Anda di halaman 1dari 28

HALAMAN SAMPUL

MAKALAH

KONSEP PERSONAL MASTERY

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Kepemipinan Dan Berpikir Sistem


Kesehatan Masyarakat”

DISUSUN OLEH

KELAS K3

KELOMPOK 6 :

1. ANDYKA JAYA AMAR (J1A117016)


2. INGGRID FADILLA NURMAN (J1A117059)
3. NUR HADISA (J1A117102)
4. REGITA PRICILIA CAHYANI (J1A117116)
5. FARADILLAH (J1A117206)
6. RIRY NOVIYANTI R.A MUSA (J1A117261)
7. MINARTI MUSTAFA (J1A117316)
8. WAODE KHOFIFAH ENDARWATI (J1A117342)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi

Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan sekalian umatnya yang

bertakwa.

Atas berkat rahmat serta inayah Allah jugalah penulis telah dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul :“ KONSEP PERSONAL MASTERY ”.

Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Kepemimpinan dan Berpikir Sistem Kesehatan Masyarakat program S1

Kesehatan Masyarakat, Universitas Haluoleo.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutup

kemungkinan apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Dengan lapang

dada penulis menerima saran dan kritiknya demi untuk menambah wawasan.

Semoga karya ilmiah ini mendatangkan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi

rekan-rekan semua pada umumnya. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
2.1 Definisi Personal Mastery ................................................................................... 4
2.2 Konsep Mengenal Diri ....................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman identik dengan modernisasi dan pertumbuhan

yang pesat di segala bidang, hal ini memaksa setiap organisasi untuk terus

berkembang dan tumbuh mengikuti zaman. Sehingga setiap organisasi harus

melakukan perubahan dan berbagai perbaikan seperti memberikan pelayanan

yang terbaik bagi konsumen/klien, merekrut SDM terbaik, serta memperbaiki

sistem agar tetap dapat bertahan.

Kunci sukses sebuah perubahan terletak pada sumber daya manusia

yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan terus menerus, pembentuk proses

serta budaya yang secara bersama meningkatkan kemampuan perubahan

organisasi.

Perubahan-perubahan lingkungan yang di alami oleh suatu organisasi

mengharuskan organisasi tersebut melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian

diri menjadi suatu keharusan. Kemampuan organisasi pemerintah untuk

menjawab semua tantangan saat ini dan kedepan menjadi salah satu

kekuatan yang harus dimiliki oleh Organisasi. Untuk mewujudkannya,

organisasi membutuhkan konsep konkrit yang menjadi alat untuk menaklukan

perubahan. Salah satunya adalah Learning Organization. Peter Senge

mendefinisikan Learning Organization sebagai organisasi dimana orang-

orang di dalamnya meng-expand kapasitas yang dimilikinya. Orang-orang

1
2

tersebut dibina dan dikembangkan sehingga mereka bebas memberikan

aspirasi kepada perusahaan. Dalam Learning Organization, terjadinya proses

pembelajaran sangat tergantung pada individu-individu yang berada dalam

organisasi, karena mereka adalah pelaku pembelajaran organisasi. Seperti

yang dikatakan Senge (1990:7) “organisation learn only though individuals

who learn” bahwa organisasi yang belajar hanyalah melalui individu-individu

yang belajar. Memang pembelajaran yang dilakukan individu tidak menjamin

terjadinya pembelajaran organisasi, tetapi tanpa pembelajaran individu tidak

akan terjadi pembelajaran organisasi. Namun, dalam Learning Organization

bukan hanya individu yang terus melakukan pembelajaran namun organisasi

juga harus terus belajar. Sebagaimana halnya manusia, organisasi harus tetap

belajar.

Menurut SLST Pemimpin mempunyai Keterampilan Nurturing

Change pada organisasi pembelajaran melalui:

1. Personal Mastery

2. Mental models

3. Team learning

4. Systems thinking

5. Shared vision

Personal Mastery merupakan bagian dari pengembangan atmosfer

psikologis dalam organisasi. Personal Mastery adalah faktor dari individu

manusia, dimana terjadi sebuah proses berkesinambungan bagi individu untuk

memperdalam visi dan energi. Adapun maksud dari Personal Mastery adalah
3

untuk mewujudkan dua komponen utama, yaitu menentukan tujuan dan

mengukur tujuan tersebut. Personal Mastery juga merupakan satu dari lima

pilar The Fifth Discipline Peter Senge, yaitu pada Learning Organization.

Sehingga Personal Mastery memberi pengaruh positif bagi kinerja organisasi,

yang artinya Personal Mastery yang tinggi akan menghasilkan produktivitas

tinggi hingga pengaruhnya terhadap kinerja organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Personal Mastery?

2. Bagaimanakah konsep mengenali diri?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui desfinisi Personal Mastery

2. Untuk mengetahui konsep mengenali diri


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Personal Mastery

Pengertian dari Personal Mastery ini dapat didefenisikan dengan

penguasaan pribadi. Kata “Mastery” bisa difahami sebagai “master”. Bila

dirilik dari sudut bahasa, maka apabila dikatakan master, yang terbayang

dalam maknanya adalah seseorang yang telah mapan, mampu, dan super.

Sementara kata “Personal” dapat pula diartikan sebagai “diri, jiwa, dan

pribadi.” Sehingga kalau kita artikan dengan bahasa yang bebas, Personal

Mastery dipahami sebagai diri yang telah mampu dalam menguasai masalah,

(Abdusima, 2014)

Penguasaan pribadi adalah sekitar mendekati kehidupan dari

perspektif yang berbeda. Kadang-kadang orang akan menyebutnya sebagai

perjalanan menuju perbaikan terus-menerus. penguasaan pribadi dipandu

dengan prinsip-prinsip kunci seperti visi, tujuan pribadi, ketegangan kreatif,

komitmen untuk kebenaran dan memahami pikiran bawah sadar.

Ada beberapa definis tentang Personal mastery, antara lain :

1. Menurut Peter M. Sengge

“ The practice of personal mastery is an individual matter.” Kekuatan

dan penguasaan diri dalam menghadapi permasalahan merupakan

kematangan personal mastery.Penguasaan Pribadi adalah disiplin terus

memperjelas dan memperdalam visi pribadi kita, memfokuskan energi

4
5

kita, mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas obyektif.

Melampaui kompetensi dan keterampilan, meskipun melibatkan mereka.

Melampaui pembukaan rohani, meskipun melibatkan pertumbuhan

rohani. Penguasaan dipandang sebagai jenis khusus dari kemahiran. Ini

bukan tentang dominasi, melainkan sebuah keterpanggilan. Visi adalah

panggilan bukan hanya sekedar ide yang baik.

2. Menurut Fran Sayers

Personal mastery adalah pengembangan diri seseorang yang

berkesinambungan, selalu mencari jalan untuk tumbuh, mencari hal-hal

baru untuk dipelajari dan bertemu dengan orang yang menarik.

3. Menurut J. Marquardt

Personal Mastery adalah suatu cara yang berkesinambungan untuk

menjernihkan dan memperdalam visi, energi dan kesabaran seseorang.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa keahlian diri / penguasaan diri adalah proses pembelajaran

kehidupan seseorang, bukan sesuatu yang sudah dimiliki. Penguasaan diri itu

tentang mencintai diri sendiri dan mengembangkan bakat yang dimiliki

semaksimal mungkin. Beberapa orang berpikir bahwa pengusaan diri itu

membatasi dan mongontrol diri sendiri, tetapi sesungguhnya hal ini mengenai

pemahaman akan diri sendiri. Seseorang harus mengidetifikasi tentang

bagaimana suatu kebiasaan muncul untuk mengontrol suatu kebiasaan

tersebut.

Menurut O’Brien, orang yang memiliki tingkat personal mastery yang


6

tinggi akan memiliki komitmen yang tinggi, lebih memiliki inisiatif, memiliki

rasa tanggung jawab yang tinggi dan luas terhadap pekerjaannya, serta belajar

dengan lebih cepat.

Menurut Peter Senge menyatakan bahwa orang yang sudah

mempraktekkan personal mastery, akan :

a. Mampu Mengintegrasikan Reason Dengan Intusi

Integrasi antara reason dengan intusi dapat diperoleh secara alamiah. Intusi

menolak cara berpikir linear yang menyandarkan diri pada hukum sebab

akibat sehingga intuisi sering kelihatan tidak masuk akal.

b. Menempatkan Dirinya Sebagai Bagian Dari Sistem

Kemampuan memperluas kesadaran dan saling pengertian, lebih mampu

melihat hubungan antara tindakan dengan realitas, dan lebih mampu

melihat hubungan antara dirinya dengan dunia luarnya.

c. Lebih Memiliki Rasa Kasihan Dan Empati

Orang-orang yang mampu menempatkan dirinya ditengah-tengah sistem

dan mengetahui adanya tekanan-tekanan yang muncul diantara satu orang

dengan yang lainnya biasanya akan lebih memiliki rasa kasihan dan

empati.

d. Memiliki Komitmen Kepada “The Whole”

Perasaan adanya saling berhubungan akan menyebabkan seseorang akan

menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingannya sendiri.

Kemampuan seseorang itu akan dapat dia rasakan setelah benar-benar

belajar dan telah mampu menguasai apa yang telah dipelajarinya. Dalam
7

belajar seseorang akan mampu mengetahui apabila telah menguasai apa yang

diterimanya. Setiap orang memiliki kemampuan khusus yang khas. Keahlian

individual ini akan menjadi nyata ketika setiap individu di organisasi

memberikan komitmen tinggi dalam proses pembelajaran dirinya sendiri

sehingga menjadi pakar di bidangnya yang nantinya akan membawa manfaat

besar dalam organisasi.

Demikian halnya tentang diri. Seseorang akan mampu bekerja apabila

dia telah mengetahui dan menguasai dirinya. Kalau ingin mencapai sesuatu,

maka hal yang pertama sekali dilakukan adalah mengukur kemampuan diri.

Menguasai diri merupakan hal yang pertama sebelum menaklukkan dan

mencapai apa yang diingini. Tujuan dari personal mastery yaitu

a. Tumbuhnya kesadaran seseorang untuk memahami dan mengenali dirinya

serta mampu mengembangkan kemampuannya.

b. Terbentuknya sikap dan perilaku percaya diri serta prinsip hidup menuju

kehidupan yang sejahtera. Sikap dan perilaku percaya diri adalah

kemampuan mengekspresikan diri atau mengemukakan hak-hak pribadi

serta mempertahankannya tanpa melanggar hak orang lain.

Metavarsity Course, menyebutkan bahwa dalam Personal Mastery

memiliki 4 aspek, yaitu:

1. Aspek Emosional, yang terdiri atas:

a. Memahami emosi diri sendiri dan akibatnya

b. Memahami orang lain dan emosi yang dialaminya


8

c. Berdaya secara emosional dan nyata

d. Menjadi vulnerable dan terbuka dengan suatu hubungan

2. Aspek Spiritual, yang terdiri atas:

a. Terhubung dengan inner self

b. Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain

c. Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain

d. Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup

3. Aspek Fisik

a. Berada secara fisik dan dalam lingkungan

b. Memahami hubungan antara ‘mind-body’

c. Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif

d. Memanage stress dan mencapai keseimbangan

4. Aspek Mental

a. Memahami cara pikiran bekerja dan cara menciptakan realitas

b. Meningkatkan fokus mental dan konsentrasi

c. Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif

d. Menciptakan realitas yang diinginkan.

Dengan menguasai 4 aspek yang telah dikemukakan, diharapkan

seseorang dapat menggunakannya untuk mengatasi kebutaan yang dialami.

Setelah mampu menguasai 4 aspek tersebut, dapat dikatakan telah menguasai

Personal Mastery . Seseorang yang telah menguasai Personal Mastery memiliki

komitmen yang tinggi terhadap suatu hal, lebih sering mengambil insiatif, secara
9

terus menerus mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan hasil terbaik

dalam kehidupan yang benar-benar diinginkan.

Namun semua itu, tidak akan bisa tanpa penerapan Personal Mastery yang

dapat dilihat dari dua dimensi yang saling berkaitan. Dimensi dimana seseorang

tersebut sebagai individu dan dimensi dimana personal tersebut menjadi bagian

dari suatu kelompok (team). Sebagai individu, upaya pengendalian diri (personal

mastery) dengan segala unsurnya akan dapat membentuk karakter personal,

sedangkan perannya pada kelompok, PM diperlukan untuk menjamin adanya

pembelajaran organisasi (Learning Organization). Paduan karakter personal yang

dimiliki oleh anggota team dalam suatu organisasi akan membuat dinamika dan

menumbuhkan organisasi tersebut. Dari interasksi ini munculnya benih-benih

leadership yang diharapkan akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh.

Bagan sederhana untuk menerangkan hal tersebut bisa digambarkan di bawah

ini:

Keuntungan menguasai Personal Mastery menurut Metavarsity Course adalah:

1. Kemampuan mengambil tanggung jawab pemilihan pribadi

2. Kejelasan dan profesionalisme visi

3. Kohesive, team work yang bersatu

4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan kesejahteraan

karyawan, mengendalikan stress dan sikap positif

5. Menciptakan pertumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang

6. Pemenuhan tanggung jawab social dengan baik.


10

2.2 Konsep Mengenal Diri

Pada dasarnya setia manusia cenderun untuk mengembangkan

dirinya sendiri menjadi lebih baik, lebih matang, dan lebih mantap.

Namun kecendrungan seseorng untuk menimbulkan kemampuannya

tidak terwujud begitu saja, tanpa ada upaya untuk pengembangan

kepribadian yang dimilikinya, karena setiap manusia memiliki

kemampuan dan keunikan tersendiri. Sejauh mana kepribadian terwujud

sangat ditentukan oleh seberapa jauh lingkungan mendorong untuk

perkembangan terhadap konsep diri seseorang dan seberapa jauh

seseorang tersebut merasa dirinya perlu belajar agar lebih baik lagi.

Untuk itu penting diketahui perkemangan pribadi seseorang sudah

mencapai tingkat optimal atau kematangan. Hal ini dapat diketaui dengan

cara mengenal dirinya. Mengenal diri sendiri berarto memperolej

pengetahuan tentang totalitas diri yang tepat, yaitu menyadari

kelebihan/keunggulan yang dimiliki maupun kekurangan/kelemahan

yang ada pada diri sendiri. dengan mengenal diri sendiri secara tepat

akan diketahui konsep diri yang tepat pula, dengan berupaya

mengembangkan yang positif dan mengatasi/menghilangkan yang

negative.

Menurut John Robert Power(1977) konsep diri adalah “kesadaran

pemahaman terhadap dirinya sendiri yang meliputi siapa aku? Apa

kemampuanku? Apa kelebihanu? Apa peranku? Dan apa keinginanku?”

konsep diri menjadi dasar perilaku hidup sehari-hari yang didasari


11

kesadaran dan pemahaman akan dirinya semakin mencermikan prinsip

hidup dan kehidupannya.

Setiap orang perlu mengetahui dan memahami dirinya serta

mampu menumbuhkan dan mengembangkan kemampuannya. Setelah

seseorang mengetahui dirinya, maka terbentuklah sikap dan perilaku

dalam menentukan arah dan prinsip hidup yang diinginkan. Seseorang

yang mempunyai konsep diri, menilai dirinya dalam menjalankan

peranan hidup berkeluarga atau dalam masyarakat tanpa merasa lebih

atau kurang terhadap kemampuan dan bersikap kepada orang lain.

Perilaku seseorang dalam kehidupan bermasyarakat merupakan faktor

yang menentukan, dengan demikian ‘konsep diri’ seseorang bukan suatu

yang langsung jadi, melainkan diperoleh dan dibentuk melalui

pendidikan, pengalaman serta pengaruh lingkungan.

Saat kita membuat keputusan mengenai apa yang akan kita

lakukan, hal yang pertama dilakukan adalah biasanya menilai

kemampuan diri kita. Penilaian diri merupakan bagian dari konsep diri.

Konsep diri adalah pandangan atau kesan individu terhadap dirinya

secara menyeluruh yang meliputi pendapatnya tentang dirinya sendiri

maupun gambaran diri orang lain tentang hal-hal yang dapat dicapainya

yang terbentuk melalui pengalaman dan interpretasi dari lingkungannya,

meliputi tiga dimensi, yaitu (1) pengetahuan tentang diri sendiri, (2)

harapan untuk diri sendiri, dan (3) evaluasi mengenai diri sendiri.
12

Konsep diri terbentuk dari gambaran diri (self image) yang

pembentuknya melalui proses bertanya pada diri sendiri,

 “Siapakah saya?”

 “Apa peran saya dalam kehidupan?”

 “Bagaimana nilai-nilai yang saya anut?”

 ”Baik atau buruk?”

 “Ingin jadi seperti apa saya kelak?”

Jawaban atas pertanyaan tersebut akan membentuk dari konsep

diri yang kemudian membentuk penghayatan terhadap nilai diri.

Proses bertanya pada diri sendiri tersebut merupakan proses

untuk mengenal diri kita. Bila kita telah menemukan jawaban-jawaban

atas pertanyaan tersebut maka kita akan lebih mudah menemukan konsep

diri kita dan mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan konsep diri

yang kita miliki.

Pada diri seseorang konsep diri berkaitan dengan pandangannya

terhadap:

 Keadaan fisik (seperti bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, kondisi

sehat dan sakit).

 Aspek psikis (meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki)


13

 Aspek sosial (meliputi bagaimana perasaan individu dalam lingkup

perannya di lingkungan, penilaian terhadap peran, dan kemampuan

sosialisasi)

 Aspek moral (bagaimana memandang baik dan buruk, apa yang boleh

dan tidak boleh, nilai-nilai agama, peraturan atau nilai-nilai

masyarakat).

 Mengenali kemampuan yang dimiliki, kelebihan dan kekurangan.

 Tujuan dan rencana hidup, serta harapan-harapan pribadi.

 Aspek seksual (meliputi identitas seksual, jenis kelamin, orientasi

seksual)

Secara keseluruhan, konsep diri terdiri dari :

1.Extant self : siapa saya pada saat ini

2.Desired self : diri yang saya inginkan

3.Presenting self : diri yang saya tampilkan dilingkungan

Saat seorang manusia lahir, manusia tidak memiliki konsep diri

karena tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak ada harapan, dan

tidak ada evaluasi terhadap dirinya sendiri. Kemudian, dalam tahun

pertama kehidupan, manusia mulai membedakan antara ”aku” dan yang

”bukan aku”, antara ”milikku” dan yang ”bukan milikku”. Disinilah proses

dimulai terbentuknya konsep diri. Konsep diri akan terus berkembang

sepanjang hidup manusia (Calhoun, 1990).


14

Konsep diri merupakan hasil dari proses belajar manusia melalui

hubungannya dengan orang lain. Lingkungan memiliki peran yang penting

dalam proses mengenal diri terutama dalam pengalaman relasi dengan

orang lain dan bagaimana orang lain memperlakukan dirinya. Dari situ ia

menangkap pantulan tentang dirinya, seperti apakah dirinya tersebut

sebagai pribadi. Jadi konsep diri seseorang dapat diketahui berdasarkan

perbandingan antara apa yang ia rasakan terhadap dirinya sendiri dengan

apa yang orang lain rasakan terhadap diri orang tersebut. Oleh sebab itu

muncul presenting self (disebut juga public self) sebab biasanya orang

menampilkan diri sesuai dengan apa yang dianggap baik atau diterima oleh

lingkungannya.

Markus dan Narius mengungkapkan hubungan antara extant self dan

desired self pada remaja. Remaja adalah masa dimana seseorang memiliki

idola tertentu atau memiliki gambaran yang ideal mengenai sesuatu yang

akhirnya membentuk desired self.

Ada 3 kemungkinan yang muncul jika kita menghubungkan antara

extant self dan desired self :

 Bila kesenjangan antara extant self dan desired self kecil. Ini berarti

seseorang merasa puas pada dirinya dan mungkin tidak ingin

mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik.


15

 Bila kesenjangan antara extant self dan desired self besar. Ini berarti

bahwa seseorang mempunyai keinginan yang sangat tinggi untuk

berubah dan mungkin tidak realistik.

 Bila kesenjangan antara extant self dan desired self moderat (sedang-

sedang saja). Kondisi ini adalah yang paling bagus, karena orang itu

menyadari keadaan dirinya sekarang dan menentukan tujuan yang

masuk akal sehingga membuatnya terpacu untuk mengembangkan

dirinya.

Calhoun (1990) membagi konsep diri menjadi dua, yaitu :

konsep diri positif dan konsep diri negatif. Penilaian terhadap konsep

diri terbayang dari positif ke negatif. Remaja yang memiliki konsep diri

positif akan sangat mengenali dirinya, kelebihan dan juga

kelemahannya disamping itu ia tidak terpaku pada kelemahannya. Ia

dapat mengakui dan menerima kelemahanya tersebut tanpa rasa rendah

diri dan hal itu justru memacunya untuk menjadi individu yang lebih

baik dengan cara mengembangkan kelebihannya. Sedangkan pada

remaja yang memilki konsep diri negatif , ia hanya akan terpaku pada

kelemahannya dan menjadi rendah diri.

Derajat positif-negatif dari konsep diri akan berpengaruh pada

rasa percaya diri seseorang dan akhirnya mempengaruhi tingkah

lakunya. Remaja dengan konsep diri positif akan lebih percaya diri dan

merasa yakin bahwa dirinya memiliki andil terhadap segala sesuatu


16

yang terjadi pada dirinya. Akibatnya, ia akan lebih bersemangat untuk

berusaha mencapai segala tujuannya.

Konsep diri yang negatif membuat remaja cenderung

memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif dalam dirinya,

sehingga sulit menemukan hal-hal positif dan pantas dihargai dalam

dirinya.

Remaja yang mempunyai konsep diri negatif mudah mengecam

dan menyalahkan diri sendiri karena merasa kurang cantik atau kurang

berbakat. Oleh karena itu konsep diri yang negatif cenderung

membawa remaja pada kegagalan. Perasaan tidak mampu dan bayang-

bayang kegagalan justru akan menghambat keberhasilan; sehingga

sering kali bayang-bayang kegagalan tersebut menjadi kenyataan, dan

remaja tersebut akhirnya menghindari kesempatan. Kesempatan yang

sebenarnya mungkin saat bermanfaat bagi pengembangan dirinya.

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa konsep diri mempunyai

pengaruh besar dalam kehidupan kita. Konsep diri yang baik dapat

berakibat baik pada diri kita dan sebaliknya, konsep diri yang buruk

dapat berdampak negatif pada diri kita.

Untuk mengembangkan konsep diri yang sehat dan positif, kita

sebaiknya:
17

 Belajar tentang diri sendiri. Pekalah terhadap setiap informasi,

umpan balik, baik yang positif maupun negatif tentang diri kita, baik

melalui pengalaman maupun yang diberikan langsung oleh orang

yang berarti penting bagi diri kita sendiri. Ujilah informasi itu dan

jangan cepat termakan olehnya karena siapa tahu informasi tersebut

salah.

 Mengembangkan kemampuan untuk menemukan unsur-unsur positif

yang kita miliki dan segi-segi negatif yang kita miliki.

 Menerima dan mengakui diri sebagai manusia biasa dengan segala

kelebihan dan kekurangannya, yang dapat berhasil tetapi bisa juga

mengalami kegagalan. Terimalah diri kita apa adanya dengan terus

berusaha utuk memperbaiki, mengembangkan dan menyempurnakan

diri.

 Memandang diri sebagai manusia yang berharga, yang mempunyai

tujuan dan cita-cita menjadi manusia bermutu dan mampu

memberikan sumbangan bagi kehidupan. Kita berusaha menjadi

aktif dan mengarahkan diri menuju ke tujuan dan sasaran hidup kita.

Dengan kegiatan dan usaha kita pada suatu saat kita akan mampu

mencapai apa yang harus dan dapat kita capai. Karena berkat

kegiatan dan usaha itu diri dan kemampuan serta potensi kita

berkembang.

2.2.1 Proses pembentukan konsep diri

Proses pembentukan konsep diri ada 3 yakni


18

 Ketika lahir seseorang belum memiliki konsep diri, namun konsep diri

mulai berkembang sejak lahir dengan melalui proses penginderaan

(sensation) dan perasaan (feelings) yang datang dari dalam diri atau dari

lingkungan. Pengalaman dini terhadap rasa senang, sakit, disenangi, atau

ditolak membentuk konsep dasar bagi perkembangan konsep diri dimasa

yang akan datang.

 Pengetahuan, harapan, dan penilaian yang membentuk konsep diri

terutama hasil interaksi dengan orang lain. Orang tua merupakan figur

yang paling berperan dalam pembentukan konsep diri seseorang. Adapun

teman sebaya merupakan figur kedua setelah orangtua yang

mempengaruhi terhadap konsep diri dan masyarakat yang juga berperan

dalam pembentukan konsep diri.

 Faktor yang penting dalam pembentukan konsep diri adalah melalui

belajar. Karena konsep diri merupakan produk belajar, permasalahan yang

timbul selama proses belajar dapat mengganggu perkembangan konsep

diri. Permasalahan umum yang muncul yaitu, mendapat umpan balik yang

tidak tepat dan umpan balik yang tidak konsisten.

2.2.2 Konsep diri mencakup

Konsep diri mencakup 3 aspek yaitu :

1. Pengetahuan :

Adalah apa yang kita ketahui tentang diri kita, mencakup :

- Identitas formal

- Kualitas pribadi
19

- Merupakan perbandingan antara kita dengan orang lain

- Ekspresi verbalnya ‘sayaadalah …………….. ‘

2. Harapan :

- Merupakan idealisme mengenai diri seseorang

- Karakteristik pribadi

- Merupakan tujuan dari proses pembentukan jati diri seseorang

- Ekspresi verbalnya ‘saya seharusnya dapat menjadi …………..’.

3. Penilaian diri

Merupakan proses perbandingan atau pengukuran antara ‘saya saat

ini’ dengan harapan tentang ‘diri saya yang akan datang ‘. Hasil

perbandingan ini menjadi gambaran atas penghargaan diri sendiri :

 Semakin besar perbedaan antara ‘saya saat ini’dengan ‘saya

seharusnya menjadi apa’, berarti semakin rendah penghargaan

terhadap dirinya.

 Semakin seseorang merasa dapat mencapai standar atau harapan-

harapannya, ia akan merasa nyaman dan menyukai dirinya, maka

semakin tinggi penghargaan terhadap diri sendiri.

2.2.3 Konsep Diri Negatif dan Positif

Pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri bisa berada

diantara 2 titik, yaitu ; konsep diri negatif sampai konsep diri positif.

Dengan mengetahui posisinya, seseorang dapat menilai konsep dirinya

mengarah kemana.

Konsepdiri ( - ) ------------------------------> Konsep diri ( + )


20

a. Konsep diri negatif :

Seseorangdikatakanmemilikikonsepdirinegatif, apabila :

1. Tidak memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang dirinya, ia

kurang memahami siapa dirinya, apa kelebihan dan kelemahan

yang dimilikinya.

2. Memiliki pandangan tentang dirinya yang terlalu kaku (tidak dapat

berubah) atau terlalu tinggi/berlebihan. Menolakinformasi yang

baru (terutama yang negatif) tentangdirinya, sehingga orang

tersebut sulit untuk mengubah konsep diri yang sudah dianggap

‘betul’.

3. Lebih banyak melihat aspek-aspek kekurangan/kelemahannya

dalam dirinya dari pada aspek-aspek kelebihan/kekuatan yang

iamiliki.

Konsep diri negatif dapat menimbulkan penilaian diri yang negatif

pula, dimana seseorang merasa sebagai pribadi yang ‘baik’. Dengan

demikian ciri konsep diri negatif adalah : kurang pengetahuan tentang diri

sendiri, harapan-harapan yang tidak realistik dan terlalu tinggi, dan

rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri.

b. Konsep diri positif :

Seseorang dapat dikatakan mempunyai konsep diri positif apabila :

1. Memiliki pengetahuan menyeluruh mengenai dirinya, mencakup

kelebihan dan kelemahan dirinya


21

2. Menerima diri apa adanya, apabila ia mempunyai kelebihan ia tidak

sombong dan apabila ia mempunyai kelemahan tidak kecewa.

3. Memiliki kesadaran yang besar untuk mengubah atau mengurangi

aspek dari dirinya yang dianggap merugikan.

Ciri konsep diri positif adalah : memiliki pengetahuan yang cukup

luas tentang dirinya, mempunyai harapan yang realistik dan self esteem

yang tinggi atau penghargaan diri yang sehat.

2.2.4 Penerapan konsep diri

Dalam bermasyarakat kita menghadapi berbagai sikap dan perilaku

yang berbeda-beda. Penerapan konsep diri tergantung kepada dirinya

sendiri, antaralain :

1) Dapat menyadari kelemahan dan kekurangannya

2) Pandai mengendalikan diri

3) Tenggang rasa

4) Berusaha jujur terhadap diri sendiri serta menyadari peranannya

Contoh :

1. Mengambil keputusan tanpa mempelajari dan mempertimbangkan

kenyataan yang sesungguhnya akan berakibat keputusan yang diambil

kurang tepat. Dengan kata lain orang yang mempunyai konsep diri

positif akan mengambil keputusantan paemosional.


22

2. Orang yang mempunya isifat ‘mau menang sendiri’ (egois) tidak mau

merubah diri untuk tida kegois. Orang tersebut tidak mampu merubah

dirinya atau merubah konsep dirinya yang negatif.

Jadi konsep diri terbentuk melalui proses dimana seseorang telah

dapat menemukan jati diri, mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya.

Kemudian mampu menerima dirinya sebagai suatu kenyataan. Dengan

kesadaran dan penerimaan ini seseorang mampu memperbaiki kekurangan

sehingga mempunyai konsep diri yang positif. Untuk mendukung konsep diri

tersebut, seseorang perlu memiliki sikap percaya diri. Sikap percaya diri

merupakan sikap seseorang yang memiliki keyakinan teguh akan

tindakannya, mampu menyatakan perasaan dan pendapatnya tanpa menyakiti

perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain.

Seseorang yang bersikap percaya diri mengakui dua hal, yaitu ; (1)

dirinya mempunyai hak dan perasaan, (2) orang lain juga mempunyai hak dan

perasaan. Menyadari keduahal tersebut, seseorang tidak boleh menyakiti

perasaan orang lain atau melanggar hak orang lain. Sifat percaya diri mudah

di katakan namun sulit dilaksanakan karena umumnya individu kurang yakin

pada dirinya masing-masing. Sikap tersebut sudah berakar sehingga

membutuhkan waktu dan tekad untuk merubahnya. Kita harus berani

menyatakan perasaan dan pendapat sepanjang tidak menyakiti orang lain.

Pendapat mungkin salah, namun lebih baik dikemukakan untuk kemudian

dibicarakan dan diperbaiki.Seseorang yang memiliki percayadiri : lebih baik


23

bertindak meskipun kemungkinan salah yang kemudian diselesaikan, dari

pada diam menerimanya dengan bersungut-sungut di belakang (ngomel).

2.2.5 Perubahan konsep diri

Seperti telah diuraikan di atas, konsep diri merupakan informasi

tentang diri seseorang, dan lebih bersifat subyektif. Dalam konsep diri

memuat perkiraan mengenai apa yang akan terjadi dimasa mendatang, dan

berusaha untuk bisa mewujudkannya. Perkiraan tersebut sebenarnya bisa

negatif atau kurang tepat, dan seseorang dapat mengubahnya sehingga

menghasilkan konsep diri yang baru dan menyenangkan.

Tahapan untuk mengubah konsep diri sebagai berikut :

1. Tetapkan perubahan yang akan dicapai

2. Dapatkan umpan balik dari orang lain

3. Perbaiki cara pandang terhadap diri sendiri

4. Perbaiki cara berbicara terhadap diri sendiri


24

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengertian dari Personal Mastery ini dapat didefenisikan dengan

penguasaan pribadi. Kata “Mastery” bisa difahami sebagai “master”.

Bila dirilik dari sudut bahasa, maka apabila dikatakan master, yang

terbayang dalam maknanya adalah seseorang yang telah mapan,

mampu, dan super. Sementara kata “Personal” dapat pula diartikan

sebagai “diri, jiwa, dan pribadi.” Sehingga kalau kita artikan dengan

bahasa yang bebas, Personal Mastery dipahami sebagai diri yang telah

mampu dalam menguasai masalah, adapun keahlian diri / penguasaan

diri adalah proses pembelajaran kehidupan seseorang, bukan sesuatu

yang sudah dimiliki. Penguasaan diri itu tentang mencintai diri sendiri

dan mengembangkan bakat yang dimiliki semaksimal mungkin.

2. konsep diri mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan kita. Konsep

diri yang baik dapat berakibat baik pada diri kita dan sebaliknya,

konsep diri yang buruk dapat berdampak negatif pada diri kita.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes. 2009. Seseorang Menjadi Seseorang Karena Orang Lain.
http://agnessekar.wordpress.com. Diakses tanggal 24 Maret 2017
Alfmuzaky. 2009. Penguasaaan Pribadi (Personal Mastery).
Alfmuzaky.blogspot.co.id. diakses tanggal 24 Maret 2017
Febriany. 2016. Learning Organization Pada Aspek Personal Mastery.
Febrianyaddress.blogspot.co.id. diakses tanggal 24 Maret 2017
Junadi, Purnawan (2010). Slide Leadership & Personal Mastery. Program SLST
KARS 2010. Universitas Indonesia.
Nasution. Abdusima. 2014. Lima Prinsip Peter Sange. Abdusima.blogspot.co.id.
akses tanggal 23 Maret 2017
Nonime. 2016. What is Pesonay Master. https://hubpages.com. Diakses tanggal 24
Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai