LAPORAN PENELITIAN
PABRIK DETERJEN BUBUK/SERBUK
DARI ALKIL BENZEN DAN OLEUM
DISUSUN OLEH:
1. Abd. Hasir (43221029)
2. Aisya Amalia (43221030)
3. Andi Jihan Fayuni (43221032)
4. Verawati (43221052)
5. Virginney Paonganan Turusaka (43221053)
DOSEN PEMBIMBING:
Andi Muhammad Iqbal Akbar Asfar, S.T., M.T.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................6
1.3 TUJUAN...................................................................................................6
1.4 MANFAAT...............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
2.1 PEMBAGIAN DETERGEN.....................................................................7
2.2 SIFAT BAHAN BAKU DAN PRODUK.................................................8
2.3 JENIS-JENIS DETERJEN........................................................................9
2.4 BAHAN BAKU PEMBUATAN DETERJEN........................................12
2.5 PROSES PEMBUATAN DETERJEN BUBUK.....................................15
2.6 PEMBUATAN DETERJEN SECARA SEDERHANA.........................19
2.7 DAMPAK DETERJEN TERHADAP LINGKUNGAN.........................23
2.8 PENANGGULANGAN LIMBAH DETERJEN.....................................24
2.9 Gambar PFD............................................................................................25
2.10 Gambar P&ID dan Deskripsi..................................................................26
BAB III PENUTUP...............................................................................................29
1.1 KESIMPULAN.......................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan
penduduk juga semakin bertambah dan beraneka ragam. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan semakin pesatnya
pertumbuhan berbagai industri. Tetapi dalam pertumbuhannya, keseimbangan
terhadap lingkungan tidak boleh dilupakan. Salah satu diantaranya adalah adanya
pencemaran air yang diakibatkan penggunaan deterjen yang non bio degradable
(sukar terurai oleh mikro organisme).
Perkembangan industri Alkyl Benzene dimulai pada awal tahun 1940,
dengan ditemukannya Branch Alkyl Benzene (BAB). BAB diproduksi dengan
cara alkilasi friedel-Craft dari Benzene dan Propilen Tetramer ((C3H6)4). Sebagai
formulasi pembuatan deterjen, dalam perkembangannya BAB mampu menggeser
bahkan menggantikan fungsi dari sabun alami. (UOP, 1994).
Tetapi dewasa ini di negara-negara maju BAB sudah tidak digunakan lagi
karena memiliki kelemahan yang sangat merugikan, yaitu memiliki struktur
cabang yang sulit diuraikan oleh jasad-jasad renik dan mikro organisme (non
Biodegradable), sehingga menimbulkan polusi lingkungan yang serius. Oleh
karena itu pada awal tahun 1960 diadakan penelitian oleh para ahli untuk
menghasilkan Alkyl Benzene yang tidak menimbulkan polusi lingkungan. Alkyl
Benzene yang dihasilkan adalah tipe linier yang dikenal dengan Linier Alkyl
Benzene (LAB). LAB mulai dimanfaatkan oleh produsen sebagai pengganti BAB
karena dinilai lebih ramah terhadap lingkungan dan mudah diuraikan oleh
mikroorganisme (Bio degradable).
Linier Alkyl Benzene adalah salah satu bahan kimia organik yang berbentuk
cairan jernih dengan rumus mokelul (C12H25C6H5). LAB digunakan sebagai
bahan baku pada industry deterjen. Dengan semakin meningkatnya penggunaan
deterjen dalam kehidupan manusia, mengakibatkan industri Alkyl Benzene
semakin berkembang pula. Di Indonesia dengan semakin berkembangnya industri
deterjen, kebutuhan LAB dari tahun ke tahun semakin meningkat.
4
Sampai saat ini kebutuhan LAB yang terus meningkat baru dipenuhi oleh PT.
