Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“PABRIK LINIER ALKYL BENZEN SULFONAT (LAS)”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Proses Industri Kimia II
yang diampuh oleh :
Shinta Amelia, S.T., M. Eng

DISUSUN OLEH :
Mahesa Dicki Saputra 1700020008
Rindang Septiani Muflikhah 1700020010
Ridho Mahendra 1700020029
Etiana Lus Maeri 1700020032
Nabila Fauzi 1700020058

TEKNIK KIMIA KELAS A

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pabrik Linier Alkyl Benzen
Sulfonat (LAS)” guna memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri Kimia II,
sekaligus untuk menambah pengetahuan tentang proses sulfonasi.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi, khususnya dosen pengampu mata kuliah Proses Industri Kimia II,
Ibu Shinta Amelia, S.T.,M. Eng yang telah membimbing kami sehingga makalah
ini selesai tepat pada waktunya.
Harapan kami agar makalah ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan
pembaca tentang “Proses Sulfonasi”. Tetapi kami menyadari bahwa kami
hanyalah manusia biasa dan masih dalam proses pembelajaran jadi kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar makalah yang kami buat
manjadi lebih sempurna lagi.

Yogyakarta,17 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul…………………………………………………………………...i
Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar Isi…………………………………………………………………….……iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………....1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………....2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LAS………….. ……………………………………………………….. 4
2.2 Spesifikasi Bahan Baku…………………………………………………6
2.3 Asam Sulfat……………………………………………………………..7
2.4 NaOH………………………………………………………………...…7
2.5 Air……………………………………………………………………....8
2.6 Reaksi Sulfonasi………………………………………………………...9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Proses Pembuatan LAS………………………………………………….12
3.2 Spesifikasi Alat………………………………………………………….14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………24
4.2 Saran……………………………………………………………………..24

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 25
LAMPIRAN………………………………………………………...…………..26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dan merupakan
negara yang sangat kaya akan sumber daya alam dan manusia, di
Indonesia kini tengah melakukan pembangunan di segala sektor termasuk
sektor industri. Salah satu industri yang mempunyai peranan penting
adalah industri kimia. Hal ini didukung oleh sumber daya alam dan
manusia yang sangat berlimpah di Indonesia.
Perkembangan industri khususnya industri petrokimia di Indonesia
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan industri untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri serta mengurangi import akan linear
alkilbenzena sulfonat, pertumbuhan industri ini juga akan menyerap
banyak tenaga kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Perkembangan sektor industri juga ditujukan untuk memperkokoh struktur
ekonomi nasional, salah satu contoh produk petrokimia yang sangat
populer di indonesia maupun dunia adalah detergent. Detergent adalah
surfaktan yang sangat luas penggunaannya, detergent banyak digunakan
baik keperluan rumah tangga maupun keperluan industri, untuk
memproduksi detergen surfaktan yang paling banyak digunakan adalah
surfaktan tipe anionik dalam bentuk sulfonat (SO3), berdasarkan rumus
kimianya detergen golongan sulfonat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
jenis rantai bercabang seperti. Alkyl benzene sulfonate (ABS) dan jenis
rantai lurus Linear Alkylbenzene sulfonate (LAS). Linear alkilbenzena
sulfonat adalah salah satu surfaktan anionik yang berwujud cair. Linear
alkilbenzena sulfonat adalah salah satu produk intermediet yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan detergen, Saat ini kebutuhan akan linear
alkilbenzena sulfonat semakin meningkat, baik untuk bahan baku pada
industri detergen maupun sebagai bahan untuk menurunkan tegangan
muka atau tegangan antar muka pada industri. Selama kurang lebih 40
tahun produksi detergen banyak menggunakan alkilbenzena sulfonat

1
(ABS) sebagai bahan baku utama, volume total surfaktan anionik sintetik.
Linear alkilbenzen sulfonat (LABS) digunakan secara luas menggantikan
branch alkilbenzena sulfonat (ABS) dalam jumlah besar yang ada di dunia
karena linear alkilbenzen sulfonat merupakan bahan detergen yang lebih
biodegradabilitas dibandingkan branch alkilbenzen sulfonat. (Board,
2004)

Dari beberapa perimbangan diatas diharapkan dapat memenuhi kebutuhan


dalam negeri dengan berdirinya pabrik-pabrik LABS dapat menambah
lapangan pekerjaan untuk masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan LAS dan apa saja spesifikasi dari LABS?
2. Apa yang dimaksud dengan ABS dan oleum ? serta apa saja
spesifikasi dari ABS dan oleum ?
3. Bagaimana proses pembuatan LAS dari ABS dan oleum ?
4. Bagaimana rangkaian alat yang digunakan ? serta apa saja prisip kerja,
fungsi, dan Kondisi operasi alat tersebut ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan LAS serta spesifikasi dari
LAS.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dari ABS dan Oleum serta
spesifikasi dari keduanya.
3. Untuk mengetahui proses pembuatan LAS dengan bahan baku ABS
dan Oleum.

