Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH FIQIH IBADAH

SHALAT SUNAH DAN KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah Tahun Akademik 2018/ 2019
Dosen : Drs. Nurrochid Hasan Hidayat Nur, M.Ag.

DISUSUN OLEH :
NABILA FAUZI
1700020058
TEKNIK KIMIA KELAS B

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2017/2018
KATA PENGANTAR
P u j i s yu k u r s e n a n t i a s a k i t a p a n j a t k a n k e h a d i r a t
T u h a n Y a n g M a h a E s a ya n g t e l a h m e m b e r i k a n r a h m a t d a n
h i d a ya h serta k a r u n i a - N ya , sehingga s a ya dapat
m e n ye l e s a i k a n m a k a l a h ya n g b e r j u d u l “ S h a l a t S u n a h d a n
Ketauladanan Nabi Muhammad SAW” guna memenuhi tugas
mata kuliah Fiqih Ibadah, sekaligus untuk menambah
pengetahuan tentang shalat sunah dan ketauladanan nabi
Muhammad SAW.
Tidak lupa pula s a ya ucapkan terimakasih kepada
semua pihak ya n g telah berkontribusi, k h u s u s n ya dosen
p e n g a m p u m a t a k u l i a h F i q i h I b a d a h , B a p a k Drs. Nurrochid Hasan
Hidayat Nur, M.Ag. y a n g t e l a h m e m b i m b i n g k a m i sehingga
makalah ini selesai tepat pada waktunya.
H a r a p a n s a ya a g a r m a k a l a h i n i d a p a t m e n a m b a h i l m u
d a n p e n g e t a h u a n p e m b a c a t e n t a n g s h a l a t s u n a h . T e t a p i s a ya
m e n ya d a r i b a h w a s a ya h a n ya l a h m a n u s i a b i a s a d a n m a s i h
dalam proses pembelajaran jadi saya mengharapkan kritik
d a n s a r a n d a r i p a r a p e m b a c a a g a r m a k a l a h ya n g s a ya b u a t
manjadi lebih sempurna lagi.

Yogyakarta, 10 Oktober 2018

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................................. i
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………
….ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PENEGASAN JUDUL
2.1 Penegasan Judul
2.2 Alasan Memilih Judul
BAB III PEMBAHASAN
3.2 Pengertian Shalat Sunnah......................................................................................... 3
3.3 Macam-macam shalat sunah ................................................................................... 5
3.3 Pipa PVC sebagai Produk ....................................................................................... 6
3.4 Alasan Memilih Bahan PVC ................................................................................... 12
BAB IV PEMIKIRAN PENULIS
4.1Pemikiran Penulis.............................................................................................
.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sebagai umat muslim diwajibkan mendirikan shalat, karena
shalat itu merupakan tiang agama. Shalat itu merupakan penopang yang
akan menentukan berdiri atau tidaknya agama dalam diri masing-masing
umat muslim. Shalat merupakan kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan
bagi umat muslim yang sudah mukallaf.
Dalam syariat islam shalat terbagi dalam dua macam yaitu yang
pertama shalat wajib yakni shalat yang diwajibkan bagi umat muslim baik
laki-laki ataupun perempuan untuk mendirikannya. Shalat sunnah pun
dibagi menjadi dua macam yakni shalat sunnah muakkad dan shalat
sunnah ghairu muakkad. Muakkad artinya dianjurkan, jadi shalat sunnah
itu ada yang dianjurkan untuk dilaksanakan setiap muslim, ada juga shalat
sunnah yang tidak dianjurkan untuk melaksanakannya, tapi sebagaimana
hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala dan apabila ditinggalkan tidak
apa-apa.
Walaupun demikian kita sebagai umat muslim tentu ingin
meningkatkan amalan ibadah dan ketakwaan. Hal tersebut merupakan
rahmat dari Allah Swt kepada para hambanya karena Allah mensyariatkan
bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis agar orang mukmin bertambah
imannya dengan melakukan perkara yang sunnah, dan menyempurnakan
yang wajib pada hari kiamat.
Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul terakhir yang
mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi
risalahnya untuk seluruh umat manusia dan seluruh alam semesta.
Keseharian Beliau dalam menjalani kehidupan, Nabi Muhammad SAW
selalu bersikap sopan dalam bertutur kata, jujur, tidak pernah berdusta
serta luhur berbudi pekerti. Beliau memiliki ahklak yang mulia terhadap
siapa saja. Tidak mengherankan jika di dalam Al Qur’an beliau disebut
sebagai manusia paling berakhlak. Seperti dalam firman Allah Qur’an
surat al-Ahzab ayat 21, “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharapkan
rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”.
Oleh karena itu, pada makalaah ini saya akan menjelaskan mengenai
ketauladanan Nabi Muhammad dalam melakukan solat sunah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan shalat sunah ?
2. Mengapa dianjurkan untuk melaksanakan solat sunah ?
3. Apa saja pembagian solat sunnah?
4. apa saja macam-macam solat sunah ?
5. apa saja manfaat solat sunah ?
6. apa ketauladanan yang bisa contoh dari Rasulullah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui pengertian solat sunah
2. Untuk mengetahui mengapa dianjurkan untuk melaksanaka solat sunah
3. Untuk mengetahui pembagian shalat sunah
4. Untuk mengetahui macam-macamsolat sunah
5. Untuk mengetahui manfaat solat sunah
6. Untuk memotivasi diri menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan
dalam ikhlas melaksanakan solat sunah.

6
BAB II
PENEGASAN JUDUL
A. Penegasan Judul
Makalah ini berjudul “ Shalat Sunah Dan Ketauladanan Nabi
Muhammad SAW” Untuk memudahkan dan menghindari kesalah
fahaman dalam mengartikan kalimat judul diatas, maka perlu penulis
jelaskan sebagai berikut :
1. Shalat Sunah adalah shalat-shalat yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW sebagai amalan Tambahan bagi kesempurnaan
Iibadah shalat seseorang.
2. Keteladanan berasal dari kata teladan yang memiliki arti patut di
tiru untuk dicontoh tentang perbuatan , kelakuan sifat dan lain
sebagainya. Sedangkan keteladanan Merupakan perilaku sesorang
yang dijadikan sebagai contoh bagi orang yang mengetahui atau
melihatnya .
3. Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul terakhir yang
mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi
risalahnya untuk seluruh umat manusia dan seluruh alam semesta.
Segala sesuatu yang Nabi Muhammad lakukan sangat bisa di
contoh oleh umatnya.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan bagi penulis memilih judul Makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan sholat sunnah merupakan salah satu ibadah yang
sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad karena memiliki banyak
keutamaan bagi orang yang melakukannnya.
2. Penulis mengangkat judul ini agar memberikan pandangan
kepada semua pihak yang membaca bahwa solat sunah sangat
diperlukan .

