Abstrak: Penelitian ini bertolak dari keresahan peneliti terhadap rendahnya pembelajaran
sejarah lokal sebagai sebuah identitas yang semakin tidak menyentuh terhadap generasi
muda. Padahal sejarah lokal sangat dekat dengan lingkungan siswa dan banyak sekali
nilai-nilai yang bisa digali dan dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran mengenai nilai-nilai kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam
membentuk semangat kebangsaan siswa dan implementasinya di dalam kelas.
Metodologi penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik
yaitu mengamati dan mengumpulkan datanya dilakukan dalam latar/setting alamiah,
artinya tanpa memanipulasi subyek yang diteliti atau apa adanya. Dari Hasil penelitian
pembelajaran sejarah lokal berbasis biografis dalam membangun semangat kebangsaan di
SMA Negeri 1 Baros, yaitu: 1) pembelajaran nilai-nilai kejuangan Sultan Ageng
Tirtayasa di SMAN 1 Baros dilakukan dengan melakukan pembelajaran sejarah lokal
berbasis biografis dengan mengintegrasikan sejarah lokal ke dalam sejarah nasional, 2)
Hasil-hasil Pembelajaran telah menunjukan adanya peningkatan pemahaman sejarah lokal
tentang perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa, sebagai jati diri masyarakat Banten, sehingga
menumbuhkan perasaan memiliki terhadap sejarah lokal yang ada di Banten, juga
membangkitkan semangat kebangsaannya dalam kaitannya dengan kehidupan
bersama dalam komunitas yang lebih besar.
berasal dari lingkungan mereka, Situasi yang seperti ini akan membuat
sehingga siswa pun akan tergugah siswa menjadi nyaman dalam belajar
semangat kebangsaannya dan dapat sehingga pembelajaran tidak akan
menjadi pahlawan pada zamannya serta membosankan karena siswa memberikan
menerapkan nilai-nilai kejuangan dari kontribusi terhadap pembelajaran
Sultan Ageng Tirtayasa dalam sejarah. Salah satu cara untuk
kehidupannya. menciptakan suasana tersebut adalah
Berkaitan dengan pendekatan dalam pembelajaran sejarah hendaknya
yang dilaksanakan oleh guru dalam siswa dapat melihat langsung kehidupan
proses pembelajaran dikelas, masih yang nyata dan dekat dengan lingkungan
menggunakan pendekatan pembelajaran siswa, bukan pada buku teks semata
yang bersifat teacher centere atau one yang jauh dari realitas. Seperti yang
way comunication dimana guru sebagai diungkapkan oleh Supriatna, (2007: 157)
pusat pembelajaran. Siswa belum bahwa :
banyak diarahkan pada pendekatan Lingkungan sosial siswa
pembelajaran yang lain, misalnya merupakan sumber belajar yang
pendekatan biografi, khususnya biografi sangat kaya bagi pembelajaran.
lokal. Dengan pendekatan biografis, Apabila dalam pembelajaran
siswa tidak hanya mengenal tokoh dan tradisional guru lebih banyak
peristiwanya saja, melainkan dapat mengandalkan sumber berupa
menggali nilai-nilai yang terkandung di buku teks dan diceramahkan
dalamnya. kembali di kelas maka
Menurut Mulyana dan Darmiasti pemanfaatan sumber dari luar
(2009:79-80) pelajaran Sejarah kelas (lingkungan sosial)
merupakan mata pelajaran yang melalui berbagai strategi akan
tujuannya memiliki kaitan dengan dapat meningkatkan kualitas
pembentukan watak bangsa. Tujuan pembelajaran terutama dalam
yang demikian membuat tujuan pembelajaran sejarah yang dekat
pelajaran Sejarah akan berkaitan dengan dengat aspek sosial.
ideologi politik kenegaraan. Negara
sering memandang bahwa pembentukan Pembelajaran sejarah di sekolah
watak kebangsaan warganya merupakan tidak hanya memberikan pengetahuan
kewajiban negara. Kewajiban itu saja kepada siswa, melainkan
kemudian dilakukan melalui pendidikan memberikan kontribusinya untuk lebih
diantaranya dilakukan dalam mata menumbuhkan kesadaran sejarah, baik
pelajaran sejarah. Dengan demikian, pada posisinya sebagai anggota
tujuan pelajaran sejarah menjadi masyarakat maupun warga negara, serta
ideologis. Pada sisi lain sejarah di mempertebal semangat kebangsaan.
sekolah adalah sejarah sebagi ilmu. Oleh karena itu, penting sekali bagi guru
Seorang guru mempunyai peran sejarah untuk tetap menjaga
yang penting dalam memotivasi siswa konsistensinya dalam menumbuh
untuk terus berkembang dan berperan kembangkan motivasi siswa terhadap
aktif dalam kegiatan pembelajaran. pembelajaran sejarah. Wineburg
Dengan begitu, kegiatan pembelajaran (2008:16) menilai selama ini sejarah
tidak hanya satu arah (dari guru terhadap yang diajarkan sekolah kurang
siswa) melainkan berbagai arah dari bermakna bagi siswa. Ironis sekali,
guru kepada siswa, dari siswa kepada siswa diajak untuk mempelajari asal-
guru, dan dari siswa kepada siswa. usul daerah lain, namun tidak
memahami asal-usul daerahnya sendiri.
2
Di sisi lain juga muncul persoalan yang berupa suatu konsep yang
terkait dengan kecurigaan dari kelompok tertuang dalam bentuk tulisan.
tertentu yang merasa tidak diuntungkan Kreativitas dalam pembelajaran
dalam kurikulum. sejarah dapat dilakukan dengan
Masalah selanjutnya yang juga menerapkan ”if history”
menjadi keresahan saat ini ialah sehingga peserta didik dapat
kurangnya kesadaran kebangsaan yang melakukan kajian mengenai
dimiliki oleh para siswa. Nilai-nilai konsekuensi dari sebuah
kepahlawanan, nilai nasionalisme, peristiwa sejarah yang dibuat
patriotisme juga nilai-nilai kearifan lokal dalam bentuk ”if history.
sendiri tidak dipahami. Adapun yang
menjadi dasar pernyataan tersebut, Dengan begitu, guru bisa
kurangnya siswa yang mengetahui dan menanamkan nilai-nilai kejuangan
memahami tokoh-tokoh pahlawan yang Sultan Ageng Tirtayasa pada siswa
ada di daerahnya. Harapan terbesar saat melalui pembelajaran sejarah lokal
ini adalah siswa memahami nilai-nilai berbasis biografis. Dengan materi yang
kejuangan yang di wariskan oleh para dekat dengan lingkungan siswa, siswa
pahlawan, dan tak kalah penting nilai- menjadi lebih termotivasi dalam
nilai kearifan lokal yang ada di pembelajaran. Maka dari itu, mengenai
lingkungannya. Oleh karena itu, guru sejarah lokal, guru bisa membimbing
dapat menggunakan kesempatan tersebut peserta didik dalam mengkaji sumber.
dengan mengajarkan kepada siswa Banyak nilai kejuangan yang
mengenai kejuangan tokoh pahlawan bisa siswa ambil dari Sultan Ageng
lokalnya. Mengenai pemilihan tokoh Tirtayasa, seperti jiwa sosial, peduli
pahlawan lokal, guru bisa lingkungan, dan kerja sama, seperti yang
menyesuaikannya dengan lingkungan diungkapkan oleh Tjandrasasmita
siswa. Seperti yang diungkapkan oleh (1967).
Hasan (2012:63) bahwa: Ia berhasil memajukan
Pembelajaran sejarah dapat pertanian dengan sistem irigasi,
memberikan pemahaman ia pun berhasil menyusun
mengenai seorang pahlawan dan kekuatan angkatan perangnya,
pemimpin yang berhasil, kurang memperluas hubungan
berhasil atau gagal. Berdasarkan diplomatik, dan meningkatkan
kajian tersebut peserta didik volume perniagaan Banten
yang belajar sejarah dapat sehingga mampu menempatkan
memikirkan sesuatu yang lain diri secara aktif dalam dunia
dari apa yang sudah dilakukan perdagangan internasional di
para pahlawan dan pemimpin Asia.
tersebut. Peserta didik dapat
menjadi ”pahlawan” dan Ada pula nilai persatuan dan
pemimpin dengan mempelajari kesatuannya dimana Sultan Ageng
apa yang terjadi di masyarakat/ Tirtayasa membentuk suatu kekuatan
bangsanya, mencari solusi, dan untuk mempertahankan dan melakukan
merencanakan tindakan strategi dalam penyerangan terhadap
kepahlawanan dan tentara Belanda, seperti yang
kepemimpinan untuk diungkapkan oleh Michrob (1993:56)
menerapkan solusi tersebut. Tentara Banten mengadakan
Mungkin saja tindakan tersebut perusakan tanaman tebu serta
pabrik penggilingannya dan
3
saat melakukan kegiatan. Oleh karena teknik pengumpulan data yang bersifat
itu, ciri yang menonjol dari menggabungkan data dari berbagai
penelitian ini adalah cara pengamatan teknik pengumpulan data dan sumber
dan pengumpulan datanya dilakukan data yang telah ada. Implementasinya,
dalam latar/setting alamiah, artinya yaitu peneliti menggunakan observasi
tanpa memanipulasi subyek yang diteliti partisipatif, wawancara mendalam, serta
atau apa adanya. dokumentasi untuk sumber data yang
Dalam penelitian ini, sama.
karakteristik naturalistik tampak dari Teknik analisis data yang
tujuan penelitian yang ingin digunakan adalah bersifat kualitatif yang
memperoleh gambaran implementasi dilakukan sejak tahap orientasi
pembelajaran nilai-nilai kejuangan lapangan, seperti dikatakan Miles dan
Sultan Ageng Tirtayasa dalam Huberman (1992) bahwa”… the ideal
membentuk semangat kebangsaan siswa model for data collection and analysis is
di SMAN 1 Baros Kabupaten Serang, one that interweaves them from the
bukan untuk mengujikan suatu teori beginning”. Yang artinya, model ideal
dengan beberapa variabel melalui dari pengumpulan data dan analisis
sebuah kuesioner. Sebagai instrumen, adalah yang secara bergantian
peneliti memberikan perhatian berlangsung sejak awal.
penuh/terfokus pada proses Pelaksanaan analisis data
pembelajaran tentang nilai kejuangan dilakukan sepanjang penelitian itu dan
Sultan Ageng Tirtayasa yang sedang secara terus menerus mulai dari tahap
berlangsung di kelas seperti cara guru pengumpulan data sampai akhir. Data
mengajar di kelas, respon peserta didik, yang diperoleh dalam penelitian ini tidak
materi yang diajarkan, cara guru menilai akan memberikan makna yang berarti
siswa dan ekspresi subjek. Peneliti tidak apabila tidak dianalisis lebih lanjut.
melakukan rekayasa apapun terhadap Menurut Miles dan Huberman (1992:20)
siswa, guru, dan kelas, semua dibiarkan mengumukakan bahwa aktifitas dalam
berjalan apa adanya. Selain itu, analisis data kualitatif dilakukan secara
karakteristik naturalistik juga terdapat interaktif dan berlangsung terus menerus
pada proses penelitian di mana peneliti sampai tuntas, sehingga datanya sudah
berusaha untuk mengungkapkan suatu jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu
realitas kegiatan pembelajaran berupa data reduction, data display dan
data deskripstif yang diperoleh dari hasil concluting : drawing/verification.
wawancara, pengamatan atau obeservasi
dan dokumentasi terkait aktivitas peserta
didik, dan aktivitas guru mengajar. HASIL PENELITIAN DAN
Untuk memeriksa keabsahan PEMBAHASAN
data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik triangulasi. 1. Nilai Kejuangan Sultan Ageng
Menurut Nasution (2003:10) Tirtayasa Dalam Pembelajaran
triangulasi adalah teknik pemeriksaan Sejarah
keabsahan data yang memanfaatkan Berdasarkan hasil wawancara
sesuatu yang lain di luar data itu peneliti dengan guru sejarah yaitu Ibu
untuk keperluan pengecekan atau Martini tentang nilai kejuangan Sultan
sebagai pembanding terhadap data itu. Ageng Tirtayasa dalam pembelajaran
Sedangkan menurut Sugiyono sejarah, beliau mengatakan bahwa untuk
(2006:330) triangulasi diartikan sebagai mengajarkan sejarah lokal mengenai
pelaku sejarahnya. Untuk pelaku sejarah kedua hal tersebut, pemahaman siswa
sendiri, Hasan (2012:55) memandang sedikit demi sedikit bertambah. Pada
posisi pelaku sejarah dalam pendidikan tahap ini, peneliti dapat menyimpulkan
sejarah ada dua, yaitu pertama pelaku bahwa siswa bersemangat dalam
sejarah adalah bagian dari sebuah menerima kebenaran sejarah lokal,
peristiwa sejarah dan kedua diajarkan ketika ini terjadi dalam benak siswa itu
sebagai sebuahbentuk biografi. Dengan sendiri maka dapat membangkitkan
adanya usaha seperti ini dari guru, maka semangat kebangsaannya.
pada saat proses pembelajaran di kelas Selanjutnya ada beberapa hal
siswa pun tidak akan bosan dengan yang peneliti tanyakan kepada siswa-
materinya, karena siswa dikenalkan siswi kelas XI IPS 3 dimana peneliti
dengan sejarah lokal yang ada di dekat melakukan wawancara kepada 15 orang
lingkungannya. Guru pun harus siap siswa-siswa, terdiri dari 10 siswa laki-
dalam proses pembelajarannya, tidak laki dan 5 siswa perempuan dengan
hanya mengandalkan materi saja tujuan untuk mengetahui bagaimana
melainkan harus siap pula dengan desain pembelajaran yang diberikan
Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya, guru pengajar. Peneliti menggunakan
karena dengan dokumen ini, guru bisa indikator-indikator pertanyaan yang
tahu apa yang akan dilakukan pada saat mengarah pada penjelasan siswa
pembelajaran nanti. terhadap desain pembelajaran yang telah
didesain guru.
2. Tanggapan dan Pemahaman Peneliti mengajukan pertanyaan,
Siswa Terhadap Pembelajaran ”Apakah anda memahami nilai
Sejarah Lokal kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa yang
dijelaskan oleh Ibu Martini? Sebagian
Pada tahap ini, jika guru dapat besar siswa menjawab memahaminya
memberikan value atau nilai yang dengan menyebutkan karakteristik
berhubungan pada budaya lokalnya dan kejuangan seperti berani, rela berkorban,
dapat membuat siswa memahaminya, pantang menyerah, dan tanggung jawab,
maka pengenalan sejarah lokal akan seperti yang dikemukakan oleh Aji, Aat,
menjadi lebih bermakna bagi siswa. Royhan, Yulyadi, Septi, Desi, Indah,
Komentar siswa yaitu pada umumnya Amalia, Hayatami, Rudi, Ari (11 siswa)
siswa merasa tidak asing dengan kata sedangkan siswa lain ada yang
ataupun makna dari sejarah lokal karena menjawab dengan belum faham
sebelumnya memang sudah pernah pembelajaran sejarah lokal yang
melakukan pembelajaran sejarah lokal didesain guru mata pelajaran, seperti
pada saat kelas X. Seperti yang yang diungkapkan oleh Dita, Apud,
diungkapkan oleh Desi siswa kelas XI Sar’I, dan Raqiy (4 siswa).
IPS 3, “Menurut saya sejarah lokal
adalah peristiwa sejarah yang terjadi di 3. Pandangan dan Penghargaan
wilayah tertentu”. Hanya saja ada Siswa Terhadap Perjuangan
beberapa siswa yang masih kebingungan Sultan Ageng Tirtayasa
dalam menentukan dan membedakan
mana yang termasuk dengan sejarah Berdasarkan wawancara dengan
makro (nasional), juga mana yang beberapa siswa, mereka hampir sama
termasuk dengan sejarah mikro (lokal). mengungkapkan pendapatnya, yaitu
Namun setelah mendapat kebanggaannya setelah mengetahui
penjelasan dari guru sejarah tentang seorang pejuang yang tangguh serta
10
11
13
itu yang mereka bela adalah daerahnya ayahnya sedangkan Sultan Haji yang
masing-masing bukan Negara Kesatuan merupakan anaknya juga tidak diberikan
Republik Indonesia dan mereka pun peran penting seperti pangeran Purbaya,
mudah ditipu daya oleh tentara Belanda saudara kandungnya. Ternyata hal
dengan iming-iming kekuasaan dan tersebut lah yang menjadi awal dari
harta. Jadi, mereka tidak menghiraukan keruntuhan kesultanan Banten”.
yang mereka lawan adalah orang yang Terakhir pertanyaan terhadap
tinggal di kepulauan nusantara ini atau kelompok 6 dari Amalia “Menurut anda
bangsa kita sendiri. nilai apa yang bisa kita tiru dari
Pertanyaan selanjutnya dari perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa oleh
Hayatami untuk kelompok 3 siswa SMAN 1 Baros?”. Indah yang
“Bagaimana pendapat anda tentang merupakan anggota dari kelompok 6
perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa?” langsung menjawab “Banyak sekali
Royhan yang merupakan anggota dari sebenarnya yang bisa kita ambil dari
kelompok 3 pun menjawab “Tentu saya perjuangan beliau, namun menurut saya
sangat bangga sekali dengan yang bisa kita tiru adalah nilai
perjuangannya, beliau melakukan itu keberaniannya. Dengan nilai ini kita
semata-mata untuk kepentingan harus berani mengalahkan rasa malas
rakyatnya. Sultan Ageng Tirtayasa tidak dan keterbatasan kita untuk tetap
suka terhadap tentara Belanda yang sekolah, belajar, disiplin, dan mengikuti
melakukan tindakan semena-mena aturan sekolah yang berlaku. Saya yakin
terhadap rakyatnya. Sifat seperti ini lah dengan keberanian yang positif dan
yang harus kita contoh. tidak melanggar aturan yang ada, apa
Pertanyaan terhadap kelompok 4 yang kita impikan akan tercapai.
disampaikan oleh Sulasiah “Nilai apa Dengan pembelajaran
yang muncul dari hubungan Banten menggunakan metode diskusi ini, siswa
dengan negara luar?. Ria sebagai terlihat mengembangkan dialog diantara
anggota kelompok pun menjawab “Nilai sesama kelompok dan peserta kelompok
yang bisa kita ambil antara lain, kerja yang lain sesuai dengan waktu yang
sama, kepercayaan, wirausaha, sudah didesain guru. Sesekali guru
persahabatan, cinta damai, dan peduli membantu kelompok memberikan
sosial. penjelasan ketika siswa mengalami
Adapula pertanyaan terhadap kesulitan dalam proses diskusi. Guru
kelompok 5 dari Desi “Kenapa Sultan melaksanakan kegiatan inti kurang lebih
Haji melakukan usaha perebutan 80 menit. Nilai semangat kebangsaan
kekuasaan terhadap Sultan Ageng yang muncul dari pembelajaran ini, bisa
Tirtyasa, padahal seperti yang kita dilihat dari keaktifan siswa dalam
ketahui mereka memiliki hubungan berpendapat dan menjawab, sikap
darah yaitu ayah dan Anak?”. Terlihat menghargai siswa dalam mendengarkan
ada diskusi kecil diantara anggota siswa lain berpendapat maupun
kelompok mereka dan Septi mencoba memaparkan materi diskusinya, hadir
menjawabnya “Sangat disayangkan dalam kelas hingga pembelajaran
memang Sultan Haji melakukan selesai, tidak melakukan kegiatan yang
perlawanan terhadap ayahnya, menurut mengganggu jalannya diskusi, datang
kami hal itu terjadi karena sifat dari tepat waktu, menjaga kebersihan kelas,
Sultan Haji sendiri yang iri dan tidak dan mengerjakan tugas yang diberikan
terima melihat saudara kandungnya oleh guru.
sendiri dijadikan pemimpin oleh
14
15
16
19
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif.
2006.Panduan Penyusunan
Bandung: Tarsito.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ) Jenjang
Pendidikan Dasar dan Sugiyono. 2005. Memahami penelitian
Menengah. Jakarta: Depdiknas. kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
Hasan, Said Hamid. 2012. Pendidikan Pendidikan (Pendekatan
Sejarah Indonesia: Isu dalam Kuantitatif, Kualitatif, dan R
Ide dan Pembelajaran. &D), Bandung: Alfabeta
Bandung: Rizqi Press.
Supriatna, N. 2007. Konstruksi
Huberman & Miles, B.M. 1992. Analisis Pembelajaran Sejarah Kritis.
Data Kualitatif. Jakarta: Bandung: Historia Utama Press.
Universitas Indonesia Press. Supriatna, N. 2008. Konstruksi
Pembelajaran Sejarah Yang
Lickona, T. 1992. Education for Berorientasi Pada Masalah-
Character, How Our Schools masalah Sosial Kontemporer.
Can Teach Respect and Disertasi tidak diterbitkan.
Responsibility. New York: Bandung: SPS UPI
Bantam Books.
20