Cara Percobaan
Sejumlah katalis ZSiA atau Ni/ZSiA (5, 10
dan
15 g) ditempatkan dalam reaktor sistem fi xed
bed
Selanjutnya dari senyawa 1-oktadekena, 5-
oktadekena dan 9-oktadekena mengalami
perengkahan lebih lanjut menjadi senyawa
alkana
dan alkena yang lebih pendek. Diawali
dengan
fisisorpsi, yaitu peristiwa teradsorpsinya
B.) Hidrogenasi Katalitik 1-Oktadekanol umpan
Menjadi 1-Oktadekena atau produk pada permukaan katalis,
selanjutnya
Mekanisme hidrogenasi katalitik 1- diteruskan dengan kemisorpsi, yaitu
oktadekanol diperkirakan mengikuti dua peristiwa yang melibatkan orbital elektron
tahapan utama, yaitu reduksi gugus alcohol atau yang disebut dengan reaksi kimia.
menjadi alkena dan pemutusan ikatan alkena Reaksi yang terjadi yaitu pemutusan ikatan
menjadi alkana dan alkena rantai yang lebih pada ujung rantai karbon.
pendek. Adapun mekanismenya adalah
sebagai berikut,
Gambar 1. Ilustrasi model keberadaan inti aktif spesi peroksida dalam reaksi
dehidrogenasi etana menjadi etilen
Material katalis yang digunakan adalah berupa padatan YSZ, Al2O3 dan Sm2O3.
Sedang boron oksida diperoleh dari asam borat (H3BO3) sebagai precursor oksida
tersebut. Preparasi katalis dilakukan dengan metode impregnasi dengan melarutkan
padatan asam borat padat ke dalam air bebas mineral ( deionized water) yang dijaga
pada suhu 75 oC agar padatanterlarut sempurna. Kemudian larutan digunakan untuk
mengimpregnasi masing-masing padatan dengan cara membubuhkan. Pada suhu ± 80
oC, dikeringkan sampai didapatkan padatan yang merupakan campuran asam padat
borat – YSZ.
Padatan hasil pengeringan selanjutnya dikalsinas pada kondisi atmosferik secara
berurutan pada suhu 300 oC dan 750 oC masing-masing selama 2 jam. Padatan hasil
kalsinasi tersebut sudah dapat digunakan untuk karakterisasi maupun diuji sifat
katalitiknya terhadap reaksi dehidrogenasi etana.
Pengujian kinerja katalitik
Reaksidehidrogenasi etana dilaksanakan pada tekanan atmosferik menggunakan
reaktor unggun tetap
beraliran kontinyu, yang terbuat dari bahan quartz. katalis dengan massa yang telah
tertimbang ditata dalam reaktor tersebut dengan menggunakan quartz wool(Gambar
2). Bahan quartz merupakan bahan menyerupai kaca (transparan) dan tahan pada
tinggi (900 oC). Untuk mengkondisikan suhu, reactor dimasukkan ke dalam tungku
listrik bentuk silinder dengan diupayakan posisi unggun katalis tepat pada suhu yang
tertinggi dalam tungku tersebut. Suhu reaksi/suhu katalis diukur dengan menggunakan
termokopel yang dimasukkan dalam pipa quatz yang dipasang sesuai kedalaman
unggun katalis di dalam reaktor. Seperti terlihat pada sistem rangkaian instalasi aliran,
Gas Helium yang bertindak sebagai gas carrier dan bersifat inert dialirkan terlebih
duluselama kurang lebih 30 menit untuk mengusir udara yang ada dalam perpipapaan
atupun peralatan (purging).
Selanjutnya suhu reaktor dinaikkan sesui dengan kondisi yang diinginkan dengan cara
mengeset suhu pada kontrol yang terhubung dengan termokopel yang tercelup dalam
katalis. Setelah pretreatment, dilakukan purging gas oksigen, dengan cara menutup
alirannya dan membiarkan gas He tetap mengalir didalam sistem reaktor. Agar supaya
tidak timbul reaksi yang bersifat eksplosive, maka diupayakan terlebih dulu etana
dialirkan dulu, aliran oksigen secara perlahan-lahan diumpankan ke dalam reaktor.Gas
Keluaran reaktor dihubungkan secara on line dengan gas chromatografii untuk
dilakukan analisa komposisinya.
Setiadi.2006. “Spesi Aktif Hasil Impregnasi Boron Oksida untuk Reaksi Oksidatif Dehidrogenasi
Etana Seminar Nasional MKICS, Universitas Indonesia, 26-27 Juni 2006”. Jakarta
:Universitas Indonesia.