Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Didalam pelayanan kesehatan tentu ada aturan-aturan yang berkaitan


dengan kesehatan yaitu bagaimana mengatasi masalah-masalah itu tidak
keluar dari etika dan hukum agar apa yang dikerjakan tidak menimbulkan efek
secara etika dan hukum terhadap diri sendiri dan orang lain.
Dalam era reformasi saat ini hukum memegang peranan penting dalam
berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian
integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi
penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan.
Perangkat hukum kesehatan yang memadai dimaksudkan agar adanya
kepastian hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara
upaya kesehatan maupun masyarakat penerima pelayanan kesehatan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari hukum kesehatan?


2. Jelaskan sumber-sumber hukum kesehatan!
3. Apa latar belakang diperlukannya hukum kesehatan?
4. Apasaja fungsi dan tujuan hukum kesehatan?
5. Apa saja azaz-azas hukum kesehatan?
6. Apa saja hak dan kewajiban pemerintah, masyarakat dan
perorangan dalam bidang kesehatan?
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari hukum kesehatan


2. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum kesehatan
3. Untuk mengetahui latar belakang diperlukannya hukum kesehatan
4. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan hukum kesehatan
5. Untuk mengetahui azaz-azas hukum kesehatan
7. Untuk mengetahui hak dan kewajiban pemerintah, masyarakat dan
perorangan dalam bidang kesehatan

D. MANFAAT

Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai


bahan pengajaran dibidang pendidikan maupun praktik keperawatan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Hukum kesehatan (healty law ) merupakan suatu spesialisasi dan ilmu


hukum yang ruang ligkupnya meliputi peraturan perndang-undangan di
sekktor pemeliharaan kesehatan. Banyak istilah yang digunakan oleh para
pakar, ada yang menyebut hukum kedokteran ada yang menyebutnya hukum
medik sebagai terjemahan dari medical law dan droit medical. Para ahli
hukum dan dokter yang berasal dari inggris,amerika,dan australia
menggunakan istilah medical law, sedangkan mereka yang berasal dari
perancis dan belgia mengunakan istilah droit medical. Dengan demikian
health lau diterjemahkan sebagai hukum kesehatan, sedangkan istilah hukum
kedokteran tetap digunakan sebagai bagian dari hukum kesehatan yang
semula disebut hukum medik.
Menurut kansil (1989), hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan
perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang mengatur pelayanan
medik dan sarana medik. Sedangkan leenen (dalam amri-amri, 1999)
mengemukakan bahwa hukum kesehatan melipputi semua kentetuan umum
yang langsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan dan penerapan
dari hukum perdata, hukum pidana, dan hukum adminitrasi dalam hubungan
tersebut serta pedoman internasional, hukum kebiasaan dan jurusprudensi
yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, hukum otonom, ilmu, dan
literatur, menjadi sumber hukum kesehatan.
Menurut pasal 1 anggaran dasar perhimpunan hukum kesehatan
indonesia (perhuki), hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan
penerapannya serta hak kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana,
pedoman-pedoman medis nasional atau internasional, hukum dibidang

2
kesehata, jurisprudensi serta ilmu pengetahuan dibidang kedokteran atau
kesehatan. Sedangkan menurut rumusan tim pengkajian hukum kedokteran
badan pemerintahan hukum nasional (BPHN), hukum kesehatan adalah
ketentuan hukum yang mengaturtentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga
kesehtan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan
masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspeknya,
yaitu aspek promotif, preventif,kuratif,rehabilitatif selain aspek organisasi dan
saranan yang harus diperhatikan: pedoman medis, internasional, hukum
kebiasaan, dan hukum otonom dibidang kesehatan, ilmu pengetahuan dan
literatur medis juga merupakan sumber hukum kesehatan.
Sebagai bahan pembanding, dapat dikemukakan pula rumusan dari van
der mijn (veronica K, 1991) yang menyataka bahwa hukum kesehatan adalah
lembaga peraturan yang langsung brrhubungan dengan perawatan kesehatan,
sekaligusjuga dengan penerapan hukum sipil umum, pidana, dan administrasi.
Dengan demikian, hukum kesehatan meliputi seluruh aturan hukum yang
berhubungan langsung dengan bidang pemeliharaan kesehata yakni meliputi
hukum medis atau kedokteran, hukum keprawatan, hukum framasi, hukum
rumah sakit, hukum kesehatan lingkungan, hukum kesehtan masyarakat, dan
hukum lainnyadi sektor kesehatan. Hukum kesehtan mengandng makna yang
lebih sempit, yakni hanya aturan-aturan hukum yang berkaitan kegiatan
pelayanan medik, yaitu hubungan hukum antara dokter dan pasien , antar
dokter dan rumah sakit dan pasien.

B. SUMBER HUKUM KESEHATAN

Dari berbagai definisi hukum kesehatan sebagimana yang dikemukakan


diatas, sumber hukum kesehatan adalah
1. pedoman interasional. Konferensi helsinki (1964) merupakan
kesepakatan para dokter sedunia mengenai penelitian kedokteran,
khususnya eksperimen pada manusia, yakni ditekekankan pentingnya
persetujuan tindakan medik (informed consent).

3
2. hukum kebiasaan. Biasannya tidak tertulis dan tidak dijumpai dalam
peraturan perundang-undangan. Kebiasaan tertentu telah dilakukan
dan pada setiap operasi yang akan dilakukan dirumah sakit harus
menandatanganni izin operasi, kebiasaan ini kemudian dituangkanke
dalam peraturan tertulis dalam bentuk informed consent.
3. jurisprudensi. Keputusan hakim yang diikuti oleh para hakim dalam
menghadapi kasus yang sama.
4. hukum otonom. Suatu ketentuan yang berlaku untuk suatu daerah
tertentu. Ketentuan yang dimaksud berlaku hanya bagi anggota profesi
kesehtan, misalnya kode etik kedokteran, kode etikkeperawatan, kode
etik bidan, dan kode etik fisioterapi.
5. ilmu. Suptansi ilmu pengetahuan dari masing-masing disiplin ilmu
misalnya pemakaian sarung tangan bagi dkter dalam menangani pasien
dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit dari pasien kepada
dokter tersebut.
6. literatur. Pendapat ahli hukum yang berwibawa menjadi sumber
hukum kesehatan. Misalnya mengenai pertanggungjawaban hukum
(libility), perawat tidak boleh melakukan tindakan medis kecuali atas
tanggungjawab dokter (prolonged arm doctrine).

C. LATAR BELAKANG PERLUNYA HUKUM KESEHATAN

Kesehatan adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan


dan kehidupan bangsa dan mempunyai peranan penting dalam pembentukan
masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Bahkan kesehatan sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
indonesia sebagaimana dimaksut dalam pembukaan undang-undang dasar
1945 melalui pembangunan nasional yang bersinambung berdasarkan
pancasila dan undang-undang dasar 1945.
Derajat kesehatan sangat berarti bagi pengembangan dan pembinaan
sumber daya manusia serta sebagai salah satu modal bagi pelaksanaan
pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia

4
seutuhnya. Dengan memperhatikan peranan kesehatan, diperlukan upaya yang
lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan
penyeleggaraan upaya kesehehatan secata menyeluruh dan terpadu.
Oleh sebab itu, upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
atau oleh masyarakat dengan mempergunakan jasa tenaga. Kewenangan untuk
melaksanakan upaya kesehatan itulah yang memerlukan peraturan hukum
sebagai dasar pembenaran hukum wewenang kesehatan tersebut. Peraturan
hukum tentang upaya kesehatan saja beum cukup karena upaya kesehatan
penyelengaraannya disertai pendukung berupa sumber daya kesehatan baik
yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.
Bidang sumber daya kesehatan inilah yang dapat memasuki kegiatan
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai peningkatan pelayanan kesehatan bagi
selurh lapisan masyarakat indonesia yang jumlah penduduknya amat besar
bukan pekerjaan mudah, oleh sebab itu diperlukan juga peraturan
perlindungan hukum untuk melindungi “pemberi” dan “penerima” jasa
pelayanan kesehatan. Pelindungan hukum tersebut diperlukan perangkat
hukum kesehatan yang berpandangan maju untuk menjangkau perkembangan
kesehatan yang semakin kompleks, sehingga pelaksanaan “hukum kesehatan”
diperlakukan secara proposional dan bertahap sebagai bidang hukum khusus.

D. FUNGSI DAN TUJUAN HUKUM KESEHATAN

Dalam suatu negara yang berlandaskan hukum, maka sesuai dengan


sifat dan hakikatnya, hukum berperan sangat besar dalam mengatur setiap
hubungan yang timbul, baik antar individu dan individu maupun individu
masyarakat di dalam berbagai kehidupan, termaksuk kesehatan. Akan tetapi
berlakunya hukum berdasarkan sifat dan hakikatnya itu tidak terlepas dari
sistem hukum yang dianut dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
Radbruch (venorica, 1999) membedakan keharusan alamiah dan keharusan
susilawi, yang seharusnya disebut norma alam dan norma susila. Antara kedua
norma itu ada perbedaan yang mendasar. Norma alam adalah yang

5
mengambarkan dunia kenyataan, yaitu mengemukakan sesuatu yang memang
sudah ada dan yang pasti kan terlaksan, yang dijadikan sbagai norma karena
kesesuaiannya dengan kenyataan. Sedangkan norma susila adalah norma yang
menggambarkan suatu keadaan yang ingin dicapai, yang mungkin tiidaka
akan terlaksana yang dijadikan sebagai norma walaupun kemudian ternyata
tidak sesuai dengan kenyataan.
Norma adalah sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk
menertibkan, menuntut, dan mengarahkan tingkah lakuk anggotanya dalam
hubungan satu sam lain. Oleh sebab itu jika setiap peraturan dikeluarkan oleh
pemerintah yang sah menurut perundang-undangan yang berlaku, maka
peraturan tersebut diangap sebagai norma yang berlaku secara yuridis. Hal in
menunjukkan bahwa norma bersifat normatif dan sifat normatif dan hukum
ini tampak dalam rumusan berbagai norma atau kaidah hukum. Hukum tidak
hanya bermaksud untuk menetapkan sikap ndividu, tetapi juga membawa
individu agar bersifat sesuai dengan yang seharusnya tidak bertentangan
dengan hukum. Dengan demikian dapat ditujukan bahwa norma hukum itu
bukan hanya merupakan perintah, melainkan juga mengandung nalar tertentu.
Nalar itu terletak pada penilaian yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
tingkah laku dan perbuatan individu dalam masyarakat.
Menurut zenvenbergen (veronica K, 1999), bahwa norma hukum
dalam diri individ mengandung dua hal, yaitu patokan penilaian dan patokan
tingkah laku. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang tujuan
huku, maka dapat dilihat dari beberapa teori, yaitu teori etis, teori utilitas, dan
teori campuran.
Menurut teori etis, tujuan hukum itu semata-mata untuk keadilan.
Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis
mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Akan tetapi teori ini sebelah
kanan karena melebih-lebihkan kadar keadilan hukum dan kurang
memperhatikan keadaan yang sebenarnya. Padahal hukum ini menetapkan
peraturan umum sebagai petunjuk perilaku orang dalam pergaulan hidup.
Menurut teori utilitas (endaemonisme), bahwa tujuan hukum semata-
mata mewujudkan hal yang bermanfaat. Pada hakikatnya pada teori ini, tujuan

6
hukum adalah manfaat dalam menghasilkan kebahagiaan yang terbesar bagi
banyak orang. Teori inipun dipandang berat sebelah kanan karena hanya
memperhatikan hal yang bermanfaat, sedang mengenai siapa yang dimaksud
dengan banyak orang tidak dijelaskan, padahal hukum itu bermanfaat jika
sebanyak mungkin mengejar keadilan.
Menurut teori campuran, isi hukum harus ditentukan menrut dua asas,
yaitu keadilan dan kemanfaatan. Dalam hal ini, menurut van kan (veronica K,
1999) bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tipe manusia agar
kepentigan itu tidak diganggu. Hukum mengandung suatu pertimbangan
menentukan kepentingan mana lebih besar dari pada yang lain. Oleh sebab itu,
kelompok sejarah hukum berpendapat bahwa tugas utama hukum adalah
menjamin adanya kepastian hukum (rechtzekerheid) dalam pergaulan
manusia. Dalam tugas ini, otomatis tersimpul dua tugas lainnya, yang kadang-
kadang tidak dapat disertakan, yaitu hukum harus menjamin keadilan dan
kemanfaatan. Akan tetapi, kadang-kadang yang adil terpaksa dikorbankan
untuk kemanfaatan. Tiap perkara harus diselesaika berdasarkan hukum. Oleh
sebab itu, ada yang menyebutkan bahwa tugas hukum adalah membagi hak
dan kewajiban antarperorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang,
dan mengatur cara memecahkan masalah hukum secara umum adalah
kepastian hukum dan perlindungan hukum. Karena fungsi tersebut adalah
hukum yang berlaku secara umum, jadi berlaku pula bagi hukum
kedokteran/kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan (healtyh care), terdapat dua kelompok yang perlu
dibedakan, yaitu :
1. health receiver, yaitu penerima pelayanan kesehatan, misalnya pasien,
orang yang ingin memelihara/meningkatkan kesehatan.
2. health provider, yaitu pemberi pelayanan kesehatan, misalnya dokter,
perawat, bidam dan fisioterapi.
Kedua kelompok tersebut menginginkan adanya kepastian dan perlindungan
hukum,sebagai contoh:
1. kepastian hukum untuk health, misalnya adanya ijazah dan surat izin
praktik, memberikan kepastian akan keahliannya.

7
2. perlindungan hukum health receiver, misalnya ketentuan hukum (perdata)
yang menjamin adanya ganti rugi.
3. bagi health receiver, misalnya jika terjadi hal yang diduga malpraktik
medis seorang tenaga kesehatan tidak dapat langsung dihukum, tetapi
harus melalui proses perkara dahulu di pengadilan untuk membuktikn
bersalah tidaknya tenaga kesehatan tersebut.
Selanjutnya hukum pidana mempunyai dua segi perlindungan hukum
yaitu pada segi pertama (segi primer) untuk melindungi masyarakat /individu
dari gangguan kejahatan dan segi kedua (segi sekunder) untuk melindungi
masyarakat / individu dari perlakuan yang tidak wajar / tidak benar oleh
penguasa dalam menggunakan hukum pidana. Demikian pula doktrin hukum
pidana telah mengakui standart profesi medis dalam
mempertanggungjawabkan sebagai suatu pekerjaan yang sudah dilakukan
dengan seksama, sehingga dapat tertelusuri pengukuran tuugas kewajiban
profesi untuk memisahkan kesalahan (poernomo, 2000).
Jika dilihat dari uraian di atas, pemahaman mengenai tujuan dan
fungsi/ tugas hukum dalam uraian ini didasarkan bahwa pandangan bahwa
hukum adalah ciptaan manusia. Karena selain hukum itu untuk menertibkan
dan menuntut, juga mengarahkan tingkahlaku anggota masyarakat pada saat
berhubungan satu sama lain, perlu adanya arah yang ingin dicapai dengan
demikian fungsi hukum (hukum kesehatan) adalah memberikan perlindungan
kepada pemberi dan penerima jasa kesehatan. Jika dilihat dari uraian di atas,
pemahaman mengenai fungsi/ tugas hukum dalam uraian ini didasarkan pada
pandangan bahwa hukum adalah ciptaan manusia. Oleh sebab itu, selaian
menertibkan hukum juga meningkatkan derajat hidup manusia guna
mencapaicita-cita kesejahteraan social. Akan tetapi kenyataan menunjukkan
bahwa kepekaan terhadap martabat manusia makin meningkat, akibatnya
pemikiran terhadap hukum semakin dihubungkan dengan hak-hak manusia.
Dalam tradisi demikian, fungsi hukum adalah menjaga hak-hak manusia.
Hukum harus melindungi hak-hak pribadi manusia. Jadi menurut pandangan
umum, perasaan hukum adalah menciptakan suatu aturan masyarakat yang
baik sehingga hak manusia terjamin. Pada hakikatnya hukum menghendaki

8
penataan hubungan antar manusia, termasuk juga hubungan antara tenaga
kesehatan dan pasien, sehingga kepentingan masing-masing dapat dijamin dan
tidak ada yang melanggar kepentingan pihak lain.
Kenyataan tersebut dapat dipahami karena pengertian hak dalam arti
modern timbul sebagai ciri yang berkaitan dengan kebebasan manusia. Hal ini
sejalan dengan pendapat hart (bertens, 2000), bahwa dalam arti modern itu
dapat timbul sesudah diakuinya kebebasan dan otonomi setiap manusia.
Dengan demikian, keinsafan akan martabat manusia sebagai makhluk yang
bebas dan otonom merupakan syarat mutlak yang memungkinkan haknya
diakui. Hak yang dimaksud di sini adalah hak umum yang dimiliki manusia
bukan karena hubungan atau fungsi tertentu melainkan semata-mata karena
kemanusiaan.

E. AZAS-AZAS DALAM UNDANG-UNDANG NOMER 36 TAHUN 2009

Menurut pasal 2 penjelasan undang-undang nomer 36 tahun 2009 tentang


kesehatan, dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai
asas yang memberikan arah pembangunan kesehatan. Asas tersebut dilaksanakan
melalui upaya kesehatan, sebagai berikut.
1. asas prikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus
dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan mtidak membedakan golongan, agama, dan bangsa..
2. asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus
dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan
mental serta antara matrial dan spiritual.
3. asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang
sehat bagi warga negara.
4. asas perlindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat
memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan.

9
5. asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan
keshatan dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk
kesamaan kedudukan hukum.
6. asas keadilan berarti bahwa penyelenggara kesehatan harus dapat
mmemberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan
masyarakat dengan pembiyayaan yang terjangkau.
7. asas gender dan non diskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan
tidak membedakan perilaku terhadap perempuan dan laki-laki.
8. asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan
menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.

F. HAK DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH, MASYARAKAT, DAN


PERORANGAN DALAM BIDANG KESEHATAN

Istilah hak dan kewajiban adalah 2 kata yang hampir selalu tidak dapat
dibedakan (berkorelasi), akan tetapi tidak dapat dikatakan bahwa hubungan itu
mutlak dan tanpa pengecualian, karena tidak selalu kewajiban satu orang sepeda
dengan hak orang lain (bertens, 2000)
hak adalah tuntutan seseorang terhadap seseuatu yang merupakan
kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas, dan legalitas.
Sedangkan kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seorang untuk
melakukan yang memang harus dilakukan, agar dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan haknya.
Hak terdiri atas 3 jenis, yaitu hak kebebasan, hak kesejahteraan, dan
hak legislatif.
1. Hak kebebasan. Hak yang diekspresikan sebagai hak individu untuk
hidup sesuai dengan pilihannya dalam batas-batas yang ditentukan.
Misalnya, seorang perawat wanita yang bekerja dirumah sakit, dapat
memakai seragam yang ia inginkan (haknya) asalkan berwarna putuh
bersih dan sopan sesuai dengan batas-batas. Dari contoh tersebut
terdapat 2 hal penting, yaitu :

10
a. Batas-batas kesopanan tersebut merupakan kebijakan rumah
sakit.
b. Warna putih dan sopan merupakan norma yang diterapkan
untuk perawat.
2. Hak kesejahteraan. Hak yang diberikan secara hukum untuk hal-hal
yang merupakan standart keselamatan pasien spesifik dalam suatu
bangunan atau wilayah tertentu, misalnya hak pasiennya untuk
memperoleh pelayanan ( asuhan keperaeatan ) dan hak penduduk
untuk memperoleh air bersih.
3. Hak-hak legislatif. Hak yang diterapkan oleh hukum berdasarkan
konsep keadilan. Misalnya, seorang wanita mempunyai hak legal
untuk tidak diperlakukan semena-mena oleh suaminya. Badman dan
badman (Nila Ismani, 2002), menyatakan bahwa hak-hak legislatif
mempunyai 4 peranan dalam masyarakat, yaitu membuat peraturan,
mengubah peraturan, membatasi moral terhadap peraturan yang tidak
adil, dan memberikan keputusan pengadilan atau menyelesaikan
perselisihan.

Badman dan badman ( Nila ismani, 2002 )menjelaskan 5 syarat


yang mempengaruhi penentuan hak-hak seseorang, yaitu :

1. Kebebasan untuk menggunakan hak yang dipilih oleh orang lain.


Orang yang bersangkutan tidak dapat disalahkan atau dihukum karena
menggunakan atau tidak menggunakan hak tersebut. Contoh: klien
klien mempunyai hak untuk pengobatan yang ditetapkan oleh dokter,
tapi dia punya hak uuntuk menerima atau menolak untuk mendapatkan
penngobatan.
2. Seseorang mempunyai tugas untuk memberikan kemudahan bagi
orang lain untuk menggunakan hak-haknya. Contoh: tenaga kesehatan
(perawat) mempunyai tugas untuk meyakinkan dan melindungi hak-
hak klien untuk mendapatkan pengobatan.

11
3. Hak harus dengan perinsip-peinsip keadilan, yaitu persamaan, tidak
memihak dan kejujuran. Contoh: semua klien mempunyai hak yang
sama untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan.
4. Hak untuk dapat dilaksanakan. Contoh: dibeberapa rumah sakit, para
penentu kebijakan mempunyai tugas untuk memastikan bahwa
pemberian hak-hak asasi manusia dilaksanakan untuk semua klien atau
pasien.
5. Apabila hak seseorang bersifat membahayakan, maka hak tersebut
dapat disampaikan atau ditolak dan orang yang bersangkutan akan
akan diberi kompensasi atau pengganti. Contoh: apabilanama pasien
tertunda dari jadwal pembedahan dengan tidak disengaja, pasien
mendapatkan kompensasi untuk ditempatkan dibagian teratas dari
daftar pembedahan selanjutnya.
Dalam bidang kesehatan, hak memperoleh pemeliharaan kesehatan dan
hak untuk mendapatkan informasi adalah hak yang dimiliki oleh setiap
warga negara. Pernyataan tersebut sejalan dengan UU No. 36/2009
tentang kesehatan, yaitu:
1. Pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
2. Pasal 8 menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh informasi
tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan
yang telah mampu yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

Selain hak di atas, setiap warga negara/ masyarakat juga


mempunyai kewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya yang
meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya keehatan masyarakat, dan
pembangunan berwawasan kesehatan (pasal 9 ayat 1 UU No. 36/2009).
Selain itu, setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam
upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologis, maupun
sosial dan kewajiaban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya serta

12
berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang
lain yang menjadi tanggung jawabnya (pasal 10,11, dan 12 UU No.
36/2009).

Karena pembanguna kesehatan bertujuan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan , dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, pembangunan
kesehatan tersebut tidak hanya tugas dan tanggungjawab/kewajiban dari
masyarakat tapi juga tangungjawab dari pemerintah. Pasal 14 UU No.
36/2009 bahwa pemerintah bertanggung jawab merencanakan,mengatur,
menyelenggarakan dan membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat yang berarti
bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan secara serasi dan
seimbang oleh pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Agar
penyelenggaraan upaya kesehatan itu berhasil guna dan berdaya guna,
pemerintah perlu merencanakan, mengatur, membina dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan ataupun sumber dayanya secara serasi
dan seimbang dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat.

Pembangunan kesehatan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan


masyarakat apabila dilaksanakan secara merata dan terjangkau oleh
masyarakat apabila dilaksanakan secara merata dan terjangkau oleh
masyarakat. Merata dalam arti tersedianya sarana pelayanan diseluruh
wilayah sampai daerah terpencil dan mudah dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat, termasuk fakir miskin, orang terlantar, dan orang
kurang mampu. Selain itu, pemerintah juga bertugas menggerakkan dan
mengarahkan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan kesehatan
termasuk pembiayaannya sehungga dapat berdaya guna dengan
memerhatikan fungsi dan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan adalah
tugas dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hukum kesehatan (healty law ) merupakan suatu spesialisasi dan ilmu
hukum yang ruang ligkupnya meliputi peraturan perndang-undangan di
sekktor pemeliharaan kesehatan.
2. Sumber-sumber hukum kesehatan meliputi : pedoman interasional, hukum
kebiasaan, jurisprudensi, hukum otonom, suptansi ilmu, literatur.
3. upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau oleh
masyarakat dengan mempergunakan jasa tenaga. Kewenangan untuk
melaksanakan upaya kesehatan itulah yang memerlukan peraturan hukum
sebagai dasar pembenaran hukum wewenang kesehatan tersebut.
Peraturan hukum tentang upaya kesehatan saja beum cukup karena upaya
kesehatan penyelengaraannya disertai pendukung berupa sumber daya
kesehatan baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.
4. Tujuan hukum kesehatan semata-mata untuk keadilan, mewujudkan hal
yang bermanfaat, manfaat dalam menghasilkan kebahagiaan yang terbesar
bagi banyak orang. Tugas hukum adalah membagi hak dan kewajiban
antarperorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang, dan mengatur
cara memecahkan masalah hukum secara umum adalah kepastian hukum
dan perlindungan hukum.
5. Azas-azas dalam UU No. 36 Tahun 2009 yaitu : asas prikemanusiaan , asas
keseimbangan, asas manfaat, asas perlindungan, asas penghormatan, asas
keadilan, asas gender dan non diskriminatif, asas norma agama
6. Hak terdiri atas 3 jenis, yaitu hak kebebasan, hak kesejahteraan, dan hak
legislatif. kewajiaban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya serta
berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang
lain yang menjadi tanggung jawabnya (pasal 10,11, dan 12 UU No.
36/2009).

14
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
sasarannya. Untuk segala kekurangan dalam makalah ini maka kami selalu
membuka diri untuk menerima kritik dan saran semua pihak ini demi
perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan makanan kami kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Basuki B, Purnomo. 2000. Dasar-dasar Urologi. Jakarta ; CV Sagung Seto

Komalawati, Veronica. 1999. Hukum dan Etika Dalam Prajtik Kedokteran.


Jakarta; Sinar Harapan

Undang-undang Nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan

16

Anda mungkin juga menyukai