Disusun oleh:
KELOMPOK 7
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak I.
Penyelesaian tugas ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa
ada kerja sama kami dalam kelompok yang telah membantu kami
menyelesaikan tugas ini dengan baik . Oleh karena itu, kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman
mahasiswa-mahasiswa yang telah mendukung penyelesaian tugas
kelompok ini.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
BAB I ........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
1. KONSEP DASAR..................................................................................... 3
A. Defenisi ............................................................................................. 3
B. Etiologi .............................................................................................. 3
C. Patofisiologi ...................................................................................... 5
G. Komplikasi ...................................................................................... 10
H. Prognosis ......................................................................................... 11
A. Pengkajian ....................................................................................... 12
C. Perencanaan..................................................................................... 15
D. Evaluasi ........................................................................................... 19
ii
BAB III ....................................................................................................... 29
PENUTUP ................................................................................................... 29
1. Kesimpulan ............................................................................................. 29
2. Saran ........................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Systemic lupus Eritmatosus?
1
b. Apa Asuhan Keperawatan dengan masalah SLE?
c. Bagaimana aplikasi transkultural nursing dan pengobatan
alternatifnya?
3. Tujuan
a. Dapat mengetahui pengertian serta patofisiologi dari SLE
b. Dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dengan masalah SLE
c. Dapat mengetahui apa saja aplikasi transkultural nursing dan
pengobatan alternatifnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR
A. Defenisi
B. Etiologi
3
Penyebab pasti dari SLE ini belum diketahui, tetapi banyak pengamatan
mendukung hipotesis bahwa SLE merupakan penyakit dari pengaturan
imun yang berubah. Berikut beberapa factor penyebab nya
Faktor Genetik
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan
ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% – 20% pasien SLE mempunyai
kerabat dekat (first degree relative) yang menderita SLE. Angka
kejadian SLE pada saudara kembar identik (24-69%) lebih tinggi
daripada saudara kembar non-identik (2-9%). Penelitian terakhir
menunjukkan bahwa banyak gen yang berperan antara lain haplotip
MHC terutama HLA-DR2 dan HLA-DR3, komponen komplemen
yang berperan pada fase awal reaksi pengikatan komplemen yaitu
C1q, C1r, C1s, C3, C4, dan C2, serta gen-gen yang mengkode
reseptor sel T, imunoglobulin, dan sitokin (Albar, 2003) . Faktor
genetik mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan
dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% – 20% pasien SLE
mempunyai kerabat dekat (first degree relative) yang menderita
SLE. Angka kejadian SLE pada saudara kembar identik (24-69%)
lebih tinggi daripada saudara kembarn non-identik (2-9%).
Faktor Lingkungan
Infeksi
Risiko timbulnya SLE meningkat pada mereka yang lain pernah
sakit herpes zoster (shingles). Herpes zoster adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus varisela, virus yang juga menjadi penyebab
dari penyakit cacar air (variscela atau chiken pox).
Antibiotik
Sinar Matahari
4
Adalah salah satu kondisi yang dapat memperburuk gejala Lupus.
Diduga oleh para dokter bahwa sinar matahari memiliki banyak
ekstrogen sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimmun.
Tetapi bukan berarti bahwa penderita hanya bisa keluar pada malam
hari. Pasien Lupus bisa saja keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau
sesudah pukul 16.00 WIB dan disarankan agar memakai krim
pelindung dari sengatan matahari. Teriknya sinar matahari di negara
tropis seperti Indonesia, merupakan faktor pencetus kekambuhan
bagi para pasien yang peka terhadap sinar matahari dapat
menimbulkan bercak-bercak kemerahan di bagian muka.kepekaan
terhadap sinar matahari (photosensitivity) sebagai reaksi kulit yang
tidak normal terhadap sinar matahari.
C. Patofisiologi
5
Lesi dapat terjadi pada banyak tempat dan melibatkan
banyak sistem organ. Massanya yang khas amorf, dan bahan ekstra-
seluler yang tercat ungu ditemukan dengan pengecatan
hematoksilin. Benda-benda hematoksilin ini mungkin
menggambarkan sel nukleus yang mengalami degenerasi yang
serupa dengan inklusi sel LE. Fibrinoid, bahan asluler yang sangat
aosinofilik, ditemukan pada jaringan ikat longgar atau pada dinding
pembuluh darah dan jaringan yang terkena. Radang pembuluh darah
(vaskulitis) sering dijumpai. Pada limpa, fibrosis perivaskuler
menghasilkan lesi “cincin bawang” yang khas mengelilingi
pembuluh darah yang terkena. Granuloma kadang-kadang terdapat
pada jaringan yang terkena. Pengendapan kompleks imun,
imunoglobin, dan komplemen dapat dilihat pada jaringan, termasuk
ginjal, kulit dan pembuluh darah.
D. Manifestasi Klinik
6
(tambalananyamanhitam); dan perubahan bantalan kuku. Lesi-lesiulseratif
yang macular dan sering kali tidak nyeri dapat terjadi pada palatum dan
membrane mukosa mulut danh idung. Purpura, kadang-kadang disertai
dengan trombosi topenia, dapat tampak pada daerah yang menggantung
atau yang terkena trauma. Kadang-kadangdisertai dengan eritemanodosum
dan eritemamultiforme. Alopesia yang diakibatkan peradangan di sekitar
folikel rambut dapat berupa tambahan atau menyeluruh, dan rambut dapat
menjadi kasar, kering dan rapuh.
7
kejadian trombotik yang mengenai arteria tau vena dapat terjadi, terutama
pada penderita dengan antibodi anti fosfolipid. Keterlibatan ginjal secra
klinis sering dijumpai pada anak-anak.
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dari pengobatan SLE adalah untuk mengurangi
gejala penyakit, mencegah terjadinya inflamasi dan kerusakan
jaringan, memperbaiki kualitas hidup pasien, memperpanjang
ketahanan pasien, memonitor manifestasi penyakit, menghindari
penyebaran penyakit, serta memberikan edukasi kepada pasien
tentang manifestasi dan efek samping dari terapi obat yang
diberikan. Karena banyaknya variasi dalam manifestasi klinik setiap
individu maka pengobatan yang dilakukan juga sangat individual
tergantung dari manifestasi klinik yang muncul. Pengobatan SLE
meliputi terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi (Herfindal et
al., 2000).
8
a. Terapi Nonfarmakologi
Pada sinar matahari ketika akan beraktivitas di luar rumah
(Delafuente, 2002). Gejala yang sering muncul pada penderita SLE
adalah lemah sehingga diperlukan keseimbangan antara istirahat dan
kerja, dan hindari kerja yang terlalu berlebihan. Penderita SLE
sebaiknya menghindari merokok karena hidrasin dalam tembakau
diduga juga merupakan factor lingkungan yang dapat memicu
terjadinya SLE. Tidak ada diet yang spesifik untuk penderita SLE
(Delafuente, 2002). Tetapi penggunaan minyak ikan pada pasien
SLE yang mengandung vitamin E 75 IU and 500 IU/kg diet dapat
menurunkan produksi sitokin proinflamasi seperti IL-4, IL-6, TNF-
a, IL-10, dan menurunkan kadar antibodi anti-DNA (Venkatraman
et al., 1999). Penggunaan sunblock (SPF 15) dan menggunakan
pakaian tertutup untuk penderita SLE sangat disarankan untuk
mengurangi paparan sinar UV.
- Diet Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan.
Sebagian besar pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet
yang diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium,
rendah lemak, dan rendah garam. Pasien disarankan berhati-hati
dengan suplemen makanan dan obat tradisional.
- Aktivitas
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olahraga
diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan
normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering
dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk
menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari
harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof
sunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat
meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien SLE.
b. Terapi Farmakologi
9
Terapi farmakologi untuk SLE ditujukan untuk menekan
sistem imun dan mengatasi inflamasi. Umumnya pengobatan SLE
tergantung dari tingkat keparahan dan lamanya pasien menderita
SLE serta manifestasi yang timbul pada setiap pasien.
- NSAID
Merupakan terapi utama untuk manifestasi SLE yang ringan
termasuk salisilat dan NSAID yang lain (Delafuente, 2002). NSAID
memiliki efek antipiretik, antiinflamasi, dan analgesic (Neal, 2002).
NSAID dapat dibedakan menjadi nonselektif COX inhibitor dan
selektif COX- 2 inhibitor. Nonselektif COX inhibitor menghambat
enzim COX-1 dan COX-2 serta memblok asam arakidonat. COX-2
muncul ketika terdapat rangsangan dari mediator inflamasi termasuk
interleukin, interferon, serta tumor necrosing factor sedangkan
COX-1 merupakan enzim yang berperan pada fungsi homeostasis
tubuh seperti produksi prostaglandin untuk melindungi lambung
serta keseimbangan hemodinamik dari ginjal. COX-1 terdapat pada
mukosa lambung, sel endotelial vaskular, platelet, dan tubulus
collecting renal (Katzung, 2002). Efek samping penggunaan NSAID
adalah perdarahan saluran cerna, ulser, nefrotoksik, kulit
kemerahan, dan alergi.
- Obat lain
G. Komplikasi
Lupus mungkin terlihat sebagai penyakit yang biasa terjadi pada
kulit. Namun jika tidak segera ditangani, lupus bisa menjadi momok
bagi kehidupan Anda. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang
bisa terjadi jika penyakit lupus tidak ditangani dengan cepat dan
tepat:
10
Peyakit Ginjal
Penyakit jantung
Penyakit paru-paru
Untuk penyakit yang satu ini pada penderita lupus, biasanya tidak
ditemukan gejala yang dapat dideteksi secara langsung.
Gangguannya antara lain seperti terganggunya distribusi oksigen
dalam darah atau berkurangnya produksi sel darah putih, dan
anemia.
H. Prognosis
11
SLE sebelumnya di pandang berkemungkinan atau secara
seragam merupakan penyakit masa kanak-kanak yang mematikan ,
sekarang, anak-anak yang menderita penyakit yang lebih ringan
dapat dikenali , dan tampak bahwa tidak semua anak mengalami
keterlibatan organ utama yang berat. Walaupun terjadi eksaserbasi
dan penyembuhan yang spontan , penyembuhan spontn yang lama
jarang di jumpai pada anak-anak . penyebab utama kematian pada
penderita SLE adalah nefritis , komplikasi sistem saraf sentral ,
infeksi , lupus paru , dan infark miokardium . prognosis akhir untuk
lupus berat yang mulai timbul pada masa kanak –kanak tetap harus
dipastikan.
2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kebanyakan
menyerang wanita, bila dibandingkan dengan pria perbandingannya
adalah 8 : 1. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang berkulit
hitam dari pada orang yang berkulit putih.
b. Keluhan utama
Pada SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kelainan kulit meliputi
eritema malar ( pipi ) ras seperti kupu-kupu, yang dapat mengenai
seluruh tubuh, sebelumnya pasien mengeluh
demam dan kelelahan.
12
e. Riwayat penyakit keluarga
Faktor genetik keluarga yang mempunyai kepekaan genetik
sehingga cenderung memproduksi auto antibody tertentu
sehingga keluarga mempunyai resiko tinggi terjadinya lupus
eritematosus.
Pola aktivitas
Penderita SLE sering mengeluhkan kelelahan yang luar
biasa.
Pola eliminasi
Tidak semua dari penderita SLE mengalami nefritis
proliferatif mesangial, namun, secara klinis penderita ini
juga mengalami diare.
13
kulit penderita SLE akan membuat penderita merasa malu
dengan adanya lesi kulit yang ada.
f. Pemeriksaan fisik
o Sistem integument
Pada penderita SLE cenderung mengalami kelainan kulit eritema
molar yang bersifat irreversibel.
o Kepala
Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala dan
kerontokan yang sifatnya reversible dan rambut yang hilang akan
tumbuh kembali.
o Muka
Pada penderita SLE lesi tidak selalu terdapat pada muka/wajah
o Telinga
Pada penderita SLE tidak selalu ditemukan lesi di telinga.
o Mulut
Pada penderita SLE sekitar 20% terdapat lesi mukosa mulut.
o Ekstremitas
Pada penderita SLE sering dijumpai lesi vaskulitik pada jari-jari
tangan dan jari jari-jari kaki, juga sering merasakan nyeri sendi.
o Paru – paru
Penderita SLE mengalami pleurisy, pleural effusion, pneumonitis,
interstilsiel fibrosis.
14
o Jantung
Penderita SLE dapat mengalami perikarditis, myokarditis,
endokarditis, vaskulitis.
o Gastro intestinal
Penderita SLE mengalami hepatomegaly / pembesaran hepar, nyeri
pada perut.
o Muskuluskletal
Penderita mengalami arthralgias, symmetric polyarthritis, efusi dan
joint swelling15
B. Diagnosis Keperawatan
C. Perencanaan
15
Diagnosa Perencanaan
Keperaw Tujuan dan Intervensi Rasional
atan kriteria hasil
Nyeri Setelah Kolaborasi Menggunakan
akut dilakukan pemberian agens
berhubun tindakkan analgetik dan farmakologi
gan keperawatan kaji untuk meredakan
dengan selama ... x skala nyeri atau
inflamasi 24 menghilangkan
dan jam Ukur TTV nyeri
peningkat diharapkan pasien Mengetahui
an nyeri Observasi perubahan TTV
aktivitas berkurang respon pasien
penyakit, dengan nonverbal Mengetahui
kerusaka criteria dari respon pasien
n hasil: ketidaknyam terhadap nyeri
jaringan, Skala nyeri anan
keterbata berkurang
san TTV dalam
mobolitas batas normal
atau Kegelisahan
tingkat berkurang
toleransi
yang
rendah
16
Keletihan Setelah Monitor Mengontrol
berhubun dilakukan nutrisi asupan nutrisi
gan tindakkan dan sumber pasien untuk
dengan keperawatan energi yang mengurangi
peningkat selama ... x adekuat keletihan
an 24 . Mengetahui
aktivitas jam Kaji tingkat apakah pasien
penyakit, diharapkan kecemasan cemas untuk
rasa keletihan pasien mengurangi
nyeri, teratasi keletihan
tidur/akti dengan Monitoring . Mengetahui
vitas kriteria pola apakah istirahat/
yang hasil: tidur dan tidur pasien
tidak Glukosa lamanya cukup
memadai, darah tidur/
nutrisi adekuat istirahat
yang Kecemasan pasien
tidak menurun
memadai Istirahat
dan cukup
depresi/st
res
emosiona
l.
17
Hambata Setelah Latih pasien Melatih pasien
n dilakukan berpindah untuk berpindah
mobilitas tindakkan dari untuk
fisik keperawatan tempat tidur menghindari
berhubun selama ... x ke dissus atrofi.
gan 24 kursi Mengetahui
dengan jam perubahan TTV
penuruna diharapkan Ukur TTV pasien saat dan
n pasien pasien setelah pasien
rentang menunjukka saat dan beraktivitas
gerak, n setelah Memandirikan
kelemaha mobilitas beraktivitas pasien dalam
n otot, fisik memenuhi
rasa nyeri dengan Latih pasien kebutuhan ADL
pada kriteria dalam
saat hasil: pemenuhan
bergerak, Mampu kebutuhan
keterbata berpindah ADL
san dari secara
daya tempat mandiri
tahan duduk ke
fisik, kursi
kurangny TTV normal
a atau saat
tidak dan setelah
tepatnya beraktivitas
pemakaia Mampu
n alatalat melakukan
ambulasi. kebutuhan
ADL
secara
mandiri
18
Ganggua Setelah Kaji secara Mengetahui
n citra dilakukan verbal apakah body
tubuh tindakkan dan image pasien
berhubun keperawatan nonverbal positif atau tidak
gan selama ... x respon klien Membantu
dengan 24 terhadap pasien untuk
perubaha jam tubuhnya mempertahankan
n dan diharapkanp interaksi
ketergant asien Fasilitasi sosialnya
ungan dapat kontak Mendorong
fisik serta menerima dengan pasien untuk
psikologi keadaan individu mengungkapkan
s yang tubuhnya lain dalam secara faktual
diakibatk dengan kelompok tentang
an oleh kriteria kecil perasaannya
penyakit hasil: Dorong klien terhadap
kronik. Body image mengungkap perubahan fungsi
positif kan tubuh
Mempertaha perasaannya
nka
n interaksi
sosial
Mendeskrips
ikan
secara
faktual
perubahan
fungsi
tubuh
D. Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
19
Nyeri akut berhubungan Pasien mengatakan skala nyeri
Dengan inflamasi dan berkurang
peningkatan aktivitas penyakit, TTV dalam batas normal
kerusakan jaringan, Kegelisahan berkurang
keterbatasan mobolitas
atau tingkat toleransi yang
rendah
Keletihan berhubungan dengan Glukosa darah adekuat
peningkatan aktivitas penyakit, Kecemasan menurun
rasa nyeri, tidur/aktivitas yang Istirahat cukup
tidak memadai, nutrisi yang
tidak
memadai dan depresi/stress
emosional.
Hambatan mobilitas fisik Mampu berpindah dari tempat
berhubungan dengan duduk ke kursi
penurunan rentang gerak, TTV normal saat dan setelah
kelemahan otot, rasa nyeri beraktivitas
pada saat bergerak, Mampu melakukan kebutuhan
keterbatasan daya tahan fisik, ADL
kurangnya atau tidak tepatnya secara mandiri
pemakaian alat-alat ambulasi.
Gangguan citra tubuh Body image pasien terlihat
berhubungan dengan positif Pasien mampu
perubahan dan ketergantungan mempertahankan
fisik serta psikologis yang interaksi sosial
diakibatkan oleh penyakit Pasien mampu mendeskripsikan
kronik. secara faktual perubahan fungsi
tubuh
20
SLE belum diketahui pengobatanuya sehingga perawatan yang
dilakukan hanya sebatas mengatasi gejala atau shymptom yang timbul,
termasuk upaya menekan gejala yang timbul (pada kadar yang dapat
diterima ) dan mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Upaya mencegah
dapat dilakukan dengan penggunaan obat-obatan, seperti corticosteroid
dan immunosuppressant. Pengobatan alternative serta mengubah gaya
hidup. Mengenali geja dini seperti kelelahan, rasa nyeri, timbuk ruam ,
demam, perut tidak nyaman, sakit kepala dan pusing , komunikasi yang
baik dengan dokter ahli dpat menvega aktifnya penyakit ini.
4. PENYELESAIAN KASUS
Kasus:
21
bahwa badan anak lemah dan berat badan menurun menjadi 8 kg sejak
sakit (berat badan sebelumnya 30kg). Hasil pemeriksaan fisik
ditemukan adamya ruam kulit (skin rush) pada lengan, kaki, dam
punggung. Pada daerah pipi terdapat bercak malar atau butterfly rush
yang berwarna pink sampai ke daerah nasolabial. Ada pembengkakan
pada sendi dan anak mengeluh nyeri ketika digerakan (skala nyeri 6)
Pembahasan:
22
Antibiotik
Sinar Matahari
Adalah salah satu kondisi yang dapat memperburuk gejala Lupus.
Diduga oleh para dokter bahwa sinar matahari memiliki banyak
ekstrogen sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimmun.
Tetapi bukan berarti bahwa penderita hanya bisa keluar pada malam
hari. Pasien Lupus bisa saja keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau
sesudah pukul 16.00 WIB dan disarankan agar memakai krim
pelindung dari sengatan matahari. Teriknya sinar matahari di negara
tropis seperti Indonesia, merupakan faktor pencetus kekambuhan
bagi para pasien yang peka terhadap sinar matahari dapat
menimbulkan bercak-bercak kemerahan di bagian muka.kepekaan
terhadap sinar matahari (photosensitivity) sebagai reaksi kulit yang
tidak normal terhadap sinar matahari.
23
supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan
kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi
tambahan dan siklus tersebut berulang kembali
24
Genetik Obat-obatan (
Lingkungan (Cahaya Matahari,
kartokosteroid)
Luka bakar internal)
Kerusakan jaringan
Muskuloskeletal
Integumen
Pembengkakan sendi
Ruam kulit (skin rush) pada
lengan, kaki, dan punggung
Nyeri saat digerakkan
Bercak malar berwarna pink
pada pipisampai nasolabial
Hambatan Nyeri
Keletihan Risiko
mobilitas akut Risiko
kerusakan gangguan
fisik
integritas citra tubuh
kulit
25
d. Tanda dan gejala yang khas dapat dilihat:
Demam dan nyeri pada sendi
Badan anak lemah an berat badan menurun menjadi 8kg saat
sakit
Skin rush (ruam kulit) pada lengan, kaki dan punggung.
Bercak malar pada pipi (butterflu rush) warna pink sampai
nasolabia
Pembengkakan sendi dan nyeri saat di gerakkan
Skala nyeri 6
26
h. Masalah keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan
aktivitas penyakit, kerusakan jaringan, keterbatasan mobolitas atau
tingkat toleransi yang rendah.
2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit,
rasa nyeri, tidur/aktivitas yang tidak memadai, nutrisi yang tidak
memadai dan depresi/stres emosional.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang
gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan
daya tahan fisik, kurangnya atau tidak tepatnya pemakaian alat-alat
ambulasi.
4. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
daya tahan tubuh.
5. Risiko gangguan body image berhubungan dengan efek samping
pengobatan.
i. Intervensi keperawatan
27
cahaya matahari, dan gunakan krim pelindung matahar seperti sun
protection factor (SPF).
5. Pengelolaam efek samping pengobatan
Observasi terhadap efek samping pengobatan dan ajarkan
anak dan keluarga tentang efek samping tersebut.
6. Memberikan dukungan emosional
Remaja dapat menunjukan perubahan body image akibat
ruam, alopesia, atritis, perubahan sendi dan penyakit kronik. Rujuk
pada support group, layanan sosial atau konseling.
28
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Dalam makalah ini penulis berharap dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca. Dan untuk makalah ini layak dimohonkan kritik dan saran yang
membangun.
29
DAFTAR PUSTAKA
Hellen Amalia. 2009. Peningkatan daya tahan tubuh anak dengan SLE.
Jurnal fakultas kedokteran. 11(1) : 33