7
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Sunnah
Shalat Sunah adalah shalat-shalat yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW sebagai amalan Tambahan bagi kesempurnaan ibadah shalat
seseorang.
B. Disyariatkanya Shalat Sunnah
Shalat sunnah sengaja disyariatkan ialah untuk menambal kekurangan
yang mungkin terdapat pada shalat-shalat fardhu, Bahkan, kelak di
akhirat, shalat sunnah juga difungsikan sebagai shalat fardhu yang
pernah ditinggalkan di dunia.1 juga karena shalat itu mengandung
keutamaan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah lain. Dari Abu
Umamah diceritakan bahwa Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
“Allah tidak memperhatikan suatu amal perbuatan hamba yang lebih
utama daripada dua rakaat shalat sunnah yang dikerjakanya,
Sesungguhnya rahmat selalu ditaburkan di atas kepala hamba itu
selama ia dalam sholat”. (HR. Ahmad dan disahkan oleh Suyuthi).2
Imam Malik juga berkata dalam kitab muwaththa’ : “Aku menerima
berita bahwa Nabi saw bersabda: “Tetaplah engkau sekalian
beristiqomah dan tidak dapat engkau sekalian menghitung kebaikan
istiqomah itu, Ketauhilah bahwa sebaik-baik amal perbuatan itu ialah
shalat dan tidak dapat menjaga wudhunya, kecuali orang yang benar-
benar beriman”. 3

C. Pembagian Shalat Sunnah

1
A. Zainuddin Djazuli, Fiqih Ibadah, (Kediri: Lembaga Ta’lif Wannasyr Ponpes Al-Falah), 123.
2
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: PT. Al-Ma’arif, tt), 7.
3
Ibid, 8.

8
Shalat sunnah itu terbagi atas dua macam yaitu muthlaq dan
muqoyyad. Untuk shalat sunnah muthlaq cukuplah seseorang cukup
berniat sholat saja. Imam nawawi berkata: “Seseorang yang melakukan
sholat sunnah dan tidak menyebutkan berapa rakaat yang akan
dilakukan dalam shalatnya itu, bolehlah ia melakukan satu rakaat, lalu
bersalam dan boleh pula menambahnya menjadi dua, tiga, seratus,
seribu rakaat, dan seterusnya”. Adapun shalat sunnah muqoyyad itu
terbagi atas dua macam:
a. Yang disyariatkan sebagai shalat-shalat sunnah yang mengikuti
shalat fardhu dan inilah yang disebut sebagai shalat sunnah rawatib
b. Yang disyariatkan bukan sebagai shalat sunnah yang mengikuti
shalat fardhu.

D. Macam-Macam Shalat Sunnah


1. Shalat Rawatib
Shalat sunnah rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan
mengiringi shalat fardhu, baik sebelumya (qobliyah) atau
sesudahnya (ba’diyah).4 Jumlah shalat sunnah rawatib ada 22
rakaat, yang sepuluh rakaat muakkad (sangat dianjurkan) dan yang
12 ghoiru muakkad (dianjurkan).5 Perincianya adalah sebagai
berikut:
Sepuluh rakaat yang muakkad adalah:
a. Dua rakaat sebelum shalat fardhu shubuh
b. Dua rakaat sebelum shalat fardhu dzuhur atau jum’at
c. Dua rakaat setelah shalat fardhu dzuhur atau jum’at
d. Dua rakaat setelah shalat fardhu maghrib
e. Dua rakaat setelah shalat fardhu isya’

4
Isnatin Ulfah, Fiqh Ibadah, 96.
5
A. Zainudin Djazuli, Fiqih Ibadah, 124.

9
Hal tersebut sesuai dengan pendapat empat imam madzab
dalam buku Fiqih Empat Madzab karya Syaikh Al-‘Allamah
Muhammad bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi bahwa empat
imam madzab sepakat shalat sunnah rawatib yang mengiringi
shalat fardhu adalah dua rakaat sebelum shalat subuh, dua
rakaat sebelum shalat dzuhur dan sesudahnya, dua rakaat
sesudah maghrib, dan dua rakaat setelah shalat fardhu isya’.6
Hanafi berpendapat bahwa Jika ia menghendaki, boleh shalat
sunnah empat rakaat sesudah shalat dzuhur dan boleh juga
dua rakaat. Sementara Imam Syafi’i juga berpendapat
membolehkan shalat sunnah empat rakat setelah shalat
dzuhur.7 Dalam kitab Bulugul Maram juga dijelaskan bahwa:
،‫ حفظت من نبی صلی عشر رکعات رکعتین قبل الظهر‬:‫وعن عمر رضی هللا عنهما قال‬
‫ متفق‬.‫ ورکتین قبل الصبح‬،‫ ورکعتین بعد العشإ فی بیتە‬،‫ ورکعتین بعد المغرب فی بیتە‬،‫ورکعتیین بعدها‬
.‫ ورکعتین بعد الجمعة فی بیتە‬: ‫ و فی روا یة لەما‬.‫علیە‬
Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Aku menghafal dari Nabi Saw 10
rakaat yaitu: Dua rakaat sebelum dzuhur, dua rakaaat setelahnya, dua rakaat
setelah maghrib dirumahnya, dua rakaat setelah isya’ dirumahnya, dan dua
rakaat sebelum shubuh”. Muttafaq Alaihi. Dalam satu riwayat Bukhari-Muslim
yang lain: dan dua rakaat sebelum jum’at dirumahnya. 8
Sedangkan dua belas yang ghairu muakkad adalah sebagai berikut:
a. Dua rakaat sebelum shalat dzuhur atau jum’ah
b. Dua rakaat setelah, shalat fardu dzuhur atau jum’ah (sebagai tambahan
yang muakkad)
c. Empat rakaat sebelum shalat fardhu ashar
d. Dua rakaat sebelum shalat maghrib
e. Dua rakaat sebelum fardhu isya’

6
Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Madzab.
(Bandung: Hasyimi Press, 2004), 79.
7
Ibid.
8
Ibnu Hajar Al-Asqolani, Bulughul Maram. (tk: tp), 79.

10
Tata cara pelaksanaan shalat rawatib adalah sebagai berikut:9
a. Sholat dilakukan sebagaimana shalat fardhu pada umumnya
b. Niatnya menurut macam sholat fardhunya
c. Dikerjakan dengan munfarid (tidak berjamaah)
d. Bacaanya tidak dikeraskan
e. Jika lebih dari dua rakaat, maka tiap-tiap dua rakaatnya harus satu salam

Berikut adalah contoh niat shalat sunnah qobliyah maupun ba’diyyah


Niat shalat qobliyah
‫أصلی سنة الضهر رکعتین ڤبلیة هلل تعال‬

Niat shalat ba’diyyhah


‫أصلی سنة الضهر رکعتین بعدیة هلل تعل‬
“Pada lafadz yang bergaris bawah, bisa diganti dengan shalat dan jumlah rakaat
yang sesuai.”

