Anda di halaman 1dari 20

ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI KEJUANGAN


SULTAN AGENG TIRTAYASA (1651-1682) DALAM MEMBANGUN
SEMANGAT KEBANGSAAN DI SMAN 1 BAROS

Oka Agus Kurniawan Shavab1


1
Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Siliwangi, Jln. Siliwangi No. 24
Tasikmalaya
Email: okaaks@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertolak dari keresahan peneliti terhadap rendahnya pembelajaran
sejarah lokal sebagai sebuah identitas yang semakin tidak menyentuh terhadap generasi
muda. Padahal sejarah lokal sangat dekat dengan lingkungan siswa dan banyak sekali
nilai-nilai yang bisa digali dan dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran mengenai nilai-nilai kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam
membentuk semangat kebangsaan siswa dan implementasinya di dalam kelas.
Metodologi penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik
yaitu mengamati dan mengumpulkan datanya dilakukan dalam latar/setting alamiah,
artinya tanpa memanipulasi subyek yang diteliti atau apa adanya. Dari Hasil penelitian
pembelajaran sejarah lokal berbasis biografis dalam membangun semangat kebangsaan di
SMA Negeri 1 Baros, yaitu: 1) pembelajaran nilai-nilai kejuangan Sultan Ageng
Tirtayasa di SMAN 1 Baros dilakukan dengan melakukan pembelajaran sejarah lokal
berbasis biografis dengan mengintegrasikan sejarah lokal ke dalam sejarah nasional, 2)
Hasil-hasil Pembelajaran telah menunjukan adanya peningkatan pemahaman sejarah lokal
tentang perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa, sebagai jati diri masyarakat Banten, sehingga
menumbuhkan perasaan memiliki terhadap sejarah lokal yang ada di Banten, juga
membangkitkan semangat kebangsaannya dalam kaitannya dengan kehidupan
bersama dalam komunitas yang lebih besar.

Kata kunci: Sultan Ageng Tirtayasa, Nilai Kejuangan, Semangat Kebangsaan

PENDAHULUAN menyampaikan materi tokoh pahlawan


yang berasal dari Banten dan memiliki
Berdasarkan observasi yang
semangat juang yang tinggi dalam
dilakukan peneliti di SMA Negeri 1
menghadapi tentara Belanda, salah
Baros Kabupaten Serang, proses
satunya Sultan Ageng Tirtayasa.
pembelajaran sejarah masih didominasi
Pembahasan mengenai kejuangan Sultan
sejarah nasional dengan buku teks
Ageng Tirtayasa sendiri belum pernah
kurikulum sejarah nasional sebagai
dilakukan dan dimanfaatkan dalam
sumber pembelajarannya. Sedangkan
pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1
materi sejarah lokal yang dekat dengan
Baros. Padahal beliau adalah tokoh lokal
lingkungan siswa masih jarang
yang mempunyai peran besar dalam
dilakukan. Dalam hal ini, SMA Negeri 1
perjuangan masyarakat Banten selama
Baros merupakan wilayah dari provinsi
menghadapi tentara Belanda. Oleh
Banten, maka guru sejarah bisa
karena itu, sangatlah tepat bagi guru jika
memaksimalkan potensi tersebut dengan
memberikan contoh pemimpin yang
1

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

berasal dari lingkungan mereka, Situasi yang seperti ini akan membuat
sehingga siswa pun akan tergugah siswa menjadi nyaman dalam belajar
semangat kebangsaannya dan dapat sehingga pembelajaran tidak akan
menjadi pahlawan pada zamannya serta membosankan karena siswa memberikan
menerapkan nilai-nilai kejuangan dari kontribusi terhadap pembelajaran
Sultan Ageng Tirtayasa dalam sejarah. Salah satu cara untuk
kehidupannya. menciptakan suasana tersebut adalah
Berkaitan dengan pendekatan dalam pembelajaran sejarah hendaknya
yang dilaksanakan oleh guru dalam siswa dapat melihat langsung kehidupan
proses pembelajaran dikelas, masih yang nyata dan dekat dengan lingkungan
menggunakan pendekatan pembelajaran siswa, bukan pada buku teks semata
yang bersifat teacher centere atau one yang jauh dari realitas. Seperti yang
way comunication dimana guru sebagai diungkapkan oleh Supriatna, (2007: 157)
pusat pembelajaran. Siswa belum bahwa :
banyak diarahkan pada pendekatan Lingkungan sosial siswa
pembelajaran yang lain, misalnya merupakan sumber belajar yang
pendekatan biografi, khususnya biografi sangat kaya bagi pembelajaran.
lokal. Dengan pendekatan biografis, Apabila dalam pembelajaran
siswa tidak hanya mengenal tokoh dan tradisional guru lebih banyak
peristiwanya saja, melainkan dapat mengandalkan sumber berupa
menggali nilai-nilai yang terkandung di buku teks dan diceramahkan
dalamnya. kembali di kelas maka
Menurut Mulyana dan Darmiasti pemanfaatan sumber dari luar
(2009:79-80) pelajaran Sejarah kelas (lingkungan sosial)
merupakan mata pelajaran yang melalui berbagai strategi akan
tujuannya memiliki kaitan dengan dapat meningkatkan kualitas
pembentukan watak bangsa. Tujuan pembelajaran terutama dalam
yang demikian membuat tujuan pembelajaran sejarah yang dekat
pelajaran Sejarah akan berkaitan dengan dengat aspek sosial.
ideologi politik kenegaraan. Negara
sering memandang bahwa pembentukan Pembelajaran sejarah di sekolah
watak kebangsaan warganya merupakan tidak hanya memberikan pengetahuan
kewajiban negara. Kewajiban itu saja kepada siswa, melainkan
kemudian dilakukan melalui pendidikan memberikan kontribusinya untuk lebih
diantaranya dilakukan dalam mata menumbuhkan kesadaran sejarah, baik
pelajaran sejarah. Dengan demikian, pada posisinya sebagai anggota
tujuan pelajaran sejarah menjadi masyarakat maupun warga negara, serta
ideologis. Pada sisi lain sejarah di mempertebal semangat kebangsaan.
sekolah adalah sejarah sebagi ilmu. Oleh karena itu, penting sekali bagi guru
Seorang guru mempunyai peran sejarah untuk tetap menjaga
yang penting dalam memotivasi siswa konsistensinya dalam menumbuh
untuk terus berkembang dan berperan kembangkan motivasi siswa terhadap
aktif dalam kegiatan pembelajaran. pembelajaran sejarah. Wineburg
Dengan begitu, kegiatan pembelajaran (2008:16) menilai selama ini sejarah
tidak hanya satu arah (dari guru terhadap yang diajarkan sekolah kurang
siswa) melainkan berbagai arah dari bermakna bagi siswa. Ironis sekali,
guru kepada siswa, dari siswa kepada siswa diajak untuk mempelajari asal-
guru, dan dari siswa kepada siswa. usul daerah lain, namun tidak
memahami asal-usul daerahnya sendiri.
2

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

Di sisi lain juga muncul persoalan yang berupa suatu konsep yang
terkait dengan kecurigaan dari kelompok tertuang dalam bentuk tulisan.
tertentu yang merasa tidak diuntungkan Kreativitas dalam pembelajaran
dalam kurikulum. sejarah dapat dilakukan dengan
Masalah selanjutnya yang juga menerapkan ”if history”
menjadi keresahan saat ini ialah sehingga peserta didik dapat
kurangnya kesadaran kebangsaan yang melakukan kajian mengenai
dimiliki oleh para siswa. Nilai-nilai konsekuensi dari sebuah
kepahlawanan, nilai nasionalisme, peristiwa sejarah yang dibuat
patriotisme juga nilai-nilai kearifan lokal dalam bentuk ”if history.
sendiri tidak dipahami. Adapun yang
menjadi dasar pernyataan tersebut, Dengan begitu, guru bisa
kurangnya siswa yang mengetahui dan menanamkan nilai-nilai kejuangan
memahami tokoh-tokoh pahlawan yang Sultan Ageng Tirtayasa pada siswa
ada di daerahnya. Harapan terbesar saat melalui pembelajaran sejarah lokal
ini adalah siswa memahami nilai-nilai berbasis biografis. Dengan materi yang
kejuangan yang di wariskan oleh para dekat dengan lingkungan siswa, siswa
pahlawan, dan tak kalah penting nilai- menjadi lebih termotivasi dalam
nilai kearifan lokal yang ada di pembelajaran. Maka dari itu, mengenai
lingkungannya. Oleh karena itu, guru sejarah lokal, guru bisa membimbing
dapat menggunakan kesempatan tersebut peserta didik dalam mengkaji sumber.
dengan mengajarkan kepada siswa Banyak nilai kejuangan yang
mengenai kejuangan tokoh pahlawan bisa siswa ambil dari Sultan Ageng
lokalnya. Mengenai pemilihan tokoh Tirtayasa, seperti jiwa sosial, peduli
pahlawan lokal, guru bisa lingkungan, dan kerja sama, seperti yang
menyesuaikannya dengan lingkungan diungkapkan oleh Tjandrasasmita
siswa. Seperti yang diungkapkan oleh (1967).
Hasan (2012:63) bahwa: Ia berhasil memajukan
Pembelajaran sejarah dapat pertanian dengan sistem irigasi,
memberikan pemahaman ia pun berhasil menyusun
mengenai seorang pahlawan dan kekuatan angkatan perangnya,
pemimpin yang berhasil, kurang memperluas hubungan
berhasil atau gagal. Berdasarkan diplomatik, dan meningkatkan
kajian tersebut peserta didik volume perniagaan Banten
yang belajar sejarah dapat sehingga mampu menempatkan
memikirkan sesuatu yang lain diri secara aktif dalam dunia
dari apa yang sudah dilakukan perdagangan internasional di
para pahlawan dan pemimpin Asia.
tersebut. Peserta didik dapat
menjadi ”pahlawan” dan Ada pula nilai persatuan dan
pemimpin dengan mempelajari kesatuannya dimana Sultan Ageng
apa yang terjadi di masyarakat/ Tirtayasa membentuk suatu kekuatan
bangsanya, mencari solusi, dan untuk mempertahankan dan melakukan
merencanakan tindakan strategi dalam penyerangan terhadap
kepahlawanan dan tentara Belanda, seperti yang
kepemimpinan untuk diungkapkan oleh Michrob (1993:56)
menerapkan solusi tersebut. Tentara Banten mengadakan
Mungkin saja tindakan tersebut perusakan tanaman tebu serta
pabrik penggilingannya dan
3

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

melakukan pembakaran “pendidikan berkarakter” saat ini maka


kampung-kampung yang peran pendidik menjadi lebih nyata
dipergunakan sarang pertahanan dalam pembentukan karakter dan watak
Kompeni. Tentara Banten juga siswa, sehingga diharapkan segala upaya
sering mencegat kapal kompeni ini dapat menjadi pagar betis penangkal
dan membunuh semua tentara pengaruh negatif yang sedang marak
Belanda dan merampas semua berkembang belakangan ini.
senjata serta kapalnya. Sehingga Dengan menanamkan nilai
kapal kompeni yang hendak semangat kebangsaan pada siswa,
melewati perairan Banten diharapkan pembelajaran sejarah
haruslah dikawal pasukan yang berjalan dengan menarik karena dalam
kuat. pembelajaran idealnya tidak hanya
mengembangkan aspek kognitif, tetapi
Terdapat pula nilai kerja sama juga harus menekankan proses
yang diungkapkan oleh Lubis (2003:87), pengembangan afektif peserta didik.
bahwa Semangat kebangsaan dapat dilihat dari
Sultan Ageng Tirtayasa hal-hal kecil yang bisa diangkat dan
mengadakan serta memperkuat dikembangkan dalam diri siswa,
hubungan-hubungan dengan misalnya menjaga kebersihan
daerah-daerah sekitar kesultanan lingkungan kelas dan sekolah. Hal
Banten, baik yang ada di bagian tersebut mengindikasikan siswa
barat maupun di bagian timur. bertindak untuk kepentingan bersama
Di antara daerah-daerah yang dan menjaga dari penyakit yang berasal
dipererat hubungan dari sampah-sampah.
persatuannya ialah Lampung,
Salebar, Bengkulu, Cirebon dan
Mataram. Kesemuanya METODE PENELITIAN
merupakan siasat penjagaan
kalau-kalau perang terjadi, dapat Adapun yang dijadikan lokasi
menjadi siasat untuk dalam penelitian ini ialah SMAN 1
mempersempit ruang gerak Baros Kabupaten Serang, aspek pelaku
kompeni yang bercokol di adalah guru pendidikan sejarah dan
Jakarta. siswa kelas XI IPS 3 yang nantinya
Perjuangan Sultan Ageng terlibat interaksi belajar mengajar dan
Tirtayasa yang mempertahankan dari aspek kegiatan adalah proses
daerahnya dari ganguan pasukan VOC pembelajaran Sejarah. Dasar
sangat gigih sekali dan terkandung nilai pertimbangan memilih SMAN 1 Baros
kejuangan dan semangat Kabuparen Serang ialah lokasi yang
kebangsaannya. Nilai-nilai semangat berdekatan dengan perjuangan Sultan
kebangsaan ini sangat penting sekali Ageng Tirtayasa di Banten, jadi nilai
untuk ditanamkan pada diri siswa. kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa
Semangat kebangsaan yang ada pada sangat tepat untuk diajarkan kepada
diri seseorang tidak datang dengan siswa karena tokoh tersebut berasal tidak
sendirinya tetapi dipengaruhi oleh jauh dari lingkungan siswa, sehingga
berbagai faktor diantaranya adalah siswa dapat menggali nilai-nilai
watak dan karakter bangsa serta kejuangannya.
pembiasaannya dalam kehidupan sehari- Pada penelitian ini, peneliti
hari. Seiring dengan dicanangkannya berusaha memperoleh berbagai macam
4

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

data yang berhubungan dengan informasi yang maksimum, bukan untuk


penelitian. Data tersebut akan diperoleh digeneralisasikan.
dari semua perkataan, tindakan, situasi, Metode yang digunakan dalam
dan peristiwa yang dapat diamati oleh penelitian ini adalah metode kualitatif
peneliti selama kegiatan pembelajaran Naturalistik. Penelitian kualitatif
sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 (Qualitative Reasearch) adalah suatu
Baros. Sedangkan sumber data tersebut penelitian yang ditujukan untuk
yaitu dari guru, siswa, dan pihak-pihak mendeskripsikan dan menganalisis
lain yang sesuai dengan penelitian ini. fenomena, peristiwa, aktifitas sosial,
Pemilihan subjek penelitian ini, sikap kepercayaan, pemikiran orang
didasarkan pada pertimbangan bahwa secara individu maupun kelompok
kelas XI IPS 3 perlu mendapatkan (Syaodih, 2005:60). Sementara itu
perhatian. Karena selama ini kelas Bogdan dan Taylor dalam L.J.Moleong
tersebut dianggap kelas yang kurang (2008:4) mendefinisikan bahwa metode
memiliki kemampuan akademik yang kualitatif sebagai prosedur penelitian
memadai, kurang motivasi belajar, yang menghasilkan data deskriptif
sering terlambat dalam mengikuti berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
kegiatan pembelajaran dan pasif dalam orang-orang dan perilaku yang dapat
proses pembelajaran. diamati. Lebih lanjut, Moleong
Dalam penelitian kualitatif (2008:44) menjelaskan sebagai berikut:
tidak menggunakan istilah populasi, Penelitian kualitatif itu berakar
tetapi oleh Spradley dalam Sugiyono pada latar alamiah sebagai
(2005:49) dinamakan ”social situation” keutuhan mengandalkan
atau situasi sosial yang terdiri dari tiga manusia sebagai alat penelitian,
elemen yaitu : tempat (place), pelaku memanfaatkan metode kualitatif,
(actors), dan aktivitas (activity) yang mengadakan analisis data secara
berinteraksi secara sinergis. Situasi induktif, mengarahkan sasaran
sosial dalam penelitian ini adalah penelitian pada usaha
tempat (place) yaitu sekolah, aktivitas menemukan teori dari dasar,
(activity) yaitu proses belajar mengajar, bersifat deskriptif, lebih
pelaku (actors) yaitu guru dan murid. mementingkan proses dari pada
Sampel dalam penelitian ini adalah hasil, membatasi studi dengan
nara sumber, atau pertisipan, fokus, memiliki seperangkat
informan, teman, dan guru dalam kriteria untuk memeriksa
penelitian. (Lincoln dan Guba keabsahan data, rancangan
1985) mengemukakan bahwa penelitiannya bersifat sementara,
”Naturalistic sampling is, then very dan hasil penelitiannya
different from conventional sampling, disepakati oleh kedua belah
it is based on informational, not pihak antara peneliti dan subjek
statistical, considerations Its purpose is penelitian.
maximize information, not to facilitate
generalization”. Penentuan sampel Alasan peneliti memilih metode
dalam penelitian kualitatif (naturalistik) kualitatif naturalistik karena metode
sangat berbeda dengan penentuan kualitatif naturalistik dapat
sampel dalam penelitian konvensional mengungkapkan pengetahuan yang
(kuantitatif). Sampel yang dipilih tidak terkatakan, seperti perilaku subjek
berfungsi untuk mendapatkan penelitian yang dapat diamati seperti
perhatian, keseriusan, dan ekspresi
informan pada saat wawancara maupun
5

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

saat melakukan kegiatan. Oleh karena teknik pengumpulan data yang bersifat
itu, ciri yang menonjol dari menggabungkan data dari berbagai
penelitian ini adalah cara pengamatan teknik pengumpulan data dan sumber
dan pengumpulan datanya dilakukan data yang telah ada. Implementasinya,
dalam latar/setting alamiah, artinya yaitu peneliti menggunakan observasi
tanpa memanipulasi subyek yang diteliti partisipatif, wawancara mendalam, serta
atau apa adanya. dokumentasi untuk sumber data yang
Dalam penelitian ini, sama.
karakteristik naturalistik tampak dari Teknik analisis data yang
tujuan penelitian yang ingin digunakan adalah bersifat kualitatif yang
memperoleh gambaran implementasi dilakukan sejak tahap orientasi
pembelajaran nilai-nilai kejuangan lapangan, seperti dikatakan Miles dan
Sultan Ageng Tirtayasa dalam Huberman (1992) bahwa”… the ideal
membentuk semangat kebangsaan siswa model for data collection and analysis is
di SMAN 1 Baros Kabupaten Serang, one that interweaves them from the
bukan untuk mengujikan suatu teori beginning”. Yang artinya, model ideal
dengan beberapa variabel melalui dari pengumpulan data dan analisis
sebuah kuesioner. Sebagai instrumen, adalah yang secara bergantian
peneliti memberikan perhatian berlangsung sejak awal.
penuh/terfokus pada proses Pelaksanaan analisis data
pembelajaran tentang nilai kejuangan dilakukan sepanjang penelitian itu dan
Sultan Ageng Tirtayasa yang sedang secara terus menerus mulai dari tahap
berlangsung di kelas seperti cara guru pengumpulan data sampai akhir. Data
mengajar di kelas, respon peserta didik, yang diperoleh dalam penelitian ini tidak
materi yang diajarkan, cara guru menilai akan memberikan makna yang berarti
siswa dan ekspresi subjek. Peneliti tidak apabila tidak dianalisis lebih lanjut.
melakukan rekayasa apapun terhadap Menurut Miles dan Huberman (1992:20)
siswa, guru, dan kelas, semua dibiarkan mengumukakan bahwa aktifitas dalam
berjalan apa adanya. Selain itu, analisis data kualitatif dilakukan secara
karakteristik naturalistik juga terdapat interaktif dan berlangsung terus menerus
pada proses penelitian di mana peneliti sampai tuntas, sehingga datanya sudah
berusaha untuk mengungkapkan suatu jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu
realitas kegiatan pembelajaran berupa data reduction, data display dan
data deskripstif yang diperoleh dari hasil concluting : drawing/verification.
wawancara, pengamatan atau obeservasi
dan dokumentasi terkait aktivitas peserta
didik, dan aktivitas guru mengajar. HASIL PENELITIAN DAN
Untuk memeriksa keabsahan PEMBAHASAN
data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik triangulasi. 1. Nilai Kejuangan Sultan Ageng
Menurut Nasution (2003:10) Tirtayasa Dalam Pembelajaran
triangulasi adalah teknik pemeriksaan Sejarah
keabsahan data yang memanfaatkan Berdasarkan hasil wawancara
sesuatu yang lain di luar data itu peneliti dengan guru sejarah yaitu Ibu
untuk keperluan pengecekan atau Martini tentang nilai kejuangan Sultan
sebagai pembanding terhadap data itu. Ageng Tirtayasa dalam pembelajaran
Sedangkan menurut Sugiyono sejarah, beliau mengatakan bahwa untuk
(2006:330) triangulasi diartikan sebagai mengajarkan sejarah lokal mengenai

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa, harus memperhatikan penguasaan materi


harus dimulai dengan mengajarkan sejarah lokalnya, seperti yang
sejarah nasional terlebih dahulu dengan dikemukakan oleh Pak Rohim selaku
materi perlawanan bangsa Indonesia kepala sekolah di SMAN 1 Baros “Agar
terhadap kekuatan asing. Setelah itu, pembelajaran sejarah lokal di sekolah
guru bisa menekankan pentingnya berjalan lancar, maka sudah tugas guru
pahlawan dalam perjuangan bangsa untuk menjadi pribadi yang menguasi
Indonesia menghadapi tentara VOC, materi sejarah lokal yang ada di
kemudian diteruskan dengan wilayahnya dan harus menjadi hidden
menjelaskan perlawanan yang terjadi di curriculum serta apa yang ada pada
dekat lingkungan siswa. Selanjutnya kurikulum hendaklah dapat disesuaikan
bisa dijelaskan mengenai perjuangan dengan kondisi siswa dan sekolah serta
Sultan Ageng Tirtayasa dalam memperkaya esensi sejarah lokalnya”.
menghadapi tentara VOC. Berikut Langkah ketiga adalah
adalah langkah-langkah yang harus menentukan metode, oleh sebab itu guru
ditempuh guru guna memaksimalkan diharapkan untuk dapat memilih
pembelajaran sejarah lokal berbasis berbagai metode dan media
biografi dari awal pembelajaran hingga pembelajaran yang dapat menumbuhkan
akhir pembelajaran. aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Langkah pertama yang Penggunaan media pembelajaran sendiri
ditempuh guru dalam mengembangkan menjadi bagian yang paling penting
persiapan mengajar adalah dalam pembelajaran karena dapat
mengidentifikasi dan mengelompokan menjadi pemicu bagi siswa untuk tetap
kompetensi yang ingin dicapai setelah mengikuti pembelajaran dengan tujuan
proses pembelajaran. Dalam menimbulkan rasa ketertarikan dari
merumuskan kompetensi atau tujuan siswa tersebut. Begitu pun dengan
pembelajaran, guru hendaklah pendapat Ibu Martini, bahwa “Media
memperhatikan keseimbangan pembelajaran mempunyai peran yang
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan sangat besar agar pembelajaran berjalan
menyenangkan. Jadi, siswa pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
akan jenuh dengan pembelajaran yang karena dengan media ini siswa dapat
disampaikan guru. Selain itu, kesan termotivasi untuk terus belajar”. Oleh
pembelajaran sejarah yang sebab itu, media pembelajaran dapat
membosankan pun sedikit demi sedikit membantu proses pembelajaran berjalan
akan terkikis. efektif dan efisien demi tercapainya
Langkah yang kedua adalah tujuan pembelajaran. Hal ini
guru harus mempunyai kreativitas dalam dikarenakan media atau alat peraga akan
mengembangkan materi dari silabus memudahkan siswa memahami dan
yang sudah ada. Untuk pembelajaran menyerap materi yang diberikan.
sejarah lokal guru harus Langkah terakhir adalah
mengembangkannya pada indikator, jadi merencanakan penilaian. Perencanaan
tidak perlu mengubah Standar evaluasi yang dibuat guru sejarah adalah
Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada evaluasi proses dan evaluasi hasil.
silabus yang ada. Jadi peran guru sangat Sejalan dengan KTSP, penilaian
penting sekali dalam pembelajaran hendaknya dilakukan selama proses
sejarah local berbasis biografis di pembelajaran dan pembentukan
sekolah. Selain itu, guru sejarah dalam kompetensi. Oleh karena itu penilaian
melakukan perencanaan pengajaran hendaknya berbasis kelas dengan

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

menggunakan berbagai bentuk dan kekuasaan kesultanan Banten. Dengan


model penilaian secara tindakan perlawanan demikian, Sultan
berkesinambungan. Ageng Tirtayasa mengharapkan agar
Berdasarkan observasi, pada VOC segera meninggalkan Banten.
pembelajaran nilai kejuangan Sultan Untuk meredakan perlawanan
Ageng Tirtayasa, guru menggunakan tersebut, VOC mengirimkan utusan
metode ceramah dan tanya jawab. Pada sebanyak dua kali pada tahun 1655
tahap ini, guru menjelaskan terlebih dengan menawarkan pembaharuan
dahulu tentang perlawanan masyarakat perjanjian tahun 1645 disertai hadiah-
Indonesia terhadap kekuasaan asing, hadiah yang menarik, namun
barulah setelah itu guru mencoba keseluruhannya ditolak oleh Sultan
menguraikan di daerah mana saja yang Ageng Tirtayasa. Bahkan Sultan Ageng
terjadi perlawanan. Setelah itu guru pun Tirtayasa menanggapinya dengan
menjelaskan perlawanan di daerah memerintahkan pasukan Banten pada
Banten yang merupakan wilayah tempat tahun 1656 untuk melakukan gerilya
tinggal siswa. Pada fase inilah proses besar-besaran dengan mengadakan
integrasi sejarah lokal ke dalam sejarah pengerusakan terhadap kebun-kebun
nasional dilakukan oleh guru sejarah. tebu, pencegatan serdadu patroli VOC,
Dengan pemaparan dari Ibu Martini pembakaran markas patroli, dan
selaku guru sejarah terlihat sekali rasa pembunuhan terhadap beberapa orang
penasaran dan antusias dari para siswa. Belanda yang keseluruhan dilakukan
Dalam pemaparannya, Ibu Martini tidak pada malam hari. Selain itu, pasukan
hanya ceramah saja, melainkan dibantu Banten juga merusak kapal-kapal milik
dengan media infokus yang Belanda yang berada di pelabuhan
menayangkan peta dan gambar yang Benten, sehingga untuk memasuki
memuat informasi dari Sultan Ageng Banten, diperlukan pasukan yang kuat
Tirtayasa. untuk mengawal kapal-kapal tersebut.
Dalam pembelajarannya, ibu Tangerang dan Angke dijadikan sebagai
Martini dibantu menggunakan buku garis terdepan pertahanan dalam
penunjang dalam menganalisis nilai- menghadapi VOC. Pasukan Banten
nilai Kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa. menyerang Batavia pada 1652 juga
Adapun intisari dari buku penunjang dimulai dari Tangerang dan Angke.
tersebut yaitu: Saat perlawanan sering terjadi,
Sultan Ageng Tirtayasa selama Sultan Ageng Tirtayasa seringkali
memerintah kesultanan Banten sangat mengadakan hubungan kerjasama
menentang segala bentuk penjajahan dengan kesultanan lain, seperti
asing atas daerah kekuasaannya, kesultanan Cirebon dan Mataram serta
termasuk kehadiran VOC yang hendak dengan Turki, Inggris, Perancis, dan
menguasai Banten sangat ditentang oleh Denmark. Hal ini dilakukan agar Banten
Sultan Ageng Tirtayasa. Oleh sebab itu, dapat memperkuat kedudukan dan
VOC yang berusaha melakukan blokade kekuatannya dalam menghadapi
terhadap pelabuhan Banten dengan kekuatan VOC. Dari Turki, Inggris,
menyerang kapal-kapal yang hendak Perancis, dan Denmark inilah Banten
berdagang di Banten, mendapatkan mendapatkan banyak bantuan berupa
perlawanan dari pasukan Banten. senjata api. Sultan Ageng Tirtayasa pun
Perlawanan itu awalnya diwujudkan melakukan penyatuan terhadap daerah
dengan perusakan terhadap segala yang dikuasai oleh kesultanan Banten,
instalasi milik VOC di wilayah yaitu Lampung, Bangka, Salebar,

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

Indragiri dalam kesatuan pasukan Sejarah lokal edukatif inspiratif


Surosowan. adalah jenis sejarah lokal yang
Berbagai usaha dilakuakan oleh memang disusun dalam rangka
tentara Belanda guna menjatuhkan mengembangkan kecintaan
kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. sejarah; terutama pada sejarah
Salah satu cara yang membuat Sultan lingkungannya, yang kemudian
Ageng Tirtayasa jatuh adalah dengan menjadi pangkal bagi timbulnya
menerapkan politik adu domba antara kesadaran sejarah dalam artian
Sultan Ageng Tirtayasa dengan anaknya yang luas.
yaitu Sultan Haji. Strategi ini cukup
berhasil dalam merobohkan kekuasaan Dengan pembelajaran yang
Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, seperti ini, siswa tidak hanya
bahkan bisa membuat hubungan retak mempelajari materi sejarahnya saja,
antara ayah dan anak. Namun, yang tetapi bisa mengambil nilai-nilai yang
perlu digaris bawahi adalah perjuangan terdapat dari materi tersebut yang dapat
Sultan Ageng Tirtayasa yang tak pernah digunakan untuk masa kini dan
menyerah hingga pada akhirnya berhasil mengantisipasi kehidupan masa yang
ditangkap oleh tentara Belanda. akan datang. Hal ini sesuai dengan
Berdasarkan wawancara, bahwa pendapat Hasan (2012:49):
indikator yang dikembangkan dalam Kemampuan mengembangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran inspirasi adalah kemampuan
menunjukan ada usaha untuk belajar dari masa lampau yang
mengintegrasikan pembelajaran sejarah dapat dikembangkan menjadi
lokal berbasis biografis dalam solusi permasalahan masa
pengembangan karakter bangsa ke sekarang dan aspirasi untuk
dalam sejarah nasional, dimana Ibu kehidupan masa depan. Dengan
Martini memasukan ke dalam indikator demikian, belajar sejarah tidak
tentang perlawanan Sultan Ageng hanya sekedar masa lampau
Tirtayasa dalam menghadapi tentara tetapi juga untuk digunakan
VOC. Hal ini menunjukan bahwa ada pada masa kini dan untuk
kebebasan untuk memasukan sejarah mengantisipasi kehidupan masa
lokal ke dalam RPP, dimana tokoh depan. Belajar sejarah yang
Sultan Ageng Tirtayasa menjadi local demikian menerapkan tiga
heroes bagi masyarakat Banten. Selain dimensi waktu sejarah, dan
itu guru hendaknya mencari berbagai sebagaimana dikemukakan oleh
sumber literatur atau sumber belajar Shane dan Longstreet
yang mendukung, sehingga materi (1993:115) “the future should
terkesan lebih variatif dan kaya. receive at least asmuch scrutiny
Dari pembelajaran sejarah lokal as our past, for the present is a
berbasis biografis, siswa SMAN 1 Baros function notonly of the past but
Kabupaten Serang menunjukan hal yang of the future as well.
positif dimana mereka sangat
terinspirasi dari perjuangan Sultan Maka dari itu menurut peneliti,
Ageng Tirtayasa. Dengan begitu guru guru-guru sejarah di daerah perlu
melakukan pembelajaran sejarah lokal diberikan pandangan yang mendalam
yang edukatif dan inspiratif terhadap agar mereka dapat termotivasi dan mau
siswa, hal ini sesuai dengan pendapat bekerja keras dalam mencari informasi-
Widja (1989:44) bahwa informasi tentang sejarah lokal baik itu
mengenai peristiwa sejarahnya maupun
9

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

pelaku sejarahnya. Untuk pelaku sejarah kedua hal tersebut, pemahaman siswa
sendiri, Hasan (2012:55) memandang sedikit demi sedikit bertambah. Pada
posisi pelaku sejarah dalam pendidikan tahap ini, peneliti dapat menyimpulkan
sejarah ada dua, yaitu pertama pelaku bahwa siswa bersemangat dalam
sejarah adalah bagian dari sebuah menerima kebenaran sejarah lokal,
peristiwa sejarah dan kedua diajarkan ketika ini terjadi dalam benak siswa itu
sebagai sebuahbentuk biografi. Dengan sendiri maka dapat membangkitkan
adanya usaha seperti ini dari guru, maka semangat kebangsaannya.
pada saat proses pembelajaran di kelas Selanjutnya ada beberapa hal
siswa pun tidak akan bosan dengan yang peneliti tanyakan kepada siswa-
materinya, karena siswa dikenalkan siswi kelas XI IPS 3 dimana peneliti
dengan sejarah lokal yang ada di dekat melakukan wawancara kepada 15 orang
lingkungannya. Guru pun harus siap siswa-siswa, terdiri dari 10 siswa laki-
dalam proses pembelajarannya, tidak laki dan 5 siswa perempuan dengan
hanya mengandalkan materi saja tujuan untuk mengetahui bagaimana
melainkan harus siap pula dengan desain pembelajaran yang diberikan
Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya, guru pengajar. Peneliti menggunakan
karena dengan dokumen ini, guru bisa indikator-indikator pertanyaan yang
tahu apa yang akan dilakukan pada saat mengarah pada penjelasan siswa
pembelajaran nanti. terhadap desain pembelajaran yang telah
didesain guru.
2. Tanggapan dan Pemahaman Peneliti mengajukan pertanyaan,
Siswa Terhadap Pembelajaran ”Apakah anda memahami nilai
Sejarah Lokal kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa yang
dijelaskan oleh Ibu Martini? Sebagian
Pada tahap ini, jika guru dapat besar siswa menjawab memahaminya
memberikan value atau nilai yang dengan menyebutkan karakteristik
berhubungan pada budaya lokalnya dan kejuangan seperti berani, rela berkorban,
dapat membuat siswa memahaminya, pantang menyerah, dan tanggung jawab,
maka pengenalan sejarah lokal akan seperti yang dikemukakan oleh Aji, Aat,
menjadi lebih bermakna bagi siswa. Royhan, Yulyadi, Septi, Desi, Indah,
Komentar siswa yaitu pada umumnya Amalia, Hayatami, Rudi, Ari (11 siswa)
siswa merasa tidak asing dengan kata sedangkan siswa lain ada yang
ataupun makna dari sejarah lokal karena menjawab dengan belum faham
sebelumnya memang sudah pernah pembelajaran sejarah lokal yang
melakukan pembelajaran sejarah lokal didesain guru mata pelajaran, seperti
pada saat kelas X. Seperti yang yang diungkapkan oleh Dita, Apud,
diungkapkan oleh Desi siswa kelas XI Sar’I, dan Raqiy (4 siswa).
IPS 3, “Menurut saya sejarah lokal
adalah peristiwa sejarah yang terjadi di 3. Pandangan dan Penghargaan
wilayah tertentu”. Hanya saja ada Siswa Terhadap Perjuangan
beberapa siswa yang masih kebingungan Sultan Ageng Tirtayasa
dalam menentukan dan membedakan
mana yang termasuk dengan sejarah Berdasarkan wawancara dengan
makro (nasional), juga mana yang beberapa siswa, mereka hampir sama
termasuk dengan sejarah mikro (lokal). mengungkapkan pendapatnya, yaitu
Namun setelah mendapat kebanggaannya setelah mengetahui
penjelasan dari guru sejarah tentang seorang pejuang yang tangguh serta

10

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

pantang menyerah dalam menegakkan merindukan figur pemimpin yang dapat


martabat bangsa yang berasal dari diteladani. Karena selama ini hampir
lingkungan tempat mereka tinggal. semua pejabat negara baik di daerah
Seperti yang diungkapkan oleh Yulyadi maupun pusat kurang menunjukkan jiwa
selaku Wakil Ketua Kelas XI IPS 3 kepemimpinan yang patut diteladani
“Sangat bangga sekali mempunyai oleh rakyat Indonesia. Seperti yang
seorang pahlawan yang berasal dari dikatakan oleh Royhan pada saat
daerah sendiri, selain itu banyak sekali wawancara “Pribadi Sultan Ageng
nilai-nilai yang bisa kita ambil dari Tirtayasa haruslah ditiru oleh pemimpin
perjuangan beliau”. Melalui nilai-nilai yang ada di sini, lihat saja
Kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa ini, perjuangannya membela rakyat tanpa
mereka dapat menafsirkan makna pamrih dan tidak merugikan rakyatnya.
perjuangan yang pada akhirnya dapat Sangat disayangkan sekali pa, melihat
membangun semangat kebangsaan untuk pemimpin di negeri ini yang tidak bisa
integrasi bangsa. Apalagi saat ini sedang menyenangkan hati rakyatnya”. Jadi,
krisis sosok pemimpin dan pejuang yang peneliti melihat bahwa pembelajaran
dapat diteladani oleh mereka, yang nilai kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa
akhirnya mereka menemukan jawaban ini akan berjalan sesuai dengan tujuan
dari lingkungan hidup mereka sendiri. yang diharapkan jika guru mata
pelajaran menyampaikannya dengan
4. Pandangan Terhadap baik dan terjalin komunikasi dari kedua
Pembelajaran Nilai Kejuangan belah pihak yaitu antara guru dan siswa.
Sultan Ageng Tirtayasa Hasil observasi terhadap guru
dalam pembelajaran berbasis biografis
Peneliti menyimpulkan dari Sultan Ageng Tirtayasa sudah cukup
keseluruhan hasil wawancara, observasi, bagus dimana pengetahuan guru
dan dokumentasi bahwa, pandangan mengenai sejarah lokal sudah sesuai
siswa terhadap sejarah lokal dan dengan apa yang diharapkan, hal ini
perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dikarenakan adanya upaya oleh guru
sudah cukup bagus. Seperti yang tersebut untuk mencari sendiri mengenai
diungkapkan oleh Aji selaku ketua kelas materi sejarah lokalnya baik melalui
XI IPS 3 pada saat diwawancarai buku-buku maupun sumber internet.
“Sultan Ageng Tirtayasa merupakan Satu tujuan dari Undang-Undang Sistem
pahlawan lokal dari Banten yang Pendidikan Nasional yang dituangkan
mempunyai peran penting dalam dalam Kurikulum Tingkat Satuan
perjuangan melawan tentara Belanda. Pendidikan bahwa sekolah dan guru
Memang sekarang kita berbeda zaman diberikan hak untuk merancang
dengan beliau, tetapi nilai-nilai kurikulum yang menyangkut dengan
kejuangannya akan tetap selalu hidup di muatan lokal. Sesuai dengan Badan
hati kita” Pendapat yang lain dilontarkan Standar Nasional Pendidikan, (2006:11)
oleh Yulyadi “Dengan adanya sejarah Muatan lokal merupakan
perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa, kegiatan kurikuler untuk
mengingatkan kita untuk pantang mengembangkan kompetensi
menyerah dalam menghadapi kehidupan yang disesuaikan dengan ciri
ini dan selalu berjuang untuk mencapi khas dan potensi daerah.
cita-cita kita”. Substansi muatan lokal
Berdasarkan wawancara dengan ditentukan oleh
siswa terungkap bahwa mereka satuanpendidikan, tidak terbatas

11

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

pada mata pelajaran a. Kegiatan awal (apersepsi)


keterampilan.Muatan lokal
merupakan mata pelajaran, Pada kegiatan pendahuluan Ibu
sehingga satuan pendidikan Martini (guru sejarah) memeriksa
harus mengembangkan Standar absensi kehadiran siswa. Selanjutnya ibu
Kompetensi danKompetensi Martini melakukan apersepsi ”Minggu
Dasar untuk setiap jenis muatan kemarin materi yang disampaikan
lokal yang diselenggarakan. tentang apa? Aji!” posisi siswa yang
Satuan pendidikan dapat disebutkan berada pada barisan paling
menyelenggarakansatu mata depan. Aji pun menjawab “tentang
pelajaran muatan lokal setiap perlawanan bangsa Indonesia terhadap
semester. penjahah bu”.Ternyata kamu masih
ingat ji, kata ibu Martini. “Iya dong bu,
Dengan begitu perlu daya masih terekam dengan jelas di ingatan
kreatifitas bagi guru sejarah untuk dapat saya” kata Aji. Baiklah untuk kegiatan
mengajarkan sejarah lokal di sekolahnya pembelajaran hari ini kita akan
masing-masing karena sebenarnya melakukan kegiatan diskusi kelompok,
banyak nilai-nilai kearifan lokal yang silakan duduk sesuai dengan
dapat disampaikan kepada siswanya. kelompoknya masing-masing, kata Ibu
Menurut Supardan (2004:262) Martini. Pada kegiatan ini, penulis
pembelajaran sejarah lokal perlu menghubungkan dengan pendapatnya
dikembangkan pada siswa untuk Hamalik (1983:150) bahwa adalah
mengenali identitas kelokalannya penting sekali mengenal dan memahami
maupun menghargai identitas murid dengan seksama agar guru dapat
etnis/daerah lain yang ada di Indonesia menentukan dengan seksama bahan-
dengan mempertimbangkan azas belajar bahan yang akan diberikan,
dan tahap perkembangan siswa. menggunakan prosedur mengajar yang
Sementara itu perasaan yang merupakan serasi. Jadi menurut penulis setiap guru
awal pembentukan kebangsaan, yang Akan melaksanakan pembelajaran,
dimaksudkan sebagai kondisi sosio- harus memahami benar tentang
psikologis yang melekat pada jiwa pentingnya entry behavior siswa guna
individu-individu maupun kelompok, mendukung kelancaran dan keberhasilan
berkenaan dengan fakta-fakta subjektif belajar siswa.
sebagai bangsa.
b. Kegiatan Inti
5. Implementasi Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dan
Nilai-Nilai Kejuangan Sultan
wawancara, menurut Ibu Martini dalam
Ageng Tirtayasa Dalam
pembelajaran materi perjuangan Sultan
Membentuk Semangat
Ageng Tirtayasa dilaksanakan dengan
Kebangsaan Siswa di SMAN 1
metode diskusi dengan guru
Baros Kabupaten Serang
membimbing jalannya diskusi, berusaha
menciptakan suasana pembelajaran yang
Adapun kegiatan pembelajaran
lebih demokratis, menghargai
sejarah dengan materi nilai kejuangan
keberadaan siswa sebagai subjek belajar
Sultan Ageng Tirtayasa dalam
dan bukan hanya sebagai objek
membentuk semangat kebangsaan siswa
pembelajaran. Jadi guru memberikan
dapat dideskripsikan sebagai berikut:
kesempatan kepada setiap siswa untuk
12

