Disusun :
Namun, atas keterbatasan penulis baik dalam hal waktu dn informasi yang didapatkan
sehingga penulis merasa bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis
juga berharap agar para pembaca dapat memberikan feedback kepada penulis berupa
komentar atau kritik membangun sehingga dapat memperbaiki kualitas penulis dalam
menulis dan juga dalam memperdalam pemahaman penulis menyangkut bab yang membahas
Teori Penciptaan Alam Semesta..
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sebuah buku yang berjudul “kamus ilmiah serapan”, kata perspektif
dapat kita pahami secara leksikal, yaitu berasal dari bahasa inggris perspective
yang artinya adalah pandangan, acuan, atau sudut pandang. Sedangkan secara
gramatikal dijelaskan bahwa perspektif adalah cara melukiskan atau
mendeskripsikan suatu benda ataupun yang lainnya yang biasanya tertuju pada hal-
hal atau benda yang dapat terlihat langsung dan dapat kita pahami. (Aka, 2005:
541)
Tidak hanya menjadi kitab petunjuk umat muslim, Al Qur’an juga merupakan
sebuah kitab yang menjadi bahan dasar penggalian berbagai bidang ilmu
pengetahuan yang digali.
2.1.3 Pengertian Alam Semesta
Alam semesta adalah fana. Ada penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada,
dan akhirnya hancur. Bagaimanakah alam semesta tak berbatas tempat kita tinggal
ini terbentuk? Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan jagat
raya ini berkembang? Bagaimanakah bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat
dan terlindung bagi kita?
Aneka pertanyaan seperti ini telah menarik perhatian sejak ras manusia
bermula. Para ilmuwan dan filsuf yang mencari jawaban dengan kecerdasan dan
akal sehat mereka sampai pada kesimpulan bahwa rancangan dan keteraturan alam
semesta merupakan bukti keberadaan Pencipta Mahatinggi yang menguasai seluruh
jagat raya.
Alam semesta ini terbentuk kira- kira terbentuk dari jutaan tahun yang lalu
dengan proses yang begitu memakan waktu yang cukup lama dan dengan sebuah
dentuman yang sangat besar. Ada beberapa teori pembentukan alam semesta
menurut pandangan ilmu pengetahuan ( Sains ) , antara lain sebagai berikut :
A. Teori Kabut
Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-
1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827)
ahli astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755,
sedangkan Laplace mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis.
Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti
James Clark Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk
planet terdistribusi disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu
piringan, maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan
anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan
dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin Laplace, menunjukkan
bahwa medan magnet dan medan listrik matahari tekah merusak proses pembekuan
batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas
dapat membeku membantuk planet.
B. Teori Planetisimal
Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain
dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa
tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak
matahari.
C. Teori Pasang Surut Bintang
Teori pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan
Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip
dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya
matahari.
D. Teori Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang
bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi
menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
E. Teori Bintang Kembar
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang
berdekatan (bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-
keping. Akibat pengaruh grafitasi dari bintang kedua, maka kepingan-kepingan itu
bergerak mengelilingi bintang tersebut dan berubah menjadi planet-planet.
Sedangkan bintang yang tidak meledak adalah matahari.
Sedangkan secara gramatikal bahwa pengertian Al Qur”an yaitu firma Allah Ta’ala
yang bersifat mukjizat, yang diturunkan kepada nabi terakhir (Muhammad SAW),
dengan perantara malaikat jibril, tertullis dalam sebuah lembaran-lembara, yang di
sampaikan kepada kita secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah, dimulai
dari surah Al Fatihah dam diakhiri dengan surah An-Nas. ( syeikh Muhammad Ali,
1424 : 8-12).
Al Qur’an merupakan kitab petunjuk dan rujukan kita dalam menjalankan
kehidupan di alam semesta ini, undang undang qat’i bagi kaum muslimin, kaum
yang mejalankan syariat islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak hanya menjadi kitab petunjuk umat muslim, Al Qur’an juga merupakan
sebuah kitab yang menjadi bahan dasar penggalian berbagai bidang ilmu
pengetahuan yang digali.
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-
Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara
kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira
dapat diuraikan sebagai berikut:
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang
disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah
gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a),
terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk
ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika
temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari
reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi
energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti
persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa
atom hidrogen yang berubah.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi
berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan.
Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi
yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi
bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3
ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi
nuklir pada Bulan itu sendiri.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat
9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’
(Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air
ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada
air menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang
menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang
dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap
air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air
berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama
dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih
berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut
dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang
berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-
makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban)
bagi orang-orang yang bertanya”.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Dari pembahasan tentang perkembangan pemikiran tentang terbentuknya alam
raya, yang diungkapkan melalui pendapat / pemikiran dari berbagai peradaban bangsa,
teori-teori yang dikemukakan dari beberapa ilmuan serta dari pandangan Islam
berdasarkan Al-Quran, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan tentang pemikiran
tentang terbentuknya alam semesta sudah sejak lama telah menjadi bagian pemikiran
manusia, begitu juga pendapat-pendapat dari berbagai peradaban bangsa, begitu banyak
teori-teori yang muncul tentang terbentuknya alam raya ini.
Dari sekian banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuan ternyata
ilmuan modern menyetujui bahwa Teori Ledakan Maha Dahsyat (Teori Big Bang)
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal
mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Namun perlu kita
sadari bahwa jauh sebelum para ahli mengemukakan teori Big Bang, ayat-ayat Al-Quran
telah secara jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk dalam 6 masa.
3.2 SARAN
Demikianlah makalah berjudul “Penciptaan Alam Semesta Berdasarkan
Perspektif Ilmu Pengetahuan Islam” ini kami susun berdasarkan sumber-sumber yang
ada. Kami juga menyadari, masih ada banyak kekurangan di dalam penulisan makalah
ini. Sehingga perlulah bagi kami, dari para pembaca untuk memberikan saran yang
membantu supaya makalah ini bisa menjadi lebih baik. Atas perhatian sahabat pembaca,
kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2007. Wawasan Ilmu Alamiah Dasar Prespektif Islam dan Barat. Jakarta: Prestasi Pustaka
Baiquni, Ahmad. 1997. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Primayasa
Mawardi, Nur Hidayat. 2000. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: CV Pustaka Setia
http://efrialdy.wordpress.com/2009/07/01/al-qur%E2%80%99an-sains-dan-alam-semesta/
http://www.keajaibanalquran.com/earth_formationofrain.html
Kementrian Agama, 2012. Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta:
PT Sinergi Pustaka Indonesia.
Ilyas, Marpu Mulyadin. 2013. Taqaddum Al-Qur’an dan Sains. Purwakarta: Taqaddum.
Min-Hee, Jeon. 2010. Fisika dan Ilmu Bumi. Jakarta: PT Elex Media.