PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kemudian dihadapkan dengan berbagai permasalahan, kendala serta keterbatasan
sebagaimana layaknya kota-kota lain yang tengah tumbuh dan berkembang sesuai
dinamikanya. Permasalahan tersebut dapat muncul dari pertumbuhan penduduk
yang begitu pesat dengan berbagai konsekuensinya.
Oleh karena itu, melalui laporan tugas mata kuliah studio perencanaan
kota ini, penulis mengangkat tema tentang kawasan pusat perdagangan di kota
Makassar, sehingga diharapkan kedepannya dapat direncanakan kawasan
perdagangan yang ramah lingkungan di kota Makassar.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Dalam laporan ini terbagi atas dua tujuan yakni tujuan penelitian dan
tujuan perencanaan.
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui lokasi dan fungsi kawasan pusat Perbelanjaan di kota
Makassar.
b. Mengetahui kondisi aksesibilitas pusat Perbelanjaan dikota Makassar
2. Tujuan Perencanaan
a. Menata dan merencanakan pusat Perbelanjaan terpadu
D. Manfaat Penelitian
3
E. Tabel NSPM
Tabel 1. Daftar Norma, Standar, Pedoman, Manual Perbelanjaan yang digunakan sebagai
literature penelitian
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
A.1 Definisi Pusat Perbelanjaan
a. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plasa, pusat Perbelanjaan maupun sebutan lainnya.
b. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan
tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh
pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan
usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar menawar.
c. Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horisontal, yang
dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk
melakukan kegiatan Perbelanjaan barang.
d. Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk
menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual.
e. Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,
Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang
berbentuk Perkulakan.
5
1. Ciri-ciri Pusat Perbelanjaan
a. Pasar Tradisional
1) Proses jual-beli melalui tawar menawar harga,
2) Barang yang disediakan umumnya barang keperluan dapur dan rumah
tangga,
3) Harga yang relatif lebih murah,
4) Area yang terbuka dan tidak ber-AC,
5) Adanya tenda-tenda tempat penjual memasarkan dagangannya.
http://ddsulai.blogspot.com/2012/12/ciri-ciri-pengertian-pasar-tradisional.html
b. Pasar Modern
1) Penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode)
2) Area berada dalam bangunan
3) Pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh
pramuniaga,
4) Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti;
buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah
barang yang dapat bertahan lama, seperti piring, gelas, pisau, kipas, dan
lain-lain,
5) Harga yang relative lebih mahal dibandingkan pasar jenis lain.
http://a67532.wordpress.com/2010/05/13/perbedaan-antara-pasar-modern-dan-pasar-tradisional/
c. Ruko
1) Relatif sempit dengan massa bangunan yang memanjang kebelakang,
2) Bangunan yang terdiri dari dua tingkat yang identic dengan bagian
lantai atas untuk rumah tinggal dan bagian bawah sebagai tempat
berdagang,
3) Mampu menampung kegiatan dalam skala ekonomi kecil.
4) Kedua sisinya masih saling berdekatan yang menyebabkan kualitas
dalam bangunan rendah.
d. Warung
1) Biasanya sebagian bangunan rumah digunakan untuk tempat berjualan
2) Barang-barang yang dijual berupa kebutuhan pokok seperti sembako
3) Melayani skala perumahan
4) Mampu menampung kegiatan dalam skala ekonomi kecil
2. Unsur-Unsur Pokok Perpasaran
6
a. Konsumen
Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik
suatu barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual
kembali.
Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain :
1) Daya beli atau tingkat pendapatan
2) Daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja
3) Waktu yang tersedia
4) Tingkah laku adat dan kebiasaan
b. Lembaga Perbelanjaan dan Wadah Lembaga
Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke
konsumen.
Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Keuntungan yang relatif baik
2) Harga dan biaya penjualan
3) Cara pelayanan
4) Suplai barang yang diperdagangkan
c. Barang
Barang Mengenai Penggolongan Barangterdapat banyak teori. Untuk
pembahasan selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan
hasil penyelidikan yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan
LPEM F.E. UI 1971 :
1) Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang
kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll.
2) Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari yang
dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau
sebulan. Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik.
3) Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir
sama dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan
barang-barang lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli
masyarakat Indonesia. Contohnya : tv, kamera foto, dll.
4) Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan
oleh pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan.
Misalnya : mebel, onderdil mobil , dll.
3. Penataan Bangunan Pusat Perbelanjaan
a. Pasar Tradisional
7
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko
Modern. BAB II, yaitu :
b. Ruko
1) Penggunaan tertinggi dan terbaik: yaitu efisiensi tempat dengan
penggabungan fungsi usaha dan bermukim. Pemanfaatan lahan yang
maksimal dengan KDB hampir mencapai 100%.
2) Parkir dan Sirkulasi: sebagai pendukung dari aktifitas kegiatan
Perbelanjaan. Pertimbangan sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi
kendaraan dengan jumlah ruang yang disediakan.
8
3) Kenyamanan: kenyamanan fungsi hunian dan usaha yaitu kenyamanan
dari pengunjung dan penghuni dari bangunan.
4) Estetika: pertimbangan pada perancangan terhadap lingkungan dan
masyarakat seperti bahan-bahan, privacy, dan gaya.
5) Rancangan dan citra alam : yaitu menetapkan suatu citra yang nyata
bagi berbagai kelompok pemakai merupakan bagian dari kebudayaan
setempat.
c. Toko Modern
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko
Modern, yaitu:
1) Lokasi pendirian Toko Modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/Kota, termasuk Peraturan Zonasinya.
2) Pasar tradisional atau pusat perbelanjaan atau toko modern harus
menyediakan areal parkir yang cukup dan sarana umum lainnya.
3) Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut:
a) Minimarket, kurang dari 400 m² (empat ratus meter persegi);
b) Supermarket, 400 m² (empat ratus meter persegi) sampai dengan 5.000
m² (lima ribu meter persegi);
c) Hypermarket, lebih dari 5.000 m² (lima ribu meter persegi);
d) Department Store, lebih dari 400 m² (empat ratus meter persegi); dan
e) Perkulakan, lebih dari 5.000 m² (lima ribu meter persegi).
4) Jarak pendirian penjualan toko
a) Jarak pendirian minimarket dengan ukuran luas lantai penjualan di atas
75 (tujuh puluh lima) meter persegi dan semua minimarket berjejaring
paling dekat dalam radius 3.000 (tiga ribu) meter dari pasar tradisional.
b) Jarak pendirian minimarket dengan ukuran luas lantai penjualan
sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter persegi yang bukan
9
minimarket berjejaring paling dekat dalam radius 500 (lima ratus)
meter dari pasar tradisional.
c) Jarak pendirian supermarket dan departemen store paling dekat dalam
radius 3.000 (tiga ribu) meter dari pasar tradisional.
d) Jarak pendirian hypermarket dan perkulakan paling dekat dalam radius
5.000 (lima ribu meter) meter dari pasar tradisional.
e) Jarak pendirian toko modern pada wilayah perbatasan dengan
Kabupaten/Kota lain, paling dekat dalam radius 1.000 (seribu) meter
dari pasar tradisonal Kabupaten/Kota di luar daerah.
5) Usaha Toko Modern dengan modal dalam negeri 100% (seratus persen)
adalah:
a) Minimarket dengan luas lantai penjualan kurang dari 400 m² (empat
ratus meter persegi);
b) Supermarket dengan luas lantai penjualan kurang dari 1.200 m² (seribu
dua ratus meter persegi); dan
c) Department Store dengan luas lantai penjualan kurang dari 2.000 m²
(dua ribu meter persegi).
6) Pasar tradisional atau pusat perbelanjaan atau toko modern harus
menyediakan areal parkir yang cukup dan sarana umum lainnya.
Penyediaan areal parkir sebagaimana dimaksud dapat dilakukan
berdasarkan kerjasama dengan pihak lain.
10
4. Tata Letak (Lokasi) Bangunan Pasar
Lokasi sebuah pasar adalah merupakan faktor yang paling penting dan
berpengaruh tehadap keberhasilan pasar tersebut (David Dewar dan Vanessa
Watson, 1990). Pada skala kota ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi
lokasi tersebut, yaitu :
1) Lokasi Pergerakan Populasi (orang) (Location of population movement).
Pasar sangat peka pada sirkulasi dan konsentrasi dari pejalan kaki dan
lalulintas, disebut berhasil karena dekat dengan pergerakan orang banyak.
Dengan demikian, biasanya pasar yang berada di pusat kota merupakan
pasar yang sangat besar perkembangannya. Hal ini sangat wajar, karena
pada lokasi pasar tersebut, banyak orang berkumpul dan mudah dicapai
serta pasar tersebut menyediakan barang kebutuhan sehari-hari.
2) Sumber Persediaan Barang (yang akan diperdagangkan) (Sources of
supply). Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan lokasi pasar pada
skala kota harus dekat dengan kiriman persediaan (is sitting of mayor
sourcess of supply) sumber-sumber utama barang yang diperjual belikan
serta memiliki akses mudah dikunjungi.
3) Lokasi Pembeli (Location of consumers). Faktor ketiga yang
mempengaruhi keputusan dalam menentukan lokasi perencanaan sebuah
pasar adalah kemudahan untuk melayani kebutuhan konsumen-konsumen
kota. Bahwa lokasi pasar seharusnya mudah dijangkau oleh konsumen
pasar, baik yang berpenghasilan tinggi (higher income) maupun yang
berpenghasilan rendah (lower income). Untuk yang berpenghasilan rendah
menggunakan jasa angkutan umum ataupun pejalan kaki, sehingga harus
dipertimbangkan titik-titik tempat transit kendaraan umum (halte, sub
terminal), juga harus memiliki areal parkir yang cukup untuk pengunjung
dengan kendaraan pribadi (roda 4 dan roda 2), selain taxi stand dan
mungkin juga diperlukan tempat parkir transit untuk becak, ojek dan
sebagainya.
11
Tata ruang pasar tidak dapat terlepas dari penataan komoditi barang
dagangan serta ruang-ruang yang terpinggirkan. Penataan pasar yang berkaitan
dengan komoditi barang dagangan, menurut D.Dewar dan Vanessa W dalam
bukunya Urban Market Developing Informal Retailing (1990), dibedakan
penempatannya sesuai sifat-sifat barang tersebut. Barang-barang yang mempunyai
karakter hampir sama seperti buah-buahan dan sayur-sayuran ditempatkan pada
tempat yang berdekatan dengan daging, ikan, telur dan sebagainya.
Menurut D.Dewar dan Vanessa W., penempatan barang-barang yang
memiliki karakter sejenis ini dengan alasan, sebagai berikut :
a. Setiap barang membutuhkan lingkungan yang spesifik untuk
mengoptimalkan penjualannya, seperti butuh pencahayaan.
b. Setiap barang mempunyai efek samping yang berlainan, seperti bau dan
pandangan.
c. Setiap barang mempunyai karakter penanganan, seperti tempat
bongkarnya, drainase, pencucian dan sebagainya.
d. Para konsumen/pembeli dengan mudah dapat memilih dan
membandingkan harganya.
e. Perilaku pembeli sangat beragam, konsentrasi dari sebagian barang-barang
dan pelayanan memberikan efect image dari para konsumen.
Menurut Nelson (1958) karakter pilihan lokasi usaha dari aspek konsumen
(pembeli) agar transaksi Perbelanjaan merupakan hasil pilihan pembeli terhadap
12
faktor-faktor daya tarik dan penghambat dari fasilitas Perbelanjaan yang ada,
antara lain :
Kebutuhan Per
Kriteria
Satuan Sarana
Jumlah
Luas
Luas Standard Radius
No. Jenis Sarana Pend.
Lahan (m²/jiwa) Lokasi dan
(Jiwa) Lantai Pencapai
Min. Penyelesaian
Min. (m²) an
(m²)
Ditengah
kelompok
50 100 bila tetangga.
1. Toko/ Warung 250 (termasuk berdiri 0,4 300 m² Dapat
gudang) sendiri merupakan
bagian dari
sarana lain
2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2000 m² Dipusat
kegiatan sub
lingkungan.
13
KDB 40%
dapat
berbentuk P
dan D
Dapat
Pusat
dijangkau
Pertokoan +
3. 30.000 13.500 10.000 0,33 dengan
Pasar
kendaraanum
Lingkungan
um
Terletak di
Pusat
jalan utama.
Perbelanjaan
Termasuk
dan Niaga
4. 120.000 36.000 36.000 0,3 sarana parkir
(Toko + Pasar
sesuai
+ Bank +
ketentuan
Kantor)
setempat
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
7. Hierarki Pusat-Pusat Perbelanjaan
14
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yakni kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasonal, nasional atau
beberapa provinsi, dengan kriteria:
a) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional.
b) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
ekonomi perkotaan, pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional
atau yang melayani beberapa provinsi.
c) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yakni kawasan pekotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala propinsi atau beberapa
kabupaten/kota, dengan kriteria:
a) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten.
b) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kedua kegiatan ekspor impor yang mendukung PKN.
c) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala propinsi atau beberapa kabupaten.
3) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yakni adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan, dengan kriteria:
a) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
ekonomi perkotaan, kegiatan industri dan jasa yang melayani skala
kabupaten atau beberapa kecamatan.
b) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa
kecamatan.
b. Hierarki Pada Tingkat Provinsi
15
Pada tingkat propinsi, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut dapat
ditetapkan dalam bentuk sistem orde. berdasarkan:
1) Sistem kota-kota propinsi (provinsial system of cities) berdasarkan
hirarki besaran/ukuran jumlah penduduk sebagai berkut:
a) Metropolitan/Megapolitan dengan penduduk di atas 1000.000 jiwa.
b) Kota Besar dengan penduduk 500.000 sampai dengan 1.000.000
jiwa.
c) Kota Sedang dengan penduduk 100.000 sampai dengan 500.000
jiwa.
d) Kota Kecil dengan penduduk di bawah 100.000 jiwa.
2) Sistem kota-kota menurut pandangan kota sebagai simpul jasa distribusi
yang berhirarki berdasarkan kelengkapan sarana transportasi.
3) Adanya hubungan keterkaitan fungsional di antara pusat-pusat kegiatan
secara berhirarki yang terbentuk oleh sistem jaringan prasarana wilayah
dan sistem jaringan transportasi wilayah yang berhirarki pula (sistem
primer dan sistem sekunder).
16
dan sistem jaringan transportasi wilayah yang berhirarki pula (sistem
primer dan sistem sekunder).
Pertokoan
Minimarket
(<200m2)
Los,Lapak
Kumpulan Tenda
Keterangan:
PMKB : Pasar modern perkulakan besar
PMKS : Pasar modern perkulakan sedang
PMKK : Pasar modern perkulakan kecil
PTKK : Pasar tradisional perkulakan kecil
PME : Pasar modern eceran
PTE : Pasar tradisional eceran
Berikut ini disajikan penjelasan mengenai hirarki pasar berdasarkan skala
pelayanan:
17
1) Pasar Modern Perkulakan Besar (PMKB). Pasar jenis ini difungsikan
untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala nasional (PKN) atau
sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada
tingkat nasional.
2) Pasar Modern Perkulakan Sedang (PMKS). Pasar jenis ini difungsikan
untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala wilayah/propinsi
(PKW) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara
eksternal di tingkat wilayah.
3) Pasar Modern Perkulakan Kecil (PMKK). Pasar jenis ini difungsikan
untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala kabupaten/kota/lokal
(PKL) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara
eksternal pada tingkat lokal atau tingkat kota/kabupaten. Hanya
melayani kegiatan Perbelanjaan perkulakan skala kecil.
4) Pasar Modern Eceran (PME). Pasar jenis ini difungsikan untuk
mendukung sistem pelayanan kegiatan ekonomi secara internal
kawasan/lokal (kabupaten/kota). Hanya melayani kebutuhan
penduduk/kegiatan Perbelanjaan secara eceran di dalam kabupaten/kota
yang bersangkutan.
5) Pasar Tradisional Perkulakan Kecil (PTKK). Pasar jenis ini difungsikan
untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala kabupaten/kota/lokal
(PKL) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara
eksternal pada tingkat lokal atau tingkat kota/kabupaten. Hanya
melayani kegiatan Perbelanjaan perkulakan skala kecil.
6) Pasar Tradisional Eceran (PTE). Pasar jenis ini difungsikan untuk
mendukung sistem pelayanan kegiatan ekonomi secara internal
kawasan/lokal (kabupaten/kota). Hanya melayani kebutuhan
penduduk/kegiatan Perbelanjaan secara eceran di dalam kabupaten/kota
yang bersangkutan.
SUMBER: Ir.H.M. Djumantri, MSi, Buletin Tata Ruang, Juli-Agustus 2010 (Edisi: Ruang Untuk
Semua).
8. Bentuk-Bentuk Pasar
a. Pasar Tradisional
18
1) Pasar Menurut Pelayanan dan Kelengkapannya
a) Pasar tradisional. Dalam pasar tradisional, pembeli dilayani langsung
oleh penjual, sehingga dimungkinkan masih terjadi tawar menawar
harga.
b) Pasar modern. Dalam pasar modern, pelayanan dilakukan secara
mandiri dan dilayani oleh pramuniaga.
2) Pasar Menurut Status
a) Pasar resmi. Merupakan pasar dan tempat penjualan umum yang
ditepatkan oleh pemerintah daerah yang terdapat pertemuan antara
penjual dan pembeli untuk mengadakan penawaran dan permintaan
terhadap suatu barang dan jasa. Dikarenakan lokasinya ditetapkan oleh
pemerintah daerah lokasi dan bangunan pasar telah memenuhi
persyaratan perencanaan kota maupun teknis bangunan.
b) Pasar tidak resmi / liar. Mempunyai pengertian fungsi yang sama
dengan pasar resmi hanya statusnya yang berbeda/ illegal.
3) Pasar Menurut Fisik
a) Pasar Kongkret/Riil, adalah pasar di mana penjual dan pembeli
bertemu langsung dan barang yang diperjualbelikan benar-benar ada.
Ciri-cirinya: transaksi tunai, barang dapat langsung dibawa,barang
yang diperjual-belikan benar-benar ada dan penjual pembeli bertemu
langsung.
b) Pasar abstrak, adalah pasar di mana penjual dan pembali tidak bertemu
secara langsung dan barang yang diperjualbelikan tidak tersedia secara
langsung. Ciri-cirinya: transaksi berlandaskan rasa percaya, penjual
pembeli berada di tempat yang berbeda, barang yang diperjualbelikan
tidak tersedia (hanya contohnya saja).
4) Pasar Menurut Waktu Terjadinya
a) Pasar harian, pasar yang penyelenggaraannya setiap hari.
b) Pasar mingguan, pasar yang penyelengggaraanya setiap seminggu
sekali.
c) Pasar bulanan, pasar yang penyelenggaraanya sebulan sekali.
d) Pasar tahunan, pasar penyelenggaraannya setahun
5) Pasar Menurut Luas Wilayah Kegiatannya
a) Pasar lokal, pasar yang daerah pemasarannya hanya meliputi daerah
tertentu, barang yang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan
masyarakat di sekitarnya. Peruntukkan tanah untuk Perbelanjaan dan
19
jasa lokal hanya boleh digunakan oleh unit-unit bangunan Perbelanjaan
jasa skala lokal dengan ukuran masing-masing perpetakan :
Tabel 4. Peraturan Teknis Pembangunan Pada Kawasan Perbelanjaan dan Jasa dengan
Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa Lokal
Dimensi Perpetakan
Luas Perpetakan Min 500 1500 3000 300 600 1200
(m²)
Lebar Perpetakan 10 15 30 10 15 25
Min (m)
Tinggi Bangunan 6 6 6 6 6 6
Maks per Lantai (m)
Jumlah Lantai 4 4 4 4 4 4
Bangunan Maks
Persyaratan Jarak
Bebas
Garis Sempadan 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 ROW 1/2 ROW
Depan Bangunan (m) ROW ROW ROW ROW jalan jalan
jalan jalan jalan jalan depan depan
depan depan depan depan
Garis Sempadan 1X 1X 1X 1X 1X 1X
Samping Bangunan Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
(m) Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai
Banguna Banguna Banguna Banguna Bangunan Banguna
n n n n n
Garis Sempadan 1X 1X 1X 1X 1X 1X
Belakang Bangunan Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
(m) Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai
Banguna Banguna Banguna Banguna Bangunan Banguna
n n n n n
Koefisien Dasar 50 50 50 50 50 50
Bangunan maks (%)
Koefisien Lantai 2 2 2 2 2 2
Bangunan maks (%)
Koefisien Dasar Hijau 30 30 30 30 30 30
min (%)
20
b) Pasar nasional, pasar yang daerah pemasarannya meliputi wilayah satu
negara, barang yang diperjualbelikan adalah barang yang dibutuhkan
masyarakat negara tersebut.
c) Pasar regional, adalah pasar yang daerah pemasarannya meliputi
beberapa negara di wilayah tertentu dan biasanya didukung dengan
perjanjian kerjasama misalnya AFTA di wilayah Asia Tenggara.
Tabel 5. Peraturan Teknis Pembangunan Pada Zona Dasar Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa
dengan Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa Regional
21
d) Pasar internasional/pasar dunia, adalah pasar yang daerah
pemasarannya meliputi seluruh kawasan dunia, barang yang
diperjualbelikan adalah barang yang dibutuhkan semua masyarakat
dunia
Tabel 6. Peraturan Teknis Pembangunan Pada Zona Dasar Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa
dengan Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa Internasional
22
d) Pasar lingkungan. Yaitu pasar yang tempatnya stratergis, bangunannya
semi permanen dan permanen serta pelayanannya meliputi satu
lingkungan pemukiman.
e) Pasar perumahan. Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah
tinggal melayani kebutuhan rumah tangga di daerah sekitarnya, kira-
kira seluas wilayah RT.
23
a) Pasar barang konsumsi, adalah pasar yang memperjualbelikan barang
yang secara langsung dapat dikonsumsi, misalnya pasar sembako,
pasar buah.
b) Pasar barang produksi, adalah pasar yang memperjualbelikan barang
produksi atau faktor-faktor produksi, misalnya pasar bibit ikan, pasar
mesin-mesin pabrik, bursa tenaga kerja.
9) Kepemilikan Tanah dan Bangunan (ownership of land and building)
Kepemilikan tanah dan bangunan adalah Pemerintah, sedangkan pedagang
selaku pengguna dengan sistem sewa (membayar retribusi). Sedangkan
menurut David Dewar dan Vanessa Watson (1990), pengelompokkan tipe
pasar terdapat 5 (lima) tipologi, yaitu :
1) Besar kecilnya barang yang diperjual belikan, skala besar atau kecil
(the nature of suply).
2) Fungsi pasar dengan komoditas campuran atau komoditas tertentu
(function).
3) Bentuk linier dan nucleated market (form).
4) Waktu operasi yaitu temporal atau permanen (time operation).
5) Barisan pedagang informal di jalan-jalan pasar menambah penuhnya
servis pada bangunan pasar (degre of formality).
Ciri yang paling mudah diamati dari pasar menunjukkan tempat yang
digunakan bagi kegiatan yang bersifat indegenous market trade sebagaimana
telah dipraktekkan sejak lama. Pasar sendiri sebenarnya sangat beragam
jenisnya dan pertumbuhannya memerlukan waktu yang cukup lama. Masing-
masing pasar memantapkan peran, fungsi serta bentuknya sendiri-sendiri. Bila
berfungsi sebagai pasar pengecer di satu wilayah, maka pasar yang lain
berkembang menjadi pasar pengumpul dan atau menjadi pasar grosir.
24
c) Pasar kelas II : bangunan fisik permanen, terletak dilokasi yang
strategis dan luas, barang dagangan lengkap, jangkauan pelayanan
meliputi lingkungan pemukiman.
d) Pasar kelas III : bangunan fisik permanen, terletak di pemukiman
penduduk, kegiatan Perbelanjaan tidak terlalu lama
e) Pasar kelas IV : pasar yang menjual belikan hewan, seperti pasar sapi,
kerbau, kuda, dan domba.
25
Hambatan yang terjadi pada pasar monopoli:
26
Awalnya berkembang di Eropa, daya tarik dari mall tipe ini terletak
pada fasade bangunan yang mengapit jalur pedestrian. Mall tipe ini
juga memberikan kesan alami, hal ini terlihat pada arcade toko-toko
retail sepanjang mall dan unsur-unsur alami seperti pohon, semak-
semak, bunga, dan kursi taman. Tipe mall ini juga mempunyai
kelemahan, utamanya bagi Negara yang memiliki 4 musim, yaitu
adanya hambatan dari iklim sehingga kegiatan pembelanjaan tidak
akan berlangsung sepanjang tahun. Mall terbuka dapat dibedakan atas
3 jenis, yaitu :
a) Full Mall
Dihasilkan oleh jalan yang tertutup yang dulunya digunakan oleh
lalulintas kendaraan dan kemudian mengembangkan pedestrian
atau plaza dengan paving, pohon-pohon, tempat duduk,
penerangan, dan kenyamanan-kenyamanan lainnya seperti
sculpture dan batu-batuan.
b) Transit Mall
Dikembangkan dari pemindahan lalulintas automobile dan truk
pada site jalan dan hanya membiarkan lalulintas public seperti bus
dan taksi. Parkir pada jalan dilarang, jalur pejalan kaki diperlebar
dan asesoris lainnya ditambahkan
c) Semi Mall
Pada semi mall jumlah lalulintas dan parkir dikurangi.
Pengembangan area pedestrian yang dihasilkan akan dilengkapi
dengan pepohonan, tempat duduk, penerangan, dan asesoris
lainnya.
2) Mall Tertutup (The Closed Mall Center)
Mall tertutup memiliki konsep yang lengkap dimana penjual dan
pembeli terlindung dalam suatu area (bangunan) terdapat pengaturan
pengkondisian ruang, sehingga kegiatan jual beli dapat berlangsung
sepanjang tahun. Mall tertutup dapat menjadi “community center”
bagi kegiatan sosial seperti kegiatan promosi, eksebisi, sekedar tempat
berjalan-jalan dan lain-lain.
Pada dasarnya mall tertutup menerapkan konsep mall kedalam
bangunan. Konsep ini in door street ini diterapkan secara konsisten
27
sehingga elemen-elemen ruang luar dan elemen jalan seperti lampu-
lampu jalan hadir secara nyata dalam mall tertutup.
Selain terdapat pengaturan pengkondisian, jenis mall ini juga
menggunakan pencahayaan buatan (artificial lighting) untuk
membantu menciptakan suasana yang diinginkan, tetapi ada juga yang
menggunakan skylight sebagai salah satu elemen utama mall. Dalam
merencanakan mall tertutup terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan, yaitu :
a) Magnet/anchor
b) Tenant Mix
c) Kriteria design
3) Gabungan Mall Terbuka dan Tertutup (The Composite Mall Center)
Merupakan mall yang sebagian terbuka atau sebagian tertutup.
Maksudnya yaitu bahwa selasar disepanjang arcade toko-toko ditutup
oleh atap tembus pandang dan ada atap pendukung antara toko-toko
yang saling berhadapan. Sehingga tidak semua pedestrian mall perlu
ditutup. Hal ini untuk mengantisipasi keadaan dimusim dingin.
http://bozzkaf.blogspot.com/2012/09/pengertianfungsibentukperanan-dan.html
28
Menurut Robinson (1974), enam kriteria yang dilihat dari ilmu geografi
yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi adalah :
1) Bahan mentah
2) Sumber Daya tenaga (power resource)
3) Suplai tenaga kerja
4) Suplai air
5) Pemasaran
6) Fasilitas Transportasi
29
memperoleh lahan, tidak untuk memonopoli dalam "land market" baik
ditinjau dari pembeli maupun penjual. Disamping itu tidak ada pula
campur tangan pemerintah (government intervention) dalam ekonomi
pasar, tidak ada pembatasan-pembatasan dalam kaitannya dengan "
land use zoning" atau standar polusi lingkungan dan jenisnya "free
market competition" berjalan baik.
Pada umumnya masyarakat suatu kota (kecil atau besar) akan berbelanja
ditempat yang terdekat jika barang yang diinginkan masih ditawarkan.
Barang-barang tersebut lebih banyak bersifat untuk konsumen sehari-hari
yang bisa dibeli tanpa harus banyak melakukan pertimbangan. Disisi lain
pedagang tidak akan menjual barangnya pada pusat-pusat yang kecil jika
barang tersebut tidak banyak diminati oleh masyarakat atau jika masyarakat
harus mempertimbangkan dengan lebih teliti barang yang akan dibelinya
(Christaller dalam Harstorn, 1992).
30
pendukung dapat diketahui dari luas daerah pelayanan tetapi luas
daerah layanan tidak dapat ditentukan sendiri karena faktor ini
bergantung pada faktor fisik yang mempengaruhi daya tarik suatu
fasilitas Perdagangan.
2) Aksesibilitas. Berkaitan dengan kemudahan pencapaian suatu lokasi
melalui kendaraan umum dan pribadi serta pedestrian. Untuk fasilitas
Perdagangan kemudahan pencapaian lokasi, kelancaran lalu lintas dan
kelengkapan fasilitas parkir merupakan syarat penentuan lokasi dan
kesuksesan kegaiatan Perdagangan.
3) Keterkaitan spasial. Pada kegiatan Perdagangan yang bersifat
generative, analisa ambang batas penduduk dan pasar menjadi halyang
penting sedangkan pada lokasi Perdagangan yang bersifat suscipient,
analisa kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang penting.
4) Jarak. Kecenderungan pembeli untuk berbelanja pada pusat yang
dominan, namun menyukai tempat yang dekat maka faktor jarak
merupakan pertimbangan penting untuk melihat kemungkinan
perkembangan suatu lokasi terutama pusat Perdagangan sekunder yang
menunjukkan trade off antara besarnya daya tarik pusat dan jarak
antara pusat.
5) Kelengkapan fasilitas Perdagangan. Kelengkapan fasilitas
Perdagangan menjadi faktor penentu pemilihan lokasi berbelanja
konsumen. Konsumen berbelanja barang-barang tahan lama yang tidak
dibeli secara tidak teratur seperti pakaian, alat-alat elektronik pada
tempat Perdagangan yang memiliki banyak pilihan barang yang dapat
diperbandingkan. Oleh karena itu pembeli cenderung untuk berbelanja
barang-barang tahan lama pada pusat Perdagangan yang lebih lengkap,
tetapi untuk kebutuhan standar sehari-hari seperti bahan makanan, para
konsumen cenderung masih mempertimbangkan jarak yang dekat
kalau terdapat fasilitas yang memadai.
31
Perdagangan yang menarik konsumen dari kawasan sekitar dan lokasi
Perdagangan yang bersifat suscipient yaitu lokasi kegiatan Perdagangan yang
mengambil keuntungan dari kegiatan lain disekitarnya. Pada kegiatan
Perdagangan yang bersifat generative, analisa ambang batas penduduk dan
pasar menjadi hal yang penting sedangkan pada lokasi Perdagangan yang
bersifat suscipient, analisa kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang
penting.
Kedua ciri ini pada kenyataannya sulit untuk dipisahkan, suatu pusat
Perdagangan cenderung berkembang pada pertengahan jalur antara
permukiman dengan pusat lain, dengan kata lain, suatu kegiatan Perdagangan
cenderung berkembang pada suatu lokasi yang mengintersepsi arus pembeli
yang menuju pusat yang lain (Nelson dalam Hamdi Nur, 1996).
Asteriani, Febby (2005). “Analisis Peringkat Faktor-Faktor Pemilihan Lokasi Ruko Dari Sudut
Pandang Pengguna dan Pengembang Ruko Di Kota Pekanbaru”. Tesis S-2 MPKD, UGM,
Yogyakarta.
Hamdi Nur,(1996). “Kajian Lokasi Perbelanjaan Eceran Kota”, Tesis S-2 MPKD, UGM,
Yogyakarta.
32
Morril, Richard L.,(1982). The Spatial Organization of Society. Wadsworth Publishing Company,
California.
Nugraha, dkk, (2000). Jurnal Teknik Sipil FTSP Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Sim, Duncan., (1982). Change in The City Center. Gower House, Hampsire.
Zulkarnain, (2003). “Perkembangan dan Sebaran Spasial Ruko di Kabupaten Sintang Kalimantan
Barat”. Tesis S-2 MPKD, UGM, Yogyakarta.
10. Aksesibilitas
11. Parkir
33
a. Definisi Parkir
Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan raya, namun parkir di
sisi jalan umumnya diperbolehkan. Fasilitas parkir dibangun bersama-sama
dengan kebanyakan gedung, untuk memfasilitasi kendaraan pemakai
gedung.Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang
berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu lalu
lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan menaikkan
dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.
b. Lokasi Parkir
Sesuai Keputusan Mentri Perhubungan No.66 tahun 1993 tentang Fasilitas
Parkir Untuk Umum Bab II Pasal 2 menyatakan bahwa, Penetapan lokasi dan
pembangunan fasilitas parkir untuk umum dilakukan dengan memperhatikan :
1) Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD);
2) Keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
3) Kelestarian lingkungan;
4) Kemudahan bagi pengguna jasa.
34
5) Dalam gedung parkir atau taman parkir diatur sirkulasi dan posisi
parkir kendaraan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas atau marka
jalan;
6) Setiap lokasi yang digunakan untuk parkir kendaraan diberi tanda
berupa huruf, atau angka yang memberikan kemudahan bagi pengguna
jasa untuk menemukan kendaraannya.
c. Ruang Bebas Kendaraan Parkir
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal
kendaraan. Ruang bebas arah lateral diterapkan pada saat posisi pintu
kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung paling luar ke badan kendaraan
parkir yang ada disampingnya. Ruang bebas arah memanjang diberikan
didepan kendaraan untuk menghindari benturan dengan dinding atau
kendaraan yang lewat jalur gang. Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5cm
dan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30cm.
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai
kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Dalam hal ini, karakteristik
pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Dalam hal ini,
karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir dipilih
menjadi tiga seperti yang di tunjukkan pada table dibawah ini :
cm perkantoran, Perbelanjaan
pemerintahan, universitas
Pintu depan/belakang Pengunjung tempat olahraga, pusat II
terbuka hiburan,/rekreasi, hotel, pusat
Perbelanjaan eceran/swalayan, rumah
sakit, bioskop
Pintu depan terbuka Orang cacat III
penuh dan ditambah
untuk pergerakan kursi
roda
35
Tabel 8. Penentuan Satuan Ruang Parkir
d. Sistem Parkir
Sarana parkir ini pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi (Direktorat
Jendral Perhubungan Darat, 1998) :
1) Parkir menurut penempatannya
a) Parkir di jalan (on street parking). Parkir di tepi jalan umum adalah
jenis parkir yang penempatannya di sepanjang tepi badan jalan dengan
ataupun tidak melebarkan badan jalan itu sendiri bagi fasilitas parkir.
Parkir jenis ini sangat menguntungkan bagi pengunjung yang
menginginkan parkir dekat dengan tempat tujuan. Tempat parkir
seperti ini dapat ditemui dikawasan pemukiman berkepadatan cukup
tinggi serta pada kawasan pusat Perbelanjaan dan perkantoran yang
umumnya tidak siap untuk menampung pertambahan dan
perkembangan jumlah kendaraan yang parkir. Kerugian parkir jenis ini
dapat mengurangi kapasitas jalur lalu lintas yaitu badan jalan yang
digunakan sebagai tempat parkir.
Tabel 9. Penggunaan Sebagian Badan Jalan Sebagai Tempat Parkir
Jalan Bagi
Jalan akses /
Pejalan Jalan Lokal Jalan Kolektor Jalan Arteri
Lingkungan
kaki
Aktifitas Jalan Jalan Pergerakan Lalu lintas jarak Lalu lintas
Utama bertemu kendaraan Kendaraan menengah jarak jauh
dagang yang dekat awal menuju jaringan kecepatan
36
atau
memotong akhir jalan utama, tinggi, tidak
antar barang, perjalanan, pelayanan ada pejalan
kendaraan terdapat angkutan kaki atau
kecepatan tempat umum, lalu akses
rendah pemberhentian lintas menerus langsung
bus
Cukup banyak
Kendaraan Tidak ada apabila Diperkenankan
Dibatasi
yang kecuali fasilitas apabila kondisi
dipengaruhi Tidak ada
Berhenti kendaraan di luar jalan lalu lintas
keselamatan
(parkir) darurat tidak memungkinkan
disediakan
Kendaraan
Aktifitas barang yang Untuk Lalu lintas Cocok untuk
Lalu lintas
Angkutan memasok keperluan terusan pergerakan
terusan minimal
barang kegiatan penghuni saja minimal mobil barang
Perbelanjaan
Tidak ada
Bebas berjalan
Aktifitas pemisahan
dan Dikendalikan
Pergerakan Kebebasan pejalan kaki tidak
menyeberang misalnya:
Pejalan mutlak bagi minimal, sebidang
pada Zebra
kaki pejalan kaki diperlengkapi antara pejalan
sembarang cross
pengaman kaki dengan
tempat
kendaraan
Sumber : Pusdiklat Direktorat jenderal Perhubungan, 1995.
b) Parkir di luar jalan (off street parking) tidak membutuhkan badan jalan
sebagai tempat parkir melainkan disiapkan tempat parkir khusus
misalnya halaman parkir kantor, parkiran mall dan lain sebagainya.
Untuk menghindari terjadinya hambatan akibat parkir kendaraan di
jalan maka parkir kendaraan di jalan maka parkir di luar jalan / off
street parking menjadi pilihan yang terbaik. Yang termasuk off street
parking antara lain:
Parking Lot / Surface Car Parks. Adapun fasilitas parkir berupa
suatu lahan yang terbuka di atas permukaan tanah. Fasilitas ini
memerlukan lahan yang luas.
37
Multi Storey Car Parks adalah fasilitas parkir di ruangan tertutup
yang berupa garasi bertingkat. Fasilitas ini cukup efektif pada saat
ketersediaan lahan terbatas.
Mechanical Car Parkk adalah fasilitas parkir yang sama dengan
mechanical storey car parks hanya dilengkapi dengan lift/elevator yang
berfungsi mengangkut kendaraan ke lantai yang dituju.
Undergruond Car Parks adalah fasilitas parkir yang dibangun pada
basement multi storey atau di bawah suatu ruangan terbuka.
38
b) Pasar Swalayan. Seperti halnya di pusat Perbelanjaan, pasar
swalayan mempunyai karakteristik kebutuhan ruang parkir yang
sama.
Tabel 11. Kebutuhan SRP di Pasar Swalayan
Luat Areal Total 50 75 100 150 200 300 400 500 1000
(100 m²)
Kebutuhan (SRP) 225 250 270 310 350 440 520 600 1050
c) Pasar. Pasar juga mempunyai karakteristik yang hampir sama
dengan pusat Perbelanjaan ataupun pasar swalayan, walaupun
kalangan yang mengunjungi pasar lebih banyak dari golongan
dengan pendapatan menengah ke bawah.
Tabel 12. Kebutuhan SRP di Pasar
f. Kebijakan Parkir
39
g. Pengendalian Parkir
Salah satu kebijakan parkir adalah menerapkan pembatasan kegiatan
parkir. Pembatasan kegiatan parkir dilakukan terhadap parkir di pinggir jalan
yang diterapkan terutama di jalan-jalan utama dan pusat-pusat kota. Kebijakan
ini akan sangat efektif untuk meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jalan
atau untuk menyeimbangkan antara permintaan dan pembayaran kembali atas
investasi keuangan untuk pembangunan prasarana dan perawatan fasilitas
yang ada. (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat: 1995;113).
Pada umumnya semakin dekat arah pergerakan menuju pusat kota , akan
semakin banyak menemui hambatan-hambatan pada saat mengemudikan
kendaraan. Hambatan-hambatan tersebut disebabkan oleh semakin besarnya
tingkat kegiatan-kegiatan yang ada, dimana salah satu penghambat yang
penting adalah parkir di pinggir jalan. Berbeda dengan pergerakan menuju
arah yang keluar dari pusat kota, yaitu semakin ke jauh dari pusat kota
semakin sedikit pula hambatan-hambatan yang ditemui.
Sejauh ini, aspek yang dibahas dari pengendalian parkir adalah dengan
orientasi komersil. Sedangkan tujuan dari pengendalian parkir itu sendiri
adalah (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998;146) :
1) Mencegah terjadinya hambatan arus kendaraan.
2) Mengurangi kecelakaan.
3) Membuat penggunaan tempat parkir menjadi lebih efektif.
4) Memelihara benda sejarah, sekiranya berada di suatu kota dengan nilai
sejarah yang tinggi.
5) Bertindak sebagai mekanisme pembatas terhadap penggunaan jalan di
daerah yang padat.
40
Pengendalian parkir telah dimanfaatkan untuk memepengaruhi demand
kota yang terjadi, mencegah orang untuk melakukan perjalanan dengan
menggunakan mobil dan mengalihkannya ke penggunaan transportasi publik.
Namun sampai saat ini, pencegahan pembawaan mobil tersebut tidak
diterapkan pada semua kendaraan, hanya pada mereka yang memang tidak
membutuhkan kendaraan. Seseorang yang hanya mengendarai kendaraannya
selama beberapa saat untuk bekerja dengan tingkat isian kendaraan 1,5 orang
per mobil, kemudian meninggalkan kendaraannya tersebut sampai dengan
waktu yang lama, perlu dicegah pergerakan dengan kendaraan pribadinya
tersebut. Bagi mereka yang melakukan perjalanan dan parkir, pencegahan
tidak dilakukan.
41
B. Kerangka Pikir
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yakni jenis penelitian yang menggambarkan atau menguraikan fakta.
Fakta yang terjadi dilapangan berupa kata-kata tertulis maupun gambar-gambar
lokasi penelitian. Fakta yang dimaksud adalah kondisi kawasan pusat
Perbelanjaan di kota Makassar.
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni : tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir/penyelesaian.
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan digunakan untuk merencanakan penelitian.
Pada tahap ini dilakukan penentuan tema masalah, menyusun jadwal
penelitian, instrument penelitian. Tahap persiapan dilaksanakan pada
minggu pertama sampai minggu ke 3 yakni pada tanggal 6 Februari –
20 Februari 2013
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini dilakukan pelaksanaan penelitian sesuai
jadwal ditentukan. Penelitian langsung ke lapangan, pembagian
kuesioner dan mengumpulkan data-data. Tahap pelaksanaan
dilaksanakan pada minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-7.
c. Tahap Akhir / Penyelesaian
Tahap penyelesaian adalah tahap pembuatan tulisan, mengolah data
hingga presentase laporan yang dilaksanakan dari minggu ke-9 sampai
dengan minggu ke-15.
2. Tempat
Penelitian ini bertempat dibeberapa kawasan pusat Perbelanjaan yang ada
di kota Makassar, yakni :
43
a. Pasar Daya terletak di Jl.Perintis Kemerdekaan
b. Pasar Pasar Senggol terletak di Jl. Cendrawasih
c. Pasar Sentral terletak di Jl.Agus Salim
d. Makassar Town Square (MTos) terletak di Jl.Perintis
e. Mall Panakkukang (MP) terletak di Jl.Boulevard (bagian depan) dan
Jl.Pengayoman (bagian belakang)
f. Transtudio Mall terletak di Jl.Metro Tanjung Bunga
g. Ruko Fruit Market terletak di Jl.Perintis Kemerdekaan
h. Ruko Pengayoman terletak di Jl.Pengayoman
i. Ruko Vetran terletak di Jl.Vetran Selatan
j. Warung Perintis terletak di Jl.Perintis Kemerdekaan
k. Warung Puspita terletak di Jl.Toddopuli X Perumahan Griya Puspita
Sari
l. Warung 3 Dimensi terletak di Jl.Ade Irma Nasution
C. Teknik Pengumpulan Data
44
D. Populasi dan Sampel
RESPONDEN PENGUNJUNG
1. MALL
Makassar Town Square : 8 Responden
Mall Panakukkang : 8 Responden
Trans Studio Mall : 8 Responden
24 Responden
2. PASAR TRADISIONAL
Pasar Daya : 8 Responden
Pasar Sentral : 6 Responden
Pasar Senggol : 2 Responden
16 Responden
3. RUKO/TOKO
Ruko "Fruit Market" : 8 Responden
Ruko Pengayoman : 8 Responden
Ruko Veteran : 8 Responden
24 Responden
4. WARUNG
Tamalanrea (Pintu 1) : 6 Responden
Warung "Puspita" : 8 Responden
Warung "3Dimensi" : 8 Responden
22 Responden
RESPONDEN PENJUAL
1. PASAR TRADISIONAL
Pasar Daya : 1 Responden
Pasar Sentral : 1 Responden
Pasar Senggol : 1 Responden
3 Responden
2. RUKO/TOKO
Ruko "Fruit Market" : 1 Responden
Ruko Pengayoman : 1 Responden
Ruko Veteran : 1 Responden
45
3 Responden
3. WARUNG
Tamalanrea (Pintu 1) : 1 Responden
Warung "Puspita" : 1 Responden
Warung "3D" : 1 Responden
3 Responden
BAB IV
A. Hasil Penelitian
A.1 Gambaran Umum
46
1. Kota Makassar
Kota Makassar terletak antara 1190 24’17’38” bujur Timur dan
508’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan
Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan
Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah selat Makassar. Luas
wilayah kota makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14
kecamatan. Dan memiliki batas-batas wilayah administratif dari letak
Kota Makassar, antara lain :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Secara geografis, letak Kota Makassar berada di tengah diantara
pulau-pulau besar lain dari wilayah kepulauan nusantara sehingga
menjadikan Kota Makassar dengan sebutan “angin mammiri” ini
menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat ke bagian Timur
maupun Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini menyebabkan
Kota Makassar memiliki daya tarik kuat bagi para imigran dari daerah
Sulawesi Selatan itu sendiri maupun daerah lain seperti provinsi yang
ada di kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari tempat tinggal
dan lapangan pekerjaan.
Kota Makassar cukup unik dengan bentuk mnyudut di bagian
Utara, sehingga mencapai dua sisi pantai yang saling tegak lurus di
bagian Utara dan Barat. Di sebelah Utara kawasan pelabuhan hingga
Tallo telah berkembang kawasan campuran termasuk di dalamnya
armada angkutan laut, Perbelanjaan, pelabuhan rakyat dan samudera,
Sebagai rawa-rawa, tambak, dan empang dengan perumahan kumuh
hingga sedang. Kawasan pesisir dari arah Tengah ke bagian Selatan
berkembang menjadi pusat kota (Centre Busines District – CBD)
dengan fasilitas Perbelanjaan, pendidikan, pemukiman, fasilitas
47
rekreasi dan resort yang menempati pesisir pantai membelakangi laut
yang menggunakan lahan hasil reklamasi pantai.
Kenyataan di atas menjadikan beban kawasan pesisir Kota
Makassar saat ini dan dimasa mendatang akan semakin berat terutama
dalam hal daya dukung dan aspek fisik lahan termasuk luasnya yang
tertabatas. Ditambah lagi pertumbuhan dan perkembangan penduduk
sekitarnya yang terus berkompetisi untuk mendapatkan sumber daya
di dalamnya.
Dari hasil survey yang telah kami lakukan yakni analisis dari
data-data yang telah didapatkan dan kuesioner yang disebar kepada
pengunjung dan pedagang di beberapa pusat Perbelanjaan di Kota
Makassar, maka diperoleh data sebagai berikut:
48
unit usaha yang terdiri dari 1.460 Perbelanjaan besar, 5550
Perbelanjaan menengah dan 7574 Perbelanjaan kecil. kemudian
terdapat 21 industri besar dan 40 industri sedang yang terkonsentrasi
di Kecamatan Biringkanaya dan konsetrasi industri besar kedua
terdapat di Kecamatan Tamalanre dan Kecamatan Panakkukang
masin-masing 5 unit. Sementara itu kawasan Perbelanjaan utama kota
Makassar terdapat di Pasar Sentral (Makassar Mall) sebagai pusat dan
wilayah Panakkukang dan Daya sebagai sub pusat pelayanan selain itu
terdapat 2 Mall (Mall Ratu INdah dan Latanete Plaza) dan kawasan
Perbelanjaan Somba Opu, sedangkan Jl. Jendral Sudirman dan Jl. DR.
Ratulangi cenderung berubah menjadi kawasan Perbelanjaan.
Tabel 15. Tabel Jumlah dan Nama Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Per-Kecamatan
Kecamatan Nama Pasar Tradisional Nama Pasar Modern
Biringkanaya Pasar Mandai
Pusat Niaga Daya
Pasar Tradisional Daya
Tamalanrea Pasar BTP Makassar Town Square
Panakkukang Pasar Panaikang Mall Panakkukang
Pasar Tamamaung
Pasar Toddopuli
Rappocini Pasar Tamalate
Pasar Jipang (karunrung)
Tamalate Pasar Pa'baeng-baeng Trans Studio Mall
Pasar Parang Tambung GTC
Manggala Pasar Antang
Pasar Jongkok
Pasar Borong Jambu
Pasar Nipa-Nipa
Pasar Tello
Mariso Pasar Lette'
Pasar Lelong
Pasar Senggol (Sambung Mall Ratu Indah
Jawa)
Mamajang Pasar Kancil
Pasar Pamous
Pasar Mamajang
Wajo Pasar Butung MTC
Pasar Buru Karebosi Link
49
Kecamatan Nama Pasar Tradisional Nama Pasar Modern
Pasar Sentral
Ujung Plaza Maricaya
Pandang
Bontoala Pasar Terong
Pasar Kalimbu
Pasar Marga Mas
Pasar Tinumbu
Ujung Tanah
Makassar Pasar Kerung-kerung
Pasar Maricaiya
Pasar Maccini
Tallo Pannampu
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perbelanjaan, BPS Kota Makassar, dan
Survey langsung pada bulan Maret-April 2013.
*Ket. tulisan yang dipertebal merupakan sampel yang peneliti ambil dari
populasi Pusat dagangan yang ada di Kota Makassar
50
Dari 40 pasar tradisional dan modern yang tersebar di seluruh
penjuru Kota Makassar, peneliti mengambil sembilan pusat
Perbelanjaan menjadi lokasi penelitian, antara lain: Pasar Tradisional
Daya di Kecamatan Biringkanayya, Makassar Town Square di
Kecamatan Tamalanrea, Mall Panakkukang di Kecamatan
Panakkukang, Trans Studio Mall di Kecamatan Tamalate, Pasar
Senggol di Kecamatan Mariso, dan Pasar Sentral di Kecamatan Wajo.
Berikut adalah pemaparan lokasi sampel penelitian.
51
tangga,hiburan, dan ke[erluan lainnya. Akses menuju Mall ini
sangatlah mudah dan dilalui oleh beberapa trayek angkutan
umum,sehingga sangat membantu masyarakat menempuh tempat ini.
Namun masalah yang terlihat di dekat tempat ini adalah
angkutan umum yang biasanya diparkirkan disepanjang jalan tepatnya
di pintu belakang Mall Panakkukang,sehingga sangat mengganggu
sirkulasi kendaraan yang melewati tempat ini,Karena cukup banyak
supir yang memarkirkan pete-pete dan mengambil ruas jalan.
52
didukung dengan angkutan umum yang melewati Mall ini,sehingga
rekomendasi yang diberikan berupa fasilitas baik itu dari pihak swasta
yang memperbaiki ataupun memperhatikan kembali fasilitas yang
belum dimaksimalkan maupun pemerintah yang dapat mempermudah
akses menuju tempat ini.
53
jalan sehingga cukup mengganggu aktivitas lalu lintas di sekitar Pasar
tersebut.
54
masuk ke dalam Pasar Inpres Pannampu yang disediakan pemerintah.
Kompleks pasar, begitu yang disebut oleh penjual pasar pannampu,
merupakan blok perumahan dua lantai berjejer dengan bentuk yang
seragam. Mulai dibangun oleh developer CV Cahaya Rahmat, milik
pengusaha Benny Gozal di awal tahun 1980-an. Kompleks ini terdiri
dari empat blok perumahan yang mengitari Pasar Inpres Pannampu,
pusat niaga lokal di kecamatan Tallo. Blok I atau Blok A terletak di
sebelah barat pasar terdiri dari kurang lebih 40 rumah, Blok II atau
Blok B yang terletak di sebelah timur pasar dijejeri oleh sekitar 80
rumah, 20 rumah di Blok CC di sebelah selatan pasar dan Blok C yang
terakhir, berhadap-hadapan dengan Blok B dan terletak searah tegak
lurus blok CC berderet-deret 20 rumah ke selatan.
Pasar Inpresnya sendiri saat ini seperti pasar tua yang menunggu
diruntuhkan atau direnovasi. Sebahagian besar lods-lods (kios kecil)
di pasar Inpresnya yang berjumlah 400-500 dibiarkan kosong, reot dan
tak terurus. Di beberapa sisi pasar, genangan bisa setinggi lutut,
seperti membentuk kubangan rawa dan ditumbuhi banyak tanaman
liar.
55
Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Makassar tepatnya di Jl. Hos Cokroaminoto.
Dengan luas tanah 23.895 m dan luas bangunan 12.000 m
menampung 1946 pedagang dari berbagai jenis usaha sandang,
pangan, papan maupun kebutuhan lainnya yang cukup lengkap. Pasar
Sentral merupakan salah satu pusat Perbelanjaan di Makassar,
pengunjungnya bukan hanya berasal dari Makassar namun juga dari
berbagai daerah di Sulawesi Selatan maupun luar Sulawesi Selatan hal
ini sesuai dengan fungsi kawasan pasar Sentral sebagai kawasan
Perbelanjaan dan terletak dibagian pusat kota. Karena lokasinya yang
strategis pasar ini banyak diakses oleh angkutan umum sehingga
pengunjung dari berbagai daerah di Makassar dapat dengan mudah
mendapatkan angkutan umum untuk menuju pasar ini.
Namun kemudahan ini tidak didukung dengan fasilitas ruang
parkir yang dapat menampung seluruh kendaraan pribadi para
pengunjung pasar serta terminal untuk pemberhentian angkutan umum
sehingga kemacetan sering dijumpai di pasar ini. Parkir on-street
semakin memperparah kondisi lalu lintas di pasar tersebut. Kondisi
jalan yang rusak juga menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan
dan disaat musim hujan pasar ini menjadi langganan banjir. Apalagi
pasca kebakaran, pembangunan Pasar Sentral atau Makassar Mall
yang tidak kunjung selesai membuat para pedagang menggelar lapak
dagangannya di badan median jalan sehingga menciptakan aspek
visual kekumuhan kawasan Perbelanjaan tersebut. Sesuai dengan
jenisnya pasar ini melayani skala regional.
56
tangga. Sesuai dengan letaknya yakni sebagai kawasan permukiman,
warung Tamalanrea hanya menjangkau skala perumahan hal ini
disebabkan oleh letak warung ini cukup jauh dari jalan raya sehingga
warung ini hanya dapat di akses oleh warga sekitar perumahan. Akan
tetapi tidak sedikit pula pengunjung yang datang dari berbagai daerah
yang kebetulan lewat di warung ini.
57
Sebelah selatan : Jalan Ujung Pandang Baru
Warung ini menjual berbagai kebutuhan pangan maupun
kebutuhan rumah tangga yang cukup lengkap sehingga warung 3
Dimensi tidak kalah bersaing dengan alfa midi maupun indomart yang
letaknya berdekatan dengan warung ini. Letaknya yang strategis
membuat warung ini dapat di akses dengan mudah oleh untuk jalan
disekitarnya misalnya saja Jl.Ir.Juanda. Namun sesuai dengan fungsi
kawasan Jl.Ade Irma Nasution yakni sebagai kawasan permukiman,
warung 3 Dimensi hanya menjangkau skala perumahan hal ini
disebabkan oleh letak warung ini cukup jauh dari jalan raya.
Warung ini dilengkapi ruang parkir yang cukup bagi para
pengunjung yang datang dengan menggunakaan kendaraan bermotor.
Kondisi jalan di Jl.Ade Irma Nasution cukup baik dengan jalan
menggunakan aspal meskipun terdapat beberapa lubang di depan
warung 3 Dimensi sehingga saat musim hujan terdapat genangan air
didepan warung ini.
Trayek Rute
KODE A
Berangkat :BTN Minasa Upa - Syech Yusuf - Sultan Alauddin - Andi Tonro -
Kumala - Ratulangi - Jendral Sudriman (Karebosi Timur) - HOS
Cokroaminoto (Sentral) - KH. Wahid Hasyim - Wahidin Sudirohusodo
- Pasar Butung
Kembali :Pasar Butung - Sulawesi - Riburane Achmad Yani (Balaikota) -
Jendral Sudirman - Ratulangi (MaRI) - Landak - Veteran - Sultan
Alauddin - Syech Yusuf - BTN Minasa Upa
KODE B
Berangkat :Terminal Tamalate - Malengkeri - Daeng Tata - Abdul Kadir - Dangko
- Cendrawasih - Arief Rate - Sultan Hasanuddin - Patimura -
Ujungpandang - Riburane - Jendral Achmad Yani (Balaikota) - Pasar
Butung
Kembali :Pasar Butung - Sulawesi - Achmad Yani - Kajaolalido (Karebosi
Timur) - Botolempangan - Arief Rate - Cendrawasih - Dangko - Abdul
Kadir - Daeng Tata - Malengkeri - Terminal Tamalate
58
KODE C
Berangkat :KH.Wahid.Hasyim - DR Wahidin Sudirohusodo- Buru - Bandang -
Masjid Raya - Cumi-cumi - Pongtiku - Ujungpandang Baru - Gatot
Subroto - Juanda - Regge - Rappokalling
Kembali :Rappokalling - Korban 40 ribu - Juanda - Gatot Subroto -
Ujungpandang Baru - Pongtiku - Datok Ditiro - Sunu - Masjid Raya -
Bawakaraeng - Jenderal Sudirman - HOS Cokroaminoto - KH.Wahid
Hasyim - Makassar Mall
KODE D
Berangkat :Terminal Daya - Perintis Kemerdekaan - Urip Sumoharjo - AP.
Pettarani - Bawakaraeng - Latimojong - Andalas - Laiya - Selatan
Makassar Mall
Kembali :Selatan Makassar Mall - HOS Cokroaminoto - Bulusaraung - Masjid
Raya - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan - Terminal Daya
KODE E
Berangkat :Terminal Panakkukang - Toddoppuli - Tamalate - Emmy Saelan -
Mapala - AP. Pettarani - Maccini Raya - Urip Sumoharjo -
Bawakaraeng - Latimojong - Andalas - Laiya - KH.Agus Salim -Timur
Makassar Mall
Kembali :KH. Agus Salim - Pangeran Diponegoro - Bandang - Masjid Raya -
Urip Sumoharjo -AP. Pettarani - Mapala - Emmy Saelan - Tamalate -
Todoppuli - Terminal Panakkukang
KODE F
Berangkat :Terminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - Daeng Ngeppe -
Kumala - Veteran - Bandang - Buru - Andalas - Satangnga - KH. Agus
Salim - Timur Makassar Mall
Kembali :KH Agus Salim - Pangeran Diponegoro - Andalas - Buru - Bandung -
Veteran - Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - Daeng Ngeppe -
Daeng Tata -Mallengkeri - Terminal Tamalate
KODE G
Berangkat :Terminal Daya - Kima - TOL (Ir. Sutami) - Tinumbu - Cakalang - Yos
Sudarso - Tentara Pelajar - Kalimantan - Pasar Butung
Kembali :Pasar Butung - Kalimantan - Cakalang - Tinumbu - TOL (Ir. Sutami) -
Kima - Terminal Daya
KODE H
Berangkat :Perumnas Antang - Antang Raya - Urip Sumiharjo - Bawakaraeng -
Jenderal Sudirman - DR. Wahidin Sudirohusodo - Satando -
Kalimantan - Pasar Butung
Kembali :Pasar Butung - Kalimantan - Satando - DR. Wahidin Sudirohusodo -
Tentara Pelajar - Ujung - Bandang - Masjid Raya - Perumnas Antang
59
KODE I
Berangkat :Terminal Panakkukang - Toddopuli Raya - Borong - Batua Raya -
Abdullah Daeng Sirua - AP. Pettarani - Pelita Raya - Sungai Sadang
Baru -Sungai Saddang - Karungrung - Arif Rate - Sultan Hasanuddin -
Pattimura - Pasar Baru
Kembali :Pasar Baru - Pattimura - Ujungpandang - Riburane - Ahmad Yani
(Balaikota) - Kajaolalido - Botolempangan - Karungrung - Sungai
Saddang - Sungai Saddang Baru - Pelita Raya - AP. Pettarani -
Abdullah Daeng Sirua - Batua Raya - Borong - Toddopuli Raya
-Terminal Panakkukang
KODE J
Berangkat :Terminal Panakkukang - Toddopuli Raya - Tamalate - Emmy Saelan -
Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - Ratulangi - Jenderal
Sudirman - HOS Cokroaminoto - Nusakambangan
Kembali :Nusakambangan - Ahmad Yani - Jenderal Sudirman - DR. Sam
Ratulangi - Landak - Veteran - Sultan Alaudin - Emmy Saelan -
Tamalate - Toddopuli Raya - Terminal Panakkukang
KODE K
Berangkat :Terminal Panaikang - Urip Sumoharjo - Taman Makam Pahlawan -
Abdullah Daeng Sirua - Adiyaksa - Terminal Panakkukang -
Toddopuli Raya - Tamalate - Emmy Saelan - Sultan Alauddin -
Terminal Tamalate
Kembali :Terminal Tamalate - Sultan Alauddin - Emmy Saelan - Toddopuli
Raya - Terminal Panakkukang - Adiyaksa - Abdullah Daeng Sirua -
Taman Makam Pahlawan - Urip Sumoharjo - Terminal Panaikang
KODE L
Berangkat :Terminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - Daeng Ngeppe -
Kumala - Mallong Bassang - Mappaoddang - Mangerangi - Baji Ateka
- Baji Minasa - Nuri - Rajawali - Penghibur - Pasar Ikan -
Ujungpandang - Nusantara - Butung - Pasar Butung
Kembali :Pasar Butung - Butung - Sulawesi - Riburane - Ujungpandang -
Pattimura - Somba Opu - Rajawali - Gagak - Nuri - Baji Minasa -
Cendrawasih - Dangko - Abd. Kadir - Daeng Tata - Mallengkeri -
Terminal Tamalate
KODE M
Berangkat :Terminal Panaikang - Urip Sumoharjo - AP.Pettarani - Rappocini Raya
- Veteran - Ratulangi - Kakatua - Cendrawasih - Tanjung Alang
Kembali :Tanjung Alang -Tanjung Rangas - Cendrawasih - Kakatua - Landak -
Veteran - Sultan Alauddin - AP. Pettarani - Urip Sumoharjo - Terminal
Panaikang
60
KODE N
Berangkat :Terminal Tamalate - Sultan Alauddin - Syeh Yusuf - Jipang Raya -
SMA 9 - Tidung Raya - Tamalate - Toddopuli Raya - Terminal
Pakkukang
Kembali :Terminal Panakkukang - Toddopuli Raya -Tamalate - Tidung Raya -
SMA 9 - Jipang Raya - Tala Salapang - Sultan Alauddin - Terminal
Tamalate.
KODE O
Berangkat :Terminal Panaikang - Urip Sumoharjo - Taman Makam Pahlawan -
Batua Raya - Toddopuli Raya -Pengayoman - AP. Pettarani - Urip
Sumoharjo - Bawakaraeng - Veteran Utara - Bandang - Ujung - Yos.
Sudarso - Tarakan - Kalimantan - Pasar Butung
Kembali :Pasar Butung - Kalimantan - Satando - Yos. Sudarso - Ujung -
Bandang - Masjid Raya - Urip Sumoharjo - AP. Pettarani -
Panakkukang - Adiyaksa - Urip Sumoharjo - Terminal Panaikang
KODE P
Berangkat :Terminal Panaikang - Urip Sumoharjo - AP. Pettarani - Landak Baru -
Veteran - DR. Sam Ratulangi - Mappaoddang - Daeng Ngeppe -
Daeng Tata - Mallengkeri - Terminal Tamalate
Kembali :Terminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - Daeng Ngeppe -
Kumala - DR. Sam Ratulangi - Landak - Landak Baru - AP. Pettarani -
Urip Sumoharjo - Terminal Panaikang
KODE U
Berangkat :Pasar Pannampu - Tinumbu - Cakalang - Yos. Sudarso - Andalas -
Latimojong - Bulukunyi - Rusa - Lanto Dg. Pasewang - DR. Sam.
Ratulangi - Landak - Veteran - Sultan Alauddin - Terminal Tamalate
Kembali :Terminal Tamalate - Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - DR.
Sam Ratulangi - Lanto Dg. Pasewang - Rusa - Bulukunyi -
Latimojong - Andalas - Yos.Sudarso - Cakalang - Tinumbu - Pasar
Pannampu
KODE R
Berangkat :Pasar Baru - Ujungpandang - Nusantara - Pasar Butung - Tentara
Pelajar - Kalimantan - Satando -Yos. Sudarso - Ujung - Bandang -
Masjid Raya - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan - Kampus
Unhas
Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip SUmoharjo -
Bawakaraeng - Kartini - Botolempangang - Usman Jafar - Sultan
Hasanuddin - Pattimura - Pasar Baru
KODE V1
Berangkat :Terminal Daya - Paccerakkang - Mangga Tiga
61
Kembali :Mangga Tiga - Paccerakkang - Terminal Daya
KODE V2
Berangkat :Sudiang - KNPI - Terminal Daya
KODE V3
Berangkat :Pasar Daya - Paccerakang - Mongcongloe - Pangnyangkallang
KODE W
Berangkat :Terminal Daya - KIMA - Kapasa - SMA 6 - Ir. Sutami - Salodong -
Desa Nelayan
Kembali :Desa Nelayan - Salodong - Ir. Sutami - SMA 6 - Kapasa - KIMA -
Terminal Daya
KODE B1
Berangkat :Teminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - Abd. Kadir - Dangko -
Cendrawasih - Arif Rate - Sultan Hasanudin - Sawerigading -
Botolempangan - Karunrung - Sungai Saddang - Latimojong - Masjid
Raya - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan - Kampus Unhas
Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip SUmoharjo -
Bawakaraeng - Kartini - Botolempangan - Arif Rate - Cendrawasih -
Dangko - Abd. Kadir - Daeng Tata - Mallengkeri - Tamalate
KODE C1
Berangkat :Korban 40 ribu - Ujungpandang Baru - Pongtiku - Cumi-cumi -
Laccukang - Sunu - Masjid Raya - Urip Sumoharjo - Perintis
Kemerdekaan - Kampus Unhas
Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip Sumoharjo -
Bawakaraeng - Jenderal Sudirman - HOS Cokroaminoto - DR.
Wahidin Sudirohusodo - Tentara Pelajar - Ujung - Bandang - Masjid
Raya - Sunu - Teuku Umar - Gatot Subroto - Korban 40 ribu
KODE E1
Berangkat :Terminal Panakkukang - Toddopuli Raya - Perumnas - Hertasning -
AP. Pettarani - Kampus IKIP - Gunung Sari - AP. Pettarani - Pelita
Raya - AP. Pettarani - Abdullah Daeng Sirua - PLTU - Urip Sumoharjo
- Perintis Kemerdekaan - Kampus Unhas
Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip SUmoharjo - PLTU -
Abdullah Daeng Sirua - AP. Pettarani - Kampus IKIP - Gunung Sari -
62
AP. Pettarani - Hertasning - Perumnas - Toddopuli Raya -
Panakkukang
KODE F1
Berangkat :Terminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - M. Tahir - Kumala -
Veteran - Masjid Raya - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan -
Kampus Unhas
Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip Sumoharjo - AP.
Pettarani - Abubakar Lambogo - Veteran - Sultan Alauddin - Andi
Tonro - Kumala - M.Tahir - Daeng Tata - Mallengkeri - Terminal
Tamalate
63
B. Analisis
B.1Analisis Fungsi Kawasan
Fungsi kawasan sangat berperan penting terhadap kelangsungan kawasan perbelanjaan yang berdiri di suatu daerah.
Analisis fungsi kawasan berfungsi untuk menentukan ukuran sebenarnya dari penempatan suatu kegiatan, seperti dalam
kasus ini adalah pusat perbelanjaan di Kota Makassar yang telah peneliti ambil beberapa sampel dari populasi yang ada.
64
N LOKASI JENIS ALAMAT FUNGSI LUAS AREAL ANALISIS FUNGSI FOTO
O PERBELANJAAN PERBELANJAAN KAWASAN PERBELANJAAN KAWASAN
1 Pasar Daya Pasar Jl.Paccerakkang Pemukiman Areal Peruntukkannya
Tradisiona dan Keseluruhan: sebagai pusat
l Perbelanjaa Sebelah Jl. Perbelanjaan dan
n Pacerakang perbelanjaan bagi
2.035 m2 pemukiman di
dan Jl. Kapasa sekitar Daya dan
Raya sebagai sarana
17.960 m2 berjualan yang
Tidak tersedia strategis bagi para Tampak fisik Pasar
lahan parkir pedagang karena Daya yang dilalui
terletak dekat dari oleh Kendaraan
Terminal Daya Umum
Kekurangannya
pasar tradisional
ini mengambil
damija sebagai
lapak para
pedagangnya.
2 Pasar Pasar Jl.Cendrawasih Perbelanjaa Areal Peruntukannya
Senggol Tradisiona n Keseluruhan: sebagai pasar
l 905,27 m2 malam tidak
Tidak tersedia tertata rapih dan
lahan parkir tidak mengikuti
standar yang ada, Layout fisik pasar
pasar ini dari Pasar Senggol
merupakan pasar
tidak tetap.
Seringkali
mengambil badan
jalan sebagai
tempat parkir
sehingga masalah
macet tidak
terelakkan. Kerap
kali jalanan
tertutup dan tidak 65
bisa dilalui oleh
pengguna jalan.
Kemudian sopir
Sumber: Survey Langsung pada Maret 2013 dan Perhitungan Google Earth Pro 2013
Untuk memfokuskan pokok bahasan sampel peneliti, maka berikut adalah beberapa pemaparan fungsi kawasan dari masing-masing
jenis pasar tradisional, pasar modern, ruko, dan toko.
66
3. Populasi Pelayanan : 30.000 Jiwa.
4. Skala Radius Pelayanan : mencapai seluruh kota Makassar
maupun luar kota Makassar
5. Status Pasar Regional
b) Pemilihan Lokasi
Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi
sebuah pasar dan pusat perbelanjaan, antara lain :
1. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga mempunyai
konsumen yang tetap.
2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak
3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses
oleh para pejalan kaki.
4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya.
Sehingga nantinya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
Pasar Sentral telah memenuhi beberapa kriteria diatas. Terdapat
pemukiman warga dibagian utara dan timur pasar sehingga pasar
ini memiliki konsumen tetap dikarenakan barang kebutuhan rumah
tangga di pasar ini juga cukup lengkap. Lokasi pasar juga mudah
diakses oleh angkutan pribadi maupun angkutan umum sehingga
dapat dijangkau oleh masyarakat Kota Makassar maupun luar kota
Makassar.
Fasilitas ruang parkir yang tidak dapat menampung seluruh
kendaraan pribadi para pengunjung pasar serta terminal untuk
pemberhentian angkutan umum sehingga kemacetan sering
dijumpai di pasar ini. Parkir on-street semakin memperparah
kondisi lalu lintas di pasar tersebut. Kondisi jalan yang rusak juga
menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan dan disaat musim
hujan pasar ini menjadi langganan banjir. Apalagi pasca kebakaran,
pembangunan Pasar Sentral atau Makassar Mall yang tidak
kunjung selesai membuat para pedagang menggelar lapak
67
dagangannya di badan median jalan sehingga menciptakan aspek
visual kekumuhan kawasan Perbelanjaan tersebut.
c) Parkir
Pasar Sentral belum memiliki fasilitas ruang parkir yang jelas,
namun berdasarkan standar kebutuhan parkir pada pasar maka
dapat dikatakan bahwa pasar sentral seharusnya memiliki ruas
parkir yang dapat menampung kendaraan sebanyak 4.600
kendaraan ditinjau dari luas pasar sentral yang seluas 23.895 m².
68
Jalan Toddopuli dan Adyaksa Baru yang seperti diketahui
kedua jalan tersebut merupakan daerah pemukiman yang
memiliki penduduk yang padat.
2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak. Akses
yang mudah didukung dengan 2 trayek angkutan umum
yang dapat mengakses langsung tempat ini sehingga
memudahkan masyarakat berkunjung ke tempat ini.
3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat
diakses oleh para pejalan kaki, hal ini berlaku bagi
masyarakat yang tinggal disekitar Mall Panakkukang seperti
Adyaksa Baru ,dan Toddopuli.
4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar
kawasannya,sehingga nantinya tidak menimbulkan bau
yang tidak sedap. Pintu belakang Mall Panakkukang sering
dijadikan para supir angkutan umum untuk memarkirkan
angkutan umum di badan jalan, sehingga mengganggu
aksesibilitas yang ada, terkadang menyebabkan macet
akibat parkir on-street, dan bau tidak sedap sering tercium
di bagian ini, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran para
supir terhadap kebersihan, sehingga mereka membuang air
kecil di drainase Mall Panakkukang.
b) Pemilihan Lokasi
69
Ruko di sepanjang Jalan Pengayoman merupakan lokasi yang
sangat strategis, akses yang mudah , serta menyediakan kebutuhan
yang ingin dipenuhi oleh masyarakat. Ruko disepanjang jalan
Pengayoman berfungsi sebagai kawasan Perbelanjaan yang muncul
akibat adanya pusat perbelanjaan (Mall Panakkukang) dan tempat
pemenuhan kebutuhan mulai dari sandang, pangan, sampai papan.
Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi
sebuah pasar dan pusat perbelanjaan,antara lain :
1. Dekat dengan permukiman penduduk, sehingga mempunyai
konsumen yang tetap. Ruko di sepanjang Pengayoman
berdampingan dengan kompleks Gladiol sebagai perumahan
serta dekat dengan Jalan Toddopuli dan Adyaksa Baru yang
seperti diketahui kedua jalan tersebut merupakan daerah
pemukiman yang memiliki penduduk yang padat.
2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak. Akses
yang mudah didukung dengan 2 trayek angkutan umum
yang dapat mengakses langsung tempat ini sehingga
memudahkan masyarakat berkunjung ke tempat ini.
3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat
diakses oleh para pejalan kaki, hal ini berlaku bagi
masyarakat yang tinggal disekitar Ruko Pengayoman
seperti Adyaksa Baru ,dan Toddopuli.
4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar
kawasannya,sehingga nantinya tidak menimbulkan bau
yang tidak sedap. Di sepanjang Jalan Pengayoman sisi kiri
dan kanan dipisah oleh kanal ,kanal ini tidak menimbulkan
bau yang tidak sedap,namun sangat mengganggu
pemandangan karena kanal ini kotor dan berwarna hijau.
c. Parkir
Ruko disepanjang Pengayoman jika dilihat dari bentangan Ujung Jalan
toddopuli lahan parkir yang disediakan cukup memadai kendaraan yang
70
ada.Hal ini dapat dilihat dengan penyediaan lahan parkir yang banyak,serta
pendirian Ruko dan Toko yang tidak terlalu masuk ke damija,sehaingga
ada lahan yang diediakan untuk parkir,sehingga kemacetan jarang terjadi
di bagian ini, kemudian Ruko di sepanjang jalan setelah "KFC
Pengayoman" Toko-toko didirikan sangat dekat dengan damija, sehingga
lahan parkir yang tersedia sangat sedikit, hal ini akan sangat mengganggu
jika banyak kendaraan yang berlalu lalang dan singgah untuk berbelanja
atau menggunakan jasa di sepanjang ruko tersebut. Dan Jalan Pengayoman
di dekat Mall Panakkukang terkenal dengan toko-toko yang menyediakan
segala kebutuhan rumah tangga,yaitu "Alaska" yangsebagaiamana telah
diketahui tempat selalu ramai dengan kunjungan,namun penyediaan lahan
parkir yang kurang sehingga sering menyebabkan macet,
71
Warung ini terletak tepat di pinggir Jalan Perintis Kemerdekaan
yang merupakan Jalan Erteri, yang menjadi masalah adalah tidak
tersedianya lahan parker bagi pembeli ,sehingga yang banyak
terlihat adalah adanya kendaraan yang parkr di jalan ,dipengaruhi
oleh letak warung yang tidak semestinya.
72
Pasar Sentral
Ujung Pandang 27.160,00 1 1
Bontoala Pasar Terong 54.714,00 2
Pasar Kalimbu
Pasar Marga Mas
Pasar Tinumbu
Ujung Tanah 47.133,00 2 2
Makassar Pasar Kerung-
kerung 82.478,00 3
Pasar Maricaiya
Pasar Maccini
Tallo Pannampu 135.574,00 4 4
*Ket. Tallo dan Manggala menjadi sasaran perencanaan peneliti
73
Kecamatan Manggala. Kecamatan Mariso memiliki penduduk sebanyak
56.408 jiwa jumlah pasar yang dibutuhkan memiliki jumlah yang sama
dengan pasar yang beroperasi di Kecamatan ini yaitu 2 pasar,sehingga
tidak perlu ada penambahan hanya perlu perbaikan pasar. Hal ini sama
dengan Kecamatan Mamajang dengan jumlah penduduk yng berkisar
59.560 menjelaskan kebutuhan pasar berjumlah 2 ,dan pasar yang
beroperasi di Kecamatan ini ada 2,sehingga hanya butuh perbaikan pasar.
Kecamatan Wajo memiliki penduduk 35.533 jiwa ,dengan jumlah
penduduk sekian dibutuhkan 1 pasar untuk memenuhi skala pelayanan
kecamatan. Kecamatan Ujung Pandang tidak terdapat pasar tradisional
dengan jumlah penduduk 27.160 maka dibutuhkan 1 pasar tradisional di
kecamatan tersebut. Kecamatan Bontoala memiliki 4 pasar yang
beroperasi,jumlah penduduk 54.714 jiwa hanya memerlukan 2 pasar di
Kecamatan ini. Kecamatan Ujung Tanah juga tidak terdapat pasar
tradisional namun dengan jumlah penduduk yaitu 47.133 maka kebutuhan
pasar yang harus dipenuhi sebanyak 2 pasar. Kecamatan Makassar
memiliki jumlah penduduk sebanyak 82.478 jiwa dengan adanya 3 pasar
yang beroperasi maka ebutuhan pasar di Kecamatan ini telah terpenuhi.
Kecamatan Tallo memiliki 135.524 jiwa yang memiliki kebutuhan pasar
sebanyak 4 pasar, namun yang beroperasi hanya Pasar Pannampu,sehingga
butuh tambahan 3 pasar untuk memenuhi skala Pelayanan Kecamatan.
Melihat dari analisis diatas dan hasil survey yang ada, mahasiswa
memfokuskan pada 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Manggala dan
Kecamatan Tallo. Kecamatan Manggala sendiri memiliki pasar yang
banyak sejumlah 4 pasar namun kebutuhan yang ingin dipenuhi tidak
dapat memuaskan masyarakat sekitar,sehingga hal inilah yang
menyebabkan banyaknya warga Kecamatan manggala yang berbelanja di
Pasar Kecamatan lain. Untuk Kecamatan Tallo jumlah penduduk yang
sangat banyak tidak memenuhi kebutuhan pasar yang ada, hanya ada 1
pasar , namun pasar tersebut tidak terorganisisr dengan baik, dengan letak
74
yang semrawut serta pemenuhan kebutuhan yang jauh dari memuaskan
,maka 2 Kecamatan ini menjadi focus perencanaan.
75
Lokasi pasar Sentral yang berada pada Jalan Agussalim yang
merupakan salah satu , sangat efesien untuk pencapaian dari kendaraan,
angkutan umum. Selain itu untuk para pejalan kaki, juga mudah dicapai,
dikarenakan letak site yang dekat dengan jalur angkutan umum. Site
dilalui oleh beberapa Jalur sebagai berikut :
1. Jl.Cokroaminoto yang merupakan jalan kolektor
2. Jl.K.H Ramli yang merupakan jalan kolektor
3. Jl.Agus Salim yang merupakan jalan lokal
4. Jl.Wahid Hasyim yang merupakan jalan lokal
Adapun trayek angkutan umum yang mengakses pasar ini adalah
sebagai berikut: Kode A, Kode C, Kode D, Kode E, Kode F, dan Kode J
2. Analisis Aksesibilitas Warung Perintis
Warung Perintis terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan , areal
bangunan 113,45 m2 ,warung ini terletak di Jalan Arteri Primer, dan dapat
diakses oleh angkutan umum dikarenakan adapun trayek angkutan umum
yang mengakses warung ini adalah Pete-pete Daya dan Pete-pete Sudiang.
3. Analisis Aksesibilitas Ruko Pengayoman
Lokasi Ruko Pengayoman terltak di sepanjang Jalan Pengayoman,
dimana sebelah Timur berbatasan langsung dengan Jalan Toddopuli dan
disebelah Barat berbatasan langsung dengan Jalan A.P Pettarani. Jalan
Pengayoman ini terbentang sepanjang 1.980m. Ruko disepanjang
Pengayoman ini didirikan sebagai kawasan pendukung Mall Panakkukang.
Ruko disepanjang jalan Pengayoman ini dapat diakses dengan angkutan
umum yaitu trayek E (IKIP) dan J (Perumnas). Ruko-ruko dan Toko
tersebut menyediakan berbagai kebutuhan yaitu sandang ,papan, dan
pangan.Akses yang mudah membuat kawasan ini semakin berkembang hal
ini dilihat dengan munculnya tempat-tempat hiburan seperti “KFC”,
Family Karaoke, maupun department store,dan “Pasar Segar”.
4. Analisis Aksesibilitas Mall Panakkukang
Tabel 19. Analisis Aksesibilitas dan Radius Pelayanan MP
76
N HARI WAKTU LOKASI ASAL JENIS RUTE JARA RADIUS
O. KENDARAA K PELAYANA
JL. ANTANG -
JL.
HERTASNING
KERJ MALA BARU - JL.
1 ANTANG RAYA MOBIL 7,84
A M ADHYAKSA -
JL.
PENGAYOMA
N 3.353
JL. DG. TATA -
JL.
MANURUKI -
KERJ HARTACO INDAH JL.
2 PAGI MOBIL 4,89
A BLOK C NO. 4 PETTARANI -
JL.
PENGAYOMA
N 4.000
JL. PERINTIS
KEMERDEKA
AN - JL. ABD.
DG. SIRUA -
KERJ BTN ANTARA,
3 SIANG MOTOR JL. 5,08
A HAMZY
ADHYAKSA
BARU - JL.
PENGAYOMA
N 3.883
JL. BORONG -
JL.
KANTOR
KERJ TODDOPULI -
4 SORE KELURAHAN TAXI 5
A JL.
MANGGALA
PENGAYOMA
N 4.415
JL.
MANURUKI -
LIBU MALA JL.
5 DG. TATA 4 MOTOR 4,56
R M PETTARANI -
JL.
BOULEVARD 3.415
JL. RACING -
JL. ABD. DG.
LIBU SIRUA - JL.
6 PAGI RACING CENTRE MOBIL 1,48
R ADHYAKSA
BARU - JL.
BOULEVARD 1.308
7 LIBU SIANG JL. MINASA UPA MOBIL JL. 4,24 3.080
R HERTASNING
BARU - JL.
77
N HARI WAKTU LOKASI ASAL JENIS RUTE JARA RADIUS
O. KENDARAA K PELAYANA
ADHYAKSA
BAARU - JL.
BOULEVARD
JL.
HERTASNING
LIBU BARU - JL.
8 SORE CITRALAND MOBIL 3,72
R ADHYAKSA
BAARU - JL.
BOULEVARD
3.247
78
BAB V
PERENCANAAN
BAB VI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
79
pasar dapat membuat peraturan lebih lanjut untuk kenyamanan
pedagang dan pembeli. Dan membuat sanksi jika ada yang melanggar.
80