2. Shalat Tahajjud
Shalat Tahajjud adalah shalat sunnah pada malam hari yang dikerjakan
setelah tidur. Jumlah rakaatnya minimal dua rakaat dan maksimal tidak terbatas.10
Waktunya ialah mulai dari setelah melaksanakan sholat isya’ sampai terbit fajar,
Namun dikerjakan di sepertiga malam terakhir lebih utama, dan mengerjakan
sholat tahajud di rumah lebih utama daripada di masjid. Keutamaan shalat tahajud
sudah termaktub dalam al-qur’an surat Al-Isra’ (17): 79:
.‫ومن الیل فتهجد بە نا فلة لك عسی أن یبعثك ربك مقام محمودا‬
Artinya: “Dan daris ebagian itu gunakanlah untuk bertahajud sebagai shalat
sunnah bagimu, semoga tuhanmu akan membangkitkanmu pada kedudukan yang
terpuji”. QS. Al-Isra’ (17): 79.

9
Ma’shum, Tuntunan Shalat Lengkap dan Do’a-Do’a, (tk: Bintang Pelajar, tt), 113.
10
A. Zainuddin Djazuli, Fiqih Ibadah, 131.

11
Jumlah rakaat shalat tahajud adalah 2 dan kelipatanya, setiap dua rakaat
melakukan salam. Tata cara melaksanakan shalat tahajud sama seperti shalat
fardhu pada umumnya yang membedakan hanya niatnya. Adapun niat shalat
tahajud adalah sebagai berikut:
‫أصلی سنة التهجد رکعتین هلل تعا لی‬
Seseorang yang hendak melaksanakan shalat tahajjud disunnahkan untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut:11
1. Di waktu akan melakukan tidur, hendaklah berniat hendak bangun untuk
bersembahyang. Dari abu darda’ bahwa Nabi Saw bersabda:
‫من أتی فرا شە وەو ینوی أن یقوم فیصلی من الیل فغلبتە عینە حتی یصبح کتب لە ما نو و کان‬
‫ رواه النسائ وإبن ماجە بسند صحیح‬.‫نو مە صد قة علیە من ربە‬
Artinya: “Barang siapa yang akan tidur dan berniat hendak bangun
bersembahyang malam, kemudian terlanjur terus tidur hingga pagi, maka
dicatatlah niatnya itu sebagai satu pahala, sedang tidurnya, dianggap
sebagai karunia tuhan yang diberikan kepadanya”.
2. Sebaiknya, shalat malam dilakukan dimulai dengan mengerjakan dua
rakaat yang ringan dan selanjutnya bolehlah bersembayang sesuka hati.
Dari Aisyah r.a berkata
‫ رواه مسلیم‬.‫ل إدا قا م من الیل یصلی إفتتح صال تە برکع تین خففتین‬.‫کان رسول هلل ص‬
Artinya: “Rasulullah Saw itu apabila bangun malam untuk
bersembahyang, beliau memulainya dengan dua rakaat yang ringan”.
3. Hendaklah menghentikan shalat dulu dan kembali tidur bila terasa sangat
mengantuk sampai hilang kantuknya.
‫ مسلیم‬٥‫ روا‬.‫إذا قامأحدکم من الیل فاستعجم القرأن علی لسانە فلم یدری مایقول فلیضطجع‬
Artinya: “Apabila dari kamu seseorang bangun malam untuk
bersembahyang, kemudian terasa berat membaca Al-qur’an hingga tidak
disadarinya apa yang dibacanya itu, maka baiknya tidur lagi”.
(HR.Muslim).

11
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, 51.

12
4. Hendaklah jangan memberatkan diri. Maksudnya ialah hendaknya
mengerjakanya dengan tekun dan jangan sampai meninggalkan kecuali
dalam keadaan yang sangat terpaksa. Dari Aisyah r.a
‫متفق علیە‬.‫م خدوا من األعما ل ما تطیقون فو هللا ال یمل حتی تملو‬.‫قال رسول هللا ص‬
Artinya: “Rasulullah Saw. Bersabda: Kerjakanlah semua amal itu sekedar
kekuatanmu. Demi Allah Allah itu tidak akan jemu memberikan pahala
sampai engkau sekalian jemu beramal”. ( HR. Bukhari dan Muslim).
5. Memperbanyak do’a, berdzikir dan istighfar setelah shalat tahajjud. Yaitu
di pertengahan malam, lebih khusus lagi pada sepertiga malam terakhir.12
Waktu pelaksanaan shalat tahajud itu dapat dilakukan di di permulaan, di
pertengahan, ataupun di penghabisan malam, asalkan sudah melaksanakan shalat
isya’. Tetapi, waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat tahajud
adalah sepertiga malam terakhir.13 Abu Muslim berkata pada Abu Dzar:
‫ جو ف الیل الغابر وقلیل فا‬:‫م كما سأ لتني فقال‬. ‫أي قیام اللیل افضل؟ قال سأ لت رسول هللا ص‬
‫ رواه أحمد‬.‫علە‬
Artinya: “Pada saat manakah shalat malam itu yang paling utama? Abu Dzar
menjawab: saya pernah menanyakan hal demikian pada Rasulullah saw. Maka
sabdanya: pada tengah malam yang terakhir, tetapi sedikit sekali yang
mengerjakanya”.(H.R Ahmad).

3. Shalat Witir
Witr menurut bahasa berarti ganjil. Sedangkan menurut syara’ adalah
shalat sunnah muakkad dengan bilangan rakaat ganjil yang dikerjakan setelah
shalat isya’ sebagai penutup rangkaian ibadah shalat hari itu.14 Mayoritas ulama’
selain Abu Hanifah, berpendapat bahwa witr hukumnya adalah sunnah muakkad,

12
Teungku Muhammad Hasby Ash-Shiddiqiey, Mutiara Hadist 3 Shalat, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2003), 374
13
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, 56-57.
14
Isnatin Ulfah, Fiqih Ibadah, 97

