Disusun Oleh:
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang
paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Tugas pemerintah yang paling dominan
adalah menyediakan barang barang publik (public utility) dan memberikan pelayanan
(public service) misalnya dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan,
perkembangan perlindungan tenagakerja, pertanian, keamanan dan sebagainya. Tidak
mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Rumah sakit sebagai
salah satu fasilitas pelayanan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya
mempercepat derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Pemerintah telah berupaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif (Siregar, 2004). Rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan yang
berhubungan langsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien s esuai dengan standar pelayanan rumah sakit (Undang-Undang tentang
Kesehatan dan Rumah Sakit Pasal 29b UU No.44/2009). Pasien sebagai pengguna
pelayanan kesehatan berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di rumah sakit (Undang-Undang tentang Kesehatan dan Rumah
Sakit Pasal 32n UU No.44/2009). Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan
mempunyai kewajiban untuk melayani pasien dengan fasilitas yang lengkap serta
pelayanan yang cepat dan tepat. Untuk mencapai hal tersebut manajemen rumah sakit
harus dilaksanakan dengan benar. Seiring dengan perkembangan zaman, manajemen
rumah sakit yang pada mulanya murni bersifat sosial berkembang menjadi bersifat
sosio-ekonomis. Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan adalah menghasilkan
outcome yang menguntungkan bagi pasien, provider, dan masyarakat. Informasi
mengenai pelayanan kesehatan, baik dari seluruh pengguna jasa pelayanan medis
maupun seluruh individu dalam populasi diperlukan sebagai sumber data untuk dapat
menjawab pertanyaan mengenai persamaan (equity), efisiensi (efficiency), dan mutu
pelayanan kesehatan (quality) (EEQ), sehingga manajemen informasi dan
teknologinya dalam banyak hal sangat diperlukan dalam manajemen klinis untuk
mendapatkan informasi yang benar dan akurat.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
BAB II
PEMBAHASAN
a. rawat jalan;
d. ruang operasi;
f. ruang radiologi;
g. ruang laboratorium;
h. ruang sterilisasi;
i. ruang farmasi;
n. ruang menyusui;
o. ruang mekanik;
p. ruang dapur;
q. laundry;
r. kamar jenazah;
s. taman;
a. instalasi air;
d. instalasi uap;
j. ambulan.
Persyaratan pendirian rumah sakit juga perlu memenuhi persyaratan sumber daya
manusia yaitu Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis
dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen
Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan. Jumlah dan jenis sumber daya manusia harus
sesuai dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit. Rumah Sakit harus memiliki data
ketenagaan yang melakukan praktik atau pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah
Sakit dan juga Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing sesuai
dengan kebutuhan pelayanan. Pendayagunaan tenaga kesehatan asing hanya
dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan ahli teknologi dan ilmu
pengetahuan serta ketersediaan tenaga kesehatan setempat. Pendayagunaan tenaga
kesehatan asing hanya dilakukan bagi tenaga kesehatan asing yang telah memiliki
Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Praktik.
b) RS BUMN/ABRI
1. Rumah sakit umum swasta Utama, yaitu rumah sakit swasta yang
memberikan pelayanan medik, spesialistik dan subspesialistik setara dengan
rumah sakit pemerintah kelas B.
2. Rumah sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4
cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.
3. Rumah sakit umum swasta pratama, yaitu rumah sakit swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum setara dengan rumah sakit
pemerintah kelas D.
a) RS Umum.
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehtan pada semua bidang dan
jenis penyakit. Rumah sakit ini biasanya memiliki unit gawat darurat (24 jam)
untuk menangani untuk menangani bahaya dan memberikan pertolongan pertama
dalam waktu yang cepat. Rumah sakit umum sangat mudah dijumpai disetiap
daerah dengan kapasitas rawat inap yang besar untuk perawatan intensif maupun
jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah,
bedah plastik, ruang bersalin, laboraturium dan sebagainya. Kelengkapan rumah
sakit jenis ini dapat bervariasi sesuai kemampuan penyelengara.
b) RS Jiwa
Rumah sakit yang melayani orang dengan perilaku abnormal walau fisiknya
dalam keadaan sehat, terdapat tiga tahap pengobatan melalui fisik, jiwa dan
sosial, dibutuhkan ruang ruang (bangsal) baik untuk perawatan maupun
sosialisasi, membutuhkan ruangan untuk terapi dan rehabilitasi yang dilakukan
dalam ruangan (Nugroho, 2003).
Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya
3. Berdasarakan kelasnya
a) RS kelas A
RS kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk
subspesialistik. Rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan
rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat.
Rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur.
c) RS kelas C
d) RS kelas D
Rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan
menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D
hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama
halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan
yang berasal dari puskesmas.Rumah sakit kelas D ini memiliki kapasitas tempat
tidur kurang dari 100.
Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel.
Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri dari :
3. unsur keperawatan,
5. komite medis,
Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki izin yang terdiri dari izin
mendirikan dan izin operasional. Izin mendirikan rumah sakit diberikan untuk jangka
waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun. Izin operasional
diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama
memenuhi persyaratan. Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman modal
asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah
mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Provinsi. Izin Rumah Sakit penanaman modal asing atau
penanaman modal dalam negeri diberikan setelah mendapat rekomendasi dari instansi
yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau penanaman modal dalam
negeri. Izin Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah
mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Izin Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat
yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Izin Rumah Sakit dapat dicabut jika:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi:
a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
h. pengendalian;
i. administrasi.
c. rekonsiliasi Obat;
e. konseling;
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling
Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan costeffectiveness yang
pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient
safety).
f. visite;
Pelayanan farmasi klinik berupa dispensing sediaan steril hanya dapat dilakukan oleh
Rumah Sakit yang mempunyai sarana untuk melakukan produksi sediaan steril.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi atau fasilitas di
rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang
ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Berdasarkan definisi tersebut maka
Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen
atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
perundang-undangan yang berlaku dan bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian, yang terdiri pelayanan paripurna yang mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/ sediaan
farmasi ; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal dan rawat
jalan; pengendalian mutu dan pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik
umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan
klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.
Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan mulai dari
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang
beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk penderita rawat tinggal, rawat
jalan mau pun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit.
1. Perencaan
2. Pengadaan
3. Penerimaan
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
penyimpanan adalah Memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, Menjaga ketersediaan, Memudahkan
pencarian dan pengawasan.
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
7. Penghapusan
Siregar, Charles. JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit EGC