi dan benda langit lainnya mengelilingi matahari sebagai pusat dari tata
surya.

2.1.4 Teori Penciptaan Alam Semesta dalam Perspektif Ilmu Sains

Alam semesta ini terbentuk kira- kira terbentuk dari jutaan tahun yang lalu
dengan proses yang begitu memakan waktu yang cukup lama dan dengan sebuah
dentuman yang sangat besar. Ada beberapa teori pembentukan alam semesta
menurut pandangan ilmu pengetahuan ( Sains ) , antara lain sebagai berikut :

A. Teori Kabut
Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-
1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827)
ahli astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755,
sedangkan Laplace mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis.
Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti
James Clark Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk
planet terdistribusi disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu
piringan, maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan
anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan
dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin Laplace, menunjukkan
bahwa medan magnet dan medan listrik matahari tekah merusak proses pembekuan
batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas
dapat membeku membantuk planet.
B. Teori Planetisimal
Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain
dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa
tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak
matahari.
C. Teori Pasang Surut Bintang
Teori pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan
Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip
dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya
matahari.
D. Teori Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang
bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi
menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
E. Teori Bintang Kembar
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang
berdekatan (bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-
keping. Akibat pengaruh grafitasi dari bintang kedua, maka kepingan-kepingan itu
bergerak mengelilingi bintang tersebut dan berubah menjadi planet-planet.
Sedangkan bintang yang tidak meledak adalah matahari.

F. Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)


Pada awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big
Bang, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu.
Jagat raya tercipta dari suatu ketaidaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal.
Pada awalnya alam semesta ini berupa satu massa maha padat. Massa maha padat
ini dapat dianggap suatu atom maha padat dengan ukuran maha kecil yang
kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya mneghasilkan ledakan maha
dahsyat.

2.2 Uraian Pembahasan

2.2.1 Penciptaan Alam Semesta dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Sains

Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh


pengetahuan di bumi, berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains
(seperti ketidakpastian Heisenberg tentang pengukuran simultan dimensi ruang dan
waktu), serta berbagai aturan untuk keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka
besar gagasan yang menghubungkan berbagai fenomena (teori relativitas umum,
teori kinetik materi, teori relativitas khusus) coba dikemukakan satu penjelasan.
Berbagai hipotesa, gagasan awal atau tentatif dikemukakan untuk menjelaskan
fenomena. Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat
dikatakan sebuah hukum.
Dunia fisika membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak
gelombang, dan konsep medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari
Mekanika klasik ke Mekanika Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum
Relativistik mengakomodasi pemecahan persoalan mekanika semua benda,
Mekanika kuantum melayani persoalan mekanika untuk semua massa yang
kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika Relativistik memecahkan
persoalan mekanika massa yang lebih besar dari 10-27 kg dan bagi semua
kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik) menjelaskan
fenomena benda yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa
dipergunakan sebagai pendekatan fenomena benda mikroskopik.
Mekanika statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk
interaksi benda dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori
kinetik dan termodinamik. Dalam penjelajahan akal manusia di dunia
elektromagnet dikenal persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan kelakuan
medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet.
Dalam pembahasan interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi
gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi
menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan
sebagainya. Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat
menerangkan realitas alam semesta yang berisi banyak sekali benda langit (dan
lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek
berdaya besar, seperti Quasar atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta
yang bisa diamati; selain itu juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam
semesta (15 miliar tahun). Itulah sebabnya ruang alam semesta yang pernah
diamati manusia berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya. Namun, banyak benda
langit yang tak memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi keberadaannya,
protoplanet misalnya. Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta belum
atau tak akan terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini
karena secara dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat
gravitasi.
Berbicara tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu
penerangan berdaya 10 watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya
1026 watt dan berjarak 15 juta dari Bumi, dan berfungsi menghangati bumi. Jika
kita lihat, lampu-lampu kota dengan daya lebih besarlah yang tampak terang.
Menurut hukum cahaya, terang lampu akan melemah sebanding dengan jarak
kuadrat, jadi sebuah lampu pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang
dibandingkan pada jarak 2 meter, dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25
kali lebih redup.
Maka, kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas.
Ukuran kolektor cahaya juga akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati.
Untuk pengamatan objek langit yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau
teleskop yang lebih besar. Teleskop yang besar pun mempunyai keterbatasan
dalam mengamati obyek langit yang lemah, walaupun berhasil mendeteksi obyek
langit yang berjuta atau bermiliar kali lebih lemah dari bintang terlemah yang bisa
dideteksi manusia. Makin jauh jarak galaksi, berarti pengamatan kita juga
merupakan pengamatan masa silam galaksi tersebut. Cahaya merupakan fosil
informasi pembentukan alam semesta yang berguna, dan manusia berupaya
menangkapnya untuk mengetahui prosesnya hingga takdir di masa depan yang
sangat jauh, yang akan dilalui melalui hukum-hukum alam ciptaan-Nya.
Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat bergantung pada pengetahuan kita
tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan sudah sempurnakah, ataukah
baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk ekstrapolasi persepsi yang
salah.
Pembahasan selanjutnya mengenai Al-Qur’an, alqur’an secara leksikal menurut
Syeikh Muhammad Ali As Shobuni dalam kitabnya yang berjudul At Tibyan Fi
Ulumul Qur’an menerangkan bahwa Al Qur’an berasal dari bahasa Arab dari kata
qoroa yaqrou qur’anan, yang artinya bacaan. (Syeikh Muhammad Ali, 1424:12).

Sedangkan secara gramatikal bahwa pengertian Al Qur”an yaitu firma Allah Ta’ala
yang bersifat mukjizat, yang diturunkan kepada nabi terakhir (Muhammad SAW),
dengan perantara malaikat jibril, tertullis dalam sebuah lembaran-lembara, yang di
sampaikan kepada kita secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah, dimulai
dari surah Al Fatihah dam diakhiri dengan surah An-Nas. ( syeikh Muhammad Ali,
1424 : 8-12).
Al Qur’an merupakan kitab petunjuk dan rujukan kita dalam menjalankan
kehidupan di alam semesta ini, undang undang qat’i bagi kaum muslimin, kaum
yang mejalankan syariat islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya menjadi kitab petunjuk umat muslim, Al Qur’an juga merupakan
sebuah kitab yang menjadi bahan dasar penggalian berbagai bidang ilmu
pengetahuan yang digali.

2.2.2 Penciptaan Alam Semesta dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Islam


Allah SWT. Menurunkan Al-Quran kepada manusia 14 abad yang lalu.
Beberapa fakta yang baru dapat diungkap dengan teknologi pada abad ke-21, yang
telah difirmankan Allah SWT. didalam Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-
Quran terdapat banyak bukti yang memberikan informasi dasar mengenai beberapa
hal seperti penciptaan alam semesta. Kenyataan bahwa didalam Al-Quran tersebut
telah sesuai dengan penemuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal
terpenting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al-Quran adalah Firma Allah
SWT.
Dalam Al-Quran surat Fush-shilat (41:11)
Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu
masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya
menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Kata asap dalam tersebut menurut para ahli tafsir adalh merupakan
kumpulan dari gas-gas dan pertikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun
cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih
atau kurang stabil.
Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori Big bang)
disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari suatu ledakan kosmis sekitar 10-20
milyar tahun yang lalu mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam
semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan
energi terkumpul dalam bentuk titik.
Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam ini (QS Al-Anbiya
: 30)
Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu
(sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman”.
Berdasarkan terjemahan dan tafsir Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya
bahwa matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar
mengeliligi sumbunya sejak berjuta-juta tahun. Dalam peroses perputarannya
denagn kecepatan tinggi itu, maka terlontarlah bingkahan-bingkahan yang akhirnya
menjadi bumi dan beberapa benda angkasa lainnya dari bingkahan matahari itu.
Masing-masing bingkah beredar menurut garis tengah lingkaran matahari, semakin
lama semakin bertambah jauh, hingga masing-masing menempati garis edarnya.
Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas waktu yang hanya
diketahui oleh Allah SWT.
Kemudian dalam surat Adz-Dzaariyaat (51:47)
Artinya: “Dan langit, denag kekuasaan Kami, Kami bangun dan Kami
akan memuaikannya selebar-lebarnya”.
Teori ledakan maha dahsyat juga mengatakan adanya pemuaian alam
semesta secara terus-menerus denagn kecepatan maha dahsyat yang diumpamakan
mengembangnya permukaan balon yang sedang ditiup yang mengisyaratkan bahwa
galaksi akan hancur kembali. Isyarat ini sudah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya’
(21:104)
Artinya: “(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung
lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan
pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami
tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya”.
Dalam surat Ath-Tholaq (65:12)
ªArtinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula
bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu”.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ruang angkasa terdiri dari 7 lapis.
Didalam surat As-Sajada (32:4)
Artinya: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan
tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan”.
[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita
imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat
bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang
tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Uraian penciptaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya,
terdapat dalam surat Fush-Shilat ayat 9, 10 dan 12
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya?
(yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".
ŸArtinya: “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh
di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-
makanan (penghuni)nya dalam empat masa”. (Penjelasan itu sebagai jawaban)
bagi orang-orang yang bertanya.
Artinya: “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-
baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.

2.2.1 Penciptaan Alam Semesta Dalam Enam Masa

◊َ ‫ضحاَها‬ ْ ‫ش لَ ْيلَها َ َو‬


ُ ‫أخ َر َج‬ َ ‫س َّواها َ◊ َوأ ْغ‬
َ ‫ط‬ َ َ‫س ْم َكها َ ف‬ َ ‫شدُّخ َْلقا ً أ َ ِم ال‬
َ ‫سمآ ُء بَناَها َ◊ َرفَ َع‬ َ َ ‫َءأ َ ْنت ُ ْم أ‬
‫عالَ ُك ْم‬ َ ‫الجبَا َل ا َ ْر‬
ً ‫ساهَا◊ َمت َا‬ ِ ‫عاهَا◊ َو‬ ْ ◊‫ض بَ ْعدَ ذَالَكَ دّ َحاهَا‬
َ ‫أخ َر َج ِم ْن َها مآ َءهَا َو َم ْر‬ َ ‫األر‬
ْ ‫َو‬
◊‫ام ُك ْم‬
ِ ‫َوأل ْن َع‬

”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah


membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28}
dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang
benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan
daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan
gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}”

(Q.S. An-Nazi’at: 27-33)

Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-


Qur’an atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa
tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga
enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud
enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa
ayat Al-Qur’an.

Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-
Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara
kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira
dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Masa I (ayat 27): Penciptaan Langit Pertama Kali

Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang
disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah
gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.

Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a),
terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk
ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika
temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari
reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi
energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti
persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa
atom hidrogen yang berubah.

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar


dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa
berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-
bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan
struktur filamen (lembaran) dan void (rongga).
B. Masa II (ayat 28): Pengembangan dan Penyempurnaan

Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan


”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam
semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit
terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang,
dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang
maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh (gambar 2).

Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang.


Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses
pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan
efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah
mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini


tidak serta mertaterbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung.
Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini
dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.

C. Masa III (ayat 29): Pembentukan Tata Surya Termasuk Bumi

Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang


gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan
sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi,
sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti
pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus.
Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih
kecil.

Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi
berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan.
Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi
yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi
bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3
ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi
nuklir pada Bulan itu sendiri.

D. Masa IV (ayat 30): Awal Mula Daratan di Bumi

Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai


pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.

Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat
9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’
(Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.

E. Masa V (ayat 31): Pengiriman Air ke Bumi Melalui Komet

Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air
ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada
air menjadi ada air.

Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang
menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang
dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap
air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air
berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama
dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih
berat daripada Hidrogen pada umumnya.

Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air


terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di
dalam air.
F. Masa VI (ayat 32-33): Proses Geologis Serta Lahirnya Hewan dan
Manusia

Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan


dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan,
pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk
dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses
detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis
oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak
bumi.

Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya


manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif
masih sangat muda dalam skala waktu geologi.

Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut
dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang
berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-
makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban)
bagi orang-orang yang bertanya”.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Dari pembahasan tentang perkembangan pemikiran tentang terbentuknya alam
raya, yang diungkapkan melalui pendapat / pemikiran dari berbagai peradaban bangsa,
teori-teori yang dikemukakan dari beberapa ilmuan serta dari pandangan Islam
berdasarkan Al-Quran, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan tentang pemikiran
tentang terbentuknya alam semesta sudah sejak lama telah menjadi bagian pemikiran
manusia, begitu juga pendapat-pendapat dari berbagai peradaban bangsa, begitu banyak
teori-teori yang muncul tentang terbentuknya alam raya ini.
Dari sekian banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuan ternyata
ilmuan modern menyetujui bahwa Teori Ledakan Maha Dahsyat (Teori Big Bang)
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal
mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Namun perlu kita
sadari bahwa jauh sebelum para ahli mengemukakan teori Big Bang, ayat-ayat Al-Quran
telah secara jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk dalam 6 masa.
3.2 SARAN
Demikianlah makalah berjudul “Penciptaan Alam Semesta Berdasarkan
Perspektif Ilmu Pengetahuan Islam” ini kami susun berdasarkan sumber-sumber yang
ada. Kami juga menyadari, masih ada banyak kekurangan di dalam penulisan makalah
ini. Sehingga perlulah bagi kami, dari para pembaca untuk memberikan saran yang
membantu supaya makalah ini bisa menjadi lebih baik. Atas perhatian sahabat pembaca,
kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2007. Wawasan Ilmu Alamiah Dasar Prespektif Islam dan Barat. Jakarta: Prestasi Pustaka
Baiquni, Ahmad. 1997. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Primayasa
Mawardi, Nur Hidayat. 2000. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: CV Pustaka Setia
http://efrialdy.wordpress.com/2009/07/01/al-qur%E2%80%99an-sains-dan-alam-semesta/
http://www.keajaibanalquran.com/earth_formationofrain.html

Kementrian Agama, 2012. Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta:
PT Sinergi Pustaka Indonesia.

Ilyas, Marpu Mulyadin. 2013. Taqaddum Al-Qur’an dan Sains. Purwakarta: Taqaddum.

Min-Hee, Jeon. 2010. Fisika dan Ilmu Bumi. Jakarta: PT Elex Media.

Zulaikah, Siti. 2007. Ensiklopedi Fisika 5. Jakarta: PT Republika.

Arifin, bey. 1974. Samudra Al-Fatihah. Surabaya: PT Bina Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai