Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan
dengaan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yangg pada akhirnya
menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Seiring
dengaan perkembangan zaman dan tuntutan darii masyarakat, maka dunia
pendidikan harus melakukan inovasi dalam pendidikan. Sebagai salah satu
komponen dalam sistem pendidikan, pengembangan kurikulum memiliki peranan-
peranan penting.
Mutu bangsa bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak masa
ini. Dan pendidikan formal (sekolah) merupakan aspek penting yang perlu
diperhatikan masyarakat untuk mencerdaskan anak bangsa. Untuk berjalannya
pendidikan formal kita harus mengacu pada kurikulum yang merupakan konsep
sistematis dan salah satu acuan terpenting dalam berjalannya kegiatan belajar
mengajar (KBM) guna mencapai hasil pembelajaran yang memuaskan dan
melahirkan generasi cerdas intelektual, emosional dan spiritual.
Pada hakikatnya, kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran. Hilda
Taba dalam bukunya “Curriculum Development, Theory and Practice”
mengartikan kurikulum sebagai “A plan for leaerning” yakni sesuatu yang
direncanakan untuk pelajaran.
Dalam Pengembangan kurikulum banyak unsur yang berperan penting, salah
satunya adalah seorang guru yang yang merupakan salah satu komponen
manusiawi di bidang kependidikan yang harus berperan serta secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, salah satu peran guru
adalah menjadi pelaksana kurikulum, guru dalam hal ini akan memberikan
pengajaran sesuai dengan kurikulum untuk tercapainya tujuan yang ditentukan
dalam proses belajar mengajar (PBM), guru harus menciptakan kegiatan belajar
yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga akan
memperoleh hasil pembelajaran yang memuaskan, karena pembelajaran
berlangsung secara efektif, sesuai dengan acuan kurikulum yang telah ditentukan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana peran pengembang kurikulum?
2) Bagaimana peranan kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum?
3) Bagaimana peranan guru dalam pengembangan kurikulum?
4) Bagaimana peranan komite sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum?

1
5) Bagaimana perbedaan peran pengembang kurikulum dari tahun ke tahun?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui peran pengembang kurikulum.
2) Untuk mengetahui peranan kepala sekolah dalam pengembangan
kurikulum.
3) Untuk mengetahui peranan guru dalam pengembangan kurikulum.
4) Untuk mengetahui peranan komite sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum.
5) Untuk mengetahui perbedaan peran pengembang kurikulum dari tahun ke
tahun.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Pengembang Kurikulum


Otonomi pendidikan memberikan peluang kepada banyak pihak-pihak yang
terkait dengan dunia persekolahan untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih,
sehingga dapat mencerdaskan anak bangsa.
Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, menurut Oemar
Hamalik (2011) kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peranan
kreatif, serta peran kritis dan evaluatif.
1. Peran Konservatif
Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga
pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada
generasi muda yakni siswa. Siswa perlu memahami dan menyadari norma-
norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali
ke masyarakat, mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan
norma-norma tersebut.
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yang memungkinkan mudahnya
pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif
dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran
konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang
dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas
masyarakat akan terpelihara dengan baik.
2. Peran Kreatif
Ternyata tugas dan tanggung jawab sekolah tidak hanya sebatas
mewariskan nilai-nilai lama. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam
mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntutan zaman. Sebab pada
kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang selalu
mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif.
Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah.
Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru
sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangakan setiap potensi
yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan social masyarakat
yang senantiasa bergerak maju secara dinamis. Kurikulum harus berperan
kreatif, sebab manakala kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka
pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di

3
sekolah pada akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan
kebutuhan dan tuntutan sosial masyarakat.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab
kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan masyarakat, demikian juga adakalanya nilai dan budaya baru
yang mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis
dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam
menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk
kehidupan anak didik.
Dengan ini, masyarakat menjadi salah satu pengguna jasa pendidikan
yang menaruh harapan besar terhadap sekolah untuk dapat mengangkat derajat
mereka pada tempat yang lebih baik karena sekolah menjadikan masyarakat
sebagai manusia terdidik.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh banyak ahli dapat disimpulkan
bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni
menurut pandangan lama dan pandangan baru. Menurut pandangan lama
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk
memperoleh ijazah. Dan menurut pandangan baru kurikulum adalah bukan
hanya terdiri atas mata pelajaran tetapi meliputi semua kegiatan dan
pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah. Sedangkan, dalam
Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
2006 (BNSP) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Kurikulum merupakan salah satu konsep sistematis yang disusun untuk
mencapai satu tujuan pendidikan. Akan tetapi, Di dalam kelas, kurikulum
adalah benda hidup yang dinamis, karena seorang guru harus menerjemahkan
kurikulum itu dalam bentuk interaksi hidup antara guru dan siswa.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar
menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Pengembangan
kurikulum dilihat dari segi Pengelolaannya dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian, seperti Sentralisasi dan desentralisasi. Sentralisasi adalah kurikulum
yang disusun oleh tim khusus di tingkat pusat. Sedangkan, desentralisasi adalah
kurikulum yang disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu
dalam suatu wilayah atau daerah. Jadi, dalam pengembangan kurikulum
desentralisasi, sekolah mempunyai peran penting untuk mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

4
anak dalam masyarakat, yang tentu memerlukan peserta lain diantaranya
adalah kepala sekolah, guru dan komite sekolah. Mereka berperan sebagai
unsur yang setiap hari terlibat dalam kurikulum.

2.2 Peranan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum


Kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah.
Padanyalah kebijakan dan keputusan mengenai berbagai hal bisa atau tidak bisa
diterapkan di sekolah. Sesuai yang diamanatkan dalam Permendiknas No 13.
tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah adalah kepala sekolah harus
memenuhi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, dan sosial. Peran
dan fungsi kepala sekolah secara umum antara lain sebagai educator, manajer,
administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator.
1. Peran kepala sekolah sebagai educator (pendidik), memiliki beberapa aspek
sebagai berikut:
a. Aspek prestasi sebagai guru, yaitu menyusun program pembelajaran,
melaksanakan KBM, melaksanakan evaluasi, melaksanakan analisis hasil
belajar, melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
b. Aspek kemampuan membimbing guru, yaitu menyusun program pengajaran
dan BK (Bimbingan Konseling), melaksanakan program pengajaran dan
BK, mengevaluasi hasil belajar dan layanan BK, menganalisis hasil evaluasi
belajar & layanan BK, melaksanakan program pengayaan & perbaikan.
c. Aspek kemampuan membimbing karyawan, yaitu menyusun program kerja,
melaksanakan tugas sehari-hari, mengevaluasi dan mengendalikan kinerja
karyawan secara periodik.
d. Aspek kemampuan membimbing peserta didik, yaitu kegiatan
ekstrakurikuler, mengikuti lomba di luar sekolah (kesenian, olahraga, mata
pelajaran).
e. Aspek kemampuan mengembangkan staf, yaitu melalui pendidikan/
pelatihan tenaga administrasi secara teratur, melalui pertemuan sejawat/
KKG, melalui seminar/diskusi/lokakarya,dll, melalui penyediaan bahan
bacaan, memperhatikan kenaikan pangkat, mengusulkan kenaikan jabatan
melalui seleksi calon kepala sekolah, pengawas.
f. Aspek kemampuan mengikuti perkembangan, yaitu melalui pendidikan/
pelatihan, melalui pertemuan profesi KKKS, melalui seminar/lokakarya/
diskusi, melalui bahan bacaan, melalui media elektronik.
g. Aspek kemampuan memberi contoh mengajar/BK yang baik, yaitu melalui
jadwal pelajaran 6 jam mengajar per minggu/BK, melalui AMP, Prota,
Promes, RPRR dan daftar nilai peserta didik/program layanan BK, memberi
alternatif strategi pembelajaran efektif (pemanfaatan komputer,
OHP,TV/Video, tape recorder dan sebagainya sebagai media pembelajaran).

5
2. Peran kepala sekolah sebagai manajer, memiliki beberapa aspek sebagai
berikut:
a. Aspek kemampuan menyusun program, yaitu memiliki program jangka
panjang (8 tahun) akademik/non akademik, jangka menengah (4 tahun)
akademik/non akademik, jangka pendek (1 tahun) akademik/non akademik
dan RAPBS, mekanisme monitor dan evaluasi pelaksanaan program secara
sistematika dan periodik.
b. Aspek kemampuan menyusun organisasi kepegawaian di sekolah, yaitu
memiliki susunan kepegawaian sekolah, susunan kepegawaian pendukung
antara lain pengelola perpustakaan, menyusun kepanitiaan untuk kegiatan
temporer, antara panitia ulangan umum, panitia ujian, panitia peringatan
hari besar keagamaan dan sebaginya.
c. Aspek kemampuan menggerakan staf (guru dan karyawan), yaitu memberi
arahan yang dinamis, mengkoordinasi staf yang sedang bertugas,
memberikan penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).
d. Aspek kemampuan mengoptimalkan sumber daya sekolah, yaitu
memanfaatkan SDM secara optimal, sarana/prasarana sekolah secara
optimal, merawat sarana/prasarana milik sekolah, mempunyai cacatan
kinerja SDM yang ada di sekolah, program peningkatan mutu SDM.
3. Peran kepala sekolah sebagai administrator, memiliki beberapa aspek sebagai
berikut:
a. Aspek kemampuan mengelola administrasi KBM dan BK, yaitu memiliki
kelengkapan data administrasi proses belajar mengajar, data administasi
BK, data administrasi praktekum/praktek, data administrasi belajar peserta
didik di perpustakaan.
b. Aspek kemampuan mengelola administrasi kesiswaan, yaitu memiliki
kelengkapan data administrasi, kelengkapan data kegiatan ekstrakurikuler,
kelengkan data hubungan sekolah dan orang tua peserta didik.
c. Aspek kemampuan mengelola administrasi ketenagaan, yaitu memiliki
kelengkapan data administrasi tenaga guru, data karyawan
d. Aspek kemampuan mengelola administrasi keuangan, yaitu memiliki
admintrasi keuangan rutin, administrasi keuangan komite sekolah,
administrasi sumber keuangan lain DOP, BOS.
e. Aspek kemampuan mengelola administrasi sarana/prasarana, yaitu memiliki
kelengkapan data administrasi gedung/ruang, data administrasi meubiler,
data administrasi alat lab/bengkel, administrasi data administrasi
buku/pustaka,data mesin kantor.
f. Aspek kemampuan administrasi persuratan, yaitu memiliki kelengkapan
data administrasi surat masuk, data administrasi surat keluar, data
administrasi surat keputusan/surat edaran dan lain-lain.

6
4. Peran kepala sekolah sebagai supervisor memiliki beberapa aspek sebagai
berikut:
a. Aspek kemampuan menyusun program supervisi pendidikan, yaitu memiliki
program supervisi kelas (KBM) dan BK, program supervisi untuk kegiatan
ekstrakurikuler, program supervisi kegiatan lainnya (perpustakaan,
laboratorium, evaluasi dan administrasi sekolah).
b. Aspek kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan, yaitu
melaksanakan program supervisi pendidikan kelas/akademik/klinis,
program supervisi dadakan (non klinis), program supervisi kegiatan
ekstrakurikuler dan lain-lain.
5. Peran kepala sekolah sebagai leader (pemimpin), memiliki beberapa aspek
sebagai berikut:
a. Aspek memiliki kepribadian yang kuat, yaitu jujur, percaya diri,
bertanggung jawab, berani mengambil keputusan, berjiwa besar, dapat
mengendalikan emosi, sebagai panutan/teladan.
b. Aspek memahami kondisi guru, karyawan dan peserta didik dengan baik,
yaitu memahami kondisi guru, kondisi karyawan, kondisi peserta didik,
program/upaya memperbaiki kesejahteraan karyawan, upacara hari Senin
dan upacara lain untuk memahami kondisi peserta didik, guru dan karyawan
secara keseluruhan, mau mendengar/menerima usul/kritikan/saran dari
guru/karyawan/peserta didik melalui pertemuan.
6. Peran kepala sekolah sebagai inovator, memiliki beberapa aspek sebagai
berikut:
a. Kemampuan mencari/memenukan gagasan baru untuk pembaharuan di
sekolah, yaitu mampu mencari/menemukan gagasan baru (proaktif),
memilih gagasan baru yang relevan, mengimplementasikan gagasan baru
dengan baik (sinergis).
b. Aspek kemampuan melaksanakan pembaharuan di sekolah, yaitu mampu
melaksanakan pembaharuan di bidang KBM/BK, di bidang pengadaan &
pembinaan tenaga guru & karyawan, melaksanakan pembaharuan di bidang
kegiatan ekstrakurikuler, melaksanakan pembaharuan dalam menggali
sumber daya dari komite dan masyarakat.
7. Peran kepala sekolah sebagai motivator. memiliki beberapa aspek sebagai
berikut:
a. Aspek kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik), yaitu mampu
mengatur ruang (KS, Wakil KS,TU) yang kondusif untuk bekerja, ruang
kelas yang kondusif untuk KBM,BK/UKS, perpustakaan yang kondusif
untuk belajar, halaman lingkungan sekolah yang sejuk, nyaman dan teratur.
b. Aspek kemampuan mengatur suasana kerja (non fisik), yaitu mampu
menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru, menciptakan

7
hubungan kerja yang harmonis sesama karyawan, menciptakan hubungan
kerja yang harmonis antara guru dan karyawan, menciptakan rasa aman di
lingkungan sekolah.
c. Kemampuan menetapkan prinsip penghargaan dan hukuman, yaitu mampu
menerapkan prinsip penghargaan (reward), menerapkan prinsip hukuman
(punishment), menerapkan/mengembangkan motivasi internal dan eksternal
bagi warga masyarakat.
Melihat peran kepala sekolah di atas memperlihatkan bahwa kepala sekolah
mempunyai kedudukan strategis dalam pengembangan kurikulum dan berbeda di
garis depan perubahan kurikulum. Sebagai pemimpin profesional ia
menerjemahkan perubahan masyarakat dan kebudayaan ke dalam kurikulum. Ia
sendiri harus mempunyai latar belakang yang mendalam tentang teori dan praktik
kurikulum. Perubahan kurikulum hanya akan berjalan dengan dukungan dan
dorongan kepala sekolah. Ia dapat membangkitkan atau mematikan perubahan
kurikulum di sekolahnya. Dialah tokoh utama yang mendorong guru agar
senantiasa melakukan upaya-upaya pengembangan, baik bagi diri guru maupun
tugas keguruannya.

2.3 Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum


Apabila kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah,
maka guru merupakan tokoh sentral dalam penyelenggaraan layanan pendidikan
sekolah. Gurulah pemeran utama aktivitas sekolah. Karena itu tugas guru
merupakan profesi yang menuntut keahlian, bukan sekadar “tukang mengajar”.
Karena guru memegang peranan yang cukup penting dalam perencanaan,
pelaksanaan maupun pengembangan kurikulum bagi kelasnya. Sekalipun seorang
guru tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum tersebut, namun
seorang gurulah yang mengolah dan meramu kembali kurikulum dari pusat.
Guru memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan
maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan
pengemban kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku
dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi
kurikulum dalam lingkup yang luas. Hasil-hasil penilaian demikian akan sangat
membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-hambatan
dalam implementasi kurikulum dan juga membantu mencari cara untuk
mengoptimalkan kegiatan guru.
Guru tidak hanya berperan sebagai guru didalam kelas, ia juga seorang
komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, pencoba
penyusunan organisasi, manager system pengajaran, pembimbing baik di sekolah
maupun masyarakat dalam hubungannya dengan pelaksanaan pendidikan seumur
hidup. Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pula yang harus menciptakan

8
kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Berkat keahlian, keterampilan,
dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi
belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu
mendorong kreativitas anak.
Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu
kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan
mengenai pembaruan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria
sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selau bermuara
pada guru. Hal ini menunjukan betapa signifikan (berarti penting) posisi guru
dalam dunia pendidikan.
Selanjutnya, pada masa-masa mendatang ada harapan baru yang cukup
menjajikan bagi guru dan orang yang ingin menjadi guru dengan keluarnya PP RI
No. 38/1992 yang memuat pasal 64 pasal tentang tenaga kependidikan. Kehadiran
PP ini membawa implikasi (hubungan keterlibatan) yang cukup fundamental dan
realistis meskipun dalam beberapa hal tertentu masih perlu dipertanyakan.
Guru, menurut Pasal 35 PP 38/1992, diperkenankan bekerja di luar tugasnya
untuk memperoleh penghasilan tambahan sepanjang tidak terganggu tugas
utamanya. Kebolehan mengerjakan tugas lain memberi kesan berkurangnya
derajat profesionalisme keguruan para guru walaupun tidak mengganggu tugas
utama mereka sebagai pengajar, apalagi jika mengingat tidak tegasnya batasan
tidak mengganggu tugas utama itu.
Seorang guru haruslah bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum.
Seorang guru juga dituntut untuk selalu mencari gagasan atau ide (kreatif) yang
baru dalam proses pembelajaran agar hasil belajar peserta didik dari waktu ke
waktu meningkat.
Peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum secara aktif,
yaitu sebagai berikut:
1. Pertama, guru sebagai pemberi pertimbangan (perencana Kurikulum).
Keputusan mengenai kurikulum sekolah secara institusional terletak pada
tangan kepala sekolah. Dalam konteks ini guru adalah pemberi pertimbangan
dalam pengembangan kurikulum sekolah.
2. Kedua, guru sebagai pelaksana pengembangan kurikulum sekolah. Konsep ini
dapat ditarik kedalam dua konteks. Kesatu, guru sebagai pelaksana proses
pengembangan kurikulum sekolah terlibat sebagai tim yang ditunjuk untuk
membuat kurikulum sekolah.
3. Selanjutnya, guru sebagai pelaksana kurikulum yang dikembangkan sekolah.
Peran ini berkaitan dengan tugas pokok guru sebagai pengampu proses
pembelajaran mata pelajaran tertentu. Disini guru menjabarkan kurikulum
sekolah menjadi bentuk-bentuk program yang lebih rinci (silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran).

9
4. Dalam melakukan perubahan kurikulum, hendaknya diselidiki dan
dipertimbangkan sikap dan reaksi guru terhadap perubahan itu. Keberhasilan
perubahan yang terjadi bergantung pada kesusaiannya dengan nilai-nilai guru
dan taraf pertisipasinya dalam perubahan itu.
5. Guru sebagai sebagai pengadministrasi kurikulum, guru harus menguasai
tujuan kurikulum, isi program (pokok bahasan/sub pokok bahasan) yang harus
diberikan peserta didik.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa yang memegang peranan penting
dalam proses pengembangan kurikulum ialah guru karena dialah yang paling
bertanggung jawab atas mutu pendidikan anak didiknya. Terkadang guru
terkendala karena masalah profesionalitasnya, karena pembelajaran yang
dilakukannya tidak berbeda dari waktu kewaktu, hanya mengulang-ulang.
Profesinalisme guru akan dapat berkembang, apabila ia membiasakan diri untuk:
1. berunding dan bertukar pikiran dengan siswa, dan terbuka terhadap pendapat
mereka
2. belajar terus dengan membaca literatur yang terkait dengan profesinya
3. bertukar pikiran dan penglaman dengan teman guru-guru lainnya atau dengan
kepala sekolah.
Perkembangan profesionalisme akan terbantu bila sekolah secara berkala
mengadakan rapat atau diskusi khusus untuk membicarakan hal -hal yang terkait
dengan kurikulum serta perbaikannya.
Masih banyak pihak lain selain kepala sekolah dan guru yang dapat
membantu pengembangan kurikulum. Namun demikian, kepala sekolah dan guru
merupakan pemeran utama yang perlu menerima, mempertimbangkan, dan
memutuskan apa yang akan dimasukkan dalam kurikulum sekolah.

2.4 Peranan Komite Sekolah dan Masyarakat dalam Pengembangan Kurikulum


Keberadaan komite sekolah kian bergulir dengan diberlakukannya otonomi
sekolah. Ini ditetapkan pada keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor
044/U/2002. Dalam keputusan ini, komite sekolah dimaksudkan sebagai sebuah
badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun
jalur pendidikan luar sekolah. Pembentukan komite sekolah bertujuan untuk:
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan sekolah.
2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan.
3. Menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan sekolah yang berkualitas.

10
Bertolak dari tujuan tersebut, komite sekolah memiliki peran, yaitu sebagai
berikut:
1. Advisory agency, yaitu pemberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan sekolah.
2. Suporting agency, yaitu pendukung baik yang berwujud financial, pemikiran,
maupun tenaga, dalam penyelengaraan pendidikan sekolah.
3. Controlling agency, yaitu pengontrol dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan sekolah; serta
4. Mediate agency, yaitu mediator antara pemerintah dan masyarakat.
Peran komite sekolah dalam pengembangan kurikulum tidak terlepas dari
keempat peran tersebut. Keempat peran tersebut saling terkait satu sama lain dan
berlangsung secara simultan. Sebagai advisory agence, komite sekolah dapat
memberikan atau menyampaikan gagasan, usulan-usulan, atau pertimbangan-
pertimbangan untuk penyempurnaan kurikulum yang ada menuju kurikulum
sekolah yang lebih baik.
Walaupun secara pokok sudah tersedia kurikulum tingkat nasional, namun
masih terbuka bagi pihak sekolah untuk melaksanakan eksplorasi, pengembangan,
dan penajaman-penajaman, serta dikemas dalam program inti atau program
tambahan, kegiatan intrakulikuler ataupun ekstrakulikuler. Dalam peran Advisory
agence ini pula komite sekolah terlibat dalam pengesahan kurikulum sekolah.
Terkait dengan peran sebagai advisory agence, maka komite sekolah berada
dalam komitmen lanjutan. Muncullah peran berikutnya, yaitu supporting agence.
Pengembangan kurikulum berkait dengan banyak persoalan baik yang terkait
secara langsung maupun tidak langsung, yang bersifat manusia dan non manusia.
Dalam hal ini, dukungan komite sekolah dapat berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga.
Komite sekolah adalah sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan
sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Kurikulum pada dasarnya adalah rencana program pendidikan. Karenanya
dalam pengembangan kurikulum harus dipikirkan dan direncanakan segenap
aspek kurikulum. Dengan maksud mewadahi dan memaksimalkan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, maka disinilah peran
sebagai supporting agence menjadi sangat menentukan.
Sebagai controlling agency, komite sekolah melakukan kontrol atas
penyelenggaraan program pendidikan. Transparansi dan akuntabelitas
penyelenggaraan dan hasil pendidikan sekolah harus diwujudkan.
Dalam konteks pengembangan kurikulum, peran kontrol komite sekolah ini
bisa pula diarahkan pada pengawasan, misalnya, apakah proses pengembangan

11
yang ditempuh sudah memenuhi norma dan ketentuan sebagaimana harusnya,
apakah pengembangan kurikulum telah memperhatikan dan melibatkan pihak-
pihak yang terkait, apakah sudah terukur untuk kemajuan anak, dsb. Peran ini
harus dapat diterapkan agar pengembangan kurikulum benar-benar komprehensip.
Sebagai media agency, komite sekolah bertindak sebagai mediator antara
pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Dengan peran komite sekolah sebagai
mediator, maka pengembangan kurikulum sekolah menjadi lebih terbuka dalam
mengeksplorasi sumber daya yang ada disekitar sekolah. Program (kurikulum)
sekolah pun menjadi lebih dinamis.
Pada akhirnya, dengan bersinerginya kepala sekolah, guru, dan komite
sekolah dalam pengembangan kurikulum, hal itu akan menjadi penyelenggaraan
pendidikan di sekolah lebih dinamis dan semakin besar peluangnya untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Adapun peranan orang tua murid dalam pengembangan kurikulum karena
Peranan mereka dapat berkenaan 2 hal yaitu dalam penyusunan kurikulum dan
dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak
semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang
cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.
Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam
pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang erat antara guru atau sekolah
dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum
dilaksanakan dirumah, dan orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati
kegiatan belajar anaknya dirumah. Orang tua juga secara berkala menerima
laporan kemajuan anak-anaknya dari sekolah berupa rapor dan sebagainya.
Orang tua juga dapat turut serta berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah
melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan orang
tua-guru. Pameran sekolah, dan sebagainya. Melalui pengamatan dalam kegiatan
belajar di rumah, laporan sekolah, partisipasi dalam kegiatan sekolah orang tua
dapat ikut serta dalam pengembangan kurikulum terutama dalam bentuk
pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, minat yang penuh, usaha yang
sungguh-sungguh, penyelesaian tugas-tugas serta partisipasi dalam setiap kegiatan
di sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut akan memberikan umpan balik bagi
penyempurnaan kurikulum.

2.5 Perbedaan Peran Pengembang Kurikulum dari tahun ke tahun


Perubahan kebijakan pengelolaan pendidikan dari sentralistik menjadi
desentralistik, semarak sekaligus menjadi kompleks. Apabila pada awalnya dunia
persekolahan terkesan sebatas dunia pemerintah (kepala sekolah dan guru),
sekarang menjadi dunia yangg demikian terbuka dan sekolah dapatt
mengembangkan kurikulum yangg tepat bagi sekolahnya masing-masing

12
sehingga menjadikan banyak pihak dapat terlibat. Dalam kondisi seperti ini,
persoalan kurikulum tidak semata urusan sekolah (kepala sekolah dan guru),
melainkan pula menjadi urusan banyak pihak lainnya seperti orang tua murid dan
masyarakat. Artinya pengembangan sebuah kurikulum sekolah melibatkan
berbagai pihak dengaan perannya masing-masing.Pihak-pihak yangg terlibat
dalam pengembangan kurikulum ini sangat penting bagi terciptanya kurikulum
yangg sesuai dengaan kebutuhan belajar siswa. Pihak tersebut diantaranya para
administrator pendidikan, para ahli, kepala sekolah, guru, komite sekolah, orang
tua murid dan masyarakat.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, menurut Oemar
Hamalik (2011) kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peranan
kreatif, serta peran kritis dan evaluatif.
Sesuai yang diamanatkan dalam Permendiknas No 13. tahun 2007 tentang
standar kepala sekolah/madrasah adalah kepala sekolah harus memenuhi
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, dan sosial. Peran dan fungsi
kepala sekolah secara umum antara lain sebagai educator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator, dan motivator.
Guru memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan
maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan
pengemban kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku
dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi
kurikulum dalam lingkup yang luas.
Keberadaan komite sekolah kian bergulir dengan diberlakukannya otonomi
sekolah. Ini ditetapkan pada keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor
044/U/2002. Dalam keputusan ini, komite sekolah dimaksudkan sebagai sebuah
badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun
jalur pendidikan luar sekolah. Komite sekolah memiliki peran, yaitu sebagai
Advisory agency, Suporting agency, Controlling agency, Mediate agency.
Perubahan kebijakan pengelolaan pendidikan dari sentralistik menjadi
desentralistik, semarak sekaligus menjadi kompleks. Apabila pada awalnya dunia
persekolahan terkesan sebatas dunia pemerintah (kepala sekolah dan guru),
sekarang menjadi dunia yang demikian terbuka. Dalam kondisi seperti ini,
persoalan kurikulum tidak semata urusan sekolah (kepala sekolah dan guru),
melainkan pula menjadi urusan banyak pihak lainnya seperti orang tua murid dan
masyarakat.

3.2 Saran
Melalui makalah ini, diharapkan agar kita semua dapat mengetahui peran
pengembang kurikulum, agar kita sebagai calon guru dapat memahami fungsi dan
peran guru dalam pengembangan kurikulum di mana kurikulum terus mengalami
perubahan disesuaikan dengan perkembangan zaman, agar kedepannya kita dapat
menjadi guru yang berkualitas dan melahirkan murid-murid yang berkualitas.

14
Daftar Pustaka

Hamalik, Oemar. (2011). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:


remaja rosdakarya.
Noerdiandana. (2013). Peran Pengembangan Kurikulum. [Online], tersedia
https://noerdiandana.wordpress.com/2013/10/19/peran--pengembangan--
kurikulum/. Diakses pada 12 Maret 2019.
Sukmadinata, N. S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya

15

Anda mungkin juga menyukai