Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR INTERNAL HUKUM

A. Akibat Hukum, Dasar Hukum, Hubungan Hukum


Pemisahan secara tajam antara dunia hukum dengan dunia kenyataan, dalam aspek kenyataan
sosial. Harus diakui bahwa tidak begitu mudah untuk memisahkan antara peristiwa hukum dan
peristiwa sosial, karena keduanya jauh berhimpitan.
Contoh Peristiwa:
Transaksi jual beli antara dua orang mengenai suatu barang. Peristiwa yang terjadi dalam
dunia kenyataan adalah peristiwa sosial yakni dimana adanya peristiwa orang menyerahkan uang
kepada yang lain, sedang yang lain menyerahkan barang kepada yang pertama. Terdapat juga
peristiwa hukum dalam kegiatan transaksi tersebut yang diberi kualifikasi hukum yaitu sebagai
jual beli. Dengan demikian, peristiwa hukum yang sesungguhnya hanya kita jumpai dalam
rumusan hukum atau dalam peraturan hukumnya. Jadi, peristiwa hukum merupakan bagian
dari dunia serta tatanan hukum, bukan bagian dari dunia kenyataan.
Hukum tidak dapat ditangkap secara fisik, tetapi hanya dengan pikiran kita, dengan abstraksi.
Hukum merupakan barang dalam angan-angan atau ikiran kita, bukan dalam kenyataan.
Peristiwa yang nyata digunakan untuk menggerakkan hukum, sehingga orang berbicara tentang
perwujudan dari peristiwa hukum. Dengan demikian, fungsi dari peristiwa yang nyata adalah
untuk mewujudkan hukum menjadi kenyataan, yang sebelumnya baru merupakan kata-kata
dalam peraturan hukum saja.
Kelanjutan-kelanjutan yang mengikuti timbulnya suatu peristiwa hukum. Kelanjutan-
kelanjutan ini juga dirumuskan dalam peraturan hukum. Dalam contoh sewa-menyewa,
kelanjutan-kelanjutan tersebut diantaranya berupa kenikmatan yang dipetik oleh salah satu pihak,
yaitu si penyewa. Kelanjutan- kelanjutan seperti ini bisa disebut sebagai akibat hukum. Kita
sebaiknya berhati-hati dalam menggunakan istilah ini, untuk tidak mengakibatkan kesan adanya
hubungan sebab-akibat seperti dalam alam.
Agar dapat timbul akibat hukum seperti itu dibutuhkan syarat tertentu. Dalam contoh diatas,
syarat terjadinya suatu peristiwa dalam kenyataan yang memenuhi rumusan dalam peraturan
hukum, yaitu adanya kegiatan sewa-menyewa. Syarat ini disebut sebagai dasar hukum. Dengan
demikian untuk membedakan antara dasar hukum dan dasar peraturan, yaitu yang menunjuk
kepada peraturan hukum yang dipakai sebagai kerangka acuannya. Di dalam perbincangan
sehari-hari keduanya sering dicampuradukkan.
Masyarakat atau kehidupan sosial merupakan himpunan dari bermacam-macam hubungan
antara para anggotanya. Hubungan-hubungan inilah yang membentuk kehidupan sosial itu.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kehidupan sosial merupakan jalinan dari berbagai
hubungan yang dilakukan para anggota masyarakat satu sama lain. Hubungan-hubungan ini
berkisar pada kepentingan-kepentingan yang ditunjuk pada sasaran-sasaran dari yang paling
kasar seperti benda-benda ekonomi, sampai kepada yang paling halus. Misalnya dalam hal
perkawinan, sulit bagi kita untuk mengatakan bahwa di situ terlibat sasaran kebendaan yang
bersifat ekonomi. Namun bagaimanapun, keduanya itu hanya akan berhubungan satu sama lain
apabila di situ ada suatu kepentingan.

1|Halaman
Hukum memberikan kualifikasi terhadap hubungan-hubungan tertentu yang dipilihnya.
Dengan adanya pengkualifikasian oleh hukum ini, maka hubungan-hubungan itu selalu menjadi
hubungan hukum. Di sini kembali kita jumpai keadaan yang berkaitan antara dunia keyataan
dengan dunia hukum. Agar terjadi hubungan hukum diperlukan pihak-pihak yang melakukan hal
itu yang disebut sebagai subjek hukum, sedangkan yang menjadi sasaran dari jalinan hubungan
tersebut disebut objek hukum. Ketiga hal ini yaitu subjek hukum, hubungan hukum, dan objek
hukum dinamakan kategori-kategori hukum atau pengertian-pengertian yang bersifat dasar dari
hukum. Disebut demikian, oleh karena tidak mungkin ada suatu tatanan hukum tanpa subjek
hukum dan seterusnya.
Pemberian kualifikasi oleh hukum tehadap hubungan-hubungan antara anggota-anggota
masyarakat sehinga hubungan-hubungan yang nyata itu berubah sifatnya menjadi hubungan
hukum menimbulkan suatu pertalian tertentu antara subjek-subjek yang melakukan hubungan
tersebut. Pertalian ini barupa kewengangan yang ada pada subjek-subjek hukum sebagai
kelanjutan dari terjadinya hubungan hukum itu.
Kewenagan tersebut biasanya disebut sebagai hak (lihat bagan)
Bagan di bawah ini menjelaskan proses pengkualifikasian hubungan nyata menjadi hubungan
hukum.

Pertalian antar orang

Dunia A B
Kenyataan
sasaran
n Pemberian Kualifikasi
Hukum

Pertalian antar subjek hukum


Berupa hubungan yang dikualifiksi
Sebagai : hak

Subjek Subjek
Hukum Hukum

Dunia tatanan
Hukum
Objek Hukum

Transformasi menjadi hubugan hukum


Melalui pemberian kuaifikasi hukum

2|Halaman
B. Asas Hukum, Standar, Pengetahuan Hukum, dan Peraturan
Peraturan hukum merupakan pembadanan dari norma hukum. Kemudian, peraturan hukum
itu hanya merupakan salah satu dari lambang-lambang yang ipakai oleh norma hukum untuk
membadankan dirinya. Namun bagaimanapun, peraturan hukum merupakan cara yang paling
sempurna, dibandingkan dengan cara-cara pembadanan yang lain serta sebagai sarana yang
paling lengkap untuk mengutarakan apa yang dikehendaki oleh norma hukum.
Peraturan hukum menggunakan berbagai kategori sarana untuk menampilakan norma hukum
sehinnga dapat ditangkap oleh masyarakat. Pertama, peraturan hukum tersusun dari rangkaian
kata-kata yang membentuk suatu kalimat. Bahasa hukum dapat disebut mewakili suatu macam
bahasa sendiri. Cirinya ditandai oleh penggunaan kata-kata yang terukur dan berusaha untuk
merumuskan pengertian-pengertian yang hendak disampaikan secara eksak. Oleh karena itu,
muncul kesan bahwa bahasa hukum merupakan bahasa peraturan atau undang-undang,
menjemukan dan kering. Pada masa lampau pernah dijumpai pengutaraan norma hukum dalam
ragam puitik, tetapi sesuai drngan perkembangan hukum yang peyusunannya dilakukan makin
rasional, maka bahsanya pun makin prosaik dengan kecenderungan ke arah ketetapan arti.
Peraturan hukum menggunakan pengertian atau konsep-konsep untuk menyampaikan
kehendaknya. Pengertian-pengertian ini merupakan abstraksi dari barang-barang yang pada
dasarnya bersifat konkret / dan individual. Dengan demikian, maka cara penyampaian menjadi
lebih ekonomik.
Pengertian seperti badan hukum disusun dari factor-faktor yang abstrak dan terbentuk
melalui proses yang panjang. Tingkat abstraksi yang dipakai dalam suatu system hukum dapat
digunakan sebagai petunjuk mengenai tingat kematangan dari system yang bersangkutan. Makin
tinngi abstraksi pengertian hukum, makin kosong pula keadaannya. Tingkat abstraksi yang
tertinggi disebut sebagai kategori hukum. Yang termasuk kedalaman kategori hukum
adalah : Subjek Hukum, Hubungan Hukum, Akibat Hukum, dan Objek Hukum.kategori-
kategori hukum tersebut merupakan syarat-syarat yang harus ada pada setiap system hukum,
sebab tanpa adanya kategori-kategori hukum itu tidak mugkin ada system hukum.
Pengertian-pengertian itu diangkat dari pengertian sehari-hari, ada pula yang diciptakan
secara khusus sebagai suatu pengertian taknik : Jual beli, penganiayaan, ganti rugi, dan semacam
itu, merupakan pengertian-pengertian hukum yang diangkat dari pengertian sehari-hari. Lain
halnya dengan pengertian-pengertian, seperti : Surat tolakan, keputusan, sela, tanggung, renteng
dan sebagainya. Penting untuk dipahami bahwa sekalipun suatu pengertian diangkat dari bahasa
sehari-hari , tetapi begitu ia dijadikan pengertian hukum, maka yang dapat diberikan kepadanya
hanyalah yang diberikan oleh hukum kepadanya. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa
pegertian hukum itu mempunyai isi dan bata-batas yang jelas serta merumuskan secara pasti.
Pengertian hukum merupakan suatu kategori tertentu dalam suatu konteks berpikir secara
hukum dan oleh karenanya hanya boleh diartikan dalam konteks itu pula, bukan dalam konteks
pengertian sehari-hari.
Pengertian hukum memiliki kadar kepastian yang relatif kurang, pengeisiannya untuk
menjadi pasti diserahkan kepada praktek penafsiran, terutama oleh pengadilan. Praktek itu

3|Halaman
Nampak cenderung kea rah kerangka fungsional, yaitu untuk memberikan arti kepada
pengertian hukum dengan dituntun oleh keinginan menciptakan keadilan terhadap kasus-kasus
secar individual. Berbeda dengan pemahaman dalam kerangka logika yang a priori, yaitu yang
menekankan pada isi yang pasti dari suatu pengertian hukum. Pengertian-pengertian hukum
yang mempunyai kadar kepastian yang kurang itu disebut standar hukum.
Perbedaan antara pengertian atau konsep hukum dan standar hukum adalah :
1) Di jalan umum, seorang pengemudi tidak boleh menyalip kendaraan di mukanya manakala
jalan dihadapannya tidak bebas
2) Di jalan umum, seorang pengemudi harus bertindak hati-hati secara layak untuk menghindari
kerugian pada orang lain.
Apabila kedua peraturan itu dibandingkan, maka pada (1) dijumpai cara pengaturan yang
pasti, yaitu tentang perbuatan yang bagaimana yang harus dilakukan seorang pengemudi di jalan
umum. Tetapi pada (2) hukum tidak mengaturnya secara ketat, melainkan menggunakan
pengaturan yang longgar atau luwes. Orang perlu menimbang-nimbang terlebih dahulu sebelum
dapat memastikan apa yang dimaksud berhati-hati secara layak itu. Dalam hal ini Hakimlah
yang harus melakukan hal itu. Dengan menggunakan standar, maka mudah orang mengisinya
dengan faham-faham yang baru. Oleh karena itu, dikatakan bahwa standar ini merupakan suatu
sarana bagi hukum untuk berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat. Contoh standar
hukum yang lain adalah itikad baik, sebagaimana layaknya seorang ayah yang baik, dalam
jangka waktu yang layak.
Asas hukum terdiri dari unsur yang penting dan pokok dari peraturan hukum. Boleh
dikatakan, asas ini merupakan jantungnya peraturan hukum. Kita menyebutnya demikian,
karena : pertama, asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu
peraturan hukum. Ini berate bahwa peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya dapat
dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Kedua, kecuali disebut landasan, asas hukum ini layak
disebut alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan rasio logika dari peraturan
hukum. Oleh karena itu, Paton menyebutnya sebagai suatu sarana yang membuat hukum hidup,
tumbuh dan berkembang, dan ia juga menunjukkan bahwa hukum itu bukan sekedar kumpulan
dari peraturan-peraturan belaka. Dengan adanya asas hukum, hukum bukan sekedar kumpulan
peraturan-peraturan, oleh karena, asas itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etik.
Karena asas hukum mengandung tuntutan etik, maka asas hukum merupakan jembatan
antara peraturan-peraturanhukum dan hukum positif dengan cita-cita sosial dan pandangan etik
masyarakat. Singkatnya, melalui asas hukum ini peraturan-peraturan hukum berubah sifatnya
menjadi bagian dari tatanan etik. Bagaimana orang sampai kepada asas-asas hukum itu dapat
digambarkan urutannya dalam uraian berikut ini.
Dalam usaha untuk mencari makna dari suatu peraturan, orang mulai dengan mengangkat
suatu peraturan hukum kepada tingkat yang lebih tinggi yang umumnya disebut kegiatan
mencari ratio logisnya.

4|Halaman
Dengan penarikan ketingkatan yang lebih tinggi ini orang dapat menemukan pengertian yang
lebih luas dan lebih umum jangkauannya dari yang semula. Pengertian yang lebih umum sifatnya
itu misalnya sebagai berikut :
Pengaturan hukumnya (pengertian pada tingkat Pengertian yang didapat sesudah ditarik lebih
pertama tinggi
Walaupun pemilik / yang menyewakan,
menjual barang yang disewakan sampai sewa Hak seorang penyewa harus didahulukan dari
menyewa yang telah dilakukan sebelumnya, seorang yang memperoleh hak.
tidak menjadi hapus, kecuali memang sudah
diperjanjikan lebih dulu.

Pengaturan hukumnya (pengertian pada tingkat Pengertian yang didpat sesudah ditarik lebih
pertama) tinggi
Setiap perbuatan yang tidak benar menurut
hukum yang menimbulkan kerugian pada Dengan adanya perbuatan yang tercela, maka
orang lain menyebabkan orang yang harus ada penggantian kerugian.
melakukan perbuatan itu diharuskan membayar
ganti rugi.
Dengan memperhatikan contoh diatas, pengertian dengan perangkat yang lebih tinggi
dijumpai perumusan yang bersifat lebih padat dan sekaligus mengandung penjelasan mengapa
suatu peraturan itu dikeluarkan. Inilah yang disebut ratio logis, dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa tanpa menemukan ratio logis suatu peraturan, kita kurang memahami arah-arah
etik peraturan tersebut. Kita sampai pada suatu penemuan yang berifat serta-merta, artinya
yang tidak dapat dijelaskan oleh pengertian yang lebih tinggi lagi. Salah satu contohnya adalah
Dimana ada kesalahan, di situ ada penggantian kerugian. Inilah yang disebut asas hukum.
Asas hukum bukan peraturan hukum, namun tidak ada hukum yang dapat difahami tanpa
mengetahui asas-asas hukum yang ada didalamnya. Oleh karena itu, untuk memahami hukum
suatu bangsa dengan sebaik-baiknya kita tidak dapat hanya melihat pada peraturan-peraturan
hukumnya saja, melainkan harus menggali sampai kepada asas-asas hukumnya.
Pengertian hukum ataukonsep hukum, standar, dan asas hukum merupakan unsur-unsur dari
peraturan hukum. Peraturan hukum ini dapat diberi sebagai norma yang memberikan suatu
konsekuensi yang jelas sebagai kelanjutan dilakukannya suatu perbuatan. Peraturan hukum ini
bekerja dangan menggunakan pengertian-pengertian serta standar-standar hukum dan pada
tingkat yang jauh, asas hukum.
C. Sistem Hukum
Sistem ini dua pengertian yang penting. Yang Pertama adalah sistem sebagai suatu jenis
satuan. yaitu yang cirinya adalah bahwa satuan itu mempunyai tatanan tertentu. Tatanan tertentu
menunjuk kepada adanya suatu susunan struktur yang terurai ke dalam bagian-bagian. Kedua,
sistem sebagai suatu rencana, metode atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu. Kedua-
duanya dapat dikenali kembali pemakaiaannya, misalnya : pada waktu kita berbicara tentang
penafsiran dan penemuan hukum.

5|Halaman
Pemahaman umum mengenai sistem mengatakan, bahwa suatu sistem adalah suatu
kesatuan yang bersifat kompleks, yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan satu sama
lain. Tetapi mengabaikan cirinya yang lain, yaitu : bahwa bagian-bagian tersebut bekerja sama
secara aktif untuk mencapai tujuan pokok dari kesatuan tersebut. Apabila suatu sistem itu
diltempatkan dalam pusat pengamatan yang demikian itu, maka pengertian-pengertian dasar
yang terkandung didalamnya adalah sebagai berikut :
1) Tingkah laku yang mengarah kepada tujuan sistem itu berorientasi kepada tujuan.
2) Wholism, keseluruhan adalah lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagiannya.
3) Keterbukaan, suatu sistem berinteraksi dengan sistem yang lebih besar, yaitu
lingkungannya.
4) Transformasi, bekerjanya bagian-bagian dari sistem itu menciptakan sesuatu yang
berharga.
5) Keterhubungan, masing-masing bagian harus cocok atau sama lain.
6) Mekanisme control, ada kekuatan-pemersatu yang mengikat sistem itu.

Pemahaman sistem sebagai metode dikenal melalui cara-cara pendekatan seseorang terhadap
suatu masalah yang disebut pendekatan sistem. Pendekatan ini mengisