Anda di halaman 1dari 9

PEMANFAATAN ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes)

DALAM PRODUKSI BIOGAS DENGAN MENAMBAHKAN


KOTORAN SAPI SEBAGAI STARTER

DOSEN PENGAMPU : Fitri Merawati, M.A.

DISUSUN OLEH :

NABILA FAUZI

1700020058

TEKNIK KIMIA KELAS A

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2017/2018

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul……………………………………………………………….....i

Daftar Isi…………………………………………………………………………ii

Abstrak…………………………………………………………………………...1

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….....2

A. Latar Belakang……………………………………………………….......2
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………...5
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….5

Daftar Pustaka…………………………………………………………………. .6

ii
ii
ABSTRAK

Enceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tanaman yang pertumbuhannya


sangat cepat. Laju pertumbuhan yang cepat ini menyebabkan tanaman enceng
gondok (Eichornia crassipes) menjadi tanaman gulma perairan dan menimbulkan
kerugian. Akan tetapi, enceng gondok (Eichornia crassipes) dapat dimanfaatkan
dalam membuat biogas karena mengandung hemiselulosa dan selulosa yang
sangat besar. Dengan memanfaatkan enceng gondok (Eichornia crassipes)
sebagai bahan baku utama dalam pembuatan biogas dan di tambahkan kotoran
sapi sebagai starter diharapkan mampu menghasilkan biogas dalam jumlah banyak
dengan waktu yang efesien serta meningkatkam nilai guna dari eceng gondok
(Eichornia crassipes). Proses pembuatan biogas dimulai dengan menghaluskan 8
kg enceng gondok (Eichornia crassipes), lalu mencampurkan enceng gondok
(Eichornia crassipes) dengan 2 liter air dan 8 kg kotoran sapi. Hasil penelitian
menunjukan produksi biogas optimum pada 1,90 kg/hari dengan tekanan 17,8
mbar. Adapun faktor-faktotr yang mempengaruhi pembentukan biogas
berdasarkan hasil penelitian adalah substrat bahan organik, pH, nisbah C/N suatu
bahan organik, suhu,pengadukan, stater,dan laju pengisian ulang bahan organik
tersebut.

Kata kunci : eceng gondok,biogas,kotoran sapi, produksi optimum, tekanan.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini, pemakaian energi fosil
mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan sumber energi fosil
semakin menipis. Berdasarkan data dari BP Statistical Review of World
Energy 2016, produksi energi fosil dari tahun 2006 sampai 2016 terus
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan semakin banyak masyarakat
yang menggunakan bahan bakar fosil sedangkan produksinya berkurang
akibat tidak ditemukannya sumur minyak baru. Bukan itu saja, akibat
penggunaan bahan bakar fosil (fuel fosil) dalam jangka panjang ternyata
telah memberikan dampak negatif terhadap kehidupan di bumi. Salah satu
dampak penggunaan bahan bakar fosil dapat menyebabkan emisi gas efek
rumah kaca yamg dapat memicu proses pemanasan global (global
warming). Pemanasan global memberikan dampak yang sangat negatif dan
pada stabilitas kehidupan manusia dan lingkungan antara lain
menyebabkan iklim tidak stabil, peningkatan suhu permukaan laut, suhu
global dunia akan cenderung meningkat, gangguan ekologis. Untuk
mengatasi permasalahan energi fosil tersebut, sebaiknya perlu dilakukan
konversi energi sesuai dengan Perpres No.5 tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional (KEN). KEN bertujuan mewujudkan ketahanan energi
dengan sasaran pada tahun 2025, diperoleh energi yang bersumber dari
minyak sebesar 20%, gas 30%, batu bara 33%, dan energi baru dan
terbarukan sebesar 17%. Melihat kondisi seperti itu, perlu dilakukan kajian
terhadap energi alternatif yang cocok dan dapat diproduksi di Indonesia
(Batubara, 2014).

Biogas merupakan salah satu sumber energi yang dapat diperbarui


relatif sederhana yang dihasilkan oleh fermentasi anaerobik dari bahan-
bahan organik. Energi yang tepat guna dan murah ini dapat mengatasi
ketergantungan masyarakat akan bahan bakar minyak yang saat ini

2
harganya semakin melonjak dan sumbernya semakin terbatas. Biogas
dapat berasal dari limbah kotoran ternak, sampah organik, limbah
pertanian, limbah perairan, limbah industri, dan sumber biomassa lainnya.
Bahan-bahan organik yang baik digunakan adalah yang banyak
mempunyai senyawa karbohidrat, lemak, hemiselulosa, lignin, dan protein.
Senyawa tersebut digesterakan dikonversi menjadi senyawa metan yang
dapat dibakar sebagai sumber energi. Selain itu bahan baku yang akan
digunakan harus mudah didapat, mudah diproses, dan ketersediannya
melimpah dan tidak pernah habis di alam. Menurut Gerardi (2003),
degradasi bahan organik kompleks menjadi metan dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu tahapan hidrolisis, asidifikasi dan methanisasi.

Bahan baku yang kesediaannya melimpah di alam salah satunya


adalah enceng gondok (Eichornia crassipes). Enceng gondok (Eichornia
crassipes) merupakan tumbuhan yang hidup mengapung di air dan.
Enceng gondok (Eichornia crassipes) ditemukan oleh Carl Friedrich
Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun
1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon, Brasil.
Tumbuhan ini menyebar luas ke beberapa perairan di Indonesia. Enceng
gondok (Eichornia crassipes) memiliki kemampuan menyerap nutrient
terutama nitrogen, fosfat dan potasium juga logam-logam berat dengan
baik seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn. Enceng gondok (Eichornia
crassipes) memiliki kemampuan tumbuh yang sangat cepat, terutama
pada perairan yang mengandung banyak nutrient. Dalam waktu 7-10 hari
enceng gondok (Eichornia crassipes) dapat berkembang biak menjadi dua
kali lipat. Laju pertumbuhan yang cepat ini menyebabkan tanaman enceng
gondok (Eichornia crassipes) menjadi tanaman gulma perairan dan
menimbulkan kerugian antara lain mempercepat pendangkalan perairan
dan menurunkan produksi ikan. Hal ini disebabkan karena eceng gondok
mengambil ruang dan unsur hara yang juga dibutuhkan oleh ikan,
mempersulit saluran irigasi, menghalangi lalu lintas perahu, media

3
penyebaran penyakit dan menyebabkan penguapan air sampai 3 sampai 7
kali lebih besar daripada penguapan air di perairan terbuka. Pengendalian
pertumbuhan dari enceng gondok (Eichornia crassipes) sangat sulit
dilakukan, baik secara mekanik, biologi maupun secara kimiawi.
Pembuatan biogas dari enceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan
cara pengendalian dan pemanfaatan tanaman ini.

Pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku biogas dikarenakan


memiliki kandungan 43% hemiselulosa dan selulosa sebesar 17%.
Hemiselulosa akan dihidrolisis menjadi glukosa oleh bakteri melalui
proses anaerobic digestion, yang akan menghasilkan gas metan (CH4) dan
karbondioksida (CO2) sebagai biogas. Eceng gondok (Eichornia
crassipes) memiliki nisbah C/N. Nisbah C/N adalah perbandingan karbon
dan nitrogen pada suatu bahan organik. Keduanya diperlukan sebagai
sumber energi mikroorganisme dalam melakukan aktivitas perombakan.
Mikroorganisme perombak akan beraktivitas optimal pada tingkat nisbah
C/N sebesar 25 sampai 30. Nilai nisbah C/N eceng gondok (Eichornia
crassipes) sebesar 25. Jika memproduksi biogas dengan menggunakan
eceng gondok (Eichornia crassipes) saja terdapat beberapa kekurangan
yaitu biogas yang dihasilkan sedikit dan waktu yang digunakan cukup
lama. Jadi,diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan jumlah
biogas yang dihasilkan dan mempercepat waktu produksi biogas yaitu
dengan cara mencampurkan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan
kotoran sapi. Dimana, eceng gondok (Eichornia crassipes berfungsi
sebagai sumber karbon (C) dan nitrogen (N), sedangkan kotoran sapi
mengandung bakteri Methanosarcina sp. yang berperan dalam proses
pembentukan biogas (Fithry, 2010 dalam Yenni, 2012). Fungsi kotoran
sapi dalam proses pembentukan biogas sering disebut sebagai starter.
Kotoran sapi sendiri memiliki nisbah C/N yang rendah. Menurut Karkit
dan Gautam (1994), bahan dengan C/N rasio yang tinggi dapat dipadukan
dengan bahan yang memiliki C/N rasio yang rendah sehingga di peroleh

4
rata-rata perbandingan C/N rasio antara 20-30. Dengan nilai nisbah C/N
kotoran sapi yang rendah dan nilai nisbah C/N enceng gondok yang tinggi
akan menghasilkan nilai nisban C/N yang optimal dapat meningkatkan
hasil biogas dengan kurun waktu yang lebih singkat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut
1. Bagaimana cara pengolahan enceng gondok (Eichornia crassipes)
menjadi biogas dengan menggunakan kotoran sapi sebagai starter?
2. Bagaimana pengaruh penambahan kotoran sapi , pH,serta suhu dalam
pembuatan biogas dari enceng gondok (Eichornia crassipes) sebagai
bahan baku?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara pengolahan enceng gondok (Eichornia
crassipes) menjadi biogas dengan menggunakan kotoran sapi sebagai
starter.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari penambahan kotoran sapi, pH, dan
suhu dalam pembuatan biogas dari enceng gondok (Eichornia
crassipes) sebagai bahan baku.

D. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan mahasiswa khususnya mahasiswa teknik kimia
mengenai manfaat dari enceng gondok (Eichornia crassipes) dan cara
pengolahannya sehingga menghasilkan produk sebagai bahan baku
biogas dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang teknik kimia.
2. Dapat memberikan informasi tentang kuntitas dan kualitas enceng
gondok (Eichornia crassipes).
3. Dengan pemanfaatan enceng gondok (Eichornia crassipes) dapat
mengurangi limbah enceng gondok (Eichornia crassipes), juga dapat
memberi nilai ekonomis terhadap enceng gondok (Eichornia
crassipes) jika dijual setelah diolah menjadi biogas.

5
DAFTAR PUSTAKA

Aji Kendali. 2015. “Pengaruh Penambahan EM4 (Effective Microorganism-4)


pada Pembuatan Biogas dari Eceng Gondok dan Rumen Sapi”. Tugas akhir
diploma III. Universitas Negeri Semarang.

Astuti, N, Soeprobowati, T.R, Budiyono. Potensi Eceng Gondok (Eichhornia


crassipes (Mart.) Solms) Rawapening Untuk Biogas Dengan Variasi Campuran
Kotoran Sapi. Workshop Penyelamatan Ekosistem Danau Rawapening. KLH dan
UNDIP. Semarang.

Arnold Yonathan, Avianada Rusba Prasetya,dan Bambang Pramudono. 2012.


“Produksi Biogas dari Eceng Gondok: Kajian Konsistensi dan pH Terhadap
Biogas Yang dihasilkan”. Journal Teknologi Kimia dan Industri.
,vol,.1,No.1,Tahun 2012 hal 412-416.

Wahyuni, sri. 2017. Biogas: Hemat Energi Pengganti Listrik, BBM, dan Gas
Rumah Tangga. Jakarta: Agromedia.

Anda mungkin juga menyukai