Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN

KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD


Dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai


Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :
REVI APRILIANI
NIM. 13DB277035

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
Judul : Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah
Dini di Ruang VK RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Penyusun : Revi Apriliani
NIM : 13DB277035

PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan Disetujui


Untuk Mengikuti Ujian Sidang LTA
Pada Program Studi D III Kebidanan
STIKes Muhammadiyah Ciamis

Oleh:
Pembimbing I

MettyNurherliyany, SST Ciamis,Juni 2016


NIK. 0432778708053

Pembimbing II

Dewi Nurmala, SST Ciamis,Juni 2016


NIK. 0432779115099

Mengetahui,
Ketua Program Studi D – III Kebidanan,

HeniHeryani, SST.,M.KM.
NIK. 0432778104030

ii
Judul : Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini
di Ruang VK RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Penyusun : Revi Apriliani
NIM : 13DB277035

PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan diperbaiki


sesuai dengan masukan Dewan Penguji
Pada tanggal………………

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II

Neli Sunarni, M.Keb Metty Nurherliyany, SST


NIK. 0432778105033 NIK. 0432778708053

Mengetahui,

Ketua Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis, Program Studi D III Kebidanan

H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes Heni Heryani, SST., M.KM.
NIK.0432777295008 NIK. 0432778104030

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan


Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Ruang VK RSUD dr.
Soekardjo Tasikmalaya” sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di
dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan
institusi Prodi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini.

Ciamis, Juni 2016


Yang Membuat Pernyataan,

Revi Apriliani

iv
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, shalawat serta
salam teruntuk Nabi Muhammad Saw, pendidik terbaik umat manusia yang menjadi
panutan bagi kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban
Pecah Dini di Ruang VK RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya”. Penulisan Laporan
Tugas Akhir ini di kerjakan dengan penuh rasa cinta dan tanggung jawab.
Oleh karena itu penulis berharap dengan terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini
dapat menimbulkan suatu manfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga kepada para
pembaca dengan memaklumi atas segala kekurangan yang ada.
Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan tak lepas dari peran berbagai
pihak dengan segala dukungan, bimbingan dan pengarahan baik moril maupun
materil yang penulis jadikan sebagai motivator. Untuk itu ingin rasanya penulis
menyampaikan banyak terima kasih dan rasa hormat yang sebesar-besarnya
kepada:
1. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes. selaku ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis,
2. Heni Heryani, SST., M.KM., selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan,
3. Metty Nurherliyany, SST selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,
4. Dewi Nurmala, SST selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,
5. Direktur RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, yang telah memberikan ijin untuk
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,
6. Bidan Selvy Thesisani, SST selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan arahan dan bimbingan Laporan Tugas Akhir ini,
7. Bidan – bidan di Ruang VK RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, yang telah
membantu penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,

v
8. Seluruh staf dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah membantu
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini ,
9. Ny. H beserta keluarga atas kerjasamanya yang begitu tulus selama
penulis melakukan asuhan kebidanan,
10. Ibu dan bapak terkasih yang telah memberikan motivasi, dukungan, doa
yang tak henti,
11. Kakak – kakak tersayang, yang telah memberi inspirasi, dan semangat
setiap harinya.
12. Rekan ASPI 9 yang telah bersama – sama saling menguatkan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya.
13. Rekan mahasiswa DIII Kebidanan angkatan X, terima kasih atas
kerjasamanya.
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang
kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
dalam ilmu kebidanan.
Penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar – besarnya apabila ada
kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Semoga apa yang
dicita – citakan kita bersama di kabulkan Allah Swt, amin.

Nasruminallohwafathunqorib Wabassyirilmu’minin
Wassalamualaikum wb. wb

Ciamis, Juni 2016

Penyusun

vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH
DINI DI RSUD Dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 20161

Revi Apriliani2. Metty Nurherliyanyi3. Dewi Nurmala4

INTISARI

Ketuban pecah dini merupakan penyebab angka kematian ibu di Indonesia.


Berdasarkan data yang diambil dari Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo
angka kejadian ketuban pecah dini tahun 2015 sebanyak 431 kasus. Pecahnya
selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam
rahim. Ibu bersalin dengan ketuban pecah dini jika tidak dilakukan perawatan dan
penanganan segera akan menyebabkan masalah terhadap ibu yaitu persalinan
prematur, infeksi korioamnionitis. Sedangkan pada janin yaitu hipoksia dan asfiksia
akibat oligohidramnion, sindrom deformitas janin.

Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh


pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini menggunakan pendekatan proses manajemen
kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini ini
dilaksanakan pada pada tanggal 20 April 2016 di Ruang VK (Bersalin) RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.

Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran


dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan
kebidanan mulai dari pengumpulan data, interpretasi data, diagnosa potensial,
kebutuhan segera, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini di Ruang VK (Bersalin) RSUD dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya telah dilaksanakan.

Kata Kunci : Ibu Bersalin, Ketuban Pecah Dini

Kepustakaan : 36 Buku (2007 -2015)

Halaman : i-xi, 59 halaman, 13 lampiran

1 Judul Penulisan Ilmiah, 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3 Dosen


STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
INTISARI .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................. 6
D. Manfaat .......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar ................................................................................. 8
B. Teori Manajemen Kebidanan .......................................................... 24
C. Konsep Dasar asuhan Kebidanan Pada Persalinan Dengan
Ketuban Pecah Dini ........................................................................ 37
D. Tugas dan Wewenang Bidan .......................................................... 39

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Metode Pengkajian ......................................................................... 42
B. Tempat dan waktu Pengkajian ........................................................ 42
C. Subjek yang Dikaji........................................................................... 42
D. Jenis Data ....................................................................................... 42
E. Instrumen Pengkajian .................................................................... 43
F. Tinjauan kasus ................................................................................ 45

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 49

viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan .......................................................................................... 58
B. Saran .............................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Skema Tentang Langkah-langkah Proses Manajmen


............................................................................................... 36

x
LEMBAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Pemberitahuan Izin Pra penelitian dari Dinas
Perhubungan Kota Tasikmalaya
Lampiran 5 Surat Pemberitahuan Izin Pra penelitian dari Dinas Kesehatan
Kota Tasikmalaya
Lampiran 6 Surat Pemberitahuan Izin Pra penelitian dari RSUD dr.
Soekardjo Tasikmalaya
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Pembimbing 1 dan 2
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Pembimbing Al–Islam dan
Kemuhammadiyahan
Lampiran 9 SOP Ketuban Pecah Dini Ruang VK RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya.
Lampiran 10 Daftar Tilik
Lampiran 11 Lembar Partograf

Lampiran 12 Lembar Observasi Nadi, His dan BJF


Lembar Observasi 2 Jam Post Partum
Lampiran 13 Riwayat Hidup

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) kematian maternal adalah
kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan
dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. WHO
memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu
terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan
akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah
persalinan (WHO, 2014)
Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di
dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara
179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa (WHO, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
menilai tidak saja derajat kesehatan perempuan tetapi juga derajat
kesejahteraan perempuan. Penurunan AKI merupakan salah satu target
yang perlu kerja keras (Off Track) dalam Pembangunan Kesehatan Pasca
2015 atau Pembangunan Berkelanjutan 2030 Kementrian Kesehatan RI
dalam SDG’s (Sustainable Development Goals) yaitu pada Goals ketiga
(Kemenkes RI, 2015).
SDG’s menargetkan pada tahun 2030, mengurangi angka kematian
ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil sementara
identifikasi calon indikator SDGs untuk sektor kesehatan pada Goals ketiga yaitu
pada tahun 2030 dari 359per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012) menjadi
70 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Rencana Pembangunan Jagka
Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategi (RESTRA) tahun 2015
– 2019 dari 346 per 100.000 kelahiran hidup (SP,
2010) menjadi 30 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Angka kematian ibu masih berpacu pada Survei Demografi
Kependudukan Indonesia yang di selenggarakan setiap lima tahun sekali.
2

Berdasarkan survei terakhir SDKI pada tahun 2012, AKI Indonesia adalah
359 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2015).
Angka kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2013 adalah 781
kasus dan pada tahun 2014 turun menjadi 747 kasus dari total 3.979 kasus
(Dinkes JABAR, 2015). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya Tahun 2015, bahwa AKI di Kota Tasikmalaya yaitu 20 kasus
per 10.885 kelahiran hidup. Pada umumnya kematian Ibu terjadi pada saat
nifas (48,3%), pada saat hamil (37,9%) pada saat persalinan (13,7%).
(Dinkes Kota Tasikmalaya, 2015)
Setiap yang hidup akan menemui ajalnya (kematian) dijelaskan
dalam Surat 29. Al-Ankabut ayat : 57

Artinya : tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, kemudian


hanyalah kepada Kami kamu kembalikan (Q.S Al Ankabut : 57).
Setiap manusia akan meninggal dunia, termasuk ibu yang melahirkan
kita, hanya kepada Allah lah semua manusia akan kembali dan wanita yang
meninggal karena persalinan termasuk orang yang mati syahid seperti yang
telah di jelaskan dalam hadis di bawah ini :
“Ada tujuh mati syahid selain mati dalam peperangan membela
agama: orang yang mati karena terserang wabah tha’un (kolera), orang yang
mati karena tenggelam, orang yang mati karena sakit pinggang, orang yang
mati karena sakit perut, orang yang mati terbakar, orang yang mati karena
tertimpa reruntuhan dan wanita yang mati karena kehamilan dan persalinan”.
(HR. Abu Dawud).
Persalinan adalah proses serangkaian mekanisme pengeluaran hasil
konsepsi atau buah kehamilan (fetus, plasenta, membrane dan ketuban) dari
uterus melalui vagina atau jalan lahir. Jenis persalinan yang di hadapi
sangatlah berbeda – beda, ada jenis persalinan spontan yaitu persalinan
yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir, persalinan
buatan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forcep, vacum dan operasi seksio caesaria dan persalinan anjuran yang
3

tidak dimulai dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemecahan


ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin (Wiknjosastro, 2010).
Pada masa persalinan, diperlukan asuhan yang mengacu asuhan
sayang ibu. Dasar Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih
dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi, dan asfiksia
bayi baru lahir selain itu sifat dari Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah
mencegah terjadinya komplikasi dan infeksi dalam persalinan dan kelahiran.
Kejadian infeksi salah satunya disebabkan karena Ketuban Pecah Dini
(KPD), Ketuban Pecah Dini (KPD) atau prematur ruptur of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan atau
inpartu (Manuaba, 2010).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase
laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan (Taufan Nugroho, 2012). Ketuban Pecah Dini
(KPD) yang merupakan pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu pada primi
bila pembukaan kurang 3 cm dan pada multipara pada pembukaan kurang
dari 5 cm (Mochtar, 2012).
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor yang lebih berperan
sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah
infeksi. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD (Norma,
2013). Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat
kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa
faktor resiko dari KPD antara lain inkompetensi serviks (leher rahim),
Polihidramnion (Cairan ketuban berlebih), riwayat KPD sebelumnya,
kelainan atau kerusakan selaput ketuban, kehamilan kembar, trauma dan
infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis (Norma, 2013).
4

Ketuban Pecah Dini merupakan komplikasi yang berhubungan


dengan kehamilan kurang bulan dan mempunyai kontribusi yang besar pada
angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD
pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk
menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration
Dystrss Syndrome) (Taufan Nugroho, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah dan Aini Oktarina
menunjukkan hampir seluruh ibu bersalin multipara (80%) mengalami KPD.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi- square, dan
didapatkan nilai p = 0,000 dimana nilai α = 0,05 maka h0 ditolak yang berarti
terdapat perbedaan kejadian KPD pada ibu bersalin primipara dan multipara.
Kesimpulan ada perbedaan kejadian KPD pada ibu bersalin primipara dan
multipara, oleh karena itu ibu hamil harus memeriksakan kehamilan secara
efektif untuk mencegah komplikasi yang menyertai kehamilan dan
persalinannya.
Ketuban Pecah Dini berpengaruh terhadap ibu dan janin. Komplikasi
KPD pada Ibu antara lain adalah infeksi dalam persalinan, infeksi pada
massa nifas, partus lama, perdarahan postpartum, meningkatakan tindakan
operasi obstetric (seksio sesarea), morbiditas dan mortalitas maternal.
Komplikasi KPD pada janin antara lain prematuritas, penurunan tali pusat,
hipoksia dan asfiksia sekunder, sindrom defornitas janin dan morbiditas dan
mortalitas perinatal (Fadlun, 2011)
Pada wanita yang telah mengalami KPD sebelumnya beresiko 2-4
kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya ketuban
pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan
kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini
dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien resiko tinggi
(Nugroho, 2010).
Menurut Winkjosastro (2009) penatalaksanaan ketuban pecah dini
tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterine. Pada
umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini
ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang usia gestasinya >37 minggu dalam
24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterine.
5

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya, diketahui ada 3 penyebab morbiditas ibu tertinggi dengan
salah satunya yaitu KPD. Angka kejadian KPD tahun 2013 di RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya sebanyak 200 kasus dari jumlah total 3988
pasien, dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi
216 kasus dari jumlah total 4.156 pasien, semakin meningkat lagi pada
tahun 2015 menjadi 431 kasus dari jumlah total 4.587 pasien. Bahkan di
awal tahun 2016 jumlah kasus KPD selalu menjadi kasus komplikasi paling
banyak dalam persalinan. Bulan Januari 59 kasus, bulan Februari 55 kasus,
bulan Maret meningkat lagi menjadi 69 kasus (RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya, 2016).
Peran bidan dalam penanganan Ketuban Pecah Dini yaitu dengan
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin secara tepat, cepat dan
komprehensif, karena jika ibu bersalin dengan KPD tidak mendapat asuhan
yang sesuai maka, resikonya akan berakibat pada ibu maupun janin.
Dengan harapan setelah dilakukannya asuhan kebidanan yang cepat dan
tepat maka kasus ibu bersalin dengan KPD dapat di tangani dengan baik,
sehingga angka kematian ibu di Indonesia dapat di kurangi.
Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah
Dini di Ruang VK Rumah Sakit Umum dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah
Latar belakang di atas, memberikan landasan bagi penulis untuk
membuat rumusan masalah “Bagaimana Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Secara Komprehensif Pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di
Ruang VK Rumah Sakit Umum dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun
2016?”
6

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif
pada ibu bersalin Ny. H umur 30 tahun G4P2A1 hamil 37-38 minggu
dengan ketuban pecah dini di ruang VK Rumah Sakit Umum dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data pada ibu bersalin NY. H
dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Tahun 2016.
b. Mampu merumuskan intrepretasi data pada ibu bersalin Ny. H
dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Tahun 2016.
c. Mampu mengidentfikasi diagnosa potensial pada ibu bersalin Ny. H
dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Tahun 2016.
d. Mampu melakukan antisipasi penanganan segera pada ibu bersalin
Ny. H dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016.
e. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin Ny. H dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016.
f. Mampu melaksanakan asuhan kebianan sesuai rencana tindakan
pada ibu bersalin Ny. H dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit
Umum dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016.
g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
ibu bersalin Ny. H dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum
dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016.

D. Manfaat
1. Bagi Klien
Diharapkan dapat mengetahui tanda dan gejala serta penanganan
segera pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dan setelah
7

mendapatkan asuhan kebidanan pasien dapat melewati persalinan


dengan lancar.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan manfaatnya bagi RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya,
dapat meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan berkompeten
khususnya pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sesuai teori yang
di terapkan pada institusi dengan kebijaksanaan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bermanfaat sebagai sumber ilmu tambahan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan dan khususnya dalam
penanganan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
4. Bagi Penulis atau Lainnya
Diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan
mendapatkan pengalaman yang nyata bagi penulis dalam m emberi
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan
tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada
klien yang memiliki, kebutuhan dan atau masalah kebidanan
(kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana,
kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
b. Persalinan
1) Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit
(Depkes, 2008).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba,2010).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban)
dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang
kemudian janin dapat hidup di dunia luar (Rohani dkk.,2011).
Proses persalinan akan dialami dengan menggantungkan
harapan pada Alloh. Dzikir dan doa akan menguatkan jiwanya
dan disisi lain kebaikan serta pahala akan dia dapatkan.
Firman Allah dalam Q,S An-Nahl (16) ;78 ; yang berbunyi :
9

Artinya : “Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibumu


dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.” (Q.S An-Nahl:78).

2) Macam- macam Persalinan


Menurut Baety (2011) persalina dapat dibedakan
menjadi 3 berdasarkan cara pengeluaranny:
a) Persalinan Spontan atau Partus Biasa (Normal)
Proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala melalui
jalan lahir yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
tanpa bantuan alat-alat dan tidak melalui ibu maupun
bayinya, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
b) Persalinan Buatan atau Partus Luar Biasa(Abnormal)
Persalinan pervaginam atau persalinan melalui dinding
perut ibu dengan bantuan alat-alat dan tenaga dari luar,
misalnya Sectio Caesarea(SC), forcep dan vacum.
c) PersalinanAnjuran
Persalinan dengan kekuatan yang diperlukan ditimbulkan
dari luar dengan pemberian obat-obatan atau rangsangan
baik disertai dengan pemecahan ketuban atau tanpa
pemecahan ketuban.
Menurut Baety (2011), persalinan berdasarkan umur
kehamilan dapat dibedakan menjadi 5 diantarnya:
a) Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi (janin) sebelum
dapat hidup (viable), pada umur kehamilan < 20 minggu.
b) Persalinan imatur adalah keluarnya hasil konsepsi pada
umur kehamilan 21-27 minggu.
c) Partus prematurus adalah keluarnya hasil konsepsi
setelah janin dapat hidup, tetapi belum cukup bulan
10

dengan berat janin antara 1000-2500 gr pada umur


kehamilan 28-36 minggu.
d) Partusmatur atau aterm (cukup bulan) adalah keluarnya
hasil konsepsi setelah janin cukup bulan dengan berat
badan diatas 2500 gram pada umur kehamilan 37-42
minggu.kehamilan aterm yaitu umur kehamilan 37-42
minggu (Rukiyah, 2010).
e) Partus postmaturus (serotinus) adalah keluarnya hasil
konsepsi yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu
partus yang ditaksir yaitu umur kehamilan > 42 minggu,
jani disebut postmatur.
3) Tahapan persalinan
Menurut Oxorn dan Forte (2010), tahapan dibedakan
menjadi 4 tahapan antara lain :
a) Kala I
Dimulai sejak persalinan sungguhan sampai pembukaan
lengkap. Pada primigravida lamanya 6 jam sampai 18 jam
dan pada multipara 2 sampai 10 jam. Menurut Baety
(2011) dibagi menjadi 2 fase antara lain :
(a) Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap,
berlangsung lambat dari pembukaan 1-3 cm, lama 7-8
jam.
(b) Fase Aktif
Tanda inpartu kala I fase aktif adalah pembukaan dari
4 cm, keluar air-air (cairan ketuban) (Lilis Lisnawati
2013). Terjadi penurunan bagian bawah janin,
frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat
(kontraksi uterus dianggap adekuat bila terjadi 3 kali
atau lebih dalam 10 menit lama 40 detik atau lebih).
Fase aktif dibagi menjadi 3 tahap diantaranya :
(1) Periode akselerasi (pembukaan 3-4, lama 2 jam).
11

(2) Periode dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm,


lama 2 jam).
(3) Periode deselerasi (pembukaan 9-10 cm, lama 2
jam).
2) Kala II
Fase yang dari pembukaan lengkap sampai lahirnya
bayi.Pada primigravida lamanya 30 menit sampai 3 jam,
dan pada multipara 5 sampai 30 menit.Median lamanya
persalinan kala II pada multipara sedikit berkurang dari 20
menit dan pada primigravida sedikit kurang dari 50 menit
(Baety, 2011).
Adanya perubahan pada serviks diantaranya perlunakan
serviks, pendataran dan pembukaan serviks serta
pecahnya selaput ketuban merupakan tanda kala II
(Asrinah, 2010).
Menurut Baety (2011), tanda gejala kala II dapat
ditandai dengan:
a) Dorongan meneran (Doran)
b) Tekanan pada anus (Teknus)
c) Perineum menonjol (Perjol)
d) Vulva, vagina dan spingter Ani membuka
e) Peningkatan pengeluaran lendir darah
f) Tanda pasti (pembukaan lengkap, terlihat kepala di
introitusvagina, kepala tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm disebut crowning.
3) Kala III
Disebut juga kala uri, dimulai dari lahirnya bayi hingga
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban yang lamanya
5-30 menit, biasanya primigravida dan multigravida
berlangsung 6-15 menit (Baety, 2011). Manajemen aktif
kala III bertujuan , untuk mempersingkat kala III,
mengurangi jumlah kehilangan darah, dan mengurangi
kejadian retensio plasenta dengan pemberian suntikan
oksitosin 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan
12

penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri


(Rohani dkk., 2011). Pemberian induksin adalah untuk
merangsangnya keluar plasenta hingga keluarnya
plasenta (Sarwono, 2010).
4) Kala IV
Dimulai dari keluarnya plasenta sampai keadaan ibu
postpartum menjadi stabil. Pemantauan kala IV dilakukan
secara menyeluruh mulai dari pemantauan tekanan
darah, suhu, tonus uteri dan kontraksi, tinggi fundus
uteri,kandung kemih, serta perdarahan pervaginam yang
dilakukan setiap15 menitpada satu jam pertama
postpartum dan dilanjutkan dengan setiap 30 menit
setelah jam kedua pasca persalinan (Rohani dkk.,
2011).Menurut teori dari Prawirohardjo (2009), perkiraan
pengeluaran darah normal ± 500 cc bila pengeluaran
darah ≥ 500 cc yaitu pengeluaran abnormal. Perlu dipastikan
plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa
dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi
pendarahan lanjut (Sumarah, 2008).

2. Ketuban Pecah Dini


a. Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau prematur ruptur of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan atau inpartu (Manuaba, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4
cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan (Taufan Nugroho, 2012).
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada
13

akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan


(Fadlun,2011).
b. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat
ditentukan seara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-
faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor
mana yang berperan sulit diketahui (Nugroho, 2011).
Faktor-faktor presdisposisi itu antara lain adalah :
1. Infeksi (Amnionitis atau Korioamnionitis).
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan
hamil dimana korion, amnion, dan cairan ketuban terkena
infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling
serius bagi ibu dan janin bahkan dapat berlanjut menjadi
sepsis (Prawirahardjo,2008).
2. Riwayat Ketuban Pecah Dini
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4
kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis
terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat
adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane
sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban
pecah dini preterm terutama pada pasien resiko tinggi
(Nugroho, 2010).
Wanita yang mengalamiketuban pecah dini pada
kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan
berikutnya wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini
akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali
daripada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini
sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi
mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin
menurun pada kehamilan berikutnya (Nugroho, 2010).
3. Tekanan Intra Uterin
Tekanan intra uterin yang meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya hidramnion dan
gemeli. Pada kelahiran kembar sebelum 37 minggu sering
14

terjadi pelahiran preterm, sedangkan bila lebih dari 37


minggu lebih sering mengalami ketuban pecah dini
(Nugroho, 2010).
Tekanan intra uterin juga bisa disebabkan oleh
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
4. Serviks yang Tidak Lagi Mengalami Kontraksi
(Inkompetensia)
Serviks yang tidak lagi mengalamikontraksi
(inkompetensia) didasarkan pada adanya ketidakmampuan
serviks uteri untuk mempertahankan kehamilan.
Inkompetensi serviks sering menyebabkan kehilangan
kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat
berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti
septum uterus dan bikornis. Sebagian besar kasus
merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada
konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi
berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi
obstetrik (Prawirohardjo, 2008).
5. Paritas
Paritas terbagi menjadi primipara dan multipara.
Primiparitas adalah seorang wanita yang telah melahirkan
bayi hidup atau mati untuk pertama kali. Multiparitas adalah
wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa
kali (sampai 5 kali atau lebih ) (Varney, 2007).
6. Kehamilan dengan Janin Kembar.
Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi
mengalami ketuban pecah dini dan juga preeklamsi. Hal ini
biasanya disebabkan oleh peningkatan masa plasenta dan
produksi hormon. Oleh karena itu, akan sangat membantu
jika ibu dan keluarga dilibatkan dalam mengamati gejala
yang berhubungan dengan preeklamsi dan tanda-tanda
ketuban pecah (Varney,2007).
15

7. Usia ibu yang ≤ 20 Tahun


Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu
muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk
melahirkan sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini.
Sedangkan ibu dengan usia ≥35 tahun tergolong usia yang
terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua)
dan beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini (Nugroho,
2010).
8. Difisiensi Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan
emeliharaan jaringan kolagen. Selaput ketuban (yang
dibentuk oleh jaringan kolagen) akan mempunyai elastisitas
yang berbeda tergantung kadar vitamin C dalam darah ibu.
9. Faktor Tingkat Sosio-Ekonomi
Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang
akan meningkatkan insiden KPD, lebih-lebih disertai dengan
jumlah persalinan yang banyak, serta jarak kelahiran yang
dekat.
c. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum
disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang.
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh (Saifudin, 2009).
Mekanisme ketuban pecah dini adalah terjadi pembukaan
prematur serviks dan membran terkait dengan pembukaan terjadi
devaskularisasi dan nekrosis serta dapat diikuti secara spontan.
Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin
berkurang.
Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan
infeksi yang mengeluarkan enzim (enzim proteolitik, enzim
kolagenase). Massa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi
kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten, makin
tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda kehamilan, makin sulit
16

upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin


(Manuaba, 2008).
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ketuban pecah dini dapat berupa :
1. Ketuban pecah secara tiba-tiba.
2. Keluar cairan ketuban dengan bau yang khas.
3. Bisa tanpa disertai kontraksi/his.
4. Terasa basah pada pakaian dalam yang konstan.
5. Keluarnya cairan pervagina pada usia paling dini 22 minggu.
e. Penilaian Klinis
1. Tentukan pecahnya selaput ketuban, ditentukan dengan
adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada, dapat
dicoba dengan gerakan sedikit bagian bawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan
ketuban dapat dilakukan dengan test lakmus (nitrin test)
merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah
cairan ketuban dan usia kehamilan kelainan janin.
2. Tentukan usia kehamilan bila perlu dengan USG.
3. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi : suhu ibu
≥ 28oC, air ketuban keruh dan berbau. Pemeriksaan air
ketuban dengan Tes LEA (Lekosit Esterase), lekosit darah
>15.000/mm 3, janin yang mengalami takhicardi, mungkin
mengalami intra uterine.
4. Tentukan tanda-tanda inpartu, tentukan adanya kontraksi
yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan
penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk
melihat skor pelvile.
f. Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting.
Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi
seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang
sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang
negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai
17

resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau


keduanya.
1. Anamnesa
Pasien mengeluarkan cairan yang banyak secara
tiba-tiba dari jalan lahir . Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna cairan tersebut. Tidak ada His dan
pengeluaran lendir darah.
2. Pemeriksaan
Tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban
baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas.
a) Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya
cairan ketuban di vagina. Pemeriksaan dengan spekulum
pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri
eksternum (OUE). Jika tidak ada, dapat dicoba dengan
menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan m aka akan
tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul
pada fornik anterior. Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) dimana
merah menjadi biru.
b) Tentukan usia kehamilan.
c) Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi
adalah bila suhu ibu lebih dari 38⁰C serta air ketuban
keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm³ . Janin
yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi
intrauterin.
d) Tentukan tanda-tanda persalinan dan scoring pelvic.
e) Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
f) Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan
penanganan aktif (terminasi kehamilan). Mengenai
pemeriksaan dalam, perlu dipertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam .
18

Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa


akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora
vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa
dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan jika KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan
dibatasi sedikit mungkin.
g) Diagnosis ketuban pecah dini premature dengan
inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari
cavum uteri.
g. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan pH vagina wanita hamil sekitar 4,5; bila ada
cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin
dapat meningkatkan pH vagina. Sekret vagina ibu hamil pH :
4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap
kuning. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban
(alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina
dapat menghasilakan tes yang positif palsu.
b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
c) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidromnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD
cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya
KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana. Pasien dengan ketuban pecah dini
harus masuk rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika
pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat
pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan kala aktif,
korioamnionitis, gawat janin, kehamilan diterminasi. Bila
19

ketuban pecah dini pada kehamilan premature, diperlukan


penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum,
penatalaksanaan pasien ketuban pecah dini yang tidak
dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan.
h. Pengaruh
Kejadian ketuban pecah dini ada pengaruhnya baik untuk
ibu maupun janin. Adapun menurut (Mochtar,2011), ketuban
pecah dini mempunya pengaruh terhadap ibu dan janinnya :
Ketuban pecah dini mempunyai pengaruh terhadap ibu,
karena jalan sudah terbuka maka akan terjadi infeksi intrapartum,
apalagi bila terlalu sering periksa dalam. Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi nifas, peritonitas dan septikimia. Ibu akan
merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan
menjadi lama, maka suhu badan menjadi naik, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi. Dimana hal-hal tersebut akan
meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.
Ketuban pecah dini berpengaruh terhadap janin yaitu,
walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi
mungkin janin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterine
lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala ibu
dirasakan. Jadi, akan meninggikan morbiditas perinatal.
Penelitian yang dilakukan oleh Ninik Azizah pada tahun
2013 di Ruang Ponek Bapelkes RSD Jombang “Hubungan
Antara Ketuban Pecah Dini Dan Kejadian Asfiksia Pada Bayi
Baru Lahir”. Data keterjadian asfiksia dianalisis dengan
menggunakan uji x² (Chi-Square) dengan α = 5%. Dari hasil x²
hitung adalah 23,68 yaitu lebih besar dari x² table (5,991). Pada hasil
uji statistik Chi Square didapatkan x2 hitung (29,96) lebih besar dari
x2 tabel (3,841). Maka dapat disimpulkan bahwa Hb ditolak, H1
diterima yang artinya ada hubungan antara ketuban pecah dini
dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di ruang ponek
Bapelkes RSD Jombang.
20

i. Penatalaksanaan
Rencana tindakan pada ibu dengan ketuban pecah dini yaitu
mekurus suhu, nadi, DJJ setiap empat jam, memberitahu ibu
tentang hasil pemeriksaan, mengobservasi tanda-tanda infeksi,
distres janin, memberikan antibiotik dan melakukan terminasi jika
tidak ada kemajuan dalam persalinan (Pudiastuti, 2012) dan
(Sarwono, 2010).
Sesungguhnya segala penyakit pasti ada obatnya, sesuai
dengan hadist :
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan
menurunkan juga obat untuk penyakit tersebut” (H.R. Buchori)
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko
tinggi. Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun
bayinya.
Menurut Taufan Nugroho (2012), dalam menghadapi
ketuban pecah dini harus dipertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Fase Laten:
a) Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi
proses persalinan.
b) Semakin panjang fase laten semakin besar
kemungkinan terjadinya infeksi.
c) Mata rantai infeksi merupakan asendens infeksi, antara
lain:
Korioamnionitis:
a. Abdomen terasa tegang.
b. Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis.
c. Kultur cairan amnion positif.
Desiduitis: Infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.
2. Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan
USG yang mempunyai program untuk mengukur BB janin.
Semakin kecil BB janin, semakin besar kemungkinan
21

kematian dan kesakitan sehingga tindakan terminasi


memerlukan pertimbangan keluarga.
3. Presentasi janin intrauterin Presentasi janin merupakan
penunjuk untuk melakukan terminasi kehamilan. Pada letak
lintang atau bokong, harus dilakukan dengan jalan seksio
sesarea.
a) Pertimbangan komplikasi dan risiko yang akan dihadapi
janin dan maternal terhadap tindakan terminasi yang akan
dilakukan.
b) Usia kehamilan. Makin muda kehamilan, antar terminasi
kehamilan banyak diperlukan waktu untuk
mempertahankan sehingga janin lebih matur. Semakin
lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin
besar dan membahayakan janin serta situasi maternal.
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode
laten dan durasi KPD keduanya mempunyai hubungan
yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan
komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban
dan permulaan dari persalinandisebut periode latent = L.P
= “lag” period. Makin muda umur kehamilan makin
memanjang L.P-nya.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada sejumlah
faktor, antara lain :
1) Usia kehamilan
2) Ada atau tidak adanya chorioamnionitis.
A. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit.
2) Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin
bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mg
selama 7 hari).
3) Jika umur kehamilan < 32 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi
keluar.
22

4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak


ada infeksi, tes busa negative, beri deksametason,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
5) Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi
(suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
7) Pada usia kehamilan 32-37 minggu, berikan steroid
untuk memacukematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin
tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali.
B. Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin.Pada
persalinan pemberian infus Dekstrose 5% 500 ml drip
oksitosin 5 unit/ 20 tetes akan mengakibatkan uterus
berkontraksi secara efektif shingga mendorong janin
melewati jalan lahir dengan cepat (Saifudin, 2009).Bila
gagal, lakukan seksio sesarea. Dapat pula diberikan
misoprostol 25 µg – 50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan
antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
2) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan
dengan seksio sesarea.
3) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan.
Adapun penatalaksanaan ketuban pecah dini
menurut sarwono (2010), adalah sebagai berikut :
1) Ukur suhu dan nadi ibu setiap empat jam.
2) Setelah pemantauan janin elektronik, cek DJJ setiap
empat jam ketika sudah di rumah sakit.
3) Hitung sel darah putih dengan hitung jenis setiap hari
atau setiap dua hari.
23

4) Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur.


5) Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan
pada selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidakterjadi
his spontan.
6) Pada usia kehamilan 24 sampai 32 minggu saat berat
janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak
dapat diselamatkan. Jika persalinan menuju ke prematur
maka dilakukan seksio sesarea.
7) Pemeriksaan USG untuk mengukur distansia biparietal
dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui
perbandingan.
j. Komplikasi
Menurut Taufan Nugroho (2012), masalah potensial yang
mungkin terjadi pada kasus ketuban pecah dini adalah :
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul
oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan.
Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50
% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
1) Korioamnionitis
Korioamnionitisadalah keadaan pada perempuan
hamil di mana korion, amnion, dan cairan ketuban
terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan
komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan
dapat berlanjut menjadi sepsis. Penyebab korioamnionitis
adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari traktus
urogenitalis ibu. Secara spesifik permulaan infeksi berasal
dari vagina, anus, atau rektum dan menjalar ke uterus.
24

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada


ketuban pecah dini. Pada ibu dapat terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia,
pneumonia dan omfalitis. Umumnya korioamnionitis
terjadi sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini
premature, infeksi lebih sering daripada aterm.
2) Hipoksia dan Asfiksia akibat Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air
ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 300 cc.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya
perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik),
sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Dengan pecahnya ketuban,
terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion,
semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat (Taufan
Nugroho, 2012)
Menurut teori Varney (2008) bayi yang mengalami
asfiksia akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera
3) Sindrom deformitas janin.
KPD pada kehamilan yang sangat muda dan
disertai dengan oligohidramnion yang berkepanjangan
menyebabkan terjadinya deformasi janin antara lain :
a) Sindroma Potter
Sindroma Potter dapat berbentuk “clubbed feet”,
HipoplasiPulmonal dan kelainan kranium yang terkait
dengan oligohidramnion.
b) Deformitas Ekstrimitas
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
25

sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,


perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi (Mufdillah, 2008).
Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan alur pikir bidan, pemecahan
masalah atau pengambilan keputusan klinis. Asuhan yang dilakukan
harus dicatat secara benar, sederhana, jelas, logis, logis sehingga
perlu sesuatu metode pendokumentasian (Varney,2008).
Manajemen kebidanan menurut Hellen Varney adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
keterampilan dalam rangkaian atau tahap yang logis untuk mengambil
suatu keputusan yang terfokus pada klien. ( Asrinah, 2010).
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan dengan urutan logis dan menguntungkan, menguraikan
perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan teori
ilmiah, penemuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan yang logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Atik, 2008).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari manjemen
kebidanan adalah metode pemecahan terhadap suatu masalah yang
dilakukan secara sistematis dan logis agar dapat memberikan asuhan
kebidanan pada klien yang berdasarkan teori, penemuan, dan
keterampilan yang telah didapatkan.
2. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan
Agar proses manajemen kebidanan pada ibu dapat
dilaksanakan dengan baik maka diperlukan langkah-langkah
sistematis. Adapun langkah-langkah yang harus dilaksanakan menurut
Varney (2008), dan Mufdillah, Hidayat, (2008) adalah sebagai berikut :
a. Langkah I : Pengkajian Data (Pengumpulan Data Dasar).
Pengkajian adalah tahap awal yang dipakai dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2009).
26

Pengkajian merupakan metode pengumpulan semua


informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital (Soepardan, 2008).
Menurut Pudiastuti (2012) pengkajian data meliputi :
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari
pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditemukan, oleh tim
kesehatan secaraindependen tetapi melalui suatu interaksi
atau komunikasi (Nursalam, 2009).
a) Biodata yang Menyangkut Identitas Pasien
(1) Nama
Nama jelas dan lengkap bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan pelayanan.
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan masa nifas.
(3) Agama
Untuk mengetahui pasien tersebut dalam
membimbing atau mengarahkan pasien dalam
berdoa.
(4) Suku Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari.
(5) Pendidikan
Berpengaruh terhadap tindakan kebidanan
dan mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
27

sehingga bidan dapat memberikan konseling dengan


pendidikannya.
(6) Pekerjaan Pasien
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena ini mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
(7) Alamat
Ditanyakan karena mungkin memiliki nama
yang sama dengan alamat yang berbeda.
b) Keluhan Utama
Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini adalah ibu mengatakan mengeluarkan
cairan yang merembes melalui vagina, nyeri perut dan
demam (Nugroho,2010).
c) Riwayat Menstruasi
Umur menarche, siklus, lamanya haid, banyaknya
darah, haid teratur atau tidak, sifat darah (cair atau ada
bekuan, warnanya), adanya dismenorhoe.
d) Riwayat Perkawinan
Perlu dikaji tentang berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status yang jelas akan berkaitan dengan psikologinya,
sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
e) Riwayat Kehamilan, Persalian dan Nifas yang lalu
(1) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur
kehamilan ibu dan hasilpemeriksaan kehamilan.
(2) Persalinan : spontan atau buatan lahir aterm atau
prematur ada perdarahan atau tidak, waktu
persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat
melahirkan.
(3) Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (
abortus, lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang
baik) apakah terdapat komplikasi atau intervensi
28

pada masa nifas dan apakah ibu tersebut


mengetahui penyebabnya.
f) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Rohani dkk. (2011), data subyektif dari
riwayat kehamilan antara lain :
(1) Haid pertama dan haid terakhir merupakan data
dasar yang diperlukan untuk menentukan usia
kehamilan, apakah cukup bulan prematur.
(2) Kepala bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakan
data dasar untuk menentukan usia kehamilan
menurut taksiran atau perkiraan ibu.
(3) Taksiran persalinan.
(4) Keluhan pada trimester I, II, III.
(5) Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya dan
dimana ibu memeriksakan kehamilannya. Hal ini
diperlukan untuk mengidentifikasi masalah potensial
yang dapat terjadi pada persalinan kali ini.
(6) Imunisasi TT. Sudah pernah imunisasi TT ataubelum,
berapa kali, dimana, teratur atau tidak.
g) Riwayat Keluarga Berencana
Jenis kontrasepsi yang pernah dipakai, efek samping,
alasan berhentinya menggunakan alat kontrasepsi, dan
lama penggunaan alat kontrasepsi.
h) Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mendeteksi adanya komplikasi pada persalinan
dan kehamilan, dengan menanyakan apakah ibu
mengalami sakit kepala hebat, pandangan berkunang-
kunang, atau nyeri epigastrum, sehingga dapat
mempersiapkan bila terjadi kegawatan dalam persalinan.
i) Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menular,ataupun penyakit keturunan.
j) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
(1) Nutrisi
29

Menggambarkan tentang pola makanan dan


minuman, frekuensi banyaknya, jenis makanan,
makanan pantangan.
(2) Eliminasi
Menggambarkan berapakali ibu BAB dan BAK dalam
satu hari.
(3) Pola Istirahat
Menggambarkan berapa lama ibu istirahat tidur siang
atau malam.
(4) Penggunaan Obat-obatan dan Rokok
Harus dikaji apakah ibu perokok dan pemakai obat-
obatan atau jamu-jamuan selama hamil atau tidak.
Jamu-jamuan dapat menyebabkan perlekatan
plasenta semakin kuat sehingga memicu terjadinya
retensio plasenta.
k) Keadaan psikososial
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang,
apakah ibu takut, cemas atau bingung.
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan
diukur oleh tenaga kesehatan.
(1) Keadaan umum
Keadaan umum ini meliputi : Baik, sedang, atau
jelek. Pada kasus ketuban pecah dini keadaan umumnya
baik (Nugroho,2010).
(2) Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan individu
mengadakan hubungan dengan lingkungannya, serta
dengan dirinya sendiri melalui panca indranya dan
mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta
terhadap dirinya sendiri melalui perhatian.
(3) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh
mencapai 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik.
30

Perubahan 30 mmHg sistolik 15 mmHg diastolik diatas


tekanan darah sebelum hamil, menandakan toxemia
gravidarum (keracunan kehamilan ) (Hani, dkk. 2011)
(4) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan, apakah ada
peningkatan atau tidak, suhu normal 36,5-37,5oC
(Sulistyawati, 2012).
(5) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung
dalam satu menit. Batas normal 60-100 kali permenit (
Hani, dkk. 2011).
(6) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien
yang dihitung dalam menit. Batas normal 20-24 kali
permenit (Salmah, dkk, 2006).
(7) Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu, dan
mengetahui resiko tinggi badan. Tinggi normal ibu hamil
adalah 145 cm (Hani, dkk, 2011).
(8) Berat badan
Untuk mngetahui berat badan ibu, karena jika
berat badan ibu berlebih dapat beresiko menyebabkan
komplikasi kehamilan meliputi diabetes gestasional,
hipertensi, akibat kehamilan dan distosia bahu. Kenaikan
berat badan ibu normal selama kehamilan sekitar 6,5-15
kg (Saryono, 2010).
(9) Lila (lingkar lengan atas)
Untuk mengetahui lingkar lengan atas pasien,
sebagai ukuran status gizi ibu hamil, jika kurang dari 23,3
cm maka kekurangan energy kronik (KEK) (Sulistyawati,
2012).
31

3) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala
Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, bersih
atau kotor dan berketombe atau tidak (Sulistyawati, 2012)
(2) Muka
Apakah terdapat oedema atau tidak, terdapat
cloasma gravidarum atau tidak, dan muka pucat atau
tidak, karena pada pasien dengan anemia sedang muka
terlihat pucat (Hani, dkk. 2011).
(3) Mata
Untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atau
tidak, dan sclera putih atau tidak, pada penderita anemia
biasanya warna konjungtiva pucat (Varney, 2011)
(4) Hidung
Untuk mengetahui adanya kelainan, cuping
hidung, benjolan dan secret (Hani,dkk. 2011).
(5) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga, ada kotoran
atau tidak (Sulistyawati, 2012)
(6) Mulut Gigi dan Gusi
Untuk mengetahui adanya stomatitis, karies gigi,
gusi berdarah atau tidak (Sulistyawati, 2012).
(7) Leher
Untuk mengetahui ada tidaknya pembengkakan
kelenjar limfe, kelenjar thiroid dan vena jugularis (Hani,
dkk. 2012)
(8) Mamae
Untuk mengetahui adanya pembesaran pada
mamae,simetris atau tidak, putting susu menonjol atau
tidak, ada benjolan atau tidak, dan sudah ada
pengeluaran kolostrum atau tidak (Sulistyawaty, 2012).
32

(9) Abdomen
1) Inspeksi
Adalah proses pengamatan dilakukan untuk
menilai pembesaran perut sesuai atau tidak dengan
usia kehamilan, bentuk perut memanjang atau
melenting, adakah linea alba atau linea nigra, adakah
kelainan pada perut serta untuk menilai pergerakan
anak (Varney, 2011)
2) Palpasi
Adalah pemeriksaan dengan indera peraba
yaitu tangan dilakukan untuk menentukan besarnya
rahmi, dengan menentukan usia kehamilan serta
menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan
palpasi dengan metode leopold menurut Manuaba
(2010) meliputi :
Leopold I : untuk mengetahui Tinggi Fundus
Uteri (TFU) dan bagian apakah yang
terdapat difundus
Leopold II : Untuk mengetahui bagian
punggung janin disebelah kanan
atau kiri
Leopold III : Untuk mengetahui bagian terbawah
janin bokong atau kepala
Leopld IV : Untuk mengetahui apakah bagian
terbawah jani sudah masuk pintu
atas panggul (PAP) atau belum.
TFU : untuk mengetahui TFU dengan
(Mc.Donald) menggunakan metlin
mengukur dari sympisis sampai
fundus
TBJ : Untuk mengetahui taksiran berat
janin
TBJ : (TFU-12)X155 (Konvergen)
(TFU-12)X155 (Divergen)
33

3) Auskultasi
Adalah pemeriksaan menggunakan stetoskop
untuk mendengarkan bunyi detak jantung janin,
punctun maximum, frekuensi, normal atau tidak
(Salmah, 2011)
4) Pemeriksaan Dalam
Untuk mengetahui kemajuan persalinan ibu.
pemeriksaan dalam harus dilakukan dengan interval
4 jam (Elisabeth Siwi Walyani dan Endang
Purwoastusi, 2015).
10) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium untuk menguji adanya kelainan yang
menyertai kehamilan atau tidak, berguna untuk
mengetahui kesejahteraan janin. Pemeriksaan
laboratorium digunakan untuk mengkaji kadar Hb ibu
hamil dengan anemia sedang, dimana kadar Hb ibu
hanya mencapai 7-8 gr%. (Manuaba, 2010).
2. Langkah II : Interpretasi Data
Intrepertasi Data merupakan metode identifikasi terhadap
diagnosi atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian
diinterprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupu masalah,
keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan
sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian. Masalah juga sering meyertai diagnosis. Interpretasi
data terdiri dari masalah atau diagnosa dan kebutuhan
(Soepardan, 2008).
Interpretasi Data (data hasil dari pengkajian ) mencakup
diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan, diinterprestasikan sehingga dapat dirumuskan
diagnosa masalah yang spesifik (Varney, 2010)
34

(1) Diagnosa Kebidanan


Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup
praktek kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan. Diagnosa kebidanan yang ditegakkan
pada ketuban pecah dini adalah Ny.x..... G.... P.... A...
umur.... hamil... minggu dengan ketuban pecah dini.
(2) Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai
diagnosa (Varney, 2010)
Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin dengan
ketubanpecah dini yaitu ibu tampak gelisah dan cemas
menghadapi persalinan (Wiknjosastro, 2008).
(3) Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan
dengan menggunakan analisa data (Varney, 2011).
Kebutuhan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini adalah informasi tentang keadaan ibu, informasi tentang
makanan bergizi cukup kalori, support mental dari keluarga
dan tenaga kesehatan (Manuaba, 2007).
3. Langkah III : Diagnosa Potensial
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dapat
ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup
dalam keadaan hamil (Ambarwati, 2010).
Diagnosa potensial merupakan identifikasi yang dilakukan
berdasarkan diagnosis/ masalah yang telah di identifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan agar tidak terjadi kegawatdaruratan (Soepardan,
2008).
4. Langkah IV : Tindakan Segera
Tindakan segera merupakan tindakan yang dilakukan
dengan cara menetapkan kebutuhan tentang perlunya tindakan
segera oleh bidan/ dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani
35

bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan


kondisi klien (Soepardan, 2008).
5. Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan
pada tahap sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosa dan
masalah kebidanan secara komprehensif yang didasari atas
rasional tindakan yang relevan dan diakui kebenarannya sesuai
kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan asumsi yang
seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan (Soepardan,
2008).
Pada langkah ini seorang bidan merumuskan rencana
tindakan yang sebelumnya telah didiskusikan dengan pasien dan
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya. Semua keputusan berdasarkan pengetahuan
dan prosedur yang telah ditetapkan dengan pertimbangan.
Apakah hal ini perlu dilakukan atau tidak.
6. Langkah VI :Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan yang
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima,
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat
dilakukan oleh klien atau tenaga lainnya (Varney, 2010).
7. Langkah VII : Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari seluruh asuhan yang sudah
diberikan meliputi, apakah telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah.
(Varney, 2010).
36

Kerangka Konsep
Alur pikir bidan pencatatan dan asuhan kebidanan

Proses Manajemen Kebidanan Dokumen Kebidanan

7 Langkah (Varney) Pendokumentasian


asuhan kebidanan
(SOAP)
Pengumpulan Data Subjektif dan SOAP NOTES
Dasar Objektif
Interpretasi data dasar Subjektif objektif
Mengidentifikasi Analisa data
masalah atau diagnosa
potensial
Mengidentifikasi dan Assessment/ Penatalaksaan :
menetapkan kebutuhan diagnosa Konsul
yang memerlukan Tesdiagnostik/lab
penanganan segera Rujukan
Pendidikan/konseling
follow up
Merencanakan asuhan
yang komprehensif
atau menyeluruh Perencanaan
Melaksanakan implementasi
perencanaan dan evaluasi
penatalaksanaan
Evaluasi

Gambar 2.1 : Bagan Skema Tentang Langkah-langkah Proses


Manajemen (Estiwidani.,dkk,2008)
37

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)


Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien
meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan
oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematik, maka dilakukan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP, yaitu :
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien dan keluarga melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c. Analisa Data
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifiksi
diagnosa/masalah, antisipasi diagnose/masalah potensial, perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/kolaborasi dan
atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.
d. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
tindakan implementasi (I) dan evaluasi € berdasarkan analisa data
sebagai langkah 5,6,7 Varney (Salmah, 2008).

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan


Ketuban Pecah Dini
1. Data Subjek (S)
Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini adalah ibu mengeluarkan cairan yang merembes melalui vagina,
ada bercak yang banyak di vagina, nyeri perut dan demam
(Nugroho,2010).
2. Data Objektif (O)
a. Suhu
Suhu tubuh pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini > 38oC
(Sarwono,2010).
38

b. Mata
Pada pasien dengan ketuban pecah dini, konjungtiva terlihat
pucat (Sarwono, 2010)
c. Abdomen
Pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini terjadi
gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan kontraksi
uterus yang ditandai dengan rasa nyeri di bagian perut, ekspresi
wajah meringis, ibu menahan sakit dan keadaan umum lemah
(Sarwono, 2010).
3. Analis Data (A) :
a. Momen matur : G3P2A1 hamil 39-40 minggu infartu kala 1
fase aktif dengan ketuban pecah dini janin tunggal hidup.
b. Masalah Potensial :
1) Pada Ibu : terjadi partus lama, terjadi infeksi, retensio
placenta, atonia uteri.
2) Pada Baayi : Asfiksia, gawat janin, IUFD.
c. Kebutuhan Segera
1) Observasi keadaan umum dan kemajuan persalinan.
2) Kolaborasi dengan dr. Sp.OG.
4. Penatalaksanaan (P) :
a. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit.
2) Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila
tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mg selama 7
hari).
3) Jika umur kehamilan < 32 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi
keluar.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negative, beri deksametason, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
5) Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
39

6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri


antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi
(suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
7) Pada usia kehamilan 32-37 minggu, berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan
periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila
gagal, lakukan seksio sesarea. Dapat pula diberikan
misoprostol 25 µg – 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal
4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotic dosis tinggi
dan persalinan diakhiri.
3) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan
dengan seksio sesarea.
4) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan.
(Pudiastuti, 2012).

D. Tugas dan Wewenang Bidan


1. Tugas Bidan Menurut Purwoastuti dan Walyani, (2014).
a. Tugas Mandiri
1) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien/keluarga.
2) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam
masa persalinan.
3) Menurut diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan
dalam massa persalinan.
4) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien
sesuai dengan rencana yang telah disusun.
5) Mengevaluasi bersama klien asuhan yangtelah diberikan.
40

6) Membuat rencana tindakan pada ibu massa persalinan


sesuai dengan prioritas.
b. Tugas kolaborasi/kerjasama
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam massa
persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.
1) Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam massa
persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawat
daruratan yangmemerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi.
2) Menentukan diagnosis, prognosa dan prioritas sesuai
dengan faktor resiko dan keadaan kegawatan.
3) Menyusun asuhan rencana kebidanan pada ibu dalam
masa persalinan dengan resiko tinggi dan memberikan
pertolongan pertanma sesuai prioritas.
4) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan
pertama pada ibu bersalin dengan resiko tinggi.
5) Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam massa
persalinan dengan resiko tinggi dan melakukan pertolongan
pertama sesuai prioritass.
6) Menyusun rencana tindaklanjut bersama klien/ keluarga.
7) Membuat catatan dan laporan.
c. Tugas Rujukan
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi kebidanan
dan rujukan pada massa persalinan dengan penyulit tertentu
dengan melibatkan klien dan keluarga.
1) Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada
ibu dalam persalinan yang memerlukan konsultasi dan
rujukan.
2) Menentukan diagnosis, prognosis dan prioritas.
3) Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang
memerlukan rujukan
41

4) Mengirimklien untuk intervensi lebih lanjut kepada petugas/


instansi pelayanan kesehatan yang berwenang.
5) Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan
seluruh kegiatan dan intervensi yang sudah diberikan.
2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Pemenkes) Nomor
1464/ Menkes/ Per/ X/ 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan, Kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu.
b. Pelayanan kesehatan anak, dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Pasal 10
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan.
(2) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berwenang untuk : penanganan kegawat
daruratan, dilanjutkan dengan rujukan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/III/2007.
Standar Kompetensi yang berhubungan dengan pers alinan
Kompetensi ke-4:
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita
dan bayinya yang baru lahir. Persalinan dengan abnormal yang
terdapat pada poin c nomor 22, yaitu memberikan pertolongan
persalinan abnormal letak sungsang, partus macet kepada di dasar
panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term.
DAFTAR PUSTAKA

QS. Al-Ankabut : 57
QS. An-Nahl : 78
HR. Buchori Muslim
HR. Abu Dawud
Aisyah, S. dan Oktarina, A. (2012). Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini Antara
Primipara dan Multipara. Jurnal Midpro. Edisi I. Halaman 1. Tersedia dalam
http://www.journal.unisla.ac.id. (diakses 10 Mei 2016).
Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, dkk. (2010). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Atik, Purwandari. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Azizah, N. (2013). Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini dan Kejadian Asfiksia pada
Bayi Baru Lahir. Jurnal Eduhealth. Volume 3 Nomor 2. Halaman 1. Tersedia
dalam http://www.journal.unipdu.ac.id. (diakses 10 Mei 2016).
Baety, A. N. (2011). Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. 2016. Data AKI dan AKB, Jumlah Persalinan
Pada tahun 2015-2016.
Depkes R. I. (2008). Asuhan Persalinan Normal: Asuhan Esensial, Pencegahan dan
Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: JNPK-KR.
Estiwidani, dkk. (2008). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Fadlun dan Feryanto. (2011). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Hani, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hidayat, Mufdillah. (2008). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Kemenkes. (2014). Angka Kematian Ibu di Indonesia. Tersedia dalam
http://www.depkes.go.id. (diakses 23 April 2016).
Kemenkes RI. (2015). Pembangunan Berkelanjutan 2030. Tersedia dalam
http://pusat2.Litbang.depkes.go.id (di akses 24 Mei 2016).
Lisnawati Lilis. (2013). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarata : TIM.
Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Manuaba, IBG. (2008). Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Norma, N. dan Dewi, M. (2013). Asuhan Kebidanan: Patologi Teori dan Tinjauan
Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: P. T. Rineka
Cipta.
Nugroho, Taufan. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. (2010). Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Oxorn, H. dan Forte WR. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Essentika Medica.
Prawirahardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Prawirahardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Pudiastuti, Ratna Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan
Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purwoastuti, E. dan Walyani, ES. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Buku Pers.
Rohani, dkk. (2011). Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. (2009). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta:
TIM.
Rustam, Mochtar dan Sofian, A. (2012). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Saifudin. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternatal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Setiawan, A. dan Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarata: Nuha
Medika.
Soepardan, S. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Suliystiawati, Ari. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Sumarah. (2008). Perawatan Ibu Bersalin. Asuhan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta:
Fitramaya.
Soepardan, S. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Varney, Helen, dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Varney, Helen, dkk. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Wiknjosastro. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Wiknjosastro. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternatal dan
Neonatal, Edisi 1. Jakarta: Bina Pustaka.
WHO. (2014). Angka Kematian Ibu di Dunia. Tersedia dalam http://www.who.int.
(diakses 23 April 2016).

Anda mungkin juga menyukai