Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROID DAN HIPOTIROID

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hipertiroidisme, yang dalam hal prevalensi erupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua
sesudah DM. pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal
kelenjar tiroid oleh immunoglobin dalam darah. Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering
di bandingkan oleh laki- laki.

Hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih
dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid
terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk indonesia memiliki hyperthyroidism.
Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria (Anonim, 2012).

Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus
tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per
1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun.
Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium.
Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular
kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab
3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).

Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih kurang 10 per 100.000 wanita
dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus
hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa
prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada 0.8 per
1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang
tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua
sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama
lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla
adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya
dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

1.2. TUJUAN PENULISAN

1.2.1. Tujuan Umum


Mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam proses asuhan keperawatan
nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada gangguan Hipertiroid dan
Hipotiroid.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi Hipertiroid dan Hipotiroid.

b. Mengetahui etiologi/penyebab penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid..

c. Mengetahi klasifikasi penyakit Hopertiroid dan Hipotiroid.

d. Mengetahui patofisiologi penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

d. Mengetahui manifestasi klinis penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

e. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

f. Mengetahui komplikasi penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

g. Mengetahui penatalaksanaan penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

h. Mampu membuat asuhan keperawatan penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

1.3. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil beberapa referensi buku yang
berkaitan dengan makalah ini. Serta tim penulis memperoleh data dari internet.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. PENGERTIAN

2.1.1. Hipertiroid

Hipertiroidisme merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas fungsi kelenjar tiroid
dimana sekresi hormone yang berlebihan dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme.
Banyak ciri khas lain yang terjadi pada pasien hipertiroid akibat peningkatan stressor terhadap
katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dalam darah. Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu
keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.

Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari

produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708
Hipertiroid (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak
hormon tiroksin. Hipertiroidisme dapat secara signifikan mempercepat metabolisme tubuh,
menyebabkan penurunan berat badan tiba-tiba, detak jantung yang cepat atau tidak teratur, berkeringat
dan gelisah atau mudah tersinggung (Anonim, 2010).

2.1.2. Hipotiroid

Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat
dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada
dibawah nilai optimal.

Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang mengakibatkan
fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)

Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di akibatkan oleh kekurangan
hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan kretinisme.

Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme
kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid .
(Hotma Rumahorbo S.kep,1999)

2.2. ETIOLOGI

2.2.1. Hipertiroid

Penyebab hipotiroidime yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah tiroiditis otoimun
(tiroiditis hashimoto), dimana sistem imun menyerang kelenjer tiroid. Gejala hipertiroidime dan
kemudian dapat diikuti oleh gejala hipotiroidime dan miksedema.

Hipotiroidime juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidime yang mengalami terapi
radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling sering ditemukan pada wanita
lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi
penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki. Karena itu, pemeriksaan fungsi tiroid diajurkan bagi semua
pasien yang menjalani terapi tersebut.(Brunner&Suddarth:1300)

Serta beberapa penyakit yang lain menyebabkan Hipertiroid yaitu :

a) Penyakit Graves

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang
paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga
penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu
tyroid stimulating.

Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies
(TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur,
sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon
teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.

b) Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic
berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi
hormon tiroid yang berlebihan.

c) Minum obat Hormon Tiroid berlebihan

Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak
teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan
tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

d) Produksi TSH yang Abnormal

Produksi TSH (thyroid stimulating hormone) kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH (thyroid
stimulating hormone) berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

e) Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)

Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase
awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.

f) Konsumsi Yoidum Berlebihan

Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya
si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

2.2.2. Hipotiroid

Namun, pada Buku Ilmu Kesehatan, hipotiroid terbagi atas 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu:

a. Bawaan

 Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.

 Kelainan hormogonesis

 Kelainan bawaan enzim (inborn error)

 Defisiensi yodium (kretinisme endemik)

 Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)

b. Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang sebelumnya
normal. Panyebabnya adalah

 Idiopatik (autoimunisasi)

 Tiroidektomi

 Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)

 Pemakaian obat anti-tiroid

 Kelainan hipofisis.

 Defisiensi spesifik TSH

2.3 KLASIFIKASI

2.3.1. Hipertiroid

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:

a. Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme

b. Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme

Klasifikasi lain:

a. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)

Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat antibodi
menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid
terus menerus.

Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada
berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu
sendiri.

b. Nodular Thyroid Disease

Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri.
Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.

c.. Subacute Thyroiditis

Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan produksi
hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa
bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis

Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1 -2 bulan.
Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan

2.3.2. Hipotiroid

Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:

a. Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid

b. Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis

c. Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus

2.4. PATOFISIOLOGI

2.4.1. Hipertiroid

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita
hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan
banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH
(Thyroid stimulating hormone), Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama
dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSHv. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada
pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH (Thyroid stimulating hormone) menurun, sedangkan konsentrasi
TSI Thyroid Stimulating Immunoglobulin) meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH (Thyroid stimulating
hormone) yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
Thyroid Stimulating Immunoglobulin) selanjutnya juga menekan pembentukan TSH (Thyroid stimulating
hormone) oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga
untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang
sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan
terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar.

2.4.2. Hipotiroid

Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika diet seseorang
kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid
akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini,
goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar
terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid
untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan
itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.

Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan menyeluruh.
Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan
produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun,
dan suatu penurunan produksi panas tubuh.

Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang mempengaruhi
metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan
sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi
proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai
tanda dari mixedema.

Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan hipotiroidisme
biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan
kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.

2.5. MANIFESTASI KLINIK

2.5.1. Hipertiroid

Gambaran kilinis Hipertiroidisme Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada
orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada
beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat.

Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :

a. Kecemasan,ansietas,insomnia,dan tremor halus

b. Penurunan berat badan walaupun nafsu makan baik


c. Intoleransi panas dan banyak keringat

d. Papitasi,takikardi,aritmia jantung,dan gagal jantung,yang dapat terjadi akibat efek tiroksin pada sel-sel
miokardium

e. Kelemahan otot,terutama pada lingkar anggota gerak ( miopati proksimal)

f. Osteoporosis disertai nyeri tulang

2.5.2. Hipotiroid

Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain;

a. Suara parau, tidak tahan dingin dan keringat berkurang

b. Kulit dingin dan kering.

c. Wajah membengkak dan gerakan lamban.

d. Aktivitas motorik dan intelektual lambat.

e. Relaksasi lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita hipotiroidisme sering
mengeluh hiperminore.

2.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

2.6.1. Hipertiroid

Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:

a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis
keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.

b. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)

c. Bebas T4 (tiroksin)

d. Bebas T3 (triiodotironin)

e. Diag

nosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid.

f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum

g. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.

2.6.2. Hipotiroid
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme didapatkan hasil sebagai berikut:

 T3 dan T4 serum rendah

 TSH meningkat pada hipotiroid primer

 TSH rendah pada hipotiroid sekunder

 Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar

 Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat

 Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus

 Peningkatan kolesterol

 Pembesaran jantung pada sinar X dada

 EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS& gelombang T datar atau inverse

2.7. KOMPLIKASI

2.7.1. Hipertiroid

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal
ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama
pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya
adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 1060F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi
karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.

Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.

2.7.2. Hipotiroid

a. Meningkatkan Kolesterol.

b .Iskemia/ Infark Miokard.

2.8. PENATALAKSANAAN

2.8.1. Hipertiroid

— Terapi Obat Anti Tiroid


— Sugery àPengangkatan sebagian kelenjar tiroid melalui pembedahan

— RadioaktifàYodium Radioaktif

2.8.2. Hipotiroid

Tujuan primer penatalalaksanaan hipotiroid ialah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada
keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti hormone yang hilang.Livotiroksin sintetik (Synthroid
atau levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroid dan supresi penyakit goiter
nontoksik.Dosis terapi penggantian hormonal berdasarkan pada konsentrasi TSH dalam serum
pasien.Preparat tiroid yang dikeringkan jarang digunakan karena sering menyebabkan kenaikan
sementara konsentrasi T3 dan kadang-kadang disertai dengan gejala hipertiroidisme.

Hal-hal yang bisa dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain:

a.Pemeliharaan fungsi vital.

|b. Gas darah arteri.

c.Pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air.

d. Infus larutan glukosa pekat.

e.Terapi kortikosteroid.

BAB III

Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian
terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:

a.Identitas pasien :

· Nama : Ny. Mona

· Umur : 28 tahun

· Jenis kelamin : Perempuan


· Pekerjaan : Pegawai swasta

· Berat badan : 40 kg

· Tinggi badan : 160 cm

b.Keluhan utama :

· Sesak nafas

· Sulit menelan

· Pembengkakan dan rasa nyeri pada leher

· Pasien nampak gelisah

· Pasien tidak nafsu makan

· Rasa capek/lelah

· Pasien intoleran terhadap dingin

· Sembelit

c. Riwayat kesehatan :

· Pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan keluhan terdapat benjolan di leher depan dan
nyeri saat ditekan.

d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:

1. Pola makan

· Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan menurun

2. Pola tidur

· Pasien sering tidur larut malam

3. Pola aktivitas

· Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan

e. Pemeriksaan fisik mencakup :

1) Sistem intergument, seperti : kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku
buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.

2) Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia


3) Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktifitas
menurun, hipotensi.

4) Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap
dingin.

5) Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.

6) Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata,
gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks tendom.

7) Gastrointestinal, seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.

8) Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya diri, dan
bahkan maniak.

f.Pemeriksaan Penunjang :

1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4 20µg/dl.

2) Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum,
sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) : Kadar TSHpada pasien tersebut
yaitu <0,005µIU/ml,

g. Pemeriksaan USG :

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang ukuran dan bentuk kelenjar
tiroid dan nodul h.

h. Analisis Data :

1) Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat
oftalmopati

-Data yang didapat : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan
memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendom.

2) Penurunan curah jantung b/d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipotensi.

- Data yang didapat : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung dan hipotensi.

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan kebutuhan metabolisme, dan napsu
makan yang menurun.

-Data yang didapat : anoreksia, obtipasi, distensi abdomen, hemoglobin menurun, dingin, pucat, kering,
bersisik dan menebal, pertumbuhan kuku buruk, serta kuku menebal.
4) Pola nafas tidak efektif berdasarkan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang menurun,
dispnea.

- Data yang didapat : hipoventilasi, dispenia, efusi pleural

3.2 Diagnosa Keperawatan

a.Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat
oftalmopati.

b. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

d.Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

e. Hipotermi b/d penyakit.

f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal

g. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi

h. Sindrom gangguan Interpretsasi lingkungan berhubungan dengan depresi

3.3 Intervensi

Dx 1. Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai
akibat oftalmopati.

Tujuan : agar pasien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi trauma/cedera
pada mata.

Intervensi :

Ø 1)Anjurkan pada pasian bila tidur dengan posisi elevasi kepala.

R/ untuk mengurangi trauma pada mata.

2)Basahi mata dengan borwater steril.

R/ untuk memberi rasa nyaman pada mata

Ø 3)Jika pasien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi.

R/ memudahkan pasien untuk tidur

Ø 4)Berikan obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya dokter
memberikan obat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan diuretik.
R/ mengurangi edema dan cairan

Dx 2. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup

Tujuan : agar fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, dan irama jantung
dalam batas normal.

Intervensi :

1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam

R/ untuk mengindikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi,


penurunan pengeluaran urine dan perubahan status mental.

2. Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat segera bila pasien mengalami nyeri dada,

R/ karena pada pasien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis arteri koronaria.

3. Kolaborasi pemberian obat-obatan

R/ untuk mengurangi gejalah-gejalah.

Obat yang sering digunakan adalah levotyroxine sodium.

Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispenia. Pada dosis awal pemberian obat biasanya
dokter memberikan dosis minimal, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3 minggu
sampai ditemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.

4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang harus
diwaspadai bila terjadi hipertiroid akibat penggunaan obat yang berlebihan.

R/untuk mengidentifikasikan reaksi obat yang di berikan pada pasien

Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

Tujuan : agar nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan bertambah,tekstur kulit baik.

Intervensi :

1. Dorong peningkatan asupan cairan

R/Untuk menambah asupan cairan pada tubuh px

2. Berikan makanan yang kaya akan serat

R/ Agar asupan nutrisi pada tubuh tercukupi

3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
R/ Agar px tau tentang makanan apa saja yang baik untuk di makan

4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat dan terapi yang tepat

R/ untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan

5. Kolaborasi dengan ahli gizi

} R/ untuk pemberian nutrisi yang diberikan tepat

Dx 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Tujuan : agar pasien dapat beristirahat.

Intervensi :

1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.

R/ untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.

2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.

R/ Agar tidak terjadi luka dekusbitus

3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.

R/ Bertujuan agar tidak menimbulkan stress

4. Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.

R/ Untuk mengetahui perkembangan dalam beraktivitas pada pasien

Dx 5. Hipotermi berhubungan dengan penyakit.

Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh normal.

Intervensi :

1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.

R/Agar pasien merasa hangat dan nyaman

2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik
atau penghangat).

R/ Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan atau efek samping dari benda tsb

3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.

R/Untuk mengetahui suhu normal pada px


4. Lindungi terhadap hawa dingin dan hembusan angin

. R/Agar hipotermi tidak kambuh lagi

Dx 6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal

Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.

Intervensi :

1. Dorong peningkatan asupan cairan.

R/ Agar asupan cairan pada tubuh terpenuhi

2. Berikan makanan yang kaya akan serat.

R/ Agar asupan nutrisi terpenuhi dengan baik

3. Ajarkan kepada pasien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.

R/ Memberi wawasan pada pasien makanan apa saja yang baik untuk di konsumsi

4. Pantau fungsi usus

R/ Untuk mengetahui kerja usus apakah sudah normal atau belum

5. Dorong pasien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.

R/Untuk merileksasikan otot-otot agar tidak kaku

6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.

R/ : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan

Dx 7. Ketidakefektifan Pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi.

Tujuan : Perbaikan status respirasi dan pemeliharaan pola napas yang normal.

Intervensi :

1. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.

R/ untuk mengetahui tindakan selanjutnya dari pemeriksaan tsb

2. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.

R/ untuk mengetahui tindakan selanjutnya dari pemeriksaan tsb

3. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.


R/karena dosis yamg berlebiha akan menimbulkan efek samping dari obat tsb

4. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika
diperlukan.

R/ untuk mengatur pola nafas pasein agar bisa bernafas dengan baik

Dx 8. Sindrom gangguan Interpretsasi lingkungan berhubungan dengan depresi

Tujuan : Perbaikan proses berpikir

Intervensi :

1. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.

R/ Untuk mengurangi terjadinya stres karena proses penyakit

2. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas

R/Untuk mengurangi stres akibat penyakit yang di derita px

3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan
akibat dan proses penyakit .

R/Memberi wawasan pada keluaga pasien tentang apa yang terjadi akibat proses penyakit tsb

Anda mungkin juga menyukai