2
4. Untuk mengetahui Rangakaian alat serta prinsip kerja dari masing-
masing alat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Linear Alkylbenzene Sulfonate
Linear Alkylbenzene Sulfonate atau C12H25C6H4-SO3Na adalah
senyawa yang dihasilkan oleh reaksi antara Linear Alkylbenzene
(C12H25C6H5) dan Oleum (H2SO4.SO3) di dalam reaktor. Alkylbenzene
merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkylbenzene
sulfonate yang disebut juga dengan nama acid slurry. Acid slurry
merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen sintetik
dan deterjen cair. Linear Alkylbenzene sulfonte (LABS) juga digunakan
sebagai bahan untuk menurunkan tegangan muka pada industri.
Alkylbenzene disulfonasi menggunakan asam sulfat, Oleum atau SO3(g).
Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses yang
berbeda pada bahan yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas.
Bahan baku utama untuk membuat acid slurry adalah dodecyl benzene,
linear alkyl benzene. Nama Kimia Acid Slurry adalah D.D.B.S.-Dodecyl
Benzene Sulphonate dan L.A.B.S-Linear Alkyl Benzene Sulphonate (NIIR
Board, 2004).

Gambar 1. Linear Alkylbenzene sulfonate


Spesifikasi produk Linear Alkylbenzene Sulfonat (LABS) dikutip dari De
Groot tahun 1991, sebagai berikut:
Jenis : cair

Specific Heat Capacity: 1,6 kJ/kgoC

Densitas : -1050 kg/m3 pada 30o

4
-1045 kg/m3 pada 40oC

-1040 kg/m3 pada 50oC

Viskositas : 0,13 W/m oC

Konduktivitas panas : 0,169 kJ/kgoC

a. Kegunaan Linear Alkylbenzene sulfonate (LABS)


Di dalam industri sebagai bahan aktif pembuatan detergen, handsoap,
dan sabun cuci piring. Selain itu, LABS juga dipergunakan sebagai
bahan untuk menurunkan tegangan muka atau tegangan antar muka
pada industri.
b. Identifikasi bahaya
- Tinjauan Darurat: Tidak mudah terbakar, tidak mudah terbakar, tidak
beracun, tidak korosif. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan yang
berarti. Dapat mengiritasi mata dan kulit. Cuci area kontak dengan
air.
- Organ Target : mata, kulit.
- Kontak Mata: Dapat menyebabkan iritasi, kemerahan,nyeri,dan
robek.
- Penghirupan: Dapat menyebabkan iritasi.
- Kontak Kulit: Dapat menyebabkan iritasi ringan
- Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi tenggorokan, muntah dan diare.
- Efek kronis / Karsinogenisitas: Tidak ada
c. Penanganan
- Kontak Mata: Bilas dengan air dalam jumlah besar setidaknya
selama 15 menit. Panggil dokter jika iritasi berkembang.
- Penghirupan: Pindahkan ke udara segar. Berikan pernafasan buatan
jika perlu. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.
- Kontak dengan Kulit: Siram dengan banyak air selama minimal 15
menit. Panggil dokter jika iritasi berkembang

5
- Tertelan: Encerkan dengan air atau susu. Jangan dimuntahkan.
Hubungi dokter jika perlu

2.2 Spesifikasi Bahan Baku utama ( Alylbenzene dan Oleum )


Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan prduk Linear Alkylbenzebe
Sulfonate (LABS) adalah Alkylbenzene dan Oleum (H2SO4.SO3) 20%.
Adapun spesifikasi dari Alkylbenze (C6H5.C12H25) menurut Kirk and
Othmer tahun 1981, sebagai berikut:
Bentuk : cair
Kapasitas panas : 750,6 kkal/kmoloC
Densitas : 855,065 kg/m3
Titik didih : 327,61oC
Titik leleh : 2,78 oC
Viskositas : 12 Cp
Sifat kimia : -tidak larut dalam air (20 oC)

-mudah terbakar dan beracun

Sedangkan untuk spesifikasi Oleum 20% sebagai bahan baku menurut


Kirk and Othmer tahun 1981:

Bentuk : cair

Warna : tidak berwarna

Viskositas : 8,7 cp

Densitas :1930 kg/m3

Titik didih :138 oC

Titik leleh : 21 oC

Sifat kimia : -Oleum bersifat menarik air dan mudah larut dalam
air

6
-Oleum sangat korosif dan mudah meledak

-bahan pengoksidasi yang kuat

2.3 Asam Sulfat (H2SO4)


Asam sulfat adalah suatu padatan, cairan yang tidak berwarna pada
temperatur kamar. Asam sulfat merupakan senyawa kimia yang sangat
aktif dan secara luas yang digunakan dalam jumlah yang besar. Asam
anorganik yang kuat ini juga tidak mahal untuk diproduksi.
Spesifikasi Asam Sulfat :
Keadaan fisik dan penampilan : Cairan. (Cairan berminyak tebal.)
Bau : berbau, namun memiliki bau
tersedak ketika panas.
Rasa : rasa asam
Berat Molekul : 98,08 g / mol
Warna : tak berwarna.
pH (1% soln / air) :Asam.
Titik Didih : 270 ° C (518 ° F) - 340 deg. C
terurai pada 340 deg. C
Melting Point : -35 ° C (-31 ° F) menjadi 10,36 deg.
C (93% sampai 100% kemurnian)
Spesifik Gravity : 1,84 (Air = 1)
Densitas Uap : 3.4 (Air = 1)
Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air.
kelarutan : Mudah larut dalam air dingin.
Sulfat larut dalam air dengan
pembebasan banyak panas. Larut
dalam etil alkohol.
2.4 Sifat – sifat Natrium Hidroksida (NaOH)
Sifat Fisika NaOH :
Rumus Molekul: NaOH
Berat Molekul: 40 gr/mol

7
Titik Didih: 1390 OC
Titik Leleh: 323 OC
Temperatur Kritis: 2546,85 OC
Tekanan Kritis: 249,998 atm
Kapasitas Panas: -36,56 Kkal/kg.OC
Densitas: 1090,41 kg/m3
Panas Pembentukan: -47,234 Kkal/kmol
Wujud: Padat, Kristal higroskopis
Warna: Putih
Sifat Kimia Natrium Hidroksida :
NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat
dapat mengabsorbsi uap air dan CO2 dari udara, kristal NaOH berserat
membentuk anyaman. NaOH mudah larut dalam air, jika kontak dengan
udara akan mencair dan jika dibakar akan meleleh. (Sumber : Perry, 1984:
Kirk & Othmer, 1981)
2.5 Sifat – sifat Air
Sifat fisika Air :
Rumus Molekul: H2O
Berat Molekul: 18 gr/mol
Titik Didih: 100 OC
Titik Beku: 0 OC
Densitas: 0,998 kg/m3
Wujud: Cair
Viscositas: 23,87 Cp
Panas Ionisasi: 55,71 kJ/mol
panas Diffusi: 6,00 kJ/mol
Konstanta Dielektrik: 77,94
Panas Spesifik: 4,179 J/Goc
Konstanta disosiasi: 10-4
Tegangan Permukaan: 71,79 Dyne/cm

8
Sifat Kimia Air :
a. Bersifat polar dan merupakan elektrolit lemah
b. Pelarut yang baik bagi senyawa organic
c. Merupakan senyawa polar karena memiliki pasangan elektron polar
(Sumber : Perry, 1984)

2.6 Proses Sulfonasi


Pada dasarnya, sulfonasi adalah proses yang menyebabkan gugus -
SO3H menjadi terikat pd atom karbon dalam senyawa karbon. ataupun
ion, termasuk reaksi-reaksi yang melibatkan gugus sulfonil halida ataupun
garam-garam yang berasal dari gugus asam sulfonat, misalnya
penggabungan –SO2Cl ke dalam senyawa organik. Istilah sulfonasi
terutama digunakan untuk menyatakan reaksi-reaksi yang menggunakan
pereaksi sulfonasi yang umum seperti asam sulfat pekat, oleum, dan
pereaksi lainnya yang mengandung sulfur trioksida.
Sulfonasi senyawa aromatik merupakan salah satu tipe jenis
sulfonasi yang paling penting. Sulfonasi tersebut dapat dilakukan dengan
mereaksikan senyawa aromatik dengan asam sulfat. Dalam percobaan
sulfonasi ini, senyawa aromatik yang digunakan adalah anilin, dan
percobaan dilakukan dengan mereaksikan anilin dengan asam sulfat pekat
(oleum) pada suhu 1800C-1950C, dan menghasilkan produk utama berupa
asam sulfanilat dan air (sebagai produk sampingannya).
Jenis-jenis zat pensulfonasi antara lain :
1. Persenyawaan SO3, termasuk didalamnya :- SO3 - H2SO4 – oleum
2. Persenyawaan SO2.
3. Senyawa sulfoalkilasi.
Sedangkan, zat-zat yang disulfonasi antara lain: zat alifatik
misalnya hidrokarbon jenuh, oleofin, alkohol, selulosa, senyawa aromatis,
naphtalena, antraquinone dan lain sebagainya. Zat pensulfonasi yang
paling efisien adalah SO3 karena hanya melibatkan satu reaksi adisi secara
langsung, contohnya: RH + SO3 RSO3H dan ROH + SO3 ROSO3H .

9
SO3 yang banyak digunakan adalah SO3 dalam bentuk hidrat (oleum atau
asam sulfat pekat) karena dengan SO3 hidrat, air akan bertindak murni
sebagai pelarut.
Sulfonasi senyawa aromatik merupakan salah satu jenis sulfonasi
yang paling penting. Sulfonasi tersebut dapat dilakukan dengan
mereaksikan senyawa aromatik dengan asam sulfat. Asam sulfat yang
digunakan umumnya mengandung sulfur trioksida (oleum). Sama halnya
dengan nitrasi dan halogenasi, sulfonasi senyawa aromatik adalah reaksi
substitusi elektrofilik, tetapi merupakan reaksi yang dapat balik
(reversibel).
Untuk proses sulfonasi senyawa aromatik yang lebih kompleks,
temperatur dapat memberikan pengaruh, bukan hanya terhadap laju reaksi,
tetapi juga terhadap sifat dari produk yang dihasilkan. Sebagai contoh,
perubahan temperatur dalam sulfonasi naftalena menyebabkan perubahan
komposisi produk asam monosulfonat dari sekitar 95% alpha isomer pada
temperatur kamar menjadi 100% beta isomer pada 2000C.
Pembuatan Linear Alkylbenzene Sulfonate yaitu dengan proses
sulfonasi. Proses sulfonasi adalah reaksi kimia yang melibatkan
penggabungan gugus fungsi asam sulfonat (-SO3H) ke dalam suatu
molekul atau ion. Proses sulfonasi sendiri terdapat tiga cara yaitu reaksi
sulfonasi dengan H2SO4, reaksi sulfonasi dengan gas SO3, dan reaksi
sulfonasi dengan Oleum 20%.
Reaksi sulfonasi dengan H2SO4 berjalan secara batch maupun
kontinyu dan tidak menggunakan katalis. Bahan aku Alkylbenzene
direaksikan langsung dengan H2SO4 100% dengan perbandingan mol
H2SO4 dan Alkylbenzene 1,6:1,8 (Kirk and Othmer, 1998). Produk hasil
sulfonasi direaksikan dengan NaOH dengan kadar 20—50% (Peters and
Timmerhaus, 1991) dan didapatkan hasil akhir Linear Alkylbenzene
Sulfonate. Rwaksi ini tidak banyak digunakan karena menghasilkan air
sehingga produknya berupa larutan encer dan berbuih, keberadaan air yang

10
sangat banyak menyebabkan reaksi bergeser ke kiri dan kecepatan
reaksinya lambat (Kadirun, 2010).
Reaksi dengan gas SO3 dalam pembuatan Linear Alkylbenzene
Sulfonate terdiri dari empat tahap yaitu proses pengeringan udara, prduksi
SO2, konversi gas SO2 menjadi SO3, dan proses sulfonasi. Reaksi sulfonasi
berlangsung dalam satu reaktor gelumbung, suhu reaksi 50oC dan tekanan
1,5 atm (Kirk and Othmer, 1998).
Pembuatan Linear Alkylbenzene Sulfonate pada proses sulfonasi
reaksi dengan Oleum 20% terjadi pada reaktor alir tangki berpengaduk
dengan suhu reaksi 38—60oC dan tekanan 1 atm. Perbandingan mol
Alkylbenzene dan Oleum 20% adalah 1 ;1,25 (Peters and Timmerhaus,
1991). Keunggulan dari proses ini adalah penanganan mudah, biaya
produksi relative lebih murah, warna produk terang dan dihasilkan hasil
samping H2SO4 yang masih dapat dijual di pasaran (Kirk and Othmer,
1983). Sulfonasi dengan Oleum bias dijalankan dengan proses batch atau
kontinyu. Kerugian dari proses ini yaitu memerlukan aliran pembuangan
sisa asam dan juga memberikan masalah potensial korosi yang disebabkan
oleh asam sulfat. Proses ini biasanya menghasilkan 90% ABS, 6—10%
asam sulfat, dan 0,5-1% minyak yang tidak mengalami sulfonasi (Kent
and Riegels, 2007).

11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Proses PembuatanLinear Alkylbenzene sulfonate

Gambar 2. Diagram alir pembuatan Linear Alkylbenzene Sulfonate

Pabrik Linear Alkylbenzene Sulfonate diproduksi dengan kapasitas 32.000


ton/tahun dari bahan baku Alkylbenzene dan Oleum 20 % yang beroperasi
selama 24 jam perhari dalam 330 hari selama setahun. Secara garis besar
pabrik ini terdiri dari 5 proses yaitu:

1. Penyiapan Bahan Baku


Bahan baku proses pembuatan Linear Alkylbenzene sulfonate
adalah Alkylbenzene dan Oleum 20%. Alkylbenzene disimpan dalam
tangki penyimpanan (T-01), sedangkan Oleum 20% disimpan dalam
tangki penyimpanan (T-02) dengan kondisi operasi suhu 30 oC serta
tekanan 1 atm. Kedua bahan dipompa menuju heat exchanger (HE-01
o
dan HE-02) untuk dinaikan suhunya hingga 55 C dengan
menggunakan pompa (P-01) dan (P-02). Kemudian Alkylbenzene dan
Oleum 20% dialirkan menuju reaktor (R-01) dan (R-02) dengan
perbandingan antara Alkylbenzene dan Oleum 20% sebesar 1 : 1,25
pada suhu 55 oC serta tekanan 1 atm
2. Proses Sulfonasi

12
Reaktor yang digunakan pada proses pembuatan Linear alkylbenze
sulfonate adalah Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) yang
bekerja pada kondisi isotermal pada suhu 55 oC dan tekanan 1 atm.
Konversi reaksi dalam reactor mencapai 96%. Reaksi yang terjadi
antara Alkylbenzene dangan Oleum 20% bersifat eksotermis dan tidak
dapat balik (irreversible), sehingga suhu dalam reaksi harus
dipertahankan untuk menghindari terjadinya reaksi samping. Untuk
menjaga suhu reaksi, maka reaktor (R-01) dan (R-02) dilengkapi
dengan koil pendingin. Produk keluar dari reaktor (R-01) diumpankan
melalui pompa (P-03) ke Reaktor (R-02) dan kemudian hasil keluaran
reaktor pada suhu 55 oC diumpankan melalui pompa (P-04) menuju
Decanter (D-01) untuk proses pemisahan.
3. Proses Pemisahan
Hasil dari reaktor (R-01) berupaLinear Alkylbenzene sulfonate
yang masih mengandung asam. Asam sulfat (H2SO4) yang terkandung
dalam produk dipisahkan untuk dijadikan sebagai produk samping
dengan kemurnian 98%. Pemisahan asam sulfat (H2SO4 98%) dari
produk terjadi didalam decanter (D-01) dengan memanfaatkan beda
densitas pada masing-masing produk, produk yang memiliki densitas
lebih besar akan menjadi fase berat dan produk yang memiliki densitas
lebih kecil akan menjadi fase ringan. Asam sulfat (H2SO4 98%)
terpisah melalui bagian bawah Decanter (D-01) sebagai fase berat
yang kemudian dipompa (P-06) menuju tangki penyimpanan (T-04)
sebagai produk samping. Sedangkan Linear Alkylbenzene sulfonate
dengan sisa asam sulfat keluar melalui bagian atas decanter (D-01)
sebagai fase ringan yang kemudian dialirkan melalui pompa (P-05)
menuju neutralizer (N-01) untuk dinetralkan kandungan asamnya.
4. Proses Netralisasi
Asam Linear Alkylbenzene sulfonate kemudian dinetralkan
menggunakan NaOH 48% dalam netralizer(N-01) dan reaksi
netralisasi ini berlangsung pada suhu 30oC. Sebelum masuk kedalam

13
neutralizer (N-01), asamLinear Alkylbenzene sulfonate terlebih dahulu
di alirkan menuju cooler (CL-02) untuk menurunkan suhunya dari
55oC menjadi 30oC. Netralizer (N-01) tidak menggunakan coil
pendingin karena panas yang dihasilkan dari reaksi dimanfaatkan
untuk proses pemekatan didalam evaporator (E-01).
5. Proses Pemekatan Produk
Setelah reaksi netralisasi, produk Linear Alkylbenzene sulfonate
dipompa (P-08) menuju evaporator (EV-01) untuk dipekatkan. Linear
Alkylbenzene sulfonate dipekatkan dalam evaporator (EV-01) dari
kemurnian 79% menjadi 90% dengan menguapkan air sebanyak 507
kg/jam dan decylbenzenese banyak 19 kg/jam pada suhu 292oC.
Kemudian Linear Alkylbenzene sulfonate yang keluar evaporator (E-
01) dipompa (P-09) menuju tangki penyimpanan (T-05) dengan suhu
penyimpanan 30oC. Sebelum masuk tangki penyimpanan, produk
terlebih dahulu dilewatkan kedalam cooler (CL-03) untuk menurunkan
suhunya dari 292 oC menjadi 30oC.

Ada dua reaksi yang terjadi selama proses, yaitu:


a. Reaksi sulfonasi
C6H5C12H25 + H2SO4C12H25C6H4SO3H + H2O
b. Reaksi netralisasi
C12H25C6H4SO3H+ NaOH C12H25C6H4SO3Na + H2O

3.2 Prinsip Kerja Alat, Fungsi Alat dan Kondisi Operasi


1. Tangki Penyimpanan Bahan Baku Alkylbenzene (T-01)

Gambar 3. Tangki Penyimpanan Bahan Baku

14
a) Fungsi : Menyimpan alkylenzene
b) Jenis : Cylindrical Vertical Tank, Flat Bottom, Torispherical
Flanged Dished Head
c) Kodisi Operasi:
Tekanan : 1 atm
Suhu : 30oC
2. Tangki Penyimpanan Bahan Baku Oleum 20% (T-02)
a) Fungsi : Menyimpan bahan baku Oleum 20%
b) Jenis : Cylindrical Vertical Tank, Flat Bottom, Torispherical
Flanged Dished Head
c) Kodisi Operasi:
Tekanan : 1 atm
Suhu : 30oC
3. Tangki Penyimpanan Bahan Baku NaOH 48% (T-03)
a) Fungsi : Menyimpan bahan baku NaOH48%

b) Jenis : Cylindrical Vertical Tank, Flat Bottom, Torispherical


Flanged Dished Head
c) Kodisi Operasi:
Tekanan : 1 atm
Suhu : 30oC
4. Tangki Penyimpanan Produk H2SO4 (T-04)
a) Fungsi : Menyimpan H2SO4
b) Jenis :Cylindrical Vertical Tank, Flat Bottom, Torispherical
Flanged Dished Head
c) Kodisi Operasi:
Tekanan : 1 atm
Suhu : 30oC
5. Tangki Penyimpanan Produk Linear alkylenzene sulfonate (T-05)
a) Fungsi : Menyimpan produk Linear alkylenzene sulfonate (LABS)

15
b) Jenis : Cylindrical Vertical Tank, Flat Bottom, Torispherical
Flanged Dished Head
c) Kodisi Operasi:
Tekanan : 1 atm
Suhu : 30oC
6. Heat Exchanger (HE-01)

Gambar 4. Double Pipe Heat Exchanger


a) Prinsip Kerja :Dalam jenis penukar panas dapat digunakan
berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan
cairan panas atau dingin cairan yang terkandung
dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa.
Dalam Fluida mengalir dalam dua bagian yaitu
fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan
fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara
pipa luar dengan pipa dalam.
b) Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
c) Fungsi : Memanaskan bahan baku alkylenzene dari suhu 30
°C kesuhu 50°C menuju reactor (R-01)
d) Kodisi Operasi :
Fluida Dingin
- t in : 30 °C
- t out : 55 °C
Fluida Panas
- T in : 200 °C
- Tout : 200 °C

16
7. Heat Exchanger (HE-02)
a) Prinsip Kerja : Dalam jenis penukar panas dapat digunakan
berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan
cairan panas atau dingin cairan yang terkandung
dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa.
Dalam Fluida mengalir dalam dua bagian yaitu
fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan
fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara
pipa luar dengan pipa dalam.

b) Jenis : Double Pipe Heat Exchanger


c) Fungsi : Memanaskan bahan baku Oleum 20% dari suhu
30°C ke suhu 50°C menuju reactor (R-01)
d) Kodisi Operasi:
Fluida Dingin
- t in : 30 °C
- t out : 55 °C
Fluida Panas
- T in : 200 °C
- Tout : 200 °C
8. Cooler (CL-01)
a) Prinsip kerja : Perpindahan kalor yang terjadi pada cooler
berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada dua penyebab terjadinya
perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan
parsial antara air dan udara.
b) Fungsi : Menurunkan suhu H2SO4 dari suhu 55°Ckesuhu 31°C
Menuju tangki penyimpanan(T-04)
c) Jenis : Double Pipe
d) Kodisi Operasi:

Fluida Panas
- t in : 55 °C

17
- t out : 31 °C
Fluida Dingin
- T in : 30 °C
- Tout : 45 °C

9. Cooler (CL-02)
a) Fungsi : Menurunkan suhu Linear Alkylbenzene sulfonate dari
suhu 55°C ke suhu 30°C menuju netralizer (N-01)
b) Jenis : Shell and tube
c) Kodisi Operasi:
Fluida Panas
- t in : 55 °C
- t out : 31 °C
Fluida Dingin
- T in : 30 °C
- Tout : 45 °C
10. Cooler (CL-03)
a) Fungsi : Menurunkan suhu Linear Alkylbenzene sulfonate dari
Suhu 292,42°C kesuhu 31°C menuju tangki penyimpanan
(T-05)
b) Jenis : Shell and Tube
c) Kodisi Operasi:
Fluida Panas
- t in : 292,42°C
- t out : 31 °C
Fluida Dingin
- T in : 30 °C
- Tout : 45 °C
11. Reaktor (R-01)
a) Jenis : Reaktor alir tangki Berpengaduk (RATB)