13
bukan wajib. Hal tersebut sesuai dengan hadist berikut yang diriwayatkan oleh
Imam lima dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah:15
‫ رواه ألخمسة وصححە إبن خزیمة‬/ ‫یآ ا َ َم َل الةرآن اَ ْو تِ ُروا فا َ ان هللاَ یحب الوتر‬
Artinya: “Hai para pecinta Al-Qur’an kerjakanlah shalat witir sebab tuhan itu
tunggal (Esa). Dia suka bilangan yang ganjil (witir)”.
Waktu pelaksanaan shalat witir adalah setelah shalat isya’ sampai
terbitnya fajar. Sekiranya seseorang berniat bangun tengah malam untuk shalat
tahajjud, sebaiknya iya mengundurkan witirnya sebagai penutup shalat malamnya.
Sedangkan jumlah bilangan rakaat shalat witir beberapa Imam Madzab
berbeda pendapat. Menurut Syafi’i dan Hambali jumlah minimal rakaat shalat
witir adalah satu rakaat, sedangkan maksimalnya adalah sebelas rakaat dan jumlah
rakaat yang sempurna adalah tiga rakaat. Sementara menurut Imam Hanafi shalat
witir itu terdiri dari tiga rakaat dengan satu salam, tidak boleh lebih dan tidak
boleh kurang. Menurut Imam Maliki shalat witir ialah satu rakaat, yang diawali
shalat genap yang terpisah.16
Tata cara melaksanakan shalat witir adalah sama seperti shalat fardhu
lainya namun hanya jumlah rakaatnya yang berbeda. Contoh bacaan niat shalat
witir satu rakaat adalah sebagai berikut:
‫اصلي سنة ال ِوتْ ِر ركعةً هلل تعال‬
Dalam melaksanakan shalat witir boleh mengerjakan dua rakaat dengan tasyahud
dan salam pada akhir setiap dua rakaat. Dan yang terakhir satu rakaat atau tiga
rakaat dengan tasyahud dan salam. Dan boleh mengerjakan sekaligus dengan satu
kali tasyahud dan salam pada rakaat terakhir. Bacaan pada shalat witir adalah, jika
dilakukan tiga rakaat, maka setelah membaca surat Al-Fatihah pada rakaat
pertama membaca surat Al-A’la, pada rakaat kedua membaca surat Al-Kafirun.
Dan pada bacaan rakaat ketiga ini para Imam berbeda pendapat, menurut Imam
Syafi’i dan Maliki surat yang dibaca setelah Al-Fatihah adalah surat Al-Iklas dan

15
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemahan Bulughul Maram.(Jogjakarta: Hikam Pustaka 2013), 96
16
Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Madzab, 80

14
surat Al-Mu’awwidzatain (surat Al-Falaq dan An-Nas). Sementara menurut
Hanafi dan Hambali cukup Al-Ikhlas saja.17

4. Shalat Dhuha
Shalat dhuha ialah shalat shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi
hari. Shalat dhuha merupakan shalat sunnah muakkad yaitu shalat sunnah yang
dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Mengenai jumlah rakaat shalat dhuha boleh
dengan dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat, delapan rakaat dan seterusnya. Hal
ini sesuai dengan riwayat Imam Muslim dalam buku Ringkasan Riyadus shalihin
Imam Nawawi.
‫ ویزید ما شا هللا‬,‫م یصل الظحى أربعا‬.‫رسول هللا ص‬
Artinya: “Rasulullah sellu mengerjakan shalat dhuha sebanyak empat rakaat dan
baginda menambahkanya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki terhadap
dirinya”. (HR. Muslim).18
Diantara banyak keutamakan shalat dhuha diantaranya adalalah:
1. Allah akan mencukupkan rezeki kita seperti seperti hadist dari Nuwas bin
Sam’an r.a bahwa Nabi Saw. Bersabda:
.‫ إبن ادامل ال تعجزن عن أربعي ركعا ت فى أول ألنهار أكفك اخره‬:‫قال هللا عز وجل‬
Artinya: “Allah aza wajalla berfirman: Wahai anak adam, jangan sekali-
kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada permulaan siang
(yakni shalat dhuha), nanti akan kucukupi kebutuhanmu pada sore hari”.
(HR. Hakim dan Thabrani).
2. Jika mengerjakan shalat dhuha dengan langgeng maka Allah akan
mengampuni dosa-dosanya. Rasulullah Saw. Bersabda:
‫ من حا فظعلى شفعة الضحى غفرلە د نو بە وإن كا نت مثل مثل زبرالبحر‬.‫قَا َل َرسول هللا ص م‬

17
Ibid, 80
18
Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani, Ringkasan Riyadhus Shalihin Imam An-Nawawi, (Kuala
Lumpur: Telaga Biru SDN. BHD., 2013), 80

15
Artinya: “Siapa saja yang dapat mengerjakan shalat dhuha dengan
langgeng akan diampuni dosanya oleh Allah sekalipun dosanya itu banyak
sebanyak lautan”. (HR.Turmudzi).19
Tata cara melaksanakan shalat dhuha ialah seperti shalat pada umumnya
yang membedakan hanya niat dan bacaan suratnya. Untuk rakaat pertama ialah
membaca surat Asy-syamsi dan pada rakaat ke dua adalah surat Ad-dhuha.20
Waktu pelaksanaan shalat dhuha adalah sejak naiknya matahari di pagi
hari, setinggi tombak dan berakhir pada saat matahari tepat berada di atas tengah
langit (menjelang masuknya waktu dzuhur).

5. Shalat Hajat
Shalat hajat ialah shalat bagi seorang yang mempunyai keinginan, agar
keinginan tersebut diperkenankan oleh Allah swt. Ahmad meriwayatkan dengan
sanad shahih dari Abuddarda’ bahwa Nabi saw bersabda:
ً ‫سأ َ َل مع َّج ًل ْأو ُم َؤ َّخرا‬ َ ‫ركعتین یت ُّمهما َ أ ْع‬
َ ‫طا هُ هللاُ ما‬ ِ ‫ضأ َ فأ َ ْسبَ َغ الوضوء ث ّم صلّي‬
ّ ‫َم ْن تو‬
Artinya: “Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian
bersembahyang dua rakaat dengan sempurna, maka ia diberi Allah apa saja yang
diminta baik cepat ataupun lambat”.
Jumlah rakaat shalat hajat ialah yang termashur adalah dua rakaat
sedangkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin shalat hajat bisa dilakukan sampai 12
rakaat dengan 2 kali salam. Cara melaksanakan shalat hajat sama dengan cara
pelaksanaan shalat fardhu, baik bacaan dan gerakannya yang membedakan
hanyalah niatnya. Tata cara melaksanakan shalat hajat adalah sebagai berikut:21
1. Melaksanakan shalat dua rakaat sebagaimana shalat-shalat lain. Dengan
niat sebagai berikut: ‫أصلي سنة الحا جة ركعتین هلل تعا ل‬
2. Di rakaat pertama, membaca surat Al-fatihah dan diteruskan dengan
membaca surat Al-kafirun sebanyak 10 kali.

19
Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, tt), 84-85
20
Ibid, 83

21
A. Zainuddin Djazuli, Fiqih Ibadah, 133

16
3. Di rakaat kedua membaca surat Al-fatihah dan dilanjutkan dengan
membaca surat Al-ikhlas 10 kali.
4. Setelah salam kemudian membaca do’a
ْ َ‫ الحمد هللِ ربّ العا لمینَ أ َ ْسأ َ لك‬.‫العضیم‬
‫مو جبا‬ ِ ‫العرش‬
ِ ّ‫ال الە َ االّ هللا الح ِك ْی ُم الكریْم سبحا نا هللا رب‬
ُ‫ِسم الَ تدع ِلي ذنبا ً االَّ غفَ ْر تَە‬
ٍ ‫سالَ مةَ ِمن ك ّل ا‬ ْ َ‫ت رح َمتك وعزَ ا ئِ َم مغ ِف َر تِكَ والغَنی َمة‬
ّ ‫من ك ِّل ِب ٍر و ال‬
َ‫الر ِح ِمین‬ َ ‫ض ْیت َها َ یا َ ا َ ْر‬
َّ ‫حم‬ َ َ‫هي َلكَ ِرضا ً اِالَّ ق‬
َ ‫ال‬ َّ ‫فرجتَەُ والَ حا َ جةً ً ا‬ َّ َّ‫َوالَ هما ً اال‬
5. Setelah membaca doa kemudian melakukan sujud kembali dengan maksud
tadzallul (merendahkan diripada Allah), dan pada saat sujud membaca:
tasbih, tahmid, tahlil dan membaca doa sapu jagad.
6. Setelah selesai kemudian duduklah dan bertawassul.
7. Setelah bertawasul kemudian membaca surat Al-ikhlas dan mu’awidzatain
dan ayat kursi masing-masing tiga kali.
Waktu pelaksanaan shalat hajat ialah boleh kapanpun baik siang hari atau
malam hari, asal bukan waktu-waktu terlarang shalat. Akan tetapi waktu yang
paling utama adalah sepertiga malam terakhir atau setiap selesai shalat fardhu.

6. Shalat Tasbih
Shalat tasbih merupakan shalat sunnah yang dilakukan oleh Nabi saw
sebagaimana yang diajarkan beliau kepada pamannya yakni sahabat Abbas bin
Abdul Muthallib.22 Shalat tasbih dianjurkan untuk dilaksanakan pada setiap
malam dan apabila tidak mampu maka hendaknya dilakukan seminggu sekali,
apabila masih belum bisa juga dapat dilakukan sebulan atau setahun sekali.
Tendensi hukum shalat tasbih ialah berdasarkan hadist berikut ini:
Dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda kepada Abbas bin
Abdul Muthalib, “Wahai Abbas, pamanku, sudahkah paman aku beri, aku
karuniai, aku beri hadiah istimewa, aku ajari sepuluh macam perbuatan yang
dapat menghapus sepuluh macam dosa? Jika paman mengerjakan itu, maka Allah
akan mengampuni dosa-dosa paman, baik yang pertama dan yang akhir, yang

22
A. Zainuddin Djazuli, Fiqih Ibadah, 135

17
lama dan yang baru, yang tanpa disengaja dan yang disengaja, yang kecil dan
yang besar, yang tersembunyi dan yang terang terangan. Sepuluh macam
perbuatan itu ialah: sahalat empat rakaat, tiap rakaat membaca Alfatihah dan
surah, selesai membaca itu dalam rakaat pertama, lalu bacalah ketika masih
berdiri, subhanallah walhamdulillah walaa illa ha illaha illallahu allahu akbar
(Maha Suci Allah, segala puji hanya bagi Allah, tidak ada tuhan selain Allah,
Allah Maha Besar) sebanyak 15 kali. Kemudian ruku’ dan dalam ruku’ ini
membaca seperti bacaan diatas sebanyak 10 kali, I’tidal dari ruku’
membaca lagi 10 kali, setelah itu turun untuk sujud membaca lagi 10 kali,
mengankat kepala dari sujud membaca lagi 10 kali,terus sujud membaca 10 kali.
Kemudian mengangkat kepala dari sujud (sebelum berdiri) dan diwaktu duduk
membaca pula 10 kali. Jadi jumlahnya ada 75 kali dalam setiap rakaat. Kamu
dapat melakukannya dalam empat rakaat. Jika kamu sanggup mengerjakannya
sekali dalam sehari, kerjakanlah. Jika tidak dapat, boleh setiapo Jum’at, kalau
tidak dapat pula maka sebulan, kalau tidak dapat pula maka setahun sekali, dan
kalau masih tidakbias juga, maka sekali dalam seumur hidup (HR. Sunan Abu
Daud dan Ibnu Majah yang dishaihkan oleh Nasyriruddin Al AlBani dalam
Shoheh Sunan Abu Daud no 1298).
Teknis pelaksanaan shalat tasbih adalah apabila shalat tasbih dikerjakan
empat rakaat, boleh dikerjakan dengan satu salam atau dua salam (tiap rakaat 2
salam) namun yang utama apabila dikerjakan pada siang hari hendaknya
dilakukan empat rakaat dengan satu kali salam, sedangkan apabila dikerjakan saat
malam hari maka empat rakaat tadi dijadikan satu salam. Tata cara pelaksanaan
shalat tasbih adalah sebagai berikut:23
1. Berdiri dan menghadap kiblat, kemudian mengucapkan niat
‫أصلّي سنّة التّسبیح ركعتین هلل تعا لي‬
2. Setelah itu membaca doa iftitah kemudian dilanjutkan surat pendek dan
dilanjutkan membaca tasbih 15 kali

23
Ma’shum, Tuntunan shalat lengkap dan doa-doa, 178

18
3. Kemudian ruku’ dan setelah membaca tasbih ruku’, membaca bacaan
tasbih 10 kali.
4. Setelah selesai membaca tahmid i’tidal membaca lagi tasbih 10 kali.
5. Di waktu sujud setelah tasbih sujud. Kemudian membaca tasbih 10 kali
lantas kemudian duduk diantara dua sujud.
6. Setelah selesai membaca doa duduk antara dua sujud lantas membaca
tasbih lagi 10 kali, kemudian sujud kedua.
7. Pada sujud kedua setelah selesai membaca tasbih 10 kali lantas sebelum
berdiri rakaat kedua kita hendaknya duduk istirahat lalu sambil duduk
istirahat kita membaca lagi tasbih sepuluh kali.
Berikut adalah bacaan tasbih yang dibaca pada saat shalat tasbih:
ّ ‫كو ة االّ باهلل العل‬
‫ي العضیم‬ ّ ‫سبحا ن هللا والحمد هلل وال الە االّ هللاً وهللا أكبر وال حو ل وال‬
ُ
Demikianlah kita laksanakan pada rakaat pertama ini, yang apabila kita
hitung seluruh bacaan tasbihnya berjumlah 75 kali tasbih dan 75 x 4 rakaat = 300
tasbih. Andaikata kita kelupaan membaca tasbih disalah satu tempatnya, maka
boleh digantikan di tempat berikutnya, agar tetap tasbihnya berjumlah 300 tasbih.

8. Shalat Taubat
Shalat taubat adalah shalat sunnah dua rakaat yang dilakukan sebagai salah
satu cara bertaubat memohon ampun kepada Allah atas dosa dan kesalahan yang
telah dilakukan.24 Dalil yang menerangkan shalat sunnah adalah hadist yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad sebagai berikut:
ُ‫ركعتین ث ّم َی ْست َغ ِف ُر هللاَ االَّ غفَ َر هللاُ لە‬
ِ ‫من َعبْد یُدْ نِبُ ذنبا ً فیُح ِسنُ الط ُهور ث ّم یقُو ُم فیص ِلّي‬
ْ َ ‫ما‬
Artinya: “Tidaklah seorang hamba berbuat suatu dosa, lalu ia bersuci dengan
baik, lalu berdiri untuk shalat dua rakaat, kemudian memohon ampun kepada
Allah, melainkan Allah akan mengampuni dosanya”.
Hukum shalat taubah adalah sunnah menurut empat imam madzab fiqih
yaitu Madzab maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali berdasarkan hadist di atas.

24
Ibid, 138

19
Hadist di atas bermakna baha apaila seseorang muslim melakukan dosa dan
hendak bertaubat dari dosannya itu maka sunnah baginya untuk melakukan shalat
sunnah dua rakaat dan melakukan taubat dosannya dari Allah swt.
Tata cara pelaksanaan shalat taubah adalah seperti shalat-shalat sunnah
pada umumnya dan rakaatnya sebanyak 2 rakaat sampai 6 rakaat. Dengan sekali
salam setiap 2 rakaatnya. Niat melaksanakan shalat taubah adalah seperti berikut:
‫أصلّي سنّة التّوبة ركعتین هلل تعا لي‬
Waktu pelaksanaan shalat Tubat ialah kapan saja boleh siang atau malam
kecuali waktu-waktu yang dilarang dalam melakukan shalat.

9. Shalat ‘Idain ( Shalat Idul Fitri dan Idul Adha)


Shalat idul fitri dan idul adha adalah shalat sunnah muaka karena Nabi
saw. Selalu melaksanakan dan memerintahkan pria ataupun wanita untuk
melaksanakannya. Waktu pelaksanaanya ialah sejak terbit matahari sampai
dimulainya shalat dzuhur. Disunnahkan mengundurkan sedikit pelaksanaan shalat
idul fitri untuk memberi kesempatan membagi zakat yang belum tuntas, dan
menyegerakan pelaksanaan shalat idul adha untuk segera memberi kesempatan
penyembelihan hewan qurban.25
Mengenai pelaksanaanya para ulama’ sepakat bahwa shalat ‘Idain itu
dituntut secara berjamaah, dilakukan sebanyak 2 rakaat dan diakhiri dengan
khutbah. Hal tersebut sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh muttafaq alaih
yaitu: “Ibnu Umar berkata: Rasulullah saw. Abu Bakar, dan Umar selalu shalat
dua hari raya fitri dan adha sebelum khutbah”. (HR. Muttafaq alaih).26
Ketentuan pelaksanaan shalat ‘Idain adalah sebagai berikut:
1. Mengucapkan takbir sebelum membaca al fatihah setelah takbiratul ihram.
Menurut Imam Malik, jumlah takbir shalat id adalah tujuh kali sudah
termasuk takbiratul ihram untuk rakaat pertama dan enam kali pada rakaat
kedua termasuk takbir bangun dari sujud. Sementara menurut Imam

25
Isnatin Ulfah, Fiqih Ibadah, 101
26
Ibnu Hajar Al-asqolani, Terjemahan Bulughul Marom, 122

20
Syafi’i, pada rakaat pertama delapan kali takbir termasuk takbiratul ihram
dan enam kali takbir pada rakaat kedua termasuk takbiratul ikhram.
Menurut Abu Hanifah berpendapat bahwa di dalam rakaat yang pertama
hanya terdapat tiga takbir setelah takbiratul ihram, dan setelah bangkit dari
sujud mengucapkan takbir satu kali dan langsung membaca surat Al-
fatihah. Sedangkan menurut Fuqaha berpendapat bahwa di dalam masing-
masing rakaat jumlah takbir adalah sembilan kali.
2. Membaca tasbih, tahmid, tahlil diantara takbir-takbir tadi.
3. Mayoritas Ulama’ berpendapat sunnah membaca surat sabbihis ma Rabbik
pada rakaat pertama dan surat Al-ghasiyah pada rakaat kedua. Sedangkan
menurut Imam syafi’i mensunahkan membaca surat Qaf pada rakaat
pertama dan surat Iqtabarat pada rakaat kedua.
4. Takbir, A-fatihah dan surat dibaca Jahr
5. Disunnahkan menyampaikan dua khutbah, sebagaimana shalat jum’at
setelah selesai shalat.
Hal-hal yang disunnahkan dalam shalat ‘Idain:
1. Membaca Takbir.
2. Mandi, berhias, memakai wangi-wangian, dan memakai pakaian yang
paling disukai.
3. Makan sebelum shalat idul fitri dan untuk idul adha makanya setelah
melaksanakan shalat idul adha.
4. Memilih jalan yang lebih panjang ketika berangkat, dan jalan yang lebih
dekat ketika pulang dari tempat shalat.
5. Ikut mengajak wanita-wanita haid untuk menyaksikan kebaikan dan
dakwah kaum muslim. Seperti hadist yang diriwayatkan oleh Muttafaq
alaih: “Ummu ‘Athiyah berkata: kami diperintahkan mengajak keluarga
gadis-gadis dan wanita haid pada kedua hari raya untuk menaksikan

21
kebaikan dan dan dkwah kaum muslimi , wanita-wanita yang haid itu
terpisah dari tempat shalat”. (HR. Muttafaq alaih).27

D. Manfaat Shalat Sunnah


Adapun beberapa Manfaat dari shalat sunnah yaitu :
1. Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫صالَة ُ قَا َل یَقُو ُل َربُّنَا َج َّل َو َع َّز ِل َمالَئِ َكتِ ِە‬ َّ ‫اس بِ ِە َی ْو َم ْال ِقیَا َم ِة ِم ْن أ َ ْع َما ِل ِه ُم ال‬ َ ‫« ِإ َّن أ َ َّو َل َما یُ َحا‬
ُ َّ‫سبُ الن‬
‫ص‬ َ ‫ت لَەُ ت َا َّمةً َوإِ ْن َكانَ ا ْنت َ َق‬ ْ َ‫َت ت َا َّمةً ُكتِب‬
ْ ‫ص َها فَإ ِ ْن َكان‬ َ َ‫صالَةِ َع ْبدِى أ َت َ َّم َها أ َ ْم نَق‬
َ ‫ظ ُروا ِفى‬ ُ ‫َوه َُو أَ ْعلَ ُم ا ْن‬
‫ط ُّو ِع ِە‬َ َ ‫ضتَەُ ِم ْن ت‬ َ ‫ط ُّوع قَا َل أ َتِ ُّموا ِل َع ْبدِى فَ ِری‬َ َ ‫ط ُّوعٍ فَإ ِ ْن َكانَ َلەُ ت‬ َ َ‫ظ ُروا َه ْل ِل َع ْبدِى ِم ْن ت‬ُ ‫ش ْیئًا قَا َل ا ْن‬َ ‫ِم ْن َها‬
.» ‫ث ُ َّم تُؤْ َخذ ُ األ َ ْع َما ُل َعلَى ذَا ُك ْم‬
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari
kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-
Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku.
Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna,
maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam
shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah,
apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki
amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada
pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan
lainnya akan diperlakukan seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu
Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)

2. Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat


Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu
Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku

27
Ibid

22
berkata padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya
Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku
berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai
Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga
kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan
tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
ً‫َطیئَة‬ َّ ‫َللاُ بِ َها دَ َر َجةً َو َح‬
ِ ‫ط َع ْنكَ بِ َها خ‬ َّ َ‫سجْ دَة ً إِالَّ َرفَعَك‬ ُّ ‫َعلَیْكَ بِ َكثْ َرةِ ال‬
َ ِ‫س ُجو ِد ِ َّلِلِ فَإِنَّكَ الَ تَ ْس ُجد ُ ِ َّلِل‬
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada
Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah
melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan
dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’
dan bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab
sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah dorongan untuk
memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud
dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205). Cara memperbanyak sujud
bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat sunnah

3. Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga


Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami -radhiyallahu ‘anhu- dia berkata,
َ‫س ْل فَقُ ْلتُ أ َ ْسأَلُك‬
َ ‫سلَّ َم َفأَت َ ْیتُەُ ِب َوضُوئِ ِە َو َحا َجتِ ِە فَقَا َل ِلي‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ‫َللاُ َعلَ ْی ِە َو‬ َ ِ‫َللا‬َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ ُك ْنتُ أَ ِبیتُ َم َع َر‬.E
ُّ ‫ُم َرافَقَتَكَ ِفي ْال َجنَّ ِة قَا َل أ َ ْو َغی َْر ذَلِكَ قُ ْلتُ ه َُو ذَاكَ قَا َل فَأ َ ِع ِّني َعلَى نَ ْفسِكَ ِب َكثْ َر ِة ال‬
‫س ُجو ِد‬
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau
berkata kepadaku, “Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata, “Aku hanya
meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya
lagi, “Adakah permintaan yang lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.”
Maka beliau menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu

23
dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat).” (HR. Muslim
no. 489)

4. Shalat adalah sebaik-baik amalan


Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ِ ‫ظ َعلَى ْال ُوض‬
‫ُوء إِالَّ ُمؤْ ِمن‬ َّ ‫صوا َوا ْعلَ ُموا أ َ َّن َخی َْر أَ ْع َما ِل ُك ُم ال‬
ُ ِ‫صالَة ُ َوالَ یُ َحاف‬ ُ ْ‫ا ْست َ ِقی ُموا َولَ ْن تُح‬
“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah
dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling
utama adalah shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah
seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

5. Menggapai wali Allah yang terdepan


Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia
akan menjadi wali Allah yang istimewa. Lalu apa yang dimaksud wali
Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
)63( َ‫) الَّذِینَ آ َ َمنُوا َوكَانُوا َیتَّقُون‬62( َ‫َللاِ َال خ َْوف َعلَ ْی ِه ْم َو َال ُه ْم یَحْ زَ نُون‬
َّ ‫أ َ َال إِ َّن أ َ ْو ِلیَا َء‬
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-
orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
‫فَ ُك ُّل َم ْن َكانَ ُمؤْ ِمنًا ت َ ِقیًّا َكانَ ِ َّلِلِ َو ِلیًّا‬
“Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali Allah.”
(Majmu’ Al Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah orang yang
memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih dan surban. Namun
yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah
sendiri dalam surat Yunus di atas. “Syarat disebut wali Allah adalah
beriman dan bertakwa” (Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang

24
yang disebut wali malah orang yang tidak shalat dan gemar maksiat, maka
itu bukanlah wali. Kalau mau disebut wali, maka pantasnya dia disebut
wali setan.
Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: (1) As
Saabiquun Al Muqorrobun(wali Allah terdepan) dan (2) Al Abror Ash-
habul yamin(wali Allah pertengahan).
- As saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu
mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah di samping
melakukan yang wajib serta dia meninggalkan yang haram sekaligus
yang makruh.
- l Abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan
diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang
haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan tidak
menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.
Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
)4( ‫ض َر ًّجا‬ ُ ‫ت ْاأل َ ْر‬ ِ ‫) ِإذَا ُر َّج‬3( ‫ضة َرافِ َعة‬ َ ِ‫) خَاف‬2( ‫ْس ِل َو ْق َعتِ َها كَا ِذ َبة‬ َ ‫) لَی‬1( ُ‫ت ْال َواقِ َعة‬ ِ ‫ِإذَا َوقَ َع‬
ْ َ‫ص َحابُ ْال َم ْی َمنَ ِة َما أ‬
ُ‫ص َحاب‬ ْ ‫) فَكَان‬5( ‫ت ْال ِج َبا ُل َبسًّا‬
ْ َ ‫) فَأ‬7( ً‫) َو ُك ْنت ُ ْم أ َ ْز َوا ًجا ثَ َالثَة‬6( ‫َت َه َبا ًء ُم ْن َبثًّا‬ ِ ‫س‬َّ ُ‫َوب‬
َ‫) أُولَئِكَ ْال ُمقَ َّربُون‬10( َ‫) َوالسَّابِقُونَ السَّابِقُون‬9( ‫ص َحابُ ْال َم ْشأ َ َم ِة‬
ْ َ‫ص َحابُ ْال َم ْشأ َ َم ِة َما أ‬
ْ َ‫) َوأ‬8( ‫ْال َم ْی َمنَ ِة‬
)14( َ‫) َوقَ ِلیل ِمنَ ْاْلَ ِخ ِرین‬13( َ‫) ثُلَّة ِمنَ ْاأل َ َّولِین‬12( ‫ت النَّ ِع ِیم‬ ِ ‫) فِي َجنَّا‬11(
“Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang
kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan
meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-
luluhnya,maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga
golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-
orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan
kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari
orang-orang yang terdahulu,dan segolongan kecil dari orang-orang yang

25
kemudian.” (QS. Al Waqi’ah: 1-14) (Lihat Al furqon baina awliyair
rohman wa awliyaisy syaithon, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 51)

6. Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki


dan tangannya, serta doanya pun mustajab
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
‫ى ِم َّما‬َّ َ‫ش ْىءٍ أَ َحبَّ ِإل‬
َ ِ‫ى َع ْبدِى ب‬ َّ َ‫ب إِل‬
َ ‫ َو َما تَقَ َّر‬، ‫ب‬ ِ ‫َللاَ قَا َل َم ْن َعادَى ِلى َو ِلیًّا فَقَدْ آذَ ْنتُەُ بِ ْال َح ْر‬ َّ ‫ِِ َّن‬
‫س ْمعَەُ الَّذِى‬ َ ُ‫ فَإِذَا أَحْ بَ ْبتُەُ ُك ْنت‬، ُ‫ى بِالنَّ َوافِ ِل َحتَّى أ ُ ِحبَّە‬َّ َ‫ َو َما یَزَ ا ُل َع ْبدِى یَتَقَ َّربُ إِل‬، ‫ضتُ َعلَ ْی ِە‬ ْ ‫ا ْفت ََر‬
‫سأ َلَنِى‬
َ ‫ َو ِإ ْن‬، ‫ش بِ َها َو ِرجْ لَەُ الَّتِى یَ ْمشِى بِ َها‬ ُ ‫ َویَدَهُ الَّتِى یَ ْب‬، ‫ْص ُر بِ ِە‬
ُ ‫ط‬ ِ ‫ص َرهُ الَّذِى یُب‬
َ َ‫ َوب‬، ‫یَ ْس َم ُع بِ ِە‬
ُ‫ َولَئِ ِن ا ْستَ َعاذَنِى أل ُ ِعیذَ َّنە‬، ُ‫ْطیَنَّە‬
ِ ‫ألُع‬
Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka
Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-
Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa
mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku
mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi
petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi
petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi
petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi
petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon
sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon
perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506)
Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping
melakukan amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah
akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan
kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan
mustajabnya do’a (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin
bin Hamd Al Abad, hadits ke-38)

F. Nabi Muhammad Sebagai Suri Tauladan Dalam Melaksanakan Shalat


Sunnah

26
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam adalah sebaik-baik tauladan
bagi seluruh manusia. Keperibadian Baginda adalah yang paling baik di
antara Nabi-Nabi Allah yang lain.Hanya Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wasallam sahaja dalam catatan sejarah yang menjadi‘Uswatun
Hasanah’ (contoh tauladan) dalam segala macam aspek
kehidupan. Banyak pekara yang boleh dipelajari dan dicontohi daripada
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam;di antaranya melakukan shalat
sunnah secra rutin.

27
BAB IV
PEMIKIRAN PENULIS
A. Pemikiran Penulis
Kita sebagai umat muslim diwajibkan mendirikan shalat, karena shalat
itu merupakan tiang agama. Shalat itu merupakan penopang yang akan
menentukan berdiri atau tidaknya agama dalam diri masing-masing
umat muslim. Shalat merupakan kewajiban yang tidak dapat
ditinggalkan bagi umat muslim yang sudah mukallaf. Dalam syariat
islam shalat terbagi dalam dua macam yaitu yang pertama shalat wajib
yakni shalat yang diwajibkan bagi umat muslim baik laki-laki ataupun
perempuan untuk mendirikannya. Shalat sunnah pun dibagi menjadi
dua macam yakni shalat sunnah muakkad dan shalat sunnah ghairu
muakkad. Muakkad artinya dianjurkan, jadi shalat sunnah itu ada yang
dianjurkan untuk dilaksanakan setiap muslim, ada juga shalat sunnah
yang tidak dianjurkan untuk melaksanakannya, tapi sebagaimana
hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala dan apabila ditinggalkan
tidak apa-apa. Walaupun demikian kita sebagai umat muslim tentu
ingin meningkatkan amalan ibadah dan ketakwaan. Hal tersebut
merupakan rahmat dari Allah Swt kepada para hambanya karena Allah
mensyariatkan bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis agar orang
mukmin bertambah imannya dengan melakukan perkara yang sunnah,
dan menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat, karena kewajiban-
kewajiban mungkin yang kurang.
Dalam sebuah hadist riwayat Abu Daud disebutkan bahwa shalat
sunnah sengaja disyariatkan untuk menambal kekurangan yang
mungkin terdapat pada shalat-shalat fardhu, maka perlu
disempurnakan dengan shalat sunnah.28 Selain itu juga karena shalat
sunnah mengandung keutamaan untuk fisik maupun rohani kita.

28
Isnatin Ulfah, Fiqh Ibadah, ( Ponorogo: STAIN po press, 2016), 96

28
Dengan demikian banyak kita mengerjakan shalat sunnah tanpa
melihat itu dianjurkan atau tidaknya akan menambah amalan kita
dihadapan Allah Swt.
Sholat merupakan kewajiban yang tidak dapat di tinggalkan bagi umat
muslim yang sudah mukalaf. Dalam syariat Islam sholat itu terbagi
kepada dua macam, yaitu sholat fardhu dan sholat sunnah. Sengaja
disayriatkan sholat sunnah ialah untuk menambal kekurangan yang
mungkin terdapat pada sholat-sholat fardhu, maka perlu
disempurnakan dengan sholat sunnah. Selain itu juga karena sholat itu
mengandung keutamaan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah lain.
Banyak sekali macam-macam sholat sunnah yang disaryiatkan.

29
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Diantara banyak macam-macam shalat sunnah yang pernah
dilakukan oleh Rasulullah saw. Ada shalat-shalat sunnah yang tergolong
pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan, ada pula yang dilakukan
secara berjamaah ataupun tidak berjamaah atau munfarid. Namun tetap
dilaksanakan Rasulullah saw. Sebagai tauladan bagi umat islam di seluruh
dunia. Dari semua shalat sunnah pada intinya adalah shalat sunnah itu
dilakukan untuk menambah atau menutupi kekurangan-kekurangan ibadah
wajib.

30
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, A. Zainuddin. Tt. Fiqih Ibadah. Kediri: Lembaga Ta’lif Wannasyr


Ponpes Al-Falah.
Ibnu Hajar Al-Asqalani. 2013. Terjemahan Bulughul Maram. Jogjakarta: Hikam
Pustaka.
Ma’shum. Tt. Tuntunan Shalat Lengkap dan Do’a-Do’a. tk: Bintang Pelajar.
Rifa’i, Mohammad. Tt. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Karya
Toha Putra.
Sabiq, sayyid. Tt. Fiqih Sunnah. Jakarta: PT. Al-Ma’arif.
Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani. 2013. Ringkasan Riyadhus Shalihin Imam
An-Nawawi. Kuala Lumpur: Telaga Biru SDN. BHD.
Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi.2004. Fiqih
Empat Madzab. Bandung: Hasyimi Press.
Teungku Muhammad Hasby Ash-Shiddiqiey. 2003. Mutiara Hadist 3 Shalat.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Ulfah, Isnatin. 2016. Fiqh Ibadah. Ponorogo: STAIN po press.

31
\

32

Anda mungkin juga menyukai