Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes mellitus


2.1.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen

yang ditandai oleh kenaikan kadar glokosa dalam darah atau

hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi

(Brunner & Suddarth, 2002)

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang kompleks

yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak

serta berkembangnya komplikasi mikrovaskuler, makrovaskuler dan

neurologist. (Long, 1996).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

(Smeltzer,2002).

2.1.2 Etiologi

Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus (Sjaifoellah, 1996)

yaitu :

a. Faktor keturunan

6
2

Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel – sel betha

pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan secara autosom

dominant sehingga mempengaruhi sel betha serta mengubah

kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan rangsang yang

merupakan bagian dari sintesis insulin.


b. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin berkurang
Jumlah glukosa yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan

yang digunakan oleh jarinagan perifer tergantung keseimbangan

fisiologis beberapa hormon. Hormon yang menurunkan glukosa darah

yaitu insulin yang dibentuk sel betha pulau pancreas.


c. Kegemukan atau obesitas
Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan

hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan

kegemukan dengan diabetes mellitus dan insulin insufisiensi relative.


d. Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi insulin
Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin

terutama pada post reseptor.


2.1.3 Manifestasi klinis
Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba – tiba pada usia

anak – anak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak

memproduksi insulin dengan baik. Gejala – gejalanya antara lain adalah

sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, berat badan turun,

kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang berulang,

meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni, cenderung terjadi pada

mereka yang berusiadibawah 20 tahun.


Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahan – lahan

sampai menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya

seperti gejala pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan

tenaga, dan merasa tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar
3

dan haus, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya,

mudah sakit yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang

berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada

golongan anak – anak dan remaja.


Gejala – gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai

keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine

sehingga bila urine tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh semut

adalah tanda adanya gula. Gejala lain yang biasa muncul adalah

penglihatan kabur, luka yang lam asembuh, kaki tersa keras, infeksi jamur

pada saluran reproduksi wanita, impotensi pada pria.


2.1.4 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi

akut dan komplikasi kronik. (Carpenito, 2001).


Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus

yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah

dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002).

a. Diabetik Ketoasedosis ( DKA )


Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan

akut dari suatu perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik

ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya

jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2002)


b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang

didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai

perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN

dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada

KHHN (Smetzer, 2002).


c. Hypoglikemia
4

Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang

rendah) terjadi aklau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50

hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat

insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang

terlalu sedikit (Smeltzer, 2002).


Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada

semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik).

Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu : (Long 1996) :


a. Mikrovaskuler
1. Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan

mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal.

Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi

ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran

protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002).


2. Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala

penglihatan sampai kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak

selalui disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak

disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjanganyang

menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long,

1996).
3. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem

saraf otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat.

Akumulasi sorbital dan perubahan – perubahan metabolik lain

dalam sintesa atau funsi myelin yang dikaitkan dengan


5

hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf ( Long,

1996 : 17)
b. Makrovaskuler
1. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus

maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan

darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau

hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah

menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko

penderita penyakit jantung koroner atau stroke


2. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf

sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan

tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi

dimulai dari celah – celah kulit yang mengalami hipertropi, pada

sel –sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki

yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang

tekena trauma (Long, 1996).


3. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan

sehingga suplai darah keotak menurun (Long, 1996).


2.1.5 Pathofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan

glukosa/produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan

sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini

mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/dl). Pada pasien

DM, kadar glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat

rendahnya produk insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya, sebagai sel-

sel akan starvasi. Bila kadar meningkat akan dibuang melalui ginjal yang
6

akan menimbulkan diuresi sehingga pasien banyak minum (polidipsi).

Glukosa terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori

sehingga nafsu makan meningkat (poliphagi). Akibat sel-sel starvasi

karena glukosa tidak dapat melewati membran sel, maka pasien akan cepat

lewat.
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis

antara lain:
a. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu

mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi)

dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan

sebelum dan sesudah makan serta pada waktu tidur.


b. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang

merupakan Hb minor sebagai hasil dari glikolisis normal.


c. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan

glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode

waktu diantara pemeriksaan darah.


2.1.7 Tipe Diabetes Mellitus
Klasifikasi DM menurut Marilyn Diabetes ( 2013 ) adalah :
a. Diabetes Tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM )
Terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin

karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autonium.

Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati

meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah

cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa

yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut dieksresikan dalam


7

urin (glukosuria). Ekresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.

Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa

haus (polidipsi).
b. Diabetes Mellitus Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung

insulin (NIDDM ) atau Non Insulin Dependent.


Diabetes Mellitus, terjadi akibat penurunan sensitivitas

terhadap insulin (rersistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah

produksi insulin (sekresi insulin). Normalnya insulin akan terikat

dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin dalam Diabetes

tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian

insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa

oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin

yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,

keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar

glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit

meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gannguan

sekresi insulin yag merupakan ciri khas diabetes tpe II, namun

terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan

lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu ketoasidosis


8

diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,

diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah

akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler

nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan

progresif, maka diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi,

gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,

iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-

sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.

2.2 Pola hidup sehat


2.2.1 Pengertian
Pola hidup sehat menurut Kus Irianto (2004) adalah suatu

kebiasaan hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari baik berada

dalam rumah maupun luar rumah. Sedangkan menurut Soekidjo (1993),

perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (Organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.


Pola hidup sehat yaitu segala upaya unuk menerapkan kebiasaan

yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari

kebiasaan buruk yang dapat menggangu kesehatan (Soenarjo R.J, 2002).


2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola hidup sehat
a. pola kebersihan diri
b. pola makanan dan minuman yang sehat
c. pola gerak badan atau olahraga
d. pola keseimbangan kegiatan
e. pola pencegahan dan kesehatan diri
2.2.3 Prinsip pola hidup sehat penderita diabetes melitus
a. Makan Sehat
Diabetes harus memilih jenis makanan sehat yang tepat.

Hindari makanan yang mengandung gula atau jenis karbohidrat

sederhana, seperti makanan manis, madu, susu kental manis. Namun,


9

bukan berarti Anda harus menghindari karbohidrat dan gula sama

sekali. Tubuh Anda tetap membutuhkan karbohidrat sebagai sumber

energi utama. Pilihlah jenis karbohidrat kompleks dan mengandung

banyak serat, seperti nasi merah atau roti yang terbuat dari gandum

utuh. Anda juga masih boleh makan makanan manis, tapi bukan berarti

Anda boleh makan cake setiap hari. Batasi konsumsi makanan tinggi

gula hanya di momen khusus saja, dan cukup seporsi kecil saja. Selain

itu, Anda juga masih membutuhkan lemak, namun hindari makanan

yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans, seperti gorengan dan

fast food. Jangan lupa untuk perbanyak serat dan kurangi konsumsi

natrium yang ada di dalam garam serta makanan kemasan (Andisa

Shabrina, 2017).
Adanya serat (sayur, buah dan kacangan) memperlambat

absorbsi glukosa sehingga dapat ikut berperan mengatur gula darah

dan memperlambat kenaikan gula darah, makanan yang cepat

dirombak dan juga cepat diserap dapat meningkatkan kadar gula darah,

sedangkan makanan yang lambat dirombak dan lambat diserap masuk

ke aliran darah menurunkan gula darah (Almatsier, 2011).


b. Makan dengan porsi seimbang
Setiap orang sebenarnya harus mengonsumsi makanan dengan

jumlah yang sesuai kebutuhannya. Kebutuhan kalori setiap orang akan

berbeda, tergantung jenis kelamin, kondisi kesehatan, berat badan, dan

tinggi badan (Andisa Shabrina, 2017). Berikut adalah rata-rata

kebutuhan yang diperlukan para pasien diabetes:


1. Karbohidrat: 50-60 persen dari kebutuhan kalori
2. Protein: 10-15 persen dari kebutuhan kalori
3. Lemak: 20-25 persen dari kebutuhan kalori
4. Serat: 25 gram/hari
10

Karbohidrat atau hidrat arang adalah suatu zat gizi yang fungsi

utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya

menghasilkan 4 kalori, walaupun lemak menghasilkan energi lebih

besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai

bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang, di

negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80%

dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai

90%, sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya

sekitar 40-60%, hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang

mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber

bahan makanan kaya lemak maupun protein, karbohidrat banyak

ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan

sebagainya), serta pada biji-bijian (Ostman, 2001).


Penukar nasi umumnya digunakan sebagai makan pokok, satu

porsi nasi setara dengan ¾ gelas atau 100 gram, mengandung 175

kalori, 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat, untuk menentukan

berapa kebutuhan karbohidrat total perhari dapat ditentukan dengan

melihat kebutuhan energi sehari, jika energi sehari adalah sebesar 2450

kkal, maka energi yang berasal dari karbohidrat adalah 1470-1838 kkal

atau sekitar 368-460 g karbohidrat, 1 gram karbohidrat setara dengan 4

kkal, kebutuhan karbohidrat 60-70% total kkal (Almatsier, 2011).


c. Olahraga rutin
Anda tidak harus bergabung ke dalam klub olahraga tertentu

atau pergi ke gym. Sebagai gantinya, Anda bisa jalan kaki santai, atau

bersepeda. Rutin melakukan olahraga setiap hari dalam seminngu,

setidaknya 30 menit sehari. Gaya hidup aktif akan membantu Anda


11

mengendalikan diabetes dengan menurunkan gula darah. Selain itu, ini

juga dapat menurunkan risiko Anda terkena penyakit jantung, dan

membantu menurunkan berat badan serta mengurangi stres.


Olahraga teratur adalah cara terbaik untuk meningkatkan

pembakaran lemak tubuh (Tandra, 2014). Tujuan olahraga adalah

untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah kegemukan,

memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru

dan mencegah komplikasi lebih lanjut, olah raga meliputi empat

prinsip jenis olah raga dinamis yaitu memenuhi frekuensi, intensitas,

durasi (time) dan tipe (jenis ) :

Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan

teratur 3-5 kali


Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60-70% MHR (Maximun

Heart Rate)
Time : 30-60 menit
Tipe/Jenis : Olahraga aerobic (endurans) untuk meningkatkan

kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging,

berenang dan bersepeda


Menurut Soegondo dkk (2009) menentukan MHR (Maksimun

Heart Rate) yaitu: 220-umur, setelah MHR didapat ditentukan THR

(Target Heart Rate), misalnya intensitas latihan yang diprogramkan

bagi diabetisi umur 50 tahun sebesar 60-70%, maka THR : 60%x(220-

50)=102, sedangkan THR 70% adalah: 70%x(220-50)=119, dengan

demikian jika diabetesi ini akan olahraga sebaiknya berada diantar

102-119 kali/menit, hal-hal yang perlu diperhatikan waktu olah raga

yaitu pemanasan (warm up) kegiatan ini dilakukan sebelum memasuki


12

latihan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh

sebelum memasuki latihan, menaikkan suhu tubuh, meningkatkan

denyut nadi secara perlahan-lahan, mengurangi kemungkinan

terjadinya cedera, lama pemanasan 5-10 menit, kemudian latihan inti

(conditioning) pada tahap ini denyut nadi diusahakan mencapai THR

agar latihan benar bermanfaat.


Pendinginan (cooling-down), setelah selesai olahraga dilakukan

pendinginan untuk mencegah penumpukan asam laktat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah berolahraga atau pusing-

pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktif, contohnya

bila olahraga jogging maka pendinginan dilakukan dengan tetap jalan

selama beberapa menit, bila mengayuh sepeda tetap mengayuh tanpa

beban, lama pendinginan sebaiknya dilakukan 5-10 menit peregangan

(stretching) hal ini dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-

otot yang masih meregang dan tidak elastis dan ini sangat penting bagi

diabetisi usia lanjut (Soegondo dkk, 2009).


d. Merokok
Berhenti dari kebiasaan merokok, berhenti merokok dapat

menurunkan resiko terjadinya diabetes Mellitus, jadi lakukan dengan

berlahan untuk berhenti merokok, merokok tiga kali lebih cepat

meninggal karena penyakit jantung daripada mereka yang tidak

merokok. Jika seseorang menghirup asap rokok, nikotin dalam asap

rokok itu menyebabkan pembuluh darah menyempit sementara. Hal itu

membuat jantung berdenyut lebih cepat dan menaikkan tekanan darah.

Merokok juga dapat menimbulkan karang lemak pada dinding


13

pembuluh darah, suatu keadaan yang dikenal dengan “ Otheros-

clerosis” atau pengerasan pembuluh arteri.


Jika anda seorang penderita diabetes, merokok sangat

berbahaya, penderita diabetes mempunyai resiko lebih tinggi mendapat

penyakit pembuluh darah dan merokok akan menambah lebih

menyempitnya pembuluh arteri, penyempitan pembuluh arteri

mengurangi darah beredar keseluruh bagian tubuh, menambah resiko

penyakit ginjal dan komplikasi mata yang disebut ‘Retinopathy”

merokok juga mengakibatkan masalah peredaran darah yang dapat

berakibat diamputasinya (dipotongnya) kaki atau tungkai.


e. Tidak mengkonsumsi alkohol
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah

dibuktikan, namun mekanismenya masih belum jelas. Diduga

peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan

peningkatan kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan

darah. Efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila

mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standart setiap

harinya. Ada beberapa alasan yang baik mengapa anda harus

menghindari alkohol jika anda penderita diabetes. Apabila lambung

kosong, kebanyakan dari alkohol yang diminum diserap langsung dari

lambung ke dalam peredaran darah. Jika kadar glukosa darah turun

terlalu rendah, liver (hati) mengubah glycogen yang disimpan menjadi

glukosa dan dilepaskan kedalam darah. Namun alkohol diberi prioritas

utama untuk diolah. Ini berarti bahwa liver akan memproses alkohol

terlebih dahulu, dan mengurus glukosa darah belakangan. Sebagai

akibatnya hipoglikemia (rendah gula darah).


14

Alkohol sendiri mengandung kalori. Jika dicampur dengan

larutan manis, akan lebih banyak lagi kalorinya. Jika anda mencoba

mengenali diet anda, anda harus memperhitungkan kalori ini. Oleh

karena alkohol dicernakan seperti lemak di dalam badan, alkohol

haruslah dianggap sebagai pengganti lemak dalam perencanaan diet.

Pada diabetes yang pengendaliannya buruk alkohol juga dapat

meningkatkan kadar gula darah


f. Istirahat
Istirahat adalah suatu keadaan tanpa kegiatan baik dalam tubuh

atau pikiran. Istirahat tidak ahanya mengurangi aktivitas otot, akan

tetapi juga meringankan ketegangan pikiran, dan menentramkan

rohani. Istirahat dapat dipenuhi dengan berbagai cara, misalnya :

mendengarkan radio, menonton televisi, melihat perlombaan,

membaca buku (Kus Irianto, 2004).


g. Pakai alas kaki yang tepat
Salah satu risiko komplikasi yang sering dialami pasien

diabetes adalah luka atau borok di kaki. Kaki Anda sering mengalami

luka karena tidak merasakan sensasi apapun atau baal. Ini dikarenakan

sistem saraf di bagian kaki penderita diabetes sudah tidak baik lagi.

Luka akibat diabetes umumnya sulit sembuh. Apalagi bila kadar

gulanya tak terkendali.


Maka dari itu, hal yang paling tepat untuk mencegah luka di

kaki adalah dengan menggunakan alas kaki yang sesuai. Misalnya saja,

saat melakukan kegiatan di luar rumah, pilih alas kaki yang

mempunyai sol yang tebal dan punggung kaki tertutup.


15

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Diabetes Melitus

Masyarakat

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Hidup Sehat :


Pola Hidup Sehat
pola kebersihan diri
pola makanan dan minuman yang sehat
pola gerak badan atau olahraga
Prinsip Pola Hidup pola
Sehatkeseimbangan
: kegiatan
Makan Sehat pola pencegahan dan kesehatan diri
Makan dengan porsi seimbang
Olahraga rutin
Merokok
Tidak mengkonsumsi alkohol
Istirahat
Pakai alas kaki yang tepat

Pola Hidup Sehat Pola Hidup Sehat Pola Hidup Sehat

Keterangan : Diteliti
Tidak diteliti
Arah hubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

22

Anda mungkin juga menyukai