Anda di halaman 1dari 9

AMAL-AMAL HARIAN

Kompetensi Dasar :
1. Memahami perintah dan keutamaan melaksanakan amalan sunnah
2. Mengetahui beberapa macam amalan sunnah yang utama untuk dilakukan
Indikator :
1. Mampu memahami perintah dan keutamaan melaksanakan amalan sunnah.
2. Dapat mengetahui beberapa macam amalan sunnah yang utama untuk dilakukan
Materi Pokok & Sub Materi :
Menghidupkan Amalan Sunnah
Keutamaan Melaksanakan Amalan Sunnah:
1. Meraih Cinta Alloh dengan Amalan Sunnah
2. Tidak Memberatkan Diri Agar Bisa Istiqamah
3. Contoh Amalan Sunnah Harian Rasulullah

KEUTAMAAN MELAKSANAKAN AMALAN SUNNAH


1. Meraih Cinta Allah dengan Amalan Sunnah

‫ َم ْن عَادَى لِي‬: ‫ال‬ َ َ‫ إِ َّن هللاَ تَ َعالَى ق‬: ‫ال َرسُوْ ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ َر‬
ُ‫ َوالَ يَزَ ا ُل َع ْب ِدي يَتَقَرَّب‬،‫ي ِم َّما ا ْفت ََرضْ تُهُ َعلَ ْي ِه‬ َّ َ‫ي َع ْب ِدي بِ َش ْي ٍء أَ َحبَّ إِل‬ َّ َ‫َّب إِل‬
َ ‫ َو َما تَقَر‬،‫ب‬ ِ ْ‫َولِيًّا فَقَ ْد آ َذ ْنتُهُ بِ ْال َحر‬
ُ‫ َويَ َدهُ الَّتِي يَب ِْطش‬،‫ْص ُر بِ ِه‬
ِ ‫ص َرهُ الَّ ِذي يُب‬ َ َ‫ت َس ْم َعهُ الَّ ِذي يَ ْس َم ُع بِ ِه َوب‬ ُ ‫ فَإ ِ َذا أَحْ بَ ْبتُهُ ُك ْن‬،ُ‫ي بِالن َّ َوافِ ِل َحتَّى أُ ِحبَّه‬َّ َ‫إِل‬
ُ‫ َولَئِ ِن ا ْستَ َعا َذنِي ألُ ِع ْي َذنَّه‬،ُ‫ َولَئِ ْن َسأَلَنِي ألُ ْع ِطيَنَّه‬،‫ َو ِرجْ لَهُ الَّتِي يَ ْم ِشي بِهَا‬،‫بِهَا‬

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata : Rasulullah Shallallahu


'alaihi wa Sallam “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: ‘Barang siapa
memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya.
Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu
(perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku
perintahkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri
kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah
mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai
tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk
berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia
memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya." (HR. Bukhari).
Kalimat “Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku
dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang
Aku perintahkan kepadanya” menyatakan bahwa yang sunnah tidak boleh
didahulukan dari yang wajib. Suatu perbuatan sunnah mestinya dilakukan apabila
yang wajib sudah dilakukan, dan tidak disebut menjalankan yang sunnah sebelum
yang wajib dilakukan. Hal ini ditunjukkan oleh kalimat, “Hamba-Ku senantiasa
(bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku
mencintainya” yaitu karena ia bertaqorrub dengan amalan yang sunnah yang
mengiringi amalan yang wajib. Bila seorang hamba selalu mendekatkan diri dengan
amalan yang sunnah, maka hal itu akan menjadikannya orang yang dicintai Alloh.
Kemudian kalimat “Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai
pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai
kakinya yang ia gunakan untuk berjalan”, hal ini merupakan tanda kecintaan Alloh
terhadap orang yang dicintai-Nya, maksudnya orang itu dikaruniai untuk tidak mau
mendengar hal-hal yang dilarang oleh syari’at, tidak mau melihat hal-hal yang tidak
dibenarkan oleh syari’at, tidak mau mengulurkan tangannya memegang sesuatu yang
tidak dibenarkan oleh syari’at dan tidak mau melangkahkan kakinya kecuali hanya
kepada hal-hal yang dibenarkan oleh syari’at.
Kalimat, “Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya
dan jika ia memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya” menunjukkan
bahwa seseorang yang telah menjadi golongan yang dicintai Alloh, maka permohonan
kepada Alloh tidak akan terintangi dan Alloh akan memberikan perlindungan
kepadanya dari siapa saja yang menakutinya. Alloh Maha Kuasa untuk memberikan
sesuatu kepadanya sebelum ia memintanya dan memberi perlindungan sebelum ia
memohon. Alloh senantiasa mendekat kepada hamba-Nya dengan memberi sesuatu
kepada orang-orang yang meminta dan melindungi orang-orang yang meminta
perlindungan.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai
seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril,
aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibril pun mencintainya, lalu
Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai
penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai dia.” Maka
seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh
segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)

2. Tidak Memberatkan Diri Agar Bisa Istiqamah


Dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata, apabila Rasulullah SAW menyuruh para
sahabatnya, maka beliau menyuruhnya untuk mengerjakan amalan-amalan yang
sanggup mereka kerjakan. Akan tetapi kemudian mereka berkata, "Ya Rasulullah,
kami ini tidak sepertimu. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang
akan datang." Maka, mendengar ucapan mereka itu, Rasulullah SAW marah hingga
terlihat tanda kemarahan di wajahnya.
Beliau bersabda,
"Sesungguhnya yang paling bertaqwa dan yang mengetahui tentang Allah
diantara kamu sekalian adalah aku."
Apabila Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya, maka beliau
menyuruhnya untuk mengerjakan amalan-amalan yang sanggup mereka kerjakan.
Inilah kebiasaan Rasulullah SAW dalam memerintah para sahabat untuk beramal.
Dan inilah tuntunan Islam. Bahwa seorang muslim tidak dianjurkan memperberat diri
dalam beribadah.
Ketika Islam memberikan tugas dan kewajiban kepada umatnya, maka beban
itu telah diukur agar sesuai dengan kemampuan mereka. Itulah yang dilakukan
Rasulullah SAW. Beliau memerintahkan sesuatu yang mudah, bukan sesuatu yang
sulit dan berat. Agar para sahabat dan umatnya sanggup menjalankannya secara terus
menerus (istiqamah). Dalam hadits lain dijelaskan bahwa amal yang paling dicintai
Allah adalah amal yang terus menerus.

ِ ‫َوإِ َّن أَ َحبَّ األَ ْع َم‬


َّ ‫ال إِلَى‬
‫هللاِ َما دَا َم َوإِ ْن قَ َّل‬
“Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus
meskipun sedikit.” (Muttafaq 'alaih)
Karena itu kita dapati hadits lain yang membatasi amal sunnah agar tidak
memberatkan umat Islam. Misalnya tilawah Al-Qur'am maksimal khatam satu kali
dalam tiga hari. Tidak boleh lebih cepat dari itu. Puasa sunnah dibatasi yang paling
tinggi adalah puasa daud, satu hari puasa satu hari tidak. Tidak boleh berpuasa terus
menerus. Demikian pula untuk shalat malam disunnahkan agar tetap memiliki waktu
istirahat, tidak shalat terus-menerus sepanjang malam.
Akan tetapi kemudian mereka berkata, "Ya Rasulullah, kami ini tidak
sepertimu. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang."
Dengan ungkapan ini para sahabat menyampaikan keberatannya. Para sahabat
meminta amal yang berat karena mereka yakin semakin berat amal makin tinggi
derajat mereka di sisi Allah dan mereka mendapatkan ampunan atas dosa-dosa
mereka.
Inilah mereka para sahabat yang begitu antusias dalam menyambut seruan
Islam. Inilah mereka para sahabat yang sangat bersemangat dalam menyongsong
amal. Maka mereka mengungkapkan alasan yang membuat mereka merasa berhak
mendapatkan kewajiban yang lebih berat. Argumen yang membuat merasa merasa
tidak cukup dengan amal-amal yang diperintahkan Rasulullah dan menyediakan diri
jika ada pilihan amal yang lebih berat. Bahwa amal itu cukup untuk diri Rasulullah
sebab Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang telah lalu maupun yang
akan datang. Sementara mereka? Mereka merasa tidak ada jaminan ampunan
sehingga mereka harus beramal keras dan berat agar mendapatkan ampunan itu.
Maka, mendengar ucapan mereka itu, Rasulullah SAW marah hingga terlihat tanda
kemarahan di wajahnya. Beliau bersabda, "Sesungguhnya yang paling bertaqwa dan
yang mengetahui tentang Allah diantara kamu sekalian adalah aku."
Rasulullah marah dengan jawaban para sahabat. Bukan karena argumennya bahwa
amal ibadah bisa mendatangkan ampunan dari Allah, tetapi karena Rasulullah
mengkhawatirkan jika mereka justru tidak mampu istiqamah dan terus menerus
beramal seandainya amal yang diperintahkan itu lebih berat. Juga agar umat Islam
sepanjang generasi mencukupkan diri dengan sunnah.
Apa yang dilakukan Rasulullah dengan amal-amal –yang kelihatannya ringan
menurut sahabat saat itu- sekaligus diperintahkan hal yang sama bagi sahabatnya,
bukan karena Rasulullah telah diampuni hingga boleh beringan-ringan dalam beramal.
Namun itu justru karena Rasulullah adalah orang yang paling bertaqwa; seharusnya
itu pula yang dilakukan oleh orang lain, yang ketaqwaannya masih berada di bawah
Rasulullah SAW. Demikian pula, Rasulullah SAW adalah orang yang paling makrifat
(mengetahui) Allah SWT dan beliau paling tahu bahwa Allah mencintai amal seperti
itu; meksipun ringan atau sedikit namun dilakukan terus menerus dan sesuai sunnah.
Dari hadits tersebut, kita dapat memahami bahwa amal shalih bisa mendatangkan
ampunan Allah, menghapus dosa orang yang melakukan, dan meningkatkan derajat.
Selain itu, ibadah yang paling utama adalah ibadah (sesuai tuntunan) yang dilakukan
terus-menerus.

3. Contoh Amalan Sunnah Harian Rasulullah


a. Shalat Sunnah Rawatib
Sesungguhnya diantara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya adalah
disyariatkannya At-tathowwu’ (ibadah tambahan). Dan dijadikan pada ibadah wajib
diiringi dengan adanya at-tathowwu’ dari jenis ibadah yang serupa. Hal itu
dikarenakan untuk melengkapi kekurangan yang terdapat pada ibadah wajib.
At-tathowwu’ di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah sunnah rawatib. Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah sekalipun
meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh).
Dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat
sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat
rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah
maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh”. (HR. At-
Tarmidzi, An-Nasa’i)
Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Dua rakaat sebelum
shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya”. Dalam riwayat yang lain, “Dua raka’at
sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim)
Sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara
sholat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah
meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib
dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan
empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka”. (HR. Ahmad, Abu
Dawud, At-Tarmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah)

b. Sholat Malam
Allah Ta’ala berfirman:

ً۬ ْ ُ‫َكان‬
ِ ‫) َوبِ ۡٱألَ ۡس َح‬٧١( َ‫وا قَلِيلًّ منَ ٱلَّ ۡي ِل َما يَہۡ َجعُون‬
)٧١( َ‫ار هُمۡ يَ ۡست َۡغفِرُون‬
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohon ampunan
di waktu sahur (menjelang fajar).” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)
“Seutama-utama puasa setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram,
dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)
“Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali
ikatan, dimana pada tiap ikatan tersebut dia meletakkan godaan, “Kamu mempunyai
malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak.” Jika dia bangun dan
mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan, jika dia berwudhu maka lepaslah tali
yang lainnya, dan jika dia mendirikan shalat maka lepaslah seluruh tali ikatannya
sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat dan kesegaran yang
menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi harinya jiwanya
menjadi jelek dan menjadi malas beraktifitas”. (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim
mendapati saat itu, lalu dia memohon kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla baik
kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah akan memperkenankannya. Demikian
itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Muslim)

c. Shalat Dhuha
Dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau telah
bersabda,
ُّ‫ص َدقَةٌ َو ُكل‬َ ‫ص َدقَةٌ َو ُكلُّ تَحْ ِمي َد ٍة‬ َ ‫يُصْ بِ ُح َعلَى ُكل ُسلَ َمى ِم ْن أَ َح ِد ُك ْم‬
َ ‫ص َدقَةٌ فَ ُكلُّ تَ ْسبِي َح ٍة‬
ُ ‫ص َدقَةٌ َويُجْ ِز‬
ََ ِ‫ئ ِم ْن َذل‬ َ ‫ص َدقَةٌ َونَ ْه ٌى ع َِن ْال ُم ْن َك ِر‬
َ ‫ُوف‬ِ ‫ص َدقَةٌ َوأَ ْم ٌر بِ ْال َم ْعر‬ َ ‫ير ٍة‬ َ ِ‫ص َدقَةٌ َو ُكلُّ تَ ْكب‬
َ ‫تَ ْهلِيلَ ٍة‬
ِ ‫َر ْك َعت‬
‫َان يَرْ َك ُعهُ َما ِمنَ الضُّ َحى‬
“Setiap hari bagi setiap persendian dari salah seorang di antara kalian terdapat
kewajiban untuk bersedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah
sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar makruf
nahi munkar adalah sedekah. Semua itu tercukupkan dengan dua rakaat shalat yang
dilakukan di waktu dhuha.” (HR. Muslim, Kitab Shalat al-Musafirin wa Qashruha,
Bab Istihbab Shalat ad-Dhuha)
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhani radhiallahu ‘anhu, ‘Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Allah berfirman, Wahai
Bani Adam, shalatlah untuk-Ku di awal siang hari sebanyak empat rakaat, niscaya
Aku menjagamu di sisa hari tersebut.” (HR. at-Tirmidzi, Kitab Shalat, Bab Ma Ja`a fi
Shalat ad-Dhuha)

d. Tilawatil Qur’an
Allah SWT berfirman,
َ‫ق الَّ ِذ ۡى بَ ۡينَ يَد َۡي ِه َولِتُ ۡن ِذ َر اُ َّم ۡالقُ ٰرى َو َم ۡن َح ۡولَهَا ؕ َوالَّ ِذ ۡين‬
ُ ‫صد‬ ٌ ‫َو ٰه َذا ِك ٰتبٌ اَ ۡنزَ ۡل ٰنهُ ُم ٰب َر‬
َ ‫ك ُّم‬
﴾۲۹﴿ َ‫ص َلتِ ِهمۡ ي َُحافِظُ ۡون‬ َ ‫اال ِخ َر ِة ي ُۡؤ ِمنُ ۡونَ بِه َوهُمۡ ع َٰلى‬ ٰ ۡ ِ‫ي ُۡؤ ِمنُ ۡونَ ب‬
“Dan Ini (Al-Qur’an) adalah Kitab yang Telah kami turunkan yang diberkahi;
membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi
peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar
lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu
beriman kepadanya (Al-Qur’an) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.”
(QS. Al-An’am : 92).
ُ‫خَ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعل َّ َم ْالقُرْ آنَ َو َعلَّ َمه‬
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an”
(At-Tirmidzi dari Utsman bin Affan, hadits hasan shahih).
Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al-Qur’an sesungguhnya ia akan
menjadi penolong pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim dari Abu Umamah).
Sabda Nabi SAW, “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an bersama para malaikat
yang mulia dan baik dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata, ia
mendapatkan dua pahala.” (Muttafaq Alaih dari Aisyah ra.)Sabda Nabi
SAW,“Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an adalah bagaikan buah
utrujah, aromanya harum dan rasanya nikmat. Perumpamaan seorang mukmin yang
tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis.
Perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an bagai raihanah (semacam
bunga kenanga), baunya harum namun rasanya manis. Dan perumpamaan orang
munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagai buah handzalah (antawali), tidak ada
buahnya dan rasanya pahit.” (Muttafaq Alaihi)

e. Puasa Sunnah
Puasa termasuk dari ibadah-ibadah yang mulia lagi mempunyai keutamaan
yang besar, saking besarnya sampai-sampai para ulama berbeda pendapat mengenai
ibadah yang paling utama, apakah shalat atau puasa. Hal itu karena semua amalan
anak Adam akan dilipatgandakan maksimal sampai 700 kali lipat kecuali puasa,
pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah tanpa batas bagi siapa yang Dia
kehendaki. Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada yang dipenuhkan pahalanya tanpa
batas kecuali orang-orang yang bersabar,” dan puasa mengumpulkan ketiga jenis
kesabaran: Sabar dalam menjalankan perintah, sabar dalam menjauhi larangan, dan
sabar terhadap takdir yang menyusahkan (berupa lapar dan haus).
Puasa -baik yang sunnah apalagi yang wajib- juga adalah perisai yang bisa
melindungi bahkan menjauhkan pelakunya dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan,
sebagaimana dia juga melindungi dari semua bentuk maksiat dan kemungkaran.
Karenanya sangat wajar kalau Allah Ta’ala mensyariatkan ibadah puasa ini bukan
hanya pada umat Islam akan tetapi kepada semua umat sebelum Islam, karena Allah
ingin agar mereka semua mendapatkan keutamaannya.
Maka sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersegera mengamalkan
amalan mulia ini dan hendaknya dia menanggung beban kesulitan yang sedikit itu
(pembatal puasa) guna mendapatkan kebahagian yang besar ketika dia berbuka dan
ketika dia berjumpa dengan Rabbnya pada hari kiamat.

‫خَريفًّا‬ ِ َّ‫هللاُ بِ َذلِ ََ ْاليَوْ ِم َوجْ هَهُ ع َْن الن‬


ِ َ‫ار َس ْب ِعين‬ َّ ‫هللاِ إِ َّال بَا َع َد‬
َّ ‫يل‬
ِ ِ‫َما ِم ْن َع ْب ٍد يَصُو ُم يَوْ ًّما فِي َسب‬
“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali Allah akan
menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh ribu musim.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Allah Ta’ala telah berfirman dalam hadits qudsi: “Setiap amal anak Adam
adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk Aku dan Aku sendiri
yang akan memberi balasannya. Dan puasa itu adalah benteng (dari api neraka), maka
apabila suatu hari seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, maka janganlah
dia berkata rafats dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang
menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah dia mengatakan ‘Aku
orang yang sedang puasa’. Dan demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya,
sungguh bau mulut orang yang sedang puasa lebih harum di sisi Allah Ta’ala dari
pada harumnya minyak misik. Dan untuk orang yang puasa akan mendapatkan dua
kegembiraan yang dia akan bergembira dengan keduanya: Apabila berbuka dia
bergembira dan apabila berjumpa dengan Rabnya dia bergembira disebabkan ibadah
puasanya itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun puasa sunnah di antaranya: puasa dawud, puasa tiga hari dalam satu
bulan (puasa tanggal 13, 14, 15 tiap bulan atau puasa tiga hari Senin dan Kamis),
puasa Senin-Kamis, puasa pada bulan-bulan haram (Rajab, Dzulqa’idah, Dzulhijjah
dan Muharam), puasa enam hari padai bulan Syawal, puasa Hari Arafah, puasa
Asyura (tanggal 10 Muharam), puasa di bulan Sya’ban.

f. Sadaqah
Salah satu karakter orang yang bertaqwa yaitu suka bersadaqah. Allah
subhanahu wata’ala berfirman,
ُۙ ‫ت َو ۡاالَ ۡر‬
َ‫﴾ الَّ ِذ ۡين‬٧۱۱﴿ َ‫ضُ اُ ِع َّد ۡت لِ ۡل ُمتَّقِ ۡي ُۙن‬ ُ ‫ار ُع ۡۤۡوا اِ ٰلى َم ۡغفِ َر ٍة م ۡن رَّب ُكمۡ َو َجنَّ ٍة ع َۡر‬
ُ ‫ضهَا السَّمٰ ٰو‬ ِ ‫َو َس‬
﴾٧۱۱﴿ ۚ َ‫اسؕ َو ٰهللاُ ي ُِحبُّ ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡين‬ ۡ ۡ ۡ
ِ َّ‫ض َّر ٓا ِء َوال ٰك ِظ ِم ۡينَ الغ َۡيظَ َوال َعافِ ۡينَ ع َِن الن‬
َّ ‫ي ُۡنفِقُ ۡونَ فِى ال َّس َّر ٓا ِء َوال‬
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang lain. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan (muhsin).” (QS. Ali
Imron: 133-134)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berikut ini, “Ada tujuh golongan yang
akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.”
Beliau menyebutkan salah satunya adalah seorang yang bershadaqah secara diam-
diam (sembunyi), sehingga apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya tidak diketahui
oleh tangan kirinya. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari ‘Adi Bin Hatim radhiyallahu ‘anhu
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Takutlah kalian kepada api
nereka walau hanya bershadaqah dengan setengah butir korma.” (HR. Al-Bukhori)
Shadaqah mendatangkan keberkahan karena do’a malaikat untuk sang dermawan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, bersabda, “Tiada suatu hari yang dilewati oleh hamba-hamba Allah
kecuali ada dua malaikat yang turun, salah satunya berdo’a, “Ya Allah berikanlah
ganti kepada seorang yang dermawan”, dan yang satunya lagi berdo’a,” Ya Allah
berikanlah kehancuran kepada orang yang kikir.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Anda mungkin juga menyukai