Anda di halaman 1dari 10

EPIDEMIOLOGI

Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika Serikat
terkena glaukoma, dan di antara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis. Sekitar
6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika,
menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika
Serikat. Glaukoma sudut terbuka primer, bentuk tersering pada ras kulit hitam dan putih,
menyebabkan penyempitan lapangan pandang bilateral progresif asimptomatik yang timbul
perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi penyempitan lapangan pandang yang luas.
Ras kulit hitam memiliki resiko yang lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan
diagnosis, dan penurunan penglihatan yang berat dibandingkan dengan ras kulit putih.
Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras putih. Presentasi ini jauh lebih
tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma sudut tertutup primer berperan pada lebih
dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma di China. Glaukoma tekanan normal merupakan
tipe yang paling sering di Jepang. 1
Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk.
Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia 50 tahun, tingkat resiko
menderita glaukoma meningkat sekitar 10 %. Hampir separuh penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut.5 Glaukoma sudut terbuka adalah
bentuk glaukoma yang tersering dijumpai, sekitar 0,4-0,7% orang berusia lebih dari 40
tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma sudut
terbuka.2
Gambar 1. Epidemiologi glaukoma

TATALAKSANA
1. Medikamentosa
Penatalaksanaan Glaukoma sudut tertutup terdiri dari mengurangi tekanan intra okular,

menekan inflamasi, dan pemulihan sudut tertutup.2,3


1.1 Agen osmotic

Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekan intra okuler dan efeknya
menjernihkan kornea, pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami
emesis. Agen-agen hiperosmotik berguna untuk mengurangi volume vitreus, yang,
kebalikannya, menurunkan tekanan intraokular. Penurunan tekanan intra okular
memulihkan iskemia iris dan memperbaiki kepekaan terhadap pilokarpin dan obat- obat
lainnya. Agen-agen osmotic menyebabkan diuresis osmotic dan mengurangi cairan
tubuh total. Agen-agen tersebut tidak boleh digunakan pada pasien penyakit jantung

dan penyakit ginjal.


 Gliserin
Dosis efektif 1-1,5 gr/kgBB dalam 50% cairan. Selama penggunaanya
gliserin dapat menyebabkan hiperglikemia dan dehidrasi. Hati-hati terhadap
pasien diabetes dan lansia dengan gagal ginjal serta penyakit kardiovaskular
karena agen ini sendiri dapat menyebabkan mual muntah. Menurunkan
tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian.

 Manitol


Dosis 1-2 gram/kgBB dalam 50% cairan. Aman digunakan pada pasien
diabetes karena tidak dimetabolisme. Puncak efek hipotensif okular terlihat
dalam 1-3 jam. Bila tidak dapat diberikan oral (mis : mual muntah) dapat
diberikan secara intravena dalam 20% cairan dengan dosis 2 gr/kgBB
selama 30 menit. Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam
setelah pemberian iv. Pada penderita payah jantung pemberian manitol
berbahaya, karena volume darah yang beredar meningkat sehingga
memperberat kerja jantung yang telah gagal. Pemberian manitol juga
dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem
paru yang berat, dehidrasi hebat, dan perdarahan intra kranial, kecuali bila
akan dilakukan kraniotomi, serta pada pasien yang hipersensitivitas
terhadap manitol.
 Ureum intravena
Dosis 1-1,5 g/kg i.v. Tidak seefektif manitol karena berat molekulnya lebih
rendah sehingga lebih cepat dipenetrasi pada mata. Penggunaannya harus
dengan pengawasan ketat untuk menghindari komplikasi kardiovaskuler.

1.2. Karbonik Anhidrase Inhibitor

Mengurangi produksi akuos humor dengan menghambat karbonik anhidrase di badan siliar
sehingga mengurangi TIO secara cepat

 Asetazolamide


Merupakan pilihan yang sanagat tepat untuk pengobatan darurat pada


glaukoma akut. Acetazolamide sebaiknya diberikan dengan dosis awal 500
mg IV yang diikuti dengan 500 mg per oral. sekarang diketahui bahwa
karbonik anhidrase inhibitor oral sedikit atau tidak ada sama sekali efek
samping sistemik.
 ï Methazolamide
 Dosis 50-100 mg p.o. 2 atau 3 kali

sehari ( total tidak lebih dari 600mg/hari)


 Dorzolamide
Berbeda dengan obat-obat yang lebih tua, Dorzolamide sanggup menerobos

ke dalam mata dengan aplikasi topical.
 ï Dichlorphenamide
 Dosis awal

100-200mg per oral, diikuti 100 mg setiap 12 jam sampai tercapai respons
yang diinginkan. Dosis pemeliharaan (maintenance) yang biasa untuk
glaukoma adalah 25-50 mg 3 atau 4 x/hari. Dosis harian total tidak melebihi
300 mg.

 Brinzolamide


Brinzolamide adalah penghambat karbonik anhidrasi yang digunakan pada


mata dengan kadar 1 %. Brinzolamide digunakan untuk mengobati tekanan
yang meningkat pada mata karena glaukoma sudut terbuka. Brinzolamide
juga digunakan untuk mengatasi kondisi yang disebut hipertensi pada mata.

1.3. Miotik kuat (Parasimpatomimetik)


Pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi.
Tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini karena muskulus sphingter
pupil sudah iskemik sehingga tidak dapat merespon pilokarpin

1.4. Beta blocker

Bekerja dengan cara mengurangi produksi akuos humor.

 Levobunolol 0,25%, 0,5%


 Betaxolol HCl


Betaxolol HCl adalah penghambat reseptor beta1 selektif yang digunakan


untuk pengobatan glaukoma dalam bentuk sediaan gel untuk mata dengan
kadar 0,1% dan tetes mata dengan kadar 0,5%.

 Timolol maleat

Merupakan beta bloker tetes mata nonselektif. Sebagai inisial terapi dapat
diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4,
8 dan 12 jam kemudian. Tersedia dalam bentuk tetes mata dengan kadar
0,25%, 0,5% dan 0,68%.

1.5. Alpha adrenergic agonist

Dapat ditambahkan untuk lebih mengurangi produksi akuos humor dan mengurangi
hambatan outflow akuos.

• Brimonidine 


• Apraclonidine 0,5%, 1% 


1.6. Analog Prostaglandin 


Latanoprost 0,005% merupakan senyawa analog prostaglandin yang dapat menurunkan


tekanan intraokuler dengan cara meningkatkan outflow akuos humor. Dosis 1 tetes/ hari.
Tersedia dalam bentuk tetes mata dengan kadar 0,005%, dan juga dikombinasi dengan Timolol

maleate. 


1.7. Kortikosteroid Topikal

Inflamasi merupakan bagian penting dari patofisiologi dan timbulnya gejala. Steroid
topical mengurangi reaksi inflamasi dan kerusakan nervus optikus. Prednisolon asetat 1%
digunakan selama 1 minggu pasca operasi iridektomi. Diberikan sebagai pengganti obat-obat
antiglaukoma yang digunakan saat serangan akut sebelumnya.

2. Observasi respon Terapi

Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang dapat menyelamatkan
visus penderita, sehingga keputusan harus segera dibuat (paling kurang dalam 2 jam setelah
mendapat terapi medikamentosa intensif), untuk tindakan selanjutnya, observasinya meliputi:

1. Monitor ketajaman visus, edem kornea dan ukuran pupil



2. Ukur tekanan intraokuler setiap 15 menit (terbaik dengan tonometer

aplanasi)


3. Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila tekanan intraokulernya

sudah turun dan kornea sudah mulai jernih.
 Pada masa observasi ini yang dilihat adalah

respon terapi. Respon terapi bisa baik, jelek, ataupun sedang. Bila respon terapi baik maka
akan terjadi perbaikan visus, kornea menjadi jernih, pupil kontriksi, tekanan intraokuler
menurun, dan sudutnya terbuka kembali. Pada keadaan ini dapat dilakukan penatalaksaan lebih
lanjut.

3. Parasintesis

Jika pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih dianggap lambat dalam
menurunkan tekanan intraokuler ke tingat yang aman dan kadang-kadang justru setelah
pemberian 2 atau 4 jam masih tetap tinggi. Sekarang ini mulai diperkenalkan can menurunkan
tekanan intraokuler yang cepat dengan tekhnik parasintesis. Pada prosedur ini, mata dilakukan
anestesi lokal sebelumnya, lalu jarum dimasukkan ke dalam bilik mata depan untuk
mengeluarkan cairan akuos. Cairan disedot sebanyak 0,05 ml, sehingga secara cepat dapat
mengurangi tekanan di mata. Cara ini jg dapat menghilangkan rasa nyeri dengan segera pada
pasien

4. Bedah Laser

4.1. Laser Iridektomi

Terapi ini digunakan untuk mengurangi tekanan dangan mengeluarkan bagian iris

untuk membangun kembali outflow aqueus humor.
 Indikasi
 Iridektomi diindikasikan untuk

glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil, iridektomi juga diindikasikan untuk mencegah
terjadinya blok pupil pada mata yang beresiko yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi.
Laser iridektomi juga dilakukan pada serangan glaukoma akut dan pada mata kontra-lateral
dengan potensial glaukoma akut.
Kontraindikasi
 Iridektomi laser tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis

iridis karena dapat terjadi perdarahan. Resiko perdarahan juga meningkat pada pasien yang
menggunakan anti-koagulan sistemik, seperti aspirin. Walaupun laser iridektomi tidak
membantu dalam kasus glaukoma sudut tertutup yang disebabkan oleh mekanisme blok pupil,
tetapi kadang-kadang laser iridektomi perlu dilakukan unutk mencegah terjadinya blok pupil
pada pasien dengan sudut bilik mata tertutup.

Pertimbangan sebelum operasi
 Pada glaukoma sudut tertutup akut sering mengalami

kesulitan saat melakukan iridektomi laser karena kornea keruh, sudut bilik mata dangkal,
pembengkakan iris. Sebelum dilakukan laser harus diberikan inisial gliserin topikal untuk
memperbaiki edema kornea agar mudah untuk mempenetrasi kripta iris.

Teknik
 Pada umumnya iridektomi menggunakan argon laser tetapi pada keadaan

kongesti, edem dan inflamasi akibat serangan akut, teknik ini sulit dilakukan. Setelah dilakukan
identasi gonioskopi, kekuatan inisial diatur dalam 0,02-0,1 detik dan kekuatan 500- 1000 mW.
Biasanya teknik yang digunakan adalah teknik pewarnaan iris. Argon laser dan Nd: YAG laser
sama- sama dapat digunakan untuk iridektomi. Namun, pemakaian Nd: YAG laser lebih
disukai. Karena lebih cepat, lebih mudah, dan energi yang dibutuhkan lebih sedikit daripada
argon laser. Lebih lanjut lagi, keefektifan dari Nd: YAG laser ini tidak berpengaruh pada
keadaan iris dan lubang iridektomi yang dihasilkan lebih jarang tertutup kembali daripada
argon laser.

Perawatan setelah operasi
 Perdarahan dapat terjadi ditempat iridektomi. Pada

perdarahan ringan dapat diatasi dengan terapi anti-koagulasi. Namun pada pasien yang
mengalami kelainan pembekuan darah dapat diatasi dengan argon laser karena argon laser
dapat membantu proses koagulasi pembuluh darah. Peningkatan tekanan intaokular dapat
terjadi setelah operasi. Apabila terjadi inflamasi maka dapat disembuhkan dengan
menggunakan kortikosteroid topikal.

Komplikasi
 Komplikasi dari argon laser adalah sinekia posterior, katarak lokal,

meningkatnya tekanan intraokular, iritis, lubang iridektomi lebih cepat tertutup kembali dan
terbakarnya kornea dan retina. Pada umumnya komplikasi yang sering terjadi meliputi
kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina, pendarahan, gangguan visus dan tekanan
intraokular meningkat.4

4.2. Laser iridoplasti

Merupakan tindakan alternatif jika tekanan intraokular gagal diturunkan secara intensif
dengan terapi medika mentosa bila tekanan intraokularnya tetap sekitar 40 mmHg, visus jelek,
kornea edema, dan pupil tetap dilatasi. Pada laser iridoplasti ini pengaturannya berbeda dengan
pengaturan pada laser iridektomi. Di sini pengaturannya dibuat sesuai untuk membakar iris
agar otot sfingter iris berkonraksi sehingga iris bergeser kemudian sudut pun terbuka. Agar
laser iridoplasti berhasil maka titik tembakan harus besar, powernya rendah, dan waktunya
lama.4

5. Bedah insisi

Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser iridektomi
seperti: 1

 Pada situasi iris tidak tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea,
hal ini sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4-

8 minggu. 


 Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas 


 Pasien yang tidak kooperatif 


 Tidak tersedianya peralatan besar. 


5.1 Iridektomi Bedah Insisi


 Dikerjakan pada kasus glaukoma sudut tertutup sebagai tindakan pencegahan.

Dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan aliran humor aqueus dari
kamera posterior ke kamera anterior. Diindikasikan pada penanganan glaukoma dengan
penyumbatan pupil bila pembedahan laser tidak berhasil atau tidak tersedia. Pupil dibuat
semiosis mungkin dengan menggunakan miotik tetes atau asetilkolin intra kamera. Kemudian
dilakukan insisi 3mm pada korneosklera 1 mm dibelakang limbus. Insisi dilakukan agar iris
prolaps. Bibir insisi bagian posterior ditekan sehingga iris perifer hampir selalu prolaps lewat
insisi dan kemudian dilakukan iridektomi. Bibir insisi posterior ditekan lagi diikuti dengan
reposisi pinggir iridektomi. Luka insisi kornea ditutup dengan satu jahitan atau lebih, dan bilik
mata depan dibentuk kembali. Setelah operasi selesai, fluoresen sering digunakan untuk
menentukan ada tidaknya kebocoran pada bekas insisi. Oleh karena kebocoran dapat

meningkatkan komplikasi seperti bilik mata depan dangkal. 


5.2. Trabekulektomi

Dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui sklera. Dilakukan


dengan melakukan diseksi flap ketebalan setengah (half-tickness) sklera dengan engsel di
limbus. Satu segmen jaringan trabekula diangkat, flap sklera ditutup kembali dan konjungtiva
dijahit rapat untuk mencegah kebocoran cairan aqueus. Trabekulektomi meningkatkan aliran
keluar humor aqueus dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah. Ketika cairan
mengalir melalui saluran baru ini, akan terbentuk bleb (gelembung). Dapat diobservasi pada
pemeriksaan konjungtiva. Persiapan sebelum operasi yaitu pembahasan ditujukan untuk
memperbaiki penglihatan dan biasanya dikerjakan secara berencana, kecuali pada kasus-kasus
yang tidak biasa, misalnya lensa hipermature yang sejak awal telah memberikan ancaman

terjadinya ruptura.
 Indikasi
 Tindakan trabekulektomi dilakukan pada keadaan glaukoma

akut yang berat atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer.
 Komplikasi
 Setelah

prosedur filtrasi meliputi hipotoni (TIO rendah yang tidak normal), hifema (darah di kamera
anterior mata), infeksi dan kegagalan filtrasi.
Gambar 2. Trabekulektomi

6. Ekstraksi lensa

Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi lensa dapat
dipertimbangkan sebagai prosedur utama. Walaupun iridektomi laser dapat menghentikan
serangan akut akibat blok pupil, namun operasi katarak baik dilakukan agar lebih aman untuk
waktu yang akan dating.

7. Tindakan profilaksis

Tindakan profilaksis terhadap mata normal kontralateral dilakukan laser iridektomi


profilaksis, ini lebih disukai daripada perifer iridektomi bedah, yang dilakukan pada mata
kontralateral yang tidak mempunyai symptom.

DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophtalmology: 2005-2006. Acute Primary Angle Closure
Glaucoma in Basic and Clinical Science Course, section 10, page 122-126
2. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi
Umum, ed. Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-232
3. Noecker, R. J. Glaucoma, Angle Closure, Acute. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1206956-diagnosis.Updated January
2011.
4. Indra. Glaukoma. Available at
http://iebegtd.wordpress.com/2010/12/05/glaukoma/ Diakses Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai