Crs Parkinson
Crs Parkinson
PARKINSON
Oleh:
Preseptor:
dr. Restu Susanti, Sp.S, M.Biomed
2
1.2 Batasan Masalah
Ilustrasi kasus ini membahas tentang definisi, klasifikasi dan faktor
pencetus, epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, pemeriksaan
penunjang, serta tatalaksana dari parkinson.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
Penyakit parkinson merupakan kondisi neurodegeneratif yang umum
ditemukan.1,4,5,6 Peningkatan angka harapan hidup masyarakat dunia
mengakibatkan penyakit parkinson menjadi salah satu tantangan berat yang
dihadapi dunia kesehatan.2,4,10 Disisi lain penyakit parkinson mengakibatkan beban
biaya langsung maupun tidak langsung yang sangat besar bagi pasien.4
Parkinson umumnya mengenai 1-2% penduduk dunia, dimana
diestimasikan insiden parkinson sebesar 20/100.000 dan prevalensi sebesar
150/100.000 penduduk dunia, sedangkan pada kelompok usia diatas 65 tahun
prevalensi meningkat menjadi 446 kasus/100.000 populasi.6,11 Pria memiliki
kecendrungan lebih besar 1,5 hingga 2 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami
parkinson dibandingkan wanita.4,6,10 Penyakit parkinson jarang ditemukan pada
usia dibawah lima puluh tahun, namun meningkat lima hingga sepuluh kali lipat
pada usia dekade 6 hingga dekade 9.10 Sebagian besar kasus parkinson bersifat
sporadis meskipun beberapa gen telah teridentifikasi memiliki implikasi dalam
bentuk parkinson familial seperti mutasi alfa-synuclein, parkin, DJ-1, PINK1
(PTEN–induced kinase), UCH-L1 (ubiquitin carboxy-terminal esterase L1), dan
LRRK2 (leucine rich repeat kinase 2). 1
4
2.2 Anatomi ganglia basalis
Striatum dan STN merupakan titik masuk utama bagi input yang menuju
ganglia basal. striatum menerima input dari korteks dan talamus, sedangkan STN
menerima input dari korteks dan batang otak. Informasi diteruskan melalui
berbagai jaras dan masuk ke nukleus keluaran utama yaitu Gpi dan SNr. keluaran
ganglia basal dari Gpi dan SNr akan diteruskan menuju talamus serta batang otak
(kolikulus superior, nukleus pedikulopontin (pediculopontine nucleus/ PPN) dan
parvocellular reticular formation). 2
5
2.3 Faktor risiko
Beberapa faktor risiko lingkungan telah diidentifikasi melalui beberapa
penelitian epidemiologi. Usia merupakan faktor risiko utama penyakit parkinson
dimana rata-rata onset penyakit pada usia 50-60 tahun. Dua faktor risiko utama
2,4
lainnya berupa riwayat keluarga (genetic link) dan riwayat paparan pestisida.
Hidup di daerah rural juga menjadi salah satu faktor risiko yang secara
epidemiologis bermakna pada penyakit parkinson.2,7 Tidak ditemukan hubungan
yang bermakna antara merokok terhadap penyakit parkinson, sedangkan konsumsi
asam lemak dan antioksidan hingga saat ini masih dalam penelitian. 6 Semakin
muda onset gejala parkinson semakin besar pula kemungkinan faktor genetik
memiliki peran yang besar dalam kasus terjadinya penyakit parkinson tersebut.
Mutasi alfa-synuclein, parkin, DJ-1, PINK1 (PTEN–induced kinase), UCH-L1
(ubiquitin carboxy-terminal esterase L1), dan LRRK2 (leucine rich repeat kinase
2) merupakan beberapa contoh determinan pada kasus parkinson familial. 1,2,10,11
2.4 Patofisiologi
Ganglia basalis merupakan bagian dari beberapa kesatuan paralel, namun
secara anatomis terhubung dalam sirkuit talamo-kortiko-basal ganglia, yang
memiliki fungsi merencanakan, menginisiasi dan mengeksekusi pergerakan
motorik.6,9,10 Sirkuit ini secara anatomis memiliki fungsi menyerupai saringan
terhadap impuls motorik.10 Berdasarkan sirkuit motorik ganglia basal yang
diajukan dan dikembangkan oleh Alexander dkk, hubungan antara striatum
sebagai titik masuk utama dan GPi/SNr sebagai titik keluaran utama dari ganglia
basal tersusun menjadi jaras langsung (direct) berupa jaras monosinaptik GABA-
ergik inhibitorik dan jaras tidak langsung (indirect) yang mencakup GPe dan STN.
2
6
Gambar 2.2 Direct dan indirect pathway
7
hiperkinetik ataupun hipokinetik pada gangguan pergerakan, sehingga sangat
memungkinkan bahwa gangguan pergerakan melibatkan perubahan yang lebih
kompleks dalam pengolahan informasi didalam otak.10
8
Gambar 2.4 Gabungan gejala klinis terhadap
progresifitas penyakit parkinson10
Tabel 2.2 Perbedaan Resting tremor pada parkinson dengan tremor esensial9
9
2.5.1.2 Rigiditas
Prinsip dari pergerakan tubuh adalah koordinasi antara dua otot tubuh yang
bekerja berlawanan, dimana pada pasien parkinson rigiditas terjadi akibat
berkurangnya kadar dopamin sehingga mengganggu keseimbangan dan koordinasi
dari otot oposisi ketika otot yang lainnya akan berkontraksi.6
2.5.1.3 Bradikinesia
Pergerakan yang melambat (bradikinesia) dan keinginan yang melambat
(bradiphrenia) merupakan temuan yang sering ditemukan pada penyakit parkinson
dan merupakan kaarakteristik utama.1,9 Gejala bradikinesia terjadi akibat
berkurangnya kadar dopamin di dalam otak sehingga persinyalan dari jaringan
otak ke otot menjadi berkurang.6,9 Manifestasi awal seringkali berupa
melambatnya gerakan dalam beraktifitas dan melambatnya waktu reaksi, hal ini
merupakan penanda gangguan pada ganglia basalis.9
10
arah ketika sedang berjalan disertai berkurang atau menghilangnya ayunan tangan
ketika bergerak.6,9 Air liur yang menetes juga dapat menjadi salah satu tampilan
bradikinesia pada pasien parkinson akibat terganggunya proses menelan. Penilaian
bradikinesia pada pasien dapat dilakukan dengan meminta pasien melakukan
gerakan yang cepat, berulang dan bergantian pada tangan seperti melakukan tes
pronasi-supinasi.9
11
jari kaki. Abnormalitas skeletal lainnya dapat berupa extreme neck flexion, truncal
flexion (camptocormia) dan skoliosis.
Gambar 2.6 Tangan striatal (A), kaki striatal (B), Lewy body pada pemeriksaan
patologi anatomi (C)
Gambar 2.7 Camptocormia pada pasien parkinson dengan fleksi pada badan (A)
dapat dikoreksi oleh pasien dengan postur ekstensi (B), atau dengan berbaring
posisi supine (C)
12
kedipan mata, distonia, stooped posture, freezing, gangguan berbicara seperti
hipoponia atau palilalia.4,9
2.6 Diagnosis
2.6.1 Kriteria diagnostik pasien dengan penyakit parkinson
Penyakit parkinson didiagnosa berdasarkan kriteria klinis; belum terdapat
tes definitif untuk mendiagnosa penyakit parkinson, kecuali konfirmasi
histopatologi adanya badan Lewy pada pemeriksaan post-mortem.2,6,9 Movement
Disorder Society’s (MDS), UK Parkinson’s Disease Society Brain Bank’s dan
National Institute of Neurological Disorder and Stroke (NNINDS) telah
menerbitkan kiriteria diagnostik penyakit parkinson.9,10
13
Gambar 2.8.Kriteria diagnosis penyakit parkinson
Movement Disorder Society 10
resting tremor, cogwheel phenomenon, face mask, mikrographia, mikrophonia,
parkinson’s gait, pull test yang positif.
14
Gambar 2.10 Kriteria diagnosis penyakit parkinson
Institute of Neurological Disorder and Stroke 9
2.6.2.2 Genetik
Daftar mutasi yang dapat mengakibatkan penyakit parkinson terus
bertambah, dimana beberapa gen berkaitan dengan fenotip parkinsonisme dan
telah ditandai sebagai lokus PARK. Beberapa gen lainnya, termasuk GBA, GCH1,
ADH1C, TBP, ATXN2, MAPT dan GLUD2 telah diidentifikasi dan berkontribusi
meningkatkan risiko penyakit parkinson. Namun implikasi klinik pemeriksaan
genetik sangat terbatas dan tidak begitu dibutuhkan karena temuan genetik tidak
merubah pilihan terapi pada pasien dengan penyakit parkinson.10
15
2.6.2.3 Cairan serebrospinal dan darah
Sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan cairan serebrospinal dan
biomarker darah tampaknya bersifat suboptimal dan belum bermanfaat secara
klinis dalam mendiagnosa penyakit parkinson.10
16
2.7.2 Terapi suportif
17
2.7.3 Terapi medikamentosa
Mekanisme kerja dopamin pada neuron striatum dimediasi oleh dua kelas
dopamin reseptor; resptor D1 dan D2. Kebanyakan dopaminomimetik bekerja pada
reseptor D2. Dopamin agonis dapat memperpanjang waktu paruh L-Dopa,
sehingga kelas obat ini dapat menjadi terapi tambahan pada pasien dengan
fluktuasi motorik.10 Agonis dopaminergik telah lama dikenal sebagai terapi
alternatif inisial pada terapi simtomatik, namun studi menunjukkan penggunaan
agonis dopaminergik sebagai terapi dapat meningkatkan risiko drug-induce
dyskinesia, sehingga masih menjadi terapi yang kontroversial.1 Namun didalam
literatur lain disampaikan golongan agonis dopamin dipercaya menginduksi lebih
sedikit pulsasi dopamin pada striatum sehingga risiko untuk berkembangnya
komplikasi motorik pada penggunaan agonis dopamin lebih rendah daripada
penggunaan terapi substitusi.10
18
Beberapa obat lainya telah digunakan sebagai terapi awal penyakit
parkinson. Antikolinergik dapat digunakan pada pasien dengan gejala tremor
dominan, dimana golongan ini bekerja dengan menghambat reseptor asetilkolin
sehingga relatif dapat menyeimbangi aktivitas dopamin yang menurun. 3
Amantadin dapat digunakan sebagai terapi awal bradikinesia, rigiditas dan
gangguan cara jalan. Terapi yang digunakan pada terapi penyakit parkinson
disajikan dalam tabel berikut: 1
19
Beberapa kelas obat yang umum diresepkan pada layanan primer bersifat
kontraindikasi untuk digunakan pada pasien penyakit parkinson karena dapat
menghambat efek terapi medikamentosa penyakit parkinson dan dapat
memperburuk gejala pasien.11
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 58 tahun
MR : 98.91.78
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Seorang pasien laki-laki usia 58 tahun datang ke poli saraf RS Dr. M. Djamil
Padang dengan :
ANAMNESIS :
Keluhan utama
Kaku pada lengan dan tungkai yang semakin meningkat sejak 15 hari
sebelum masuk rumah sakit.
- Kaku pada lengan dan tungkai yang semakin meningkat sejak 15 hari
sebelum masuk rumah sakit, kaku dirasakan pada kedua tangan, kedua
kaki dan punggung. Kaku mulai dirasakan sejak 3 tahun yang lalu diawali
pada sisi kanan kemudian dalam beberapa minggu diikuti sisi berlawanan,
disampaikan pasien dan keluarga, semakin hari pasien tampak semakin
kaku hingga kesulitan untuk duduk dan berjalan, akibatnya pasien
kesulitan menjalankan aktivitas hariannya.
- Tangan gemetaran sejak 3,5 tahun yang lalu diawali pada tangan kanan
kemudian tangan kiri, gemetaran semakin berat ketika pasien beristirahat
- Berjalan pelan dengan langkah kecil sejak 3 tahun yang lalu, tanpa ada
rasa nyeri. Pasien kesulitan dan butuh waktu yang lama untuk berdiri dan
duduk dari kursi atau tempat tidur
- Sering terjatuh ketika beraktivitas dirumah 1 tahun yang lalu
- Pasien juga mengeluhkan sulit BAB, pasien BAB sekali 4 hari
- Tidak terdapat keluhan yang berat dalam daya ingat
- Riwayat paparan pestisida selama 30 tahun ketika bertani ada
- Riwayat merokok (+), ada selama 20 tahun 2-3 batang per hari.
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama seperti pasien
- Pasien seorang petani dengan aktivitas berat namun sudah tidak aktif
bekerja lagi semenjak 2 tahun yang lalu karna badan kaku dan bekerja
dengan pelan.
PEMERIKSAAN FISIK
I.Umum
Suhu : 36,60 C
Tinggi badan : 160 kg
Berat badan : 59 kg
Torak
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan (statis dan dinamis)
Palpasi : fremitus sama antara kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba 1 jari medial linea mid
clavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
: BJ 1 dan 2 normal. Irama reguler. Murmur (-).
Auskultasi S3 (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel. Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Korpus vertebrae
Inspeksi : tidak ditemukan kelainan
Palpasi : tidak ditemukan kelainan
N I (Olfaktorius)
N II (Optikus)
N III (Okulomotorius)
-pupil
bentuk Bulat, isokor, Φ 3 mm Bulat, isokor, Φ 3 mm
reflex cahaya + +
reflex akomodasi + +
reflex konvergensi + +
N IV (Trochlearis)
N V (Trigeminus)
-Sensorik
Divisi Oftalmika
*reflex kornea + +
*sensibilitas + +
Divisi Maksila
*reflex Masseter Baik Baik
*sensibilitas Baik Baik
Divisi Mandibula
*sensibilitas Baik Baik
N VI (Abdusen)
N VII (Fasialis)
-fisura palpebral + +
-menggerakkan dahi + +
-menutup mata + +
-mencibir/bersiul + +
-memperlihatkan gigi + +
-hiperakusis - +
N VIII (Vestibularis)
N IX (Glossofaringeus)
N X (Vagus)
-Arkus faring Simetris
-uvula Di tengah
-menelan Baik
-artikulasi Baik
-suara Baik
-nadi Teratur
N XI (Asesorius)
-menoleh ke kanan +
-menoleh ke kiri +
-tremor -
-fasikulasi -
-atropi -
Pemeriksaan Koordinasi;
Cara berjalan Parkinson’s gait Disartria -
Pemeriksaan Sensibilitas ;
Taktil Baik
Nyeri Baik
Termis Baik
Stereognosis Baik
Sistim reflex
a.fisiologis
Kornea + + Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
APR ++ ++
b.Patologis
Lengan Kanan Kiri Tungkai Kanan Kiri
Hofmann- - - Babinski - -
Tromner
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha - -
Klonos kaki - -
Fungsi otonom
-miksi : baik
-defekasi : baik
-sekresi keringat : baik
Fungsi luhur :
-refleks memegang : -
-refleks Palmomental : -
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 13,9 d/dL
Ht : 43%
Leukosit : 9.380/ mm3
Trombosit : 360.000/mm3
GDS : 128%
Ureum : 16 mg/dL
Kreatinin : 0,7 mg/dL
Na : 142 Mmol/L
K : 4,56 Mmol/L
Cl : 101,9 Mmol/L
: dalam batas
Kesan normal
Diagnosis
Diagnosa klinis : Penyakit parkinson
Diagnosa topik : Substansia nigra pars kompakta
Diagnosa etiologi : Degeneratif
Diagnosa : Tidak ada
sekunder
Prognosis:
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad sanam
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
Terapi
Umum :
- Edukasi penyakit parkinson tidak bisa disembuhkan namun dapat
dikendalikan
- Edukasi penyakit parkinson kronik degeneratif, obat hanya untuk kurangi
gejala
- Terapi rehabilitasi dan fisik tiga kali seminggu, selama 30-40 menit
- Terapi bicara
- Terapi nutrisi diet tinggi serat
Khusus :
Telah datang seorang laki-laki usia 58 tahun ke poli saraf RSUP. Dr. M.
Djamil Padang dengan diagnosa klinis penyakit parkinson. Berdasarkan literatur
pria memiliki kecendrungan lebih besar 1,5 hingga 2 kali lipat lebih tinggi untuk
mengalami parkinson dibandingkan wanita.4,6,10 Usia merupakan faktor risiko
utama dalam diagnosa penyakit parkinson dimana dengan dasar neurodegeneratif,
maka penyakit parkinson jarang ditemukan pada usia dibawah lima puluh tahun,
namun meningkat lima hingga sepuluh kali lipat pada usia dekade 6 hingga
dekade 9.10
Pasien berada pada skala Hoehn Yahr derajat 4, dimana telah terjadi
disfungsi berat pada tubuh yang melibatkan kedua sisi namun masih dapat
berjalan pada jarak tertentu.9 Penggunaan skala ini dapat menunjukkan tingkat
severitas pasien penyakit parkinson dan parkinsonisme.