Tim Neonatal
P2KP – JNPK-KR
1
Evaluasi
3
Evaluasi Gawat napas dengan Menggunakan
Skor Down
0 1 2
Air entry Udara masuk bilateral Penurunan udara Tidak ada udara
bak masuk ringan masuk
7
8
9
Pemeriksaan
• Rontgen Dada
• Analisis gas darah arteri
• Pemeriksaan darah tepi lengkap (anemia, polisitemia, sepsis)
• Pemeriksaan kadar glukosa (hipoglikemia)
• Kultur darah (sepsis, pneumonia)
10
Tatalaksana
11
Penyebab Umum Gawat Napas
Definisi
Suatu penyakit ringan pada neonatus yang mendekati cukup bulan atau
neonatus cukup bulan yang mengalami gawat napas segera setelah lahir
dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari.
13
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
Patogenesis
• Bagaimana cairan paru terbentuk?
• Apa fungsi dari cairan paru?
• Apa yang terjadi pada cairan paru selama persalinan?
• Apakah cara bayi dilahirkan berpengaruh terhadap keadaan
ini?
14
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
Faktor Risiko
16
17
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
• Rontgen dada:
Garis pada perihilar, kardiomegali ringan, peningkatan volume
paru, cairan pada fissura minor, dan umumnya ditemukan cairan
pada rongga pleural.
18
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
Tatalaksana TTN
Umum:
Pemberian oksigen .
Pembatasan cairan
Pemberian asupan setelah takipnea membaik
Konfirmasi diagnosis dengan menyisihkan penyebab-penyebab
takipnea lain seperti pneumonia, penyakit jantung kongenital dan
hiperventilasi serebral.
19
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
Hasil Akhir dan Prognosis TTN
Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko kekambuhan
atau disfungsi paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan
dengan mobilisasi cairan dan ini biasanya dikaitkan dengan diuresis.
20
Penyakit Membran Hialin
Definisi
Penyakit membran hialin juga dikenal sebagai sindrom gawat
napas (respiratory distress syndrome, RDS). Kondisi ini biasanya
terjadi pada bayi prematur.
21
Penyakit Membran Hialin
Insidens
HMD terjadi pada sekitar 25% neonatus yang lahir pada usia
kehamilan 32 minggu. Insidens meningkat dengan semakin
prematurnya neonatus.
23
Penyakit Membran Hialin
Faktor Risiko
• Risiko meningkat apabila ada:
• Prematuritas
• Jenis kelamin laki-laki
• Neonatus dari ibu dengan diabetes
24
Penyakit Membran Hialin
Faktor Risiko
• Risiko berkurang apabila ada:
• Stres intrauterin kronis
• Ketuban Pecah Dini dalam waktu lama
• Hipertensi ibu
• Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau kecil
untuk masa kehamilan (KMK)
• Kortikosteroid – Prenatal
25
Penyakit Membran Hialin (lanjutan)
Pemeriksaan
• Pemeriksaan Laboratorium:
• Gas darah: mengungkap adanya hipoksia, hiperkarbia, asidosis
• Gambaran darah lengkap dan biakan darah diperlukan untuk
menyisihkan kemungkinan infeksi
• Kadar glukosa darah biasanya rendah
26
• Pemeriksaan rontgen dada:
• Adanya penampilan seperti ground glass appearance, infiltrat halus
dengan bronkogram udara
27
28
Penyakit Membran Hialin
Tatalaksana
Umum
• Pengaturan suhu
• Cairan parenteral
• Antibiotik
• Pemantauan berkesinambungan
29
Penyakit Membran Hialin
• Penggunaan CPAP telah dicoba
• Jika dengan CPAP
• PH < 7,2 FiO2 > 40%
• Atau PO2 < 40mmHg
• Atau PCO2 > 60mmH
• Defisit basa > -10
ventilasi mekanik
Penyakit Membran Hialin
31
Penyakit Membran Hialin
• Tatalaksana Khusus
• Terapi surfaktan jika intubasi trakeal diperlukan
• Hasil Akhir
• RDS bertanggung jawab untuk 20% dari semua kematian
neonatus
• Penyakit paru kronis terjadi pada 29% BBLSR
32
Sindrom Aspirasi Mekonium
Definisi
Gawat napas yang bersifat sekunder akibat aspirasi mekonium oleh fetus
dalam uterus atau oleh neonatus selama proses persalinan dan kelahiran.
33
Sindrom Aspirasi Mekonium (lanjutan)
Patogenesis:
Aspirasi mekonium dapat menyebabkan:
Faktor Risiko
35
Sindrom Aspirasi Mekonium (lanjutan)
Presentasi Klinis
36
Sindrom Aspirasi Mekonium
• Pemeriksaan Laboratorium
• Analisis gas darah
• Kultur darah dan pemeriksaan darah lengkap (CBC)
37
Sindrom Aspirasi Mekonium
• Pemeriksaan Radiologi
• Rontgen dada: bercak infiltrat, garis kasar pada kedua bidang paru,
hiperinflasi anteroposterior, dan diafragma lebih datar
38
39
Sindrom Aspirasi Mekonium
Tatalaksana
Tatalaksana prenatal:
• Identifikasi kehamilan berisiko tinggi
• Memantau denyut jantung janin selama persalinan
• “Amnioinfusion” (?)
40
Sindrom Aspirasi Mekonium
Tatalaksana
41
Sindrom Aspirasi Mekonium
42
Sindrom Aspirasi Mekonium (lanjutan)
Tatalaksana Pernapasan
43
Sindrom Aspirasi Mekonium (lanjutan)
44
Sindrom Kebocoran Udara
Definisi
Sindrom kebocoran udara (pneumomediastinum, pneumothorax, pulmonary
interstitial emphysema dan pneumopericardium) adalah spektrum penyakit dengan
penyebab patofisiologi dasar yang sama. Distensi saccus alveolaris atau
saluran napas terminal yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan
integritas saluran napas yang mengakibatkan penyebaran udara ke rongga di
sekitarnya.
45
Sindrom Kebocoran Udara (lanjutan)
Insidens
46
Sindrom Kebocoran Udara (lanjutan)
Faktor Risiko
• Spontan 0,5%
• Bantuan ventilator 15-20%
• CPAP 5%
• Pewarnaan kuning/hijau oleh mekonium atau aspirasi mekonium
• Terapi surfaktan
• Tekanan ventilasi yang berlebihan pada resusitasi (ventilasi dengan
balon resusitasi)
47
Sindrom Kebocoran Udara (lanjutan)
Presentasi Klinis Neonatus dengan Sindrom Kebocoran Udara
48
Sindrom Kebocoran Udara (lanjutan)
49
50
Sindrom Kebocoran Udara (lanjutan)
Tatalaksana
• Umum
• Hindari penggunaan ventilator
• Gunakan ventilasi dengan balon resusitasi manual dengan hati-
hati
• Spesifik
• Dekompresi kebocoran udara sesuai dengan jenisnya.
• Jangan melakukan dekompresi dengan jarum
51
Apnea
Definisi
• Berhentinya pernapasan disertai oleh bradikardia
dan/atau sianosis selama lebih dari 20 detik.
Insidens
• 50-60% dari bayi prematur memperlihatkan adanya
apnea (35% dengan apnea sentral, 5-10% apnea
obstruktif, dan 15-20% dengan apnea campuran).
52
Apnea
Apnea patologis
Hipothermia Penyakit jantung
Hipoglikemia Penyakit paru
Anemia Gastro intestinal reflux
Hipovolemia Obstruksi jalan napas
Aspirasi Infeksi, meningitis
NEC / Distensi Gangguan neurologis
53
Apnea (lanjutan)
Pemeriksaan
• Pemantauan neonatus berisiko dengan usia kehamilan kurang dari 32
minggu.
• Mengevaluasi kemungkinan penyakit dasar.
• Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan darah rutin,
analisis gas darah, glukosa serum, elektrolit dan kadar kalsium.
• Lakukan pemeriksaan radiologi jika ada kecurigaan penyakit organ di
dalam rongga dada
54
Apnea (lanjutan)
Tatalaksana Apnea
• Terapi Umum
• Melakukan stimulasi taktil.
• CPAP pada apnea berulang dan memanjang.
• Terapi farmakologis (kafein atau teofilin) mungkin diperlukan.
• Pantau kadarnya.
55
Apnea (lanjutan)
Tatalaksana Apnea
• Terapi Spesifik
• Pengobatan penyebab, jika terindentifikasi, misalnya pengobatan
sepsis, hipoglikemia, anemia dan kelainan elektrolit.
56
Apnea (lanjutan)
57
Studi Kasus 1
Neonatus dengan usia kehamilan 37 minggu, berat badan 3,5 kg, dilahirkan
melalui bedah sesar, mengalami gawat napas empat jam setelah lahir. Ia
dimasukkan ke NICU untuk dievaluasi.
• Rontgen dada:
• Kardiomegali ringan
• Volume paru yang meningkat
• Petanda bronkovaskuler yang meningkat
• Cairan dalam fissure interlobial
• Skor Down 8
60
Studi Kasus 2 (lanjutan)
• Pemeriksaan gas darah arteri memperlihatkan:
• PaO2 = 30 mm Hg
• PaCO2 = 40 mm Hg
• pH = 7,2
• Defisit basa = -10
• Pemeriksaan rontgen dada mengungkap :
• Adanya bronkogram udara
• Paru berukuran kecil dengan penampilan simetris dan seperti serpihan
halus kaca
62
Studi Kasus 3 (lanjutan)
• Gas darah:
• PaO2 30 mm Hg
• PaCO2 60 mm Hg
• pH of 7,15
• Defisit basa 8
• Rontgen dada dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak
64
Studi Kasus 4 (lanjutan)
65
Ringkasan:
• Mengevaluasi tingkat keparahan gawat napas dengan menggunakan
skor Down.
• Mengidentifikasi kelainan pernapasan umum pada neonatus,
termasuk:
• Takipnea sementara pada neonatus (TTN).
• Panyakit Membran Hialin (RDS).
• Sindrom aspirasi mekonium (MAS).
• Sindrom kebocoran udara.
• Apnea.
• Pneumonia.
66
Ringkasan:
67
Ringkasan:
68
Ringkasan:
69
TERIMA KASIH
70