PENDAHULUAN
Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung
pada kepala. Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau
kekuatan yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma
langsung bila kepala langsung terluka.2
Trauma capitis adalah cedera pada kepala yang dapat melibatkan seluruh
struktur lapisan, mulai dari lapisan kulit kepala atau tingkat yang paling “ringan”,
tulang tengkorak, duramater, vaskuler otak, sampai jaringan otaknya sendiri; baik
berupa luka yang tertutup, maupun trauma tembus.2
Sindrom sakit kepala pasca-trauma adalah gejala sisa yang sangat umum
berikut luka pada kepala atau leher, dan sering terjadi setelah kecelakaan
1
mobil dan lalu lintas lainnya. Sakit kepala biasanya terbatas dan dapat hilang
dengan cepat, dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.3
Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan
teknologi dan pembangunan, frekuensinya cenderung makin meningkat. Cedera
kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat trauma,
mengingat bahwa kepala merupakan bagian yang tersering dan rentan terlibat
dalam suatu kecelakaan. Kasus cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia
produktif, yaitu antara 15-44 tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki
dibandingkan perempuan. Penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas dan
disusul dengan kasus jatuh terutama pada kelompok usia anak-anak.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Cephalgia
Cephalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di
belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.1
B. Klasifikasi
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu
nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer terjadi
antara lain migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipe tegang dan nyeri kepala
lain yang tidak berhubungan dengan lesi struktural. Sedangkan nyeri kepala
sekunder antara lain disebabkan oleh trauma kepala, gangguan pembuluh darah,
gangguan dalam tengkorak, pemakaian obat, infeksi, gangguan metabolik. Nyeri
di sekitar wajah juga bisa menyebabkan nyeri kepala sekunder. Nyeri jenis ini
biasanya terkait kelainan tengkorak, leher, telinga, hidung, sinus. Kerusakan saraf
kepala juga termasuk nyeri kepala sekunder.1
3
Merupakan yang paling umum pada sakit kepala primer yakni sebanyak
90% dari orang dewasa telah memiliki atau akan memiliki ketegangan sakit
kepala. Ketegangan sakit kepala yang lebih umum di kalangan wanita daripada
pria. Pada sakit kepala jenis ini, pasien akan merasakan kepalanya seperti diikat
dengan kain yang sangat erat, ketegangan/sakit pada otot-otot pundak/bahu,
leher, kulit kepala dan rahang. Sakit kepala tegang sering dihubungkan dengan
stress, depresi, kecemasan, bekerja secara berlebihan, tidur yang kurang, telat
makan, peminum alkohol serta pengguna obat-obatan. Gejala sakit kepala bisa
timbul dengan dipicu oleh konsumsi coklat, keju dan penyedap masakan
(MSG). Orang yang terbiasa minum kopi akan mengalami sakit kepala bila
yang bersangkutan lupa untuk minum kopi. Penyebab lain dari sakit kepala tipe
ini adalah posisi kepala yang menetap pada jangka waktu yang lama seperti
saat duduk di depan komputer, mikroskop atau mesin ketik. Kesalahan dalam
posisi tidur, dan terlalu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu. Sakit pada
awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke
kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke kepala bagian depan. Sakit
yang dirasakan pada kedua sisi kepala seperti kepala sedang diikat oleh kain
yang sangat ketat
b. Migrain
Merupakan salah satu sakit kepala dengan gejala yang cukup berat dan
berulang. Selain sakit kepala yang khas pada satu sisi kepala (beberapa kasus
bisa menyerang kedua sisi kepala), bersamaan dengan itu pasien juga akan
merasakan gejala lain seperti gangguan pada penglihatan dan mual-mual.
Sebelum pasien merasakan sakit kepala migren, terlebih dahulu mereka akan
merasakan semacam aura (gejala peringatan akan timbulnya migren) seperti
kepala terasa berdenyut.
c. Sakit Kepala Cluster
Merupakan jenis langka pada sakit kepala primer, mempengaruhi 0,1%
dari populasi. Diperkirakan 85% dari penderita sakit kepala cluster adalah laki
– laki. Usia rata-rata penderita sakit kepala cluster adalah usia 28-30 tahun,
walaupun sakit kepala mungkin dimulai pada masa kanak-kanak. Sakit kepala
4
ini terasa seperti ditusuk-tusuk, sangat menyakitkan dan sering kambuh
menurut periode tertentu.
d. Sakit kepala sinus.
Sakit dirasakan terutama di bagian depan kepala dan wajah sesuai dengan
lokasi sinus yang terkena. Sakit kepala sinus disebabkan oleh karena
peradangan yang terjadi pada rongga sinus yang terletak pada dahi, hidung dan
sekitar mata. Sakit akan bertambah berat bila kepala ditundukkan ke depan dan
saat bangun tidur di pagi hari. Sakit kepala yang disebabkan oleh karena factor
fisik juga timbul saat kita menderita demam, flu, atau mengalami gejala
premenstrual syndrome. Pada orang yang berumur diatas 50 tahun yang
mengalami sakit kepala hebat untuk pertama kali, bisa jadi yang bersangkutan
menderita apa yang disebut dengan temporal arteritis. Selain sakit kepala,
penderita juga akan merasakan gangguan penglihatan, dan sakit saat
mengunyah. Terdapat resiko mengalami kebutaan bila gejala ini dibiarkan
maka dari itu perlu penanganan dokter dengan segera. Penyebab lain dari sakit
kepala yang relatif jarang adalah Anuresma otak yaitu suatu keadaan di mana
terjadi gangguan kekuatan pada dinding pembuluh darah otak sehingga
pembuluh darah tersbeut mudah pecah dan menimbulkan perdarahan pada otak,
Tumor Otak, Stroke atau TIA, dan Infeksi otak seperti meningitis atau
encephalitis. Sakit kepala sering tampak sederhana karena umumnya
merupakan gejala penyakit ringan. Sekitar 70 % sakit kepala memang
disebabkan oleh ketegangan otot. Meski begitu, sakit kepala tak bisa
disepelekan, apalagi kalau sampai mengganggu pekerjaan (Med Express,
2009).
A. Sefalgia karena tekanan intrakranium yang meningkat
Tekanan intrakranium yang meningkat dapat ditemukan pada ;
1. Tumor intrakranialis
2. Hematoma intrakranialis
3. Trauma Kapitis
Tumor, hematoma atau abses intrakranialis itu dapat menimbulkan traksi atau
dorongan pada selaput otak dan pembuluh-pembuluh darah di sekitarnya.
5
Peranjakan (shift) pembuluh-pembuluh darah yang ditimbulkan oleh dorongan
atau traksi tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri kepala. Suatu karsinoma
anaplastik dari nasofaring tidak menimbulkan tekanan intrakranialis yang
meningkat. Nyeri kepala pada penderita karsinoma anaplastik timbul karena
tertekannya cabang-cabang (I, II) dari N trigeminus atau karena terdorongnya
dura yang menutupi foramina di basis kranii.
C. Gambaran Klinik
Kriteria Diagnosis cephalgia kepala akut pasca trauma :
Klinis nyeri kepala, tidak khas 5
a. Terdapat trauma kepala, dimana nyeri kepala terjadi dalam 7 hari setelah
trauma atau sesudah kesadaran penderita pulih kembali.
b. Terdapat satu atau lebih keadaan ini dibawah ini
1, nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala
2. nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma kepala
6
c. Nyeri kepala berlangsung lebih dari 3 bulan setelah trauma kepala
Lab : darah rutin, kimia darah, LCS, ( atas indikasi ).
Foto tengkorak : neuro imaging CT-Scan atau MRI.
Gold standard ; kriteria diagnostic nyeri kepala kelompok study nyeri
kepala perdosis 2005 yang diadaptasi IHS ( International Headache
sociati)
Patologi anatomi : -
Sindrom sakit kepala pasca-trauma adalah gejala sisa yang sangat umum
berikut luka pada kepala atau leher, dan sering terjadi setelah kecelakaan
mobil dan lalu lintas lainnya. Sakit kepala biasanya terbatas dan dapat hilang
dengan cepat, dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.6
· Tidak pingsan
2. Commotio Cerebri
7
Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang berlangsung
tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan
jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin
muntah dan tampak pucat.
3. Contusio Cerebri
8
cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi
rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena
pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa
timbul.
4. Laceratio Cerebri
Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan fossa
posterior. Gejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana yang
terkena.
· Epistaksis
· Rhinorrhoe
9
Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:
Komplikasi :
· Gangguan pendengaran
Fraktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi terapinya
harus disesuaikan. Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk mencegah infeksi.
Tindakan operatif bila adanya liquorrhoe yang berlangsung lebih dari 6 hari.
o Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari 10 menit
o Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan neurologist.
10
o Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad
o Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang lebih berat
F. Gambaran Klinis
Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti
berikut: 7
11
a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di
otak menurun atau meningkat.
b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi
pernafasan).
d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau
posisi abnormal ekstrimitas
G. Epidemiologi
Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan
teknologi dan pembangunan, frekuensinya cenderung makin meningkat.
Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat
trauma, mengingat bahwa kepala merupakan bagian yang tersering dan rentan
terlibat dalam suatu kecelakaan. Kasus cedera kepala terutama melibatkan
kelompok usia produktif, yaitu antara 15-44 tahun dan lebih didominasi oleh
kaum laki-laki dibandingkan perempuan. Penyebab tersering adalah
kecelakaan lalu lintas dan disusul dengan kasus jatuh terutama pada kelompok
usia anak-anak.4
Epidemiologi penyakit Trauma kapitis yaitu mempelajari frekuensi,
distribusi penyakit Trauma kapitis serta faktor-faktor (determinan) yang
mempengaruhinya. Dalam distribusi penyakit Trauma kapitis ada 3 variabel
yang dapat dilihat yaitu : variabel orang (person), variabel tempat (place), dan
variabel waktu (time).4
a. Menurut Orang (person)
Trauma kapitis hingga pada saat ini masih merupakan masalah kesehatan
yang utama. Di Spanyol (1992), insiden Trauma kapitis 91 per 100.000
penduduk, dan cause specific death rate 19,7 per 100.000 penduduk. Taiwan
(1992), insiden Trauma kapitis 180 per 100.000 penduduk, dan cause specific
death rate 23 per 100.000 penduduk.
Menurut penelitian Junandar Siahaan (2002) di RS Santha Elisabeth Medan,
proporsi penderita Trauma kapitis terbanyak pada kelompok umur 17-24 tahun
12
(23,8%), dan proporsi jenis kelamin laki-laki (63,1%).
Menurut penelitian Wahyoepramono dan Yunus (2002) di RS Siloam
Gleneagle Lippo Karawaci, Trauma kapitis 89 kasus dengan proporsi Trauma
kapitis berat 41 kasus (46,1%) diantaranya memerlukan tindakan operasi
craniotomy dan 48 kasus (53,9%) proporsi Trauma kapitis ringan-sedang yang
tidak memerlukan tindakan operasi. Dari 41 kasus yang memerlukan tindakan
operasi craniotomy, diantaranya 13 kasus (31,71%) disebabkan kontusio
serebri, 11 kasus (26,83%) hematoma subdural, 9 kasus (21,95%) hematoma
intraserebral, dan 8 kasus (19,51%) hematoma epidural.
b. Menurut Tempat (place)
Dari pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kematian
Trauma kapitis di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin
disebabkan oleh mobilisasi penduduk yang tinggi dan perkembangan di bidang
industri dan pertumbuhan kota disertai dengan adanya peningkatan yang sangat
tinggi di bidang transportasi yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu
lintas. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Medan penyakit cedera intrakranial
tahun 2007 dengan CFR (4,37%) di seluruh RS Kota Medan dan berdasarkan
penelitian Siahaan (2000) di RS Santha Elisabeth Medan penderita Trauma
kapitis craniotomy dengan proporsi (2,7%).
c. Menurut Waktu (time)
Berdasarkan Data Depkes RI (2000-2007), bahwa proporsi kematian
karena trauma kapitis di Indonesia menunjukkan penurunan dan peningkatan
yaitu pada tahun (2000) dengan Proporsi Mortality Rasio (PMR) sebesar 2,3%,
tahun (2002) PMR sebesar 6,7%, tahun (2004) PMR sebesar 2,3% dan tahun
(2006-2007) PMR sebesar 4,3%.
Berdasarkan Data Kepolisian RI selama kurun waktu 2003-2005,
frekuensi
kasus kecelakaan meningkat dengan CFR dari (34,32%) menjadi (39,91%).
13
Determinan Trauma kapitis
a. Faktor Agent (Penyebab)
Penyebab Trauma kapitis bersifat mekanis, yaitu berupa benturan,
pukulan, jatuh, peluru, tusukan, dan tenaga mesin.
b. Faktor Host (Pejamu)
1. Umur
Kelompok usia produktif secara sosio-ekonomi paling aktif dengan
mobilitas tinggi dibandingkan anak-anak dan orangtua, 60% penderita
hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang terjadi pada
umur kurang dari 2 tahun dan diatas 60 tahun, angka kematian meningkat
pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun yang beresiko pada orangtua
yang memiliki masalah berjalan dan sering jatuh
2. Jenis Kelamin
Menurut penelitian Dwikoryanto dan Paranrengi (2002) di RSUD
Dr.Soetomo, terdapat kecenderungan tingkat kematian pria lebih tinggi
daripada wanita. Menurut penelitian Yuda Turana (2001) di RSCM diperoleh
263 penderita Trauma kapitis dengan pendarahan intrakranial, terdapat
sebesar 83% pada penderita laki-laki dan 17% pada penderita wanita.
3. Faktor Lingkungan (Environment)
Keadaan lingkungan fisik seperti konstruksi jalan yang tidak layak
menyebabkan kurang/hilangnya kontrol pada beberapa kasus kecelakaan
lalu lintas. Jarak penglihatan dan tanda bahaya di persimpangan juga ikut
berperan selain arus lalu lintas dan cuaca.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT-Scan
Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka
pendek.
14
2. EEG
Dapat digunakan untuk mencari lesi
· Mobilisasi bertahap
· Terapi simptomatik
15
· Anti cerebral edema
· Anti perdarahan
· Simptomatik
· Neurotropik
J. KOMPLIKASI
Jangka pendek :4
1. Hematom Epidural
o Letak : antara tulang tengkorak dan duramater
o Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-cabangnya
o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri
kepala sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa
jam kemudian timbul gejala-gejala yang memperberat progresif seperti
nyeri kepala, pusing, kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan
darah meninggi, pupil pada sisi perdarahan mula-mula sempit, lalu
menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya. Ini
adalah tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi tentorial.
o Akut (minimal 24 jam sampai dengan 3x24 jam)
o Interval lucid
o Peningkatan TIK
o Gejala lateralisasi → hemiparese
16
o Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati
hematoma subkutan
o Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil
melebar. Pada sisi kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-
tanda kerusakan traktus piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon
meninggi dan refleks patologik positif.
o CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks
o LCS : jernih
o Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (trepanasi-
dekompresi) dan pengikatan pembuluh darah.
2. Hematom subdural
o Letak : di bawah duramater
o Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins
dan laserasi piamater serta arachnoid dari kortex cerebri
o Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama
Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma
17
kapitis yang berupa hematom hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja.
Jika penderita dengan perdarahan intraserebral luput dari kematian,
perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan
kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi neurologik sesuai
dengan fungsi bagian otak yang terkena.
4. Oedema serebri
Pada keadaan ini otak membengkak. Penderita lebih lama pingsannya,
mungkin hingga berjam-jam. Gejalanya berupa commotio cerebri, hanya
lebih berat. Tekanan darah dapat naik, nadi mungkin melambat. Gejala-
gejala kerusakan jaringan otak juga tidak ada. Cairan otak pun normal,
hanya tekanannya dapat meninggi.
TIK meningkat
Cephalgia memberat
Kesadaran menurun
Jangka Panjang :
1. Gangguan neurologis
18
BAB III
KESIMPULAN
Sindrom sakit kepala pasca-trauma adalah gejala sisa yang sangat umum
berikut luka pada kepala atau leher, dan sering terjadi setelah kecelakaan
mobil dan lalu lintas lainnya. Sakit kepala biasanya terbatas dan dapat hilang
dengan cepat, dalam beberapa hari sampai beberapa minggu
Cephalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di
belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.
Cidera kepala atau trauma kapitis adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi
otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisiil dalam substansi otak
tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Merupakan salah satu penyebab
kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar
karena kecelakaan lalu lintas.Sindrom sakit kepala pasca-trauma adalah gejala
sisa yang sangat umum berikut luka pada kepala atau leher, dan sering
terjadi setelah kecelakaan mobil dan lalu lintas lainnya. Sakit kepala biasanya
terbatas dan dapat hilang dengan cepat, dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu.
19
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidazole
20
DAFTAR PUSTAKA
21