Unggul Indah Cahaya, Tbk, Merak Propinsi Banten dengan kapasitas produksi
60.000 ton pertahun, yang merupakan satu satunya pabrik penghasil LAB di
Indonesia. 80% dari total kapasitas tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, sedangkan 20% lagi diekspor ke kawasan asia pasifik
diantaranya malaysia vietnam, singapura, australia dan selandia baru
(Sumber:www.uic.co.id, 2012). Dengan adanya peningkatan kebutuhan LAB di
dalam negeri dan baru satu pabrik penghasil LAB yang dapat memenuhi
kebutuhan itu, maka dirasa cukup penting untuk membangun pabrik LAB di
Indonesia
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat
dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu
sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang
lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Pertumbuhan dan kemajuan industri pertamina yang menyediakan bahan baku
utama untuk pembuatan detergen sintesis sangat menguntungkan untuk pendirian
pabrik detergen. Dengan didirikanya pabrik detergen diharapkan kebutuhan dalam
negeri akan dapat terpenuhi, sekaligus dapat menambah lapangan pekerjaan
sehingga akan mengurangi jumlah pengangguran.
Industri deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil
benzena sulfonat (ABS). Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan karena molekul ABS ini tidak dapat dipecahkan oleh mikroorganisme
sehingga berbahaya bagi persediaan suplai air tanah. Selain itu, busa dari ABS ini
menutupi permukaan air sungai sehingga sinar matahari tidak bisa masuk pada
dasar sungai yang dapat menyebabkan biota sungai menjadi mati dan sungai
menjadi tercemar. Perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil
sulfonat (LAS). Detergen ini memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat
dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga tidak menimbulkan busa pada air
sungai. Akan tetapi, LAS juga memiliki kekurangan yaitu dapat membentuk fenol,
suatu bahan kimia beracun.
5
Sodium Dodecyl Benzen Sulfonate merupakan salah satu jenis detergen yang
umum dipakai dan dapat diproduksi dari bahan baku Benzen dan Dodecane.
Benzen dan Dodecene direaksikan membentuk Dodecyl Benzen. Kemudian
Dodecyl Benzen yang terjadi ditambhakan dengan oleum menghasilkan Dodecyl
Benzen Sulfonic Acid yang terjadi kemudian dinetralkan dengan penambahan
NaOH sehingga menghasilkan Sodium Dodecyl Benzen Sulfonate atau detergen.
1.3 TUJUAN
a. Mengetahui kemungkinan dimanfaatkannya detergen bubuk sebagai bahan
pembersih untuk keperluan rumah tangga dan industri;
b. Mengetahui proses pembuatan detergen bubuk;
c. Dapat menghasilkan produk detergen yang aman bagi kesehatan dan ramah
lingkungan.
1.4 MANFAAT
a. Produk detergen yang dihasilkan aman digunakan bagi kesehatan
dan lingkungan;
b. Mengetahui proses pembuatan detergen bubuk
c. Mengetahui solusi terhadapat permasalahan kesehatan yang mungkin muncul
akibat rendahnya kualitas bahan baku.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PEMBAGIAN DETERGEN
Detergen yang pertama di gunakan adalah suatu p-alkilbenzenasulfat
dengan gugus alkil yang sangat bercabang. Bagian alkil senyawa ini di
sintesis dengan polimerisasi propilena dan di letakkan pada cincin benzena
dengan reaksialkilasi Friedel-Craft. Sulfonasi, yang di susul pengolahan
dengan basa. Menghasilkan detergen yang sering di sebut detergent hart. Hal
ini karena mikroorganisme tidak dapat menguraikan rantai karbon yang
mempunyai rantai karbon banyak.
Pada tahun 1965 para ilmuwan meneliti dan mengubah industri-
industridetergen yang non-biodegradabel menjadi yang Biodegradabel yang
sering disebut dengan detergen soft. Dengan menggunakan bahan yaitu
natrium p-dodesil benzena sulfonat atau natrium lauril sulfate yang rantainya
lurus sehingga mikroorganisme dapat menguraikan limbah detergen tersebut.
Deterjen sangat akrab dengan kehidupan kita terutama bagi ibu rumah
tangga untuk mencuci pakaian. Deterjen tidaklah sama dengan sabun,
meskipun sabun juga termasuk deterjen. Kata “deterjen” berasal dari bahasa
Latin “deterjene” yang berarti menghapus. Detergen adalah Surfaktant
anionik dengan gugus alkil (umumnya C9–C15) atau garam dari sulfonat atau
sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO; Na3- dan ROSO3- Na+) berasal
dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).
Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat dengan
menyingkirkan benda yang tidak diinginkan dari permukaannya. Pembersihan
inidapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pemisahan mekanik
sederhana (misalnya mengucek dan mencelupkan ke dalam air), pemisahan
dengan pelarut (misalnya penambahan pelarut organik, dan pemisahan
dengan menambahkan air dan bahan kimia seperti surfaktan).
7
Deterjen dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung
konstituen bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan.
Konstituen bahan aktif adalah berupa surfaktan yang merupakan singkatan
dari surface activ agents, yaitu bahan yang menurunkan tegangan permukaan
suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) untuk
mempermudah penyebaran dan pemerataan. Adapun konstituen tambahan
dapat berupa pembangun, zat pengisi, zat pendorong, diantaranya adalah:
(garam dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril eter sulfat, kokonum sitrat,
dan metil paraben).
2.2 SIFAT BAHAN BAKU DAN PRODUK
Bahan Baku
a. Dedocyl Benzena
1. Sifat-sifat fisika:
Bentuknya liquid
Titik didih 298oC
Boilling point 275-300oC
2. Sifat-sifat kimia
Rumus kimia C12H25C6H5
Berat molekul 246,42
Specifik grafity 0,8612
Bersifat membakar dengan flash point 140oC
b. Oleum
1. Sifat-sifat fisika:
Bentuknya liquid
Tidak berwarna
Konsentraasi kemurnian 20-30%
2. Sifat-sifat kimia
Rumus kimia SO3H2SO4
Specifik grafity 1,915
Frezzing point 29oC
c. Caustic Soda (NaOH)
3. Sifat-sifat fisika:
Bentuk larutan
Warna putih
Melting point 318oC
8
4. Sifat-sifat kimia
Rumus kimia NaOH
Specifik grafity 2,13
Produk utama
a. Deterjen
1. Sifat fisika
Berbentuk butiran padat
Berbusa
Tidak berwarna
2. Sifat kimia
Rumus kimia C12H25SO4Na
Larut dalam air
2.3 JENIS-JENIS DETERJEN
1. Berdasarkan Senyawa Organik
Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, deterjen
dikelompokkan menjadi:
a. Deterjen aninonik
Merupakan deterjen yang mengandung sulfaktan anonik dan
netralkan dengan alkali titik deterjen ini akan berubah menjadi partikel
bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam air. Biasanya digunakan untuk
mencuci kain. Kelompok utama deterjen anionik adalah:
Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat
Alkil aril sulfonat
Olefin sulfat dan sulfonat
b. Deterjen kationik
Merupakan deterjen yang mengandung sulfaktan kationik. Deterjen
ini akan berubah menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam
air, biasanya digunakan pada pembalut titik selama proses pembuatannya
tidak ada netralisasi tetapi bahan-bahan yang mengganggu dihilangkan
dengan asam kuat untuk netralisasi agen aktif permukaan kationik
mengandung kation rantai panjang yang memiliki sifat aktif pada
permukaannya. Kelompok utama dari deterjen kationik adalah:
Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)
Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3))3+ (R=8 sampai 18
atom karbon
Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl
9
c. Deterjen nonionik
Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion
sementara kedua asam dan basanya merupakan molekul yang sama.
Deterjen ini tidak akan berubah menjadi partikel bermuatan apabila
dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di dalam air sadah dan dapat
mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran. Kelompok utama dari
deterjen non ionik adalah:
Etilen oksida atau propilen oksida
Polimer polioksistilen
d. Deterjen amfoterik
Deterjen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan
anonik deterjen ini dapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau
negatif bergantung pada pH airnya yang digunakan biasanya digunakan
untuk mencuci alat-alat rumah tangga kelompok utama dari terjadinya
adalah:
Natrium lauril sarkosilat dan Natrium mirazol
10
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan
NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
3. Berdasarkan Bentuk Fisiknya
Berdasarkan bentuk fisiknya, deterjen dibedakan menjadi:
a. Deterjen Cair
Secara umum deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk.
Yang membedakan cuma bentuk fisik. Di indonesia setahu saya deterjen
cair ini belum dikomersilkan, biasanya digunakan untuk laundry modern
menggunakan mesin cuci yang kapasitasnya besar dengan teknologi
canggih.
b. Deterjen Krim
Bentuk deterjen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi
kandungan formula bahan baku keduanya berbeda.
c. Deterjen Bubuk
Jenis deterjen bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai
sewaktu mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, deterjen
bubuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu deterjen bubuk berongga dan
deterjen bubuk padat. Perbedaan bentuk butiran kedua kelompok tersebut
disebabkan oleh perbedaan proses pembuatannya.
1. Deterjen Bubuk Berongga
Deterjen bubuk berongga mempunyai ciri butirannya
berongga seperti bola sepak yang didalamnya berongga. Butiran
deterjen jenis berongga ini dihasilkan oleh proses spray drying (
proses pengabutan dilanjutkan dengan proses pengeringan).
Kelebihan deterjen bubuk berongga dengan deterjen bubuk padat
adalah deterjen bubuk berongga tampak volumenya lebih besar.
2. Deterjen Bubuk Padat
Bentuk butiran deterjen bubuk padat bentuknya seperti bola
tolak peluru, yaitu semua bagian butirannya terisi oleh padatan
sehingga tidak berongga. Butiran deterjen yang padat ini
merupakan hasil olahan dari proses pencampuran kering (dry
mixing). Kekurangan deterjen bubuk padat ini tampak volumenya
tidak besar sehingga kelihatan sedikit.
4. Berdasarkan Kegunaannya
Berdasarkan kegunaannya jenis-jenis deterjen adalah sebagai berikut :
a. Detergen pencuci kain, mengandung alkohol etoksilat dan alkil
fenoletoksilat
b. Detergen pencuci piring mengandung zat seperti detergen pencuci
tangan
c. Detergen pembersih peralatan rumah tangga yang mengandung
heksa dekiltrimetil amonium klorida
11
d. Detergen pembersih industri mengandung zat seperti detergen
pembersih rumah tangga
e. Detergen pembersih gigi yang mengandung natrium lauril
sarkosionat
f. Detergen pelembut kain yang mengandung diokta dekildimetil
amonium klorida
13
mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. Secara garis besar,
terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl
Benzene Sulfonate (LAS), dan Alpha Olein Sulfonate (AOS)
Kationik : Garam Ammonium
Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
b. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi
pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral
penyebab kesadahan air.
Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
Garam posfat digunakan sebagai pembina (builder) dalam
detergen dimana ia memberikan perlembutan air (water
softening), kealkalian dan penghilangan kotoran serta
penyebaran (dispersion). Juga sebagai bahan bantu pada proses
terbaik semasa pembuatan detergen seperti penyerapan
surfaktan cair dan pengikatan air bebas. Fosfat yang paling
lazim digunakan dalam aplikasi detergen adalah garam sodium
dan potassium pirofosfat dan tripolifosfat.
Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra
Acetate (EDTA)
Silikat : Zeolit
Sitrat : Asam Sitrat
c. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak
mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi
menambah kuantitas. Contohnya adalah sodium karbonat. Sodium
karbonat merupakan bahan deterjen multifungsi. Diantaranya
adalah untuk kekerasan air (melalui pemendakan), sumber
kealkalian, pengisi (filler), pembawa dan bahan bantu
pengaglomeratan (agglomeration) untuk serbuk.
d. Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat
produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih,
pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci
14
deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh :Enzim, Boraks, Sodium klorida,
Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
2.5 PROSES PEMBUATAN DETERJEN BUBUK
1. Proses Pembuatan Deterjen Bubuk dengan Spray-drying
Spray-drying merupakan proses modern dalam pembuatan
deterjen bubuk sintetik dimana dalam spray-drying terjadi proses
pengabutan dan dilanjutkan proses pengeringan.
Tahap-tahap dalam proses spray-dryingdapat diperlihatkan pada
gambar berikut:
15
a. Alat pengangkut ( conveyor ) mengumpulkan terus – menerus padatan
yang telah ditimbang sebelum membawa padatan tersebut ke crutcher
slurry.
b. Crutcher slurry juga menerima komponen– komponen liquid yang
mengalir secara tetap dari damper yang mengumpulkan berbagai
umpan.
c. Ketika formula padat, meliputi senyawa sulfon anionic dan sabun,
asam lemak dan asam sulphonic dinetralisasikan dengan alkali dalam
mixer sebelum umpan dikirim/dimasukkan ke dalam crutcher slurry.
Dalam beberapa kasus, ketika tidak ada reaksi yang diharapkan dari
komponen lain, asam menjadi umpan dan dinetralisaikan secara
langsung didalam crutcher slurry yang dalam kasus ini bagian dalam
dari crutcher slurry harus terbuat dari bahan – bahan stainless steel
agar bagian dalamnya tidak rusak akibat asam.
d. Crutcher slurry merupakan mixer dengan kecepatan putaran yang
tinggi yang didesain untuk penguraian fine dan membuat campuran
menjadi homogen. Pengoperasian crutcher juga mencegah
penumpukkan dan pembentukan gumpalan– gumpalan padat yang
dapat menyumbat pipa aliran umpan.
e. Dari crutcher, slurry kemudian di transfer menuju vessel aging, dimana
campuran tersebut dihomogenasasi lebih lanjut dan diatur berdasarkan
derajat hidrosin yang dari garam anorgonik yang diperlukan seperti
soda ash, natrium sulfat, dan sodium tripolyphosphate yang ada dalam
formula.
f. Selanjutnya setelah slurry terbentuk barulah masuk ke spray drying
tower. Produk yang dikeringkan dalam bentuk hollow bead
dikumpulkan pada bagian atas menara Sprayd rying dan didinginkan
serta dikristalisasikan melalui sistim pembawaairlift dengan aliran
udara dingin.
g. Setelah pengankutan udara bubuk dasar disaring dan diberikan
pengharum dan akhirnya dicampur dengan komponen-komponen yang
16
sensitive terhadap suhu atau zat adiktif yang kemudian di simpan
dalam silos dan akhirnya dibawa ke mesin pengepak poduk.
2. Proses Pembuatan Deterjen Bubuk dengan Aglomerasi
Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjan bubuk
sintesis yang memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran
material-material kering dengan bahan-bahan cairan yang dibantu
dengan adanya bahan pengikat cairan yang kemudian bercampur yang
menyebabkan bahan-bahan tadi bergabung satu sama lain yang
membentuk partikel-partikel berukuran besar.
Proses aglomerasi dapat di gambar kan seperti proses
penimbunan atau penumpukan dari komponen dari bubuk menjadi
cairan dan menjadi butir atau granula. Tahap-tahap pemprosesan non
tower balestra untuk untuk produksi deterjen bubuk berdasarkan pada
proses aglomerasi. Diantara berbagai tahap proses tersebut,aglomerasi
memperlihatkan operasi yang sangat penting dan kritis, karena proses
tersebut dihubung kan kestruktur fisik dan pada saat yang sama,di
hubungkan ke komposisi kimia dari produk.Proses aglomerasi juga
merupakan proses spray-drying dengan dry mixing atau blending.
Konsentasi air proses yang digunakan anatara 35-40% dalam crutcher
slurry
1. Dalam aglomerasi cairan disemprotkan keatas secara continue
2. Komponen-komponen atau bahan yang digunakan dalam
aglomerasi meliputi slikat deterjenaktif dan air yang digunakan
sebagai cairan dalam aglomerasi.
17
3. Proses Pembuatan Deterjen Bubuk dengan Dry Mixing
Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat
deterjen bubuk ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam mixer,
pencampuran dilanjutkan selama 1-2 menit dan ditambahkan slurry
selama 3-4 menit.Setelah semua slurry dimasukkan kedalam mixer,
pencampuran dilanjutkan selama 1-2 menit agar menjadi homogen.