18
b) Prinsip Kerja : RATB adalah reaktor kontinyu yang berupa tangki
berpengaduk, pola aliran adalah mixed flow,
sehingga bisa diasumsikan konsentrasi, konversi,
dan suhu di semua titik dalam reaktor adalah
homogen.
c) Fungsi : Mereaksikan Alkylbenzene dengan Oleum 20%
menjadi Asam Linear Alkylbenzene Sulfonate
d) KodisiOperasi
Tekanan : 1 atm
Waktu tinggal : 60 menit
Temperature : 55 °C
12. Reaktor (R-02)
a) Jenis : Reaktor alir tangki Berpengaduk (RATB)
b) Prinsip Kerja : RATB adalah reaktor kontinyu yang berupa tangki
berpengaduk, pola aliran adalah mixed flow,
sehingga bisa diasumsikan konsentrasi, konversi,
dan suhu di semua titik dalam reaktor adalah
homogen.
c) Fungsi : Mereaksikan Alkylbenzene dengan Oleum 20%
menjadi Asam Linear Alkylbenzene Sulfonate
d) Kodisi Operasi:
Tekanan : 1 atm
Waktu tinggal : 60 menit
Temperature : 55 °C
13. Decanter (D-01)

Gambar 5. Decanter

19
a) Fungsi : Untuk memisahkan H2SO4 dari produk
b) Prinsip kerja : cairan atau suspensi dimasukkan dalam decanter yang
biasanya berbentuk silinder dari bagian porosnya, lalu decanter
diputar dengan kecepatan tertentu tergantung bahan yang akan
dipisahkan.
Dengan putaran tersebut akan menciptakan gaya sentrifugal pada
cairan atau suspensi tsb, dan makin besar massa zat, maka akan makin
besar pula gaya sentrifugal yang diderita, sehingga zat yang yang
berat jenisnya lebih besar akan terdesak ke arah dinding decanter
dimana terdapat outlet untuk mengeluarkan zat tsb. Dan zat dengan
berat jenis yang lebih kecil akan tertahan di bagian poros yang di situ
juga dibuatkan outlet untuk mengeluarkan zat yang lebih ringan
tersebut.
c) Jenis : Vertical, Centrifugal decanter, torispherical dished head
d) Kodisi Operasi:
Tekanan : 1 atm
Waktu tinggal : 5 menit
Temperature : 55 °C
14. Netralizer(N-01)
a) Jenis : Reaktor alir tangki Berpengaduk (RATB)
b) Fungsi : Untuk menetralkan Linear Alkylbenzene Sulfonate dengan
NaOH 48%
c) Kodisi Operasi:
Tekanan : 1 atm
Waktu tinggal : 20 menit
Temperature : 30°C

20
15. Evaporator (E-01)

Gambar 6. Long Tube Vertical Evaporator


a) Jenis : Long Tube Vertical Evaporator
b) PrinsipKerja : Prinsip kerja pemekatan larutan dengan evaporasi
didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar antara zat-zat
yang yang terlarut dengan pelarutnya
c) Fungsi : Memekatkan Linear Alkylbenzene Sulfonate dari
kemurnian 79% menjadi 90%
d) Kodisi Operasi:
Temperature : 156°C
16. Pompa (P-01)

Gambar 7. Centrifugal pump single stage


a) PrinsipKerja : Pompa sentrifugal sendiri memiliki prinsip kerja yang
mengubah energy kinetis yang berawal dari kecepatan aliran sebuah
fluida menjadi energy potensial atau energy dinamis. Fluida tersebut
mengalir melalui impeller yang berputar di dalam casing pompa. Sifat
dari hidrolis pompa ini adalah memindahkan energy yang terdapat

21
pada daun (baling-baling) pompa dengan memakai dasar pengubahan
arah aliran atau yang juga disebut dengan fluid diynamics. Kapasitas
yang dihasilkan oleh pompa sentrifugal selalu sebanding dengan
putaran
b) Jenis : Centrifugal pump single stage
c) Fungsi : Mengalirkan umpan Alkylbenzene dari tangki
penyimpanan (T-01) keReaktor (R-01)
d) Kodisi Operasi: -
17. Pompa (P-02)
a) Jenis : Centrifugal pump single stage
b) Fungsi : Mengalirkan umpan Oleum 20% dari tangki penyimpanan
(T-02) ke Reaktor (R-01)
c) Kodisi Operasi: -
18. Pompa (P-03)
a) Jenis : Centrifugal pump single stage
b) Fungsi : Mengalirkan asam Linear Alkylbenzene sulfonat dari
Reaktor (R-01) masuk ke Reaktor (R-02)
c) Kodisi Operasi: -
19. Pompa (P-04)
a) Jenis : Centrifugal pump single stage
b) Fungsi : MengalirkanasamLinear Alkylbenzenesulfonatdari
Reaktor (R-02) masukke Decanter (D-01)
c) Kodisi Operasi: -
20. Pompa (P-05)
a) Jenis : Centrifugal pump single stage
b) Fungsi : Mengalirkan produk H2SO4 dari Decanter (D-01) ke
Cooler (CL-01)
c) Kodisi Operasi: -
21. Pompa (P-06)
a) Jenis : Centrifugal pump single stage
b) Fungsi : Mengalirkan asam Linear Alkylbenzene sulfonate dari

22
Decanter (D-01) ke Netralizer (N-01)
c) Kodisi Operasi: -
22. Pompa (P-07)
a) Jenis : Centrifugal pump single stage
b) Fungsi : Mengalirkan umpan NaOH dari Tangki Penyimpanan
(T-03) ke Netralizer (N-01)
c) Kodisi Operasi: -
23. Pompa (P-08)
a) Jenis : Centrifugal pump single stage
b) Fungsi : Mengalirkan produk Linear Alkylbenzene sulfonate dari
Netralizer (N-01) ke Evaporator (EV-01)
c) Kodisi Operasi: -
24. Pompa (P-09)
a) Jenis : Centrifugal pump single stage
b) Fungsi : MengalirkanprodukLinear Alkylbenzene Sulfonatedari
Evaporator (EV-01) kedalamtangkipenyimpanan (T-05)
c) Kodisi Operasi: -

23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Sulfonasi adalah reaksi kimia yang melibatkan penggabungan
gugus asam sulfonat, -SO3H, ke dalam suatu molekul ataupun ion,
termasuk reaksi-reaksi yang melibatkan gugus sulfonil halida
ataupun garam-garam yang berasal dari gugus asam sulfonat,
misalnya penggabungan –SO2Cl ke dalam senyawa organik.
2. Proses sulfonasi sendiri terdapat tiga cara yaitu reaksi sulfonasi
dengan H2SO4, reaksi sulfonasi dengan gas SO3, dan reaksi
sulfonasi dengan Oleum 20%.
3. Proses Pembuatan LAS terdiri atas tiga tahap yaitu :
a. Penyimpanan Bahan Baku
b. Proses Sulfonasi
c. Proses Pemisahan
d. Proses Netralisasi
e. Proses Pemekatan Produk

4.2 Saran
Menurut kami, LAS itu harus untuk kita pelajari lebih mendalam
lagi, karena kita dapat mempelajari apa saja apa manfaat produk LAS
dan cara pembuatan LAS secara lebih detail . Hendaklah kita sebagai
mahasiswa teknik kimia harus mengerti atau memahami tentang LAS
karena dalam kehidupan kita tidak bisa dipisahkan dari yang namanya
produk-produk dari bahan LAS.

24
DAFTAR PUSTAKA

De Groot, W. H., 1991, Sulphonation Technology in the Detergent Industry,


Kluwer Academic Publisher, Netherland

Farn, R. J, 2006, “Chemistry and Technology of Surfactants”, Blackwell


Publishing, United Kingdom

Kadirun, A. 2010. Prarancangan PabrikPembuatan Linear Alkylbenzene Sulfonate


(LAS) dari Linear Alkylbenzene (LAB) dengan Proses Sulfonasi
Kapasitas 85.000 ton/tahun. Repostory.usu.ac.id/bitstream/123456789/175
09/4/chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 10 Maret 2018. Pukul 10.50
WIB.

Kent , Riegel.2007. Hanbook of Industrial Chemistry And Biotechnology. Volume


I. 7th Edition.USA.Springer Science.

Khaerudin,D., & Utama,D.P. 2006. Pra Rancangan Pabrik Alkylbenzebe


Sulfonate Acid.Institute Teknologi Indonesia: Serpong.

Kirk, R. E., and Othmer D. F. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology, 4th


ed. The Interscience Encyclopedia Inc. New York.

Masruroh, K., & Putri,F.A.2018. Pra Rancangan Pabrik Kimia Linear


Alkylbenzene Sulfonate Dari Alkylbenzene Dan Oleum 20% Dengan
Proses Sulfonasi Kapasitas 32.000 Ton/Tahun. Universitas Islam
Indonesia :Yogyakarta.

Niir Board, 2004, Soaps, Detergents and Acid Slurry, Asia Pasific Business Press
Inc., New Delhi.

Peters, M.S; Klaus D. Timmerhaus dan Ronald E.West. 1991. Plant Design and
Economics for Chemical Engineer. 4th Edition. International Edition.
Mc.Graw-Hill. Singapore

Ricca. 2016. MSDS LAS. Ricca Chemical Company.

25
LAMPIRAN

Lampiran I

Lampiran I. Diagram Alir Pembuatan LAS

26

Anda mungkin juga menyukai