PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang
tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika..
Kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة.
Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir
ini lebih mirip dengan kata aslinya, yang diambil dari bahasa Yunani Φιλοσοφία
(philosophia). Arti harafiahnya adalah seorang "pencinta kebijaksanaan" atau "ilmu".
Menurut saya Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang sangat di junjung tinggi.
Cabang filsafat terbagi 6 yang saya akan jelaskan yaitu tentang Etika, karena menurut
saya seorang perawat harus memiliki Etika yang baik dan harus mempunyai pemikiram yang
matang dalam melakukan tugas sebagai perawat. Supaya pasien dapat merasakan
kenyamanan dalam melakukan tindakan sebagai seorang perawat.
PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral. Pengertian ini muncul mengingat etika berasal dari bahasa Yunani kuno
"ethos" (jamak: ta etha), yang berarti adat kebiasaan, cara berkipikir, akhlak, sikap, watak,
cara bertindak. Kemudian diturunkan kata ethics (Inggris), etika (indonesia). Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1988, menjelaskan etika dengan membedakan tiga arti, yakni: Ilmu tentang
apa yang baik dan buruk, kumpulan azas atau nilai, dan nilai mengenai benar dan salah.
Dengan pembedaan tiga definsi etika tersebut maka kita mendapatkan pemahaman etika
yang lebih lengkap mengenai apa itu etika, sekaligus kita lebih mampu memahami pengertian
etika yang sering sekali muncul dalam pembicaraan sehari-hari, baik secara lisan maupun
tertulis. Objek etika adalah alam yang berubah, terutama alam manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu – ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika
normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika)
1. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya
adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari
filsafa. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur – unsur etika maka kita harus bertanya
juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika.
2. Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika
teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki
etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika
secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika
secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik
tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda
antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika
teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi – presuposisi tentang Allah
atau Yang Ilahi, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan
terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel
sebagai etika transenden dan etika teosentris. Etika teologis Kristen memiliki objek
yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan
yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya
dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah.
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang
diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama
yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika
teologisnya
TUGAS
FILSAFAT
0LEH :
MAMUL FADLI
A.14.06.042
2015/2016