Sebagian besar dari bubuk yang terbentuk dapat dikemas dengan
segera setelah selesai atau setelah 30 menit penyimpanan.
18
2.6 PEMBUATAN DETERJEN SECARA SEDERHANA
1. Cara Pembuatan Deterjen Bubuk
Bahan-bahan yang diperlukan:
Caustik soda (soda api) 45 gr
Air dingin 150 cc
STTP 45 gr
Air dingin 150 cc
Soda Ash 105 gr (di tambah air dingin) 300 cc (ditambah CMC) 30 gr
ABS 300 gr
Parfume 3 cc
Sepuhan warna 1 cc
Proses Pembuatan
Deterjen
a. Caostik soda, air dingin, bahan pewarna dicampur dan diaduk-aduk
sampai merata.
b. Campurkan STTP dan air dingin, campuran ini terpisah dari campuran
pertama tadi. Pengadukan agak lama karena STTP sulit larut.
c. Campuran ketiga sadalah Soda Ash dan air diaduk sampai larut
kemudian bubuhkan CMC sambil terus diaduk-aduk hingga menjadi
seperti bubur agar-agar.
d. Campuran pertama dan kedua dicampurkan dan terus diaduk-aduk
hingga merata, setelah merata masukkan campuran ketiga dan aduk
terus.
e. Tuangkan ABS pada campuran tersebut lalu diaduk, pengadukkan harus
tekun,teliti, dan sempurna. Oleh reaksi kimia cairan tersebut berubah
menjadi cream.
f. Setelah cream menjadi dingin, bubuhkan parfum sambil diaduk agar
wanginya merata ke seluruh cream yang di buat.
g. Sabun Deterjen siap untuk dikemas dan dipakai
2. Cara Pembuatan Deterjen Cair
Bahan yang diperlukan:
Sendok teh.
19
Gelas Silinder
20
Stainless steel
wadah dan mixer listrik.
Pengaduk kayu
Mangkuk atau ember kecil.
Langkah-langkah pembuatan deterjen cair:
a. Ambil silinder yang bisa menampung 80-130g SLES. Ukur juga 772-
830g air .
b. Masukkan SLES dalam gelas dan tambahkan sedikit air. Aduk SLES
dengan baik sampai tercampur sempurna..
c. Tambahkan CDEA 50g ke SLES. Aduk dengan pengaduk .
d. Lanjutkan mengaduk campuran sampai menjadi krim. Tambahkan air
perlahan-lahan untuk mencegah campuran dari berbusa sambil diaduk
e. Sementara itu, larutkan 30g STPP dalam jumlah kecil air. Aduk rata
dan sisihkan.
f. Jika campuran CDEA-SLES sudah kental, masukkan ke ember kecil
atau wadah stainless steel. Tambahkan jumlah sedikit air sambil diaduk
terus menerus
g. Pindahkan campuran ke mixer. Ketika campuran sudah berbusa,
tambahkan STPP terlarut perlahan-lahan sambil terus diaduk. .
h. Larutkan garam dalam jumlah kecil air. Tambahkan ke campuran utama
dan perlahan disatukan semuanya. .
i. Selanjutnya, tambahkan 5-8ml pewangi lemon sebagai pewangi .
j. Lanjutkan pencampuran sampai campuran mengental. Pisahkan. .
k. Setelah mengental, tuangkan campuran ke dalam wadah bersih dan
sisihkan selama sekitar 2 jam
l. Bila tidak ada busa lagi, tuangkan deterjen cair ke dalam botol yang
bersih .
m. deterjen cair dapat digunakan setelah 24 jam
3. Cara Pembuatan Deterjen Cair
Bahan baku yang diperlukan:
1. Dedocyl Benzene Sulfonat (DDBS)
21
Bahan aktif ( active ingredient) untuk membuat sabun colek,
sebagian orang menyebutnya dengan nama ABS (alkyl benzene
sulfonat), ini adalah bahan yang mutlak harus dipakai pada proses
membuat sabun colek. yang nantinya akan menentukan hasil akhir.
tanpa bahan ini sabun colek tidak akan memiliki daya bersih dalam
pemakaian sabun colek, bahan ini berbentuk cairan yang biasanya
berwarna coklat tua, yang berfungsi sebagai pembersih, ciri – ciri
cairan ini adalah memiliki busa yang banyak bila di kucek.
2. Kaustik Soda
2. STTP 50 gram
3. CMC 30 gram
7. Air 600 ml
9. Caoline 50 gram
Peralatan yang dibutuhkan:
1. 2 Wadah
2. takaran / timbangan
3. pengaduk kayu
P 3O 105- + 2H O
2
2HPO 2-
4
+ H PO
2
-
25
bercampur dengan suatu larutan soda kaustik di dalam air. Proses ini
digunakan untuk mengusir semua residu SO2 dan SO3, sehingga dihasilkan
udara bersih.
Oleum
Bahan Baku (H2S2O7) 22%
Deterjen Alkil Benzena (C6H6) 78%
Na5P3O11
C6H6 + H2S2O7 (Sodium Tripoliphospat)
Deterjen Slurry
C6H5SO3H+H2O
C6H5SO3H
Spray Tower (Pengeringan Hasil Akhir pada suhu 100- 115°C dan tekanan 10 Bar)
Spray Tower
(Pengeringan Hasil
Cooler pada suhu 25-35°C R’OSO3H + H2O + NaOH Packing Product
Neutral
Deterjen Bubuk
Na5P3O11+ H2O
Na5P3O11
Surfactan Storage
Surfactan Storage dengan
dengan (Aditif /
suhu 29-50°C Builders)
26
2.10 Gambar P&ID dan Deskripsi
Cyclone 1
Chimney/ Stack
Dry Cyclone 3
Particles
Bahan Adiktif
Vibrating
STPP
High Screen
Spray
Surfaktan Tower
Alkil Benzena Storage
+
Olemu Air
Lift
Parfume
Sprayer
Sulfonator Sulfator Crutcher
Furnace
High
Pressure
NaOH Pump
Packaging
Drop
Tank Conveyor
Detergent
Details
Mixer/
Neutralizer
Surge Tank
Conveyour
Pump
Cooler
27
DESKRIPSI
Pada proses pertama yaitu pembuatan bubur surfaktan yaitu dengan
mencampurkan alkil benzena yang dalam hal ini yaitu Dodecyl Benzena dialirkan
kedalam sulfunator bersama oleum. Pada sulfunator suhu harus tetap pada kisaran
100oC dimana akan menghasilkan campuran sulfunasi yang kemudian dipompa
masuk kedalam sulfaktor. Dari sulfaktor didapatkan hasil berupa asam alkil
benzena yang dalam hal ini yaitu asam Dodecyl Benzena, selanjutnya hasil dari
sulfaktor yang berupa asam Dodecyl Benzena ini dilairkan ke mixer lalu
ditambahkan NaOH untuk menetralkan asam alkil benzena. Kemudian dari mixer
didapatkan bubur surfaktan yaitu natrium alkil benzena, selanjutnya natrium alkil
benzena dialirkan menuju ke surge tank yang berfungsi untuk menetralkan
tekanan atau pengaman tekanan saat katup pengatur ditutup. Bubur surfaktan
kemudian dialirkan menggunakan pompa menuju ke cooler, pada cooler inilah
campuran akan didinginkan pada kisaran suhu 25-35°C dan setelah didinginkan
akan dialirkan menuju tangki penyimpanan yaitu surfaktan stroge dengan suhu
29-50°C.
Proses berikutnya yaitu pembuatan detergen. Bubur surfaktan dari
surfaktan storage bersama Sodium Tripolyphoshate (STPP) dan bahan adiktif
dialirkan menuju ke crutcher. Didalam crutcher bahan-bahan akan dicampur
dengan suhu 30- 60°C menggunakan mixer dengan kecepatan tinggi hingga
campuran homogen, kemudian sejumlah kandungan air dihilangkan sehingga
campuran akan menjadi lebih kental dikarenakan adanya reaksi hidrasi dari
Sodium Tripolyphoshate (STPP). Campuran kemudian dialirkan menuju ke drop
tank pada suhu 25-30°C dan dipompa menggunakan high pressure pump dan akan
menuju ke bagian atas high spray tower. Pada bagian atas spray tower campuran
akan disemprotkan sedangkan pada bagian bawah akan dialirkan udara panas
yang dihasilkan dari furnace, maka dari proses inilah didapatkan butiran detergen
yang kemudian jatuh ke bagian bawah spray tower.
Uap panas yang naik melewati spray kemudian dialirkan menuju ke
cyclone 1, dimana cyclone 1 ini berfungsi untuk memisakan uap panas dan juga
partikel yang terikut. Kemudian partikel yang terikut ini nantinya akan
dimasukkan kedalam trucher sebagai bahan baku awal sedangkan uap panas akan
28
dilepaskan ke atmosfer
29
akan tetapi sebelumnya dialirkan menuju ke chimney atau stack terlebih dahulu.
Butiran detergen dari mernara high spray tower ini kemudian dialirkan
menaggunakan conveyor dengan bantuan aliran udara dialirkan menuju ke
cyclone
2. Pada cyclone 2 butiran detergen dipisahkan dari uap panas yang masih terikut,
uap panas yang masih terikut dialirkan meuju cyclone 3 untuk pemisahan butiran
dan uap panas dimana nanti butiran akan diumpankan ke conveyor sedangkan uap
panas akan dilepaskan ke atmosfer tetapi sebelum dilepaskan ke atmosfer akan
dialirka menuju ke chimney atau stack terlebih dahulu.
Butiran dari cyclone 2 kemudian diumpankan menuju ke pengayak atau
screen untuk mendapatkan butiran yang ukurannya sesuai standar. Butiran
detergen dari vibrating screen dan juga butiran detergen dari cyclone 3 kemudian
dialirkan menuju ke conveyor. Pada conveyor ditambahkan pengharum dengan
cara disemprotkan yang kemudian diumpankan ke bagian packaging untuk
dipacking sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mengakibatkan semakin pesatnya pertumbuhan berbagai industri. Salah satu
diantaranya adalah adanya pencemaran air yang diakibatkan penggunaan deterjen
yang non bio degradable . Tetapi dewasa ini di negara-negara maju BAB sudah
tidak digunakan lagi karena memiliki kelemahan yang sangat merugikan, yaitu
memiliki struktur cabang yang sulit diuraikan oleh jasad-jasad renik dan mikro
organisme , sehingga menimbulkan polusi lingkungan yang serius. Oleh karena
itu pada awal tahun 1960 diadakan penelitian oleh para ahli untuk menghasilkan
Alkyl Benzene yang tidak menimbulkan polusi lingkungan.
Alkyl Benzene yang dihasilkan adalah tipe linier yang dikenal dengan Linier
Alkyl Benzene . Linier Alkyl Benzene adalah salah satu bahan kimia organik yang
berbentuk cairan jernih dengan rumus mokelul . Sampai saat ini kebutuhan LAB
yang terus meningkat baru dipenuhi oleh PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk, Merak
Propinsi Banten dengan kapasitas produksi 60.000 ton pertahun, yang merupakan
satu satunya pabrik penghasil LAB di Indonesia.
Detergen ini memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan
oleh mikroorganisme sehingga tidak menimbulkan busa pada air sungai. Sodium
Dodecyl Benzen Sulfonate merupakan salah satu jenis detergen yang umum
dipakai dan dapat diproduksi dari bahan baku Benzen dan Dodecane. Kemudian
Dodecyl Benzen yang terjadi ditambhakan dengan oleum menghasilkan Dodecyl
Benzen Sulfonic Acid yang terjadi kemudian dinetralkan dengan penambahan
NaOH sehingga menghasilkan Sodium Dodecyl Benzen Sulfonate atau detergen.
Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara kedua asam
dan basanya merupakan molekul yang sama.
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
Deterjen Bubuk
Jenis deterjen bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai sewaktu mencuci
pakaian.
31
DAFTAR PUSTAKA
32