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

mengemukakan pendapatnya masing- mempresentasikannya dengan


masing dan tidak merendahkan pendapat perwakilan kelompoknya saja dan
dari siswa tersebut. mempresentasikan hasil pekerjaannya di
Pada pertemuan ini, setiap siswa depan kelas. Selanjutnya pada bagian
duduk dengan kelompoknya masing- tanya jawab, anggota kelompok yang
masing karena pada pertemuan lain bekerja sama untuk menjawab
sebelumnya mereka sudah membuat pertanyaan dari kelompok yang lain.
kelompok dan materi tiap kelompok Jadi, tiap anggota kelompok mempunyai
berbeda-beda, namun tetap membahas tugasnya massing-masing. Pada
perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa. pelaksanaan presentasinya, masing-
Pembahasan tiap kelompok ini akan masing kelompok mempunyai caranya
dijadikan bahan diskusi dalam kegiatan masing-masing dalam memaparkan
pembelajaran. Adapun intisari dari kajiannya. Berdasarkan hasil observasi,
pembahasan tiap kelompok itu adalah: peneliti melihat dua cara yang
1. Kelompok1 membahas tentang digunakan dalam memaparkanya, yaitu
penyebab pertentangan Sultan siswa menjelaskan dengan bantuan
Ageng Tirtayasa terhadap sumber bacaan dalam bentuk print-out
tentara VOC. dan menggunakan media infokus.
2. Kelompok 2 membahas Pada kegiatan diskusi, siswa
perlawanan Sultan Ageng terlihat berperan aktif dalam proses
Tirtayasa dalam menghadapi pembelajaran dengan tanya-jawab yang
tentara VOC. terjadi. Seperti pertanyaan terhadap
3. Kelompok 3 membahas usaha kelompok 1 yang dikemukakan oleh
yang dilakukan Sultan Ageng Rudi “Bagaimana keadaan perdagangan
Tirtayasa dalam di Banten yang terjadi saat awal
mempertahankan wilayahnya pertentangan Sultan Ageng Tirtayasa
dari tentara VOC. terhadap tentara Belanda?”. Menurut
4. Kelompok 4 membahas kami, jawab Habibi “Keadaan pada saat
kebijakan yang dikeluarkan itu mulai berubah, pasukan Belanda
Sultan Ageng Tirtayasa guna memblokade pelabuhan Banten dari
kemajuan kesultanan banten. pedagang-pedagang asing sehingga
5. Kelompok 5 membahas dampak kegiatan pedagang dari negara asing
politik adu domba yang yang semula banyak menjadi berkurang
dilakukan tentara VOC. aktivitasnya karena adanya blokade
6. Kelompok 6 membahas tersebut”.
kegagalan perjuangan Sultan Selanjutnya pertanyaan terhadap
Ageng Tirtayasa dalam kelompok 2, yaitu dari Yulyadi “Kenapa
mempertahankan kemerdekaan pada saat perlawanan dengan tentara
Banten dari pasukan Belanda. Belanda yang dilawan oleh prajurit
Selanjutnya pada kegiatan inti, kesultanan Banten tidak hanya orang
peneliti melihat guru menginstruksikan Belanda saja, melainkan prajurit bayaran
kepada seluruh kelompok diskusi yang ternyata dari bangsa kita sendiri?”.
mempresentasikan laporannya dengan Untuk menjawab pertanyaan ini,
waktu kurang lebih 10 menit dan memang tim penyaji agak kesulitan
menyarankan agar kelompok diskusi menjawabnya, tetapi mampu menjawab
memanfaatkan waktu yang tersedia dengan baik “Memang pada saat itu,
secara efektif dan efisien. Pada semangat kebangsaan masyarakat kita
presentasi di kelas, tiap kelompok belum seperti sekarang karena pada saat

13

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

itu yang mereka bela adalah daerahnya ayahnya sedangkan Sultan Haji yang
masing-masing bukan Negara Kesatuan merupakan anaknya juga tidak diberikan
Republik Indonesia dan mereka pun peran penting seperti pangeran Purbaya,
mudah ditipu daya oleh tentara Belanda saudara kandungnya. Ternyata hal
dengan iming-iming kekuasaan dan tersebut lah yang menjadi awal dari
harta. Jadi, mereka tidak menghiraukan keruntuhan kesultanan Banten”.
yang mereka lawan adalah orang yang Terakhir pertanyaan terhadap
tinggal di kepulauan nusantara ini atau kelompok 6 dari Amalia “Menurut anda
bangsa kita sendiri. nilai apa yang bisa kita tiru dari
Pertanyaan selanjutnya dari perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa oleh
Hayatami untuk kelompok 3 siswa SMAN 1 Baros?”. Indah yang
“Bagaimana pendapat anda tentang merupakan anggota dari kelompok 6
perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa?” langsung menjawab “Banyak sekali
Royhan yang merupakan anggota dari sebenarnya yang bisa kita ambil dari
kelompok 3 pun menjawab “Tentu saya perjuangan beliau, namun menurut saya
sangat bangga sekali dengan yang bisa kita tiru adalah nilai
perjuangannya, beliau melakukan itu keberaniannya. Dengan nilai ini kita
semata-mata untuk kepentingan harus berani mengalahkan rasa malas
rakyatnya. Sultan Ageng Tirtayasa tidak dan keterbatasan kita untuk tetap
suka terhadap tentara Belanda yang sekolah, belajar, disiplin, dan mengikuti
melakukan tindakan semena-mena aturan sekolah yang berlaku. Saya yakin
terhadap rakyatnya. Sifat seperti ini lah dengan keberanian yang positif dan
yang harus kita contoh. tidak melanggar aturan yang ada, apa
Pertanyaan terhadap kelompok 4 yang kita impikan akan tercapai.
disampaikan oleh Sulasiah “Nilai apa Dengan pembelajaran
yang muncul dari hubungan Banten menggunakan metode diskusi ini, siswa
dengan negara luar?. Ria sebagai terlihat mengembangkan dialog diantara
anggota kelompok pun menjawab “Nilai sesama kelompok dan peserta kelompok
yang bisa kita ambil antara lain, kerja yang lain sesuai dengan waktu yang
sama, kepercayaan, wirausaha, sudah didesain guru. Sesekali guru
persahabatan, cinta damai, dan peduli membantu kelompok memberikan
sosial. penjelasan ketika siswa mengalami
Adapula pertanyaan terhadap kesulitan dalam proses diskusi. Guru
kelompok 5 dari Desi “Kenapa Sultan melaksanakan kegiatan inti kurang lebih
Haji melakukan usaha perebutan 80 menit. Nilai semangat kebangsaan
kekuasaan terhadap Sultan Ageng yang muncul dari pembelajaran ini, bisa
Tirtyasa, padahal seperti yang kita dilihat dari keaktifan siswa dalam
ketahui mereka memiliki hubungan berpendapat dan menjawab, sikap
darah yaitu ayah dan Anak?”. Terlihat menghargai siswa dalam mendengarkan
ada diskusi kecil diantara anggota siswa lain berpendapat maupun
kelompok mereka dan Septi mencoba memaparkan materi diskusinya, hadir
menjawabnya “Sangat disayangkan dalam kelas hingga pembelajaran
memang Sultan Haji melakukan selesai, tidak melakukan kegiatan yang
perlawanan terhadap ayahnya, menurut mengganggu jalannya diskusi, datang
kami hal itu terjadi karena sifat dari tepat waktu, menjaga kebersihan kelas,
Sultan Haji sendiri yang iri dan tidak dan mengerjakan tugas yang diberikan
terima melihat saudara kandungnya oleh guru.
sendiri dijadikan pemimpin oleh

14

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

Berdasarkan pebjelasan di atas, proses yaitu melihat kegiatan siswa


maka penulis berpendapat dengan selama proses pembelajaran dan tugas
pendekatan biografis, siswa akan lebih yang diberikan sebagaimana yang
mengenal peribadi pelaku sejarah diungkapkan oleh ibu Martini dalam
sehingga nilai-nilai yang terkandung di wawancara bahwa ”Evaluasi yang
dalamnya dapat menjadi contoh yang dilakukan yaitu evaluasi proses misalnya
baik bagi siswa dan mengaplikasikan siswa ditugaskan membuat
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan makalah/laporan tentang perjuangan
sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan Sultan Ageng Tirtayasa dan bentuk
pendapat Hasan (2012:58). pengamatan terhadap sikap dan perilaku
pendidikan sejarah akan menjadi siswa di dalam lingkungan sekolah
lebih baik dalam kedudukan sedang hasil dengan memberikan soal-
sebagai “bank of examples” soal baik tertulis maupun lisan”.
melalui pendidikan biografi. Untuk kelengkapan data,
Melalui pendekatan biografis peneliti selanjutnya melakukan
peserta didik akan lebih wawancara tentang Pembelajaran nilai
mengenal pribadi pelaku sejarah kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa.
sehingga cara berpikir, Pertanyaan pertama, yang diajukan
wawasan, nilai dan sikap, serta peneliti dalam proses wawancara kepada
tindakan-tindakan pelaku siswa menanyakan apakah siswa dapat
sejarah menjadi “bank of mengembangkan pengetahuan dalam
examples” bagi peserta didik. mempelajari perjuangan Sultan Ageng
Melalui “bank of examples” ini Tirtayasa. Dalam wawancara yang
peserta didik dapat meneladani dilakukan peneliti terhadap siswa,
perilaku para pelaku sejarah, berbagai pendapat yang menjawab
mengembangkannya menjadi pengembangan pengetahuan perjuangan
inspirasi dan selanjutnya Sultan Ageng Tirtayasa. Seperti yang
mengembangkan inspirasi dikemukakan oleh Indah bahwa
menjadi aspirasi. pembelajaran ini jelas dapat
mengembangkan wawasannya, begitu
Pendekatan biografi merupakan juga yang diungkapkan oleh Yulyadi.
sesuatu yang harus dilakukan guru Untuk mendapatkan jawaban yang lebih
terhadap kurikulum yang ada. Untuk itu jelas, maka peneliti berlanjut
guru harus memasukannya ke dalam mewawancarai Septi, menurut siswa
silabus yang ada dan memperkaya ini,”Saya mengerti dengan apa yang
pendekatan biografi dalam kurikulum disampaikan oleh guru, selain itu saya
yang berlaku. juga memperdalam dengan bacaan yang
bersumber di internet,” sedangkan
c. Kegiatan Penutup jawaban Desi hampir sama, yaitu
wawasan yang luas membuat siswa lebih
Berdasarkan observasi, setelah mengerti proses pembelajaran.
kegiatan pembelajaran berlangsung, Berdasarkan pernyataan tersebut, secara
guru mengadakan evaluasi yang keseluruhan siswa sangat menyenangi
dilakukan pada setiap akhir pertemuan pembelajaran nilai kejuangan Sultan
dengan cara lisan, kecuali pada Ageng Tirtayasa dalam pengembangan
pertemuan akhir guru mengadakan tes karakter bangsa yang dilakukan
tertulis. Di samping itu evaluasi yang oleh guru.
dilakukan oleh guru adalah evaluasi

15

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

Pertanyaan kedua, yang mengikuti ekskul kembali. Sedangkan


diajukan peneliti dalam proses menurut Sari Perubahan sikap yang saya
wawancara, menanyakan apakah siswa alami adalah saya mulai rajin ke sekolah
mendapatkan keterampilan pa dan tidak pernah bolos kembali.
mengemukakan pendapat dalam Berdasarkan wawancara di atas,
menggunakan metode diskusi di kelas. pembelajaran sejarah lokal berbasis
Aat menjawab pertanyaan,”Ada, kita biografis mendorong siswa untuk
belajar berbicara di depan teman- menjadi lebih tertarik dalam kegiatan
teman,” hal sama dikatakan oleh Ahmad belajaran mengajar karena memiliki
Royhan. Sedangkan pertanyaan yang keterkaitan dengan kehidupan sehari-
diajukan kepada Aji, dia menjawab ada hari siswa. Menurut Ibu Martini
keterampilan mengemukakan pendapat “Pembelajaran sejarah lokal berbasis
dengan diskusi yang dilakukan di dalam biografis yang diterapkan di SMAN 1
kelas’’. Hayatami menambahkan, Baros, haruslah dapat mengembangkan
Dengan metode ini, kita memang belajar identitas diri maupun rasa ingin tahu
berpendapat namun agak kesulitan siswa terhadap budayanya sendiri,
dalam menyusun katanya. Sedangkan sehingga nilai-nilai yang terkandung
Rudi menjelaskan, dengan metode ini dalam pembelajaran sejarah lokal
kita bisa meningkatkan keberanian kita berbasis biografis dapat tertanam dalam
dalam berbicara dan meningkatkan diri siswa. Masih menurut Ibu Martini
konsentrasi dalam mendengarkan materi bahwa “Proses pembelajaran nilai
yang sedang disampaikan. Dengan kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa akan
adanya pembelajaran berbasis biografis memberikan motivasi bagi siswa untuk
dengan menggunakan metode diskusi lebih aktif mencari sumber-sumber
ini, siswa dituntut untuk bekerja dalam belajar, siswa akan bekerja dalam
kelompok-kelompok dan siswa memiliki kelompok-kelompok kecil dan memiliki
semangat serta kerja sama yang tinggi semangat serta tanggung jawab terhadap
dalam mengerjakannya. kelompoknya masing-masing dengan
Pertanyaan ketiga, yang memahami berbagai macam perbedaan.
diajukan peneliti dalam proses Dengan demikian, guru dalam
wawancara kepada siswa menanyakan mengembangkan bahan ajar hendaknya
“apakah ada perubahan positif setelah tidak terpaku pada buku sentris
melaksanakan pembelajaran sejarah (textbook centered), melainkan
lokal berbasis biografis ini?” Umumnya mengkreasinya secara multi
siswa menjawab ada, seperti yang dimensional, multi sumber dan media
dikemukakan oleh Aji ”Menurut saya serta multi kegiatan. Fenomena-
dengan adanya pembelajaran ini, banyak fenomena nyata di lingkungan sekitar
sekali nilai yang kita ambil dan hendaklah diberdayakan sebagai wahana
dilaksanakan dalam kehidupan sehari- belajar, sehingga mereka dapat
hari, seperti saya sudah tidak telat lagi merumuskan konsep sendiri serta
ketika masuk belajar, mulai ikut membina pengalaman dalam keseharian.
kegiatan upacara lagi, dan tidak bolos Fungsi tersebut tidak terlepas dari apa
lagi. Hal berbeda diungkapkan oleh Dita yang Supardan (2004) sebut dengan
bahwa “Dengan mengikuti pembelajaran “elastisistas sejarah lokal”. Menurutnya
berbasis biografis ini, saya datang teapat melalui pembelajaran sejarah lokal akan
waktu, ikut kegiatan yang positif di mampu menghadirkan berbagai
sekolah seperti mengisi acara pada fenomena, baik keterkaitan mulai dari
kegiatan perpisahan kelas XII dan latar belakang keluarga (family history),

16

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

peranan pahlawan lokal dalam that growing in character means


perjuangan lokal maupun nasional, dan developing both our ethical
berbagai peristiwa yang terjadi pada potential and intellectual
tingkat lokal. Siswa akan diajak potential”.
memahami realitas sejarah mulai dari
yang terkecil hingga dalam bingkai Menjadi manusia yang berkaratr
nasional dan global. baik atau berakhlak mulia berarti
Pembelajaran sejarah berbasis menjadimanusia terbaik. Dengan demi
biografis Sultan Ageng Tirtayasa ini kian membentuk manusia berkarakter
menyadarkan siswa akan potensi memerlukan upaya mengembangkan
daerahnya. Banyak hal yang bisa siswa secara utuh seluruh potensinya baik
gali dari nilai kejuangan beliau dan intelektual, afektif, dan psikomotorik.
dapat menerapkannya pada masa Lickona (1992). mengembangkan
sekarang serta untuk mengantisipasi karakter berlandaskan pada teori
pada masa yang akan datang. Dengan kebajikan (Virtues Theory). Kebajikan
begitu siswapun akan termotivasi dalam (Virtue) merupakan keunggulam
pembelajaran sejarah dan memiliki manusia dan untuk membentuk manusia
kesempatan yang luas untuk yang mempunyai kebajikan (manusia
mengembangkan inspirasi dari tokoh yang berkarakter baik, kaffah, berakhlak
Sultan Ageng Tirtayasa tersebut. Hal ini mulia) perlu mengembangkan secara
sesuai dengan pendapat Hasan seimbang keunggulan intelektual dan
(2012:55): keunggulan moral (akhlak).
Kedudukan ini memberikan Adapun tindakan-tindakan yang
kesempatan kepada peserta melambangkan semangat kebangsaan di
didik untuk mengetahui cara lingkungan sekolah seperti ikut kegiatan
berpikir, wawasan, cara ekstrakuliuler, berpartisipasi dalam
menghadapi dan acara perpisahan kelas XII, menjaga
menyelesaikansuatu masalah, kebersihan kelas dan di luar
cara mengembangkan inspirasi pembelajaran, siswa dapat
dan mewujudkannya dalam memanfaatkan potensi lingkungannya
kegiatan. Dalam pendekatan ini seperti mencoba menanam buah dan
peserta didik memiliki hasilnya bisa dijual karena lingkungan
kesempatan yang luas untuk siswa sendiri sebagian besar adalah
mengembangkan inspirasi dari pertanian dan perkebunan. Jadi,
apa yang dipelajarinya dari semangat kebangsaan dalam diri siswa,
seorang tokoh dan selain bisa dilihat di lingkungan sekolah
mengembangkan inspirasi bisa juga dilihat di luar sekolah dengan
menjadi aspirasi. bentuk perbuatan yang lain dan
memanfaatkan potensi yang ada di
Karakter dalam diri siswa pun lingkungannya. Jadi, Siswa menjadi
akan menjadi lebih kuat dan juga potensi pelaku pada zamannya dengan
intelektual serta afektifnya akan menerapkan nilai semangat kebangsaan
mebentuk manusia yang berkarakter yang sudah didapat pada saat
baik. pembelajaran nilai kejuangan Sultan
Sebagaimana Lickona (1992:121) memb Ageng Tirtayasa di sekolah. Hal ini
eri penegasan bahwa: sesuai dengan pendapat Supriatna
“Becoming a person of (2008:231-232) dalam disertasinya yang
character means becoming the berjudul “Konstruksi Pembelajaran
best person we can be. It follows Sejarah Yang Berorientasi Pada
17

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

Masalah-masalah Sosial Kontempotrer, atau pendidikan karakter/watak untuk


menjelaskan bahwa membangun karakter atau watak anak.
“Pembelajaran sejarah Dalam hal ini, Lickona mengacu pada
hendaknya menggunakan pemikiran filosof Michael Novak yang
paradigma kritis berupa berpendapat bahwa watak atau karakter
emansipasi dan partisipasi seseorang dibentuk melalui tiga aspek
antara guru dan siswa dalam yaitu, moral knowing, moral feeling, dan
merefleksikan materi moral behavior, yang satu sama lain
pembelajaran, menempatkan saling berhubungan dan terkait. Lickona
siswa sebagai pusat menggarisbawahi pemikiran Novak. Ia
pembelajaran dan pelaku di berpendapat bahwa pembentukan
zamannya. Untuk itu guru karakter atau watak anak dapat
sejarah harus dapat dilakukan melalui tiga kerangka pikir,
mendesain/mengkontruksi yaitu konsep moral (moral knowing),
pembelajaran pada masalah- sikap moral (moral feeling), dan
masalah sosial yang sedang perilaku moral (moral behavior).
terjadi, agar siswa mengetahui Dengan demikian, hasil pembentukan
masalah-masalah yang dekat sikap karakter anak pun dapat dilihat
dengan lingkungannya dari tiga aspek, yaitu konsep moral,
disamping mengetahui masalah- sikap moral, dan perilaku moral.
masalah yang berkembang lewat Hasil observasi yang peneliti
media massa seperti tv, internet, lakukan terhadap proses pembelajaran
radio, hand phone dan lain-lain sejarah berbasis biografi nilai kejuangan
yang sulit terbendung dengan Sultan Ageng Tirtayasa dalam
perkembangan teknologi membangun semangat kebangsaat,
informasi dewasa ini.” bahwa dalam perkembangan proses
belajar mengajar dibutuhkan
Ibu Martini sebagai guru mata pengetahuan yang luas dari guru tentang
pelajaran melibatkan siswa sebagai sejarah nasional maupun sejarah lokal,
pelaku sejarah dijamannya untuk hal tersebut bisa terjadi salah satu
memahami kenyataan-kenyataan yang faktornya adalah guru sejarah berupaya
ada di lingkungan siswa melalui sungguh-sungguh dalam mencari
pengenalan potensi dari lingkungannya informasi terhadap keberadaan sejarah
seperti pertanian dan perkebunan yang lokal daerahnya masing-masing.
bisa dimanfaatkan dalam bentuk Dengan menerapkan
perbuatan yang mencerminkan nilai implementasi pembelajaran nilai
semangat kebangsaan di luar kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa
pembelajaran. dalam membangun semangat
Ada beberapa pakar yang kebangsaan di SMAN 1 Baros
mengembangkan pembelajaran nilai Kabupaten Serang, peneliti melihat
moral, dengan tujuan membentuk watak karakter semangat kebangsaan tersebut
atau karakterstik anak. Pakar-pakar muncul dalam pembelajaran di dalam
tersebut di antaranya adalah Newman, kelas, baik itu berupa cara berpikir
Simon, Howe, dan Lickona. Dari maupun bertindak yaitu;
beberapa pakar tersebut, pendapat 1. Keberanian. Siswa mulai berani
Lickona yang lebih cocok diterapkan untuk mengemukakan
untuk membentuk watak/karakter siswa. pendapatnya pada saat diskusi
Pandangan Lickona (1992) kelompok. Hal ini dipengaruhi
dikenal dengan educating for character
18

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

dengan rasa keingin tahuan pertanyaan yang tidak bisa


siswa terhadap Sultan Ageng dijawab
Tirtayasa 10. Siswa tidak bergantung dari
2. Disiplin. Siswa mulai tepat kelompok lain dalam
waktu datang pada saat menyelesaikan tugasnya.
pembelajaran bahkan diantara
mereka tidak ada yang telat.
Dengan begitu terlihat antusias KESIMPULAN
siswa terhadap pembelajaran
sejarah ini Adapun kesimpulan-
3. Toleransi. Pada saat diskusi kesimpulan yang dapat penulis
berlangsung perbedaan pendapat kemukakan adalah sebagai berikut:
di tiap kelompok tidak membuat Pertama, pembelajaran nilai
siswa menjadi ribut atau marah, kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa di
melainkan mencari solusi untuk SMAN 1 Baros dilakukan dengan
tiap pertanyaan yang melakukan pembelajaran sejarah lokal
menimbulkan berbagai pendapat berbasis biografis dengan
4. Kepemimpinan. Pada saat mengintegrasikan sejarah lokal ke dalam
diskusi berlangsung, perwakilan sejarah nasional. Sebelum melakukan
dari tiap kelompok berhak untuk pembelajaran, guru terlebih dahulu
memimpin jalannya diskusi dan membuat rencana pelaksanaan
hal ini dilakukan dengan baik pembelajaran, persiapan kelas, metode
oleh moderator yang tepat, memilih sumber belajar
5. Tanggung jawab. Setiap seperti media, gambar, photo, persiapan
kelompok tidak melakukan membuat rencana penilaian / evaluasi
tugasnya untuk menyelesaikan tertulis maupun perbuatan yang
tugas yang diberikan oleh guru mengandung nilai-nilai yang
6. Kerja sama. Jika ada pertanyaan diimplementasikan dalam kehidupan
yang sulit untuk dijawab oleh sehari-hari.
kelompok, maka tiap anggota Kedua, Hasil-hasil Pembelajaran
kelompok secara bersama-sama telah menunjukan adanya peningkatan
memecahkan masalah tersebut pemahaman sejarah lokal tentang
7. Kerja keras. Setiap kelompok perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa,
berusaha dengan keras untuk sebagai jati diri masyarakat Banten,
menjawab semua pertanyaan sehingga menumbuhkan perasaan
dari tiap siswa memiliki terhadap sejarah lokal yang
8. Sebelum pembelajaran ada di Banten, juga membangkitkan
berlangsung siswa semangat kebangsaannya dalam
memperhatikan kebersihan kaitannya dengan kehidupan bersama
kelasnya dengan membuang dalam komunitas yang lebih besar,
sampah dan membersihkan debu sehingga tumbuh kesadaran kolektif
yang terdapat di dalam kelas dalam memiliki kebersamaan dalam
9. Siswa memberikan bantuan sejarah, serta timbulnya rasa harga
kepada kelompok yang tidak diri, kebersamaan, dan keterikatan
mampu menjawab pertanyaan (sense of solidarity), rasa keterpautan
dari siswa yang lain. Bantuan dan rasa memiliki (sense of belonging),
tersebut berupa jawaban dari kemudian rasa bangga (sense of pride)
terhadap bangsa dan tanah air.

19

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala


ISSN: 2477-2771, e-ISSN: 2477-8214

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif.
2006.Panduan Penyusunan
Bandung: Tarsito.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ) Jenjang
Pendidikan Dasar dan Sugiyono. 2005. Memahami penelitian
Menengah. Jakarta: Depdiknas. kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
Hasan, Said Hamid. 2012. Pendidikan Pendidikan (Pendekatan
Sejarah Indonesia: Isu dalam Kuantitatif, Kualitatif, dan R
Ide dan Pembelajaran. &D), Bandung: Alfabeta
Bandung: Rizqi Press.
Supriatna, N. 2007. Konstruksi
Huberman & Miles, B.M. 1992. Analisis Pembelajaran Sejarah Kritis.
Data Kualitatif. Jakarta: Bandung: Historia Utama Press.
Universitas Indonesia Press. Supriatna, N. 2008. Konstruksi
Pembelajaran Sejarah Yang
Lickona, T. 1992. Education for Berorientasi Pada Masalah-
Character, How Our Schools masalah Sosial Kontemporer.
Can Teach Respect and Disertasi tidak diterbitkan.
Responsibility. New York: Bandung: SPS UPI
Bantam Books.

Lincoln & Guba. 1985. Naturalistic Syaodih, N. 2005. Metode Penelitian


Inquiry. California: Baverly Pendidikan. Bandung: Remaja
Hills. Rosdakarya.

Lubis, Nina Herlina. 2003. Banten Tjandrasasmita, U. (1967). Sultan Ageng


dalam Pergumulan Sejarah. Tirtayasa. Jakarta: Departemen
Jakarta: Pustaka LP3ES Pendidikan dan Kebudayaan,
Indonesia. Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, Proyek
Michrob, Halwany. 1993. Catatan Inventarisasi dan Dokumentasi
Masalalau Banten. Serang: Sejarah Nasional.
Saudara.
Widja, I.G. 1989. Pengantar Ilmu
Mulyana, Agus & Darmiasti 2009, Sejarah: Sejarah dalam
Historiografi Di Indonesia Perspektif Pendidikan.
Dari Magis-Religius Hingga Semarang: Satya Wacana.
Strukturis, Bandung: Refika
Utama. Wineburg, S. 2008. Berpikir Historis:
Memetakan Masa Depan,
Moleong, L. J. 2008. Metodologi Mengajarkan Masa Lalu.
Penelitian Kualitatif. Bandung: Jakarta: Buku Obor.
PT. Remaja Rosdakarya.

20

Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala

Anda mungkin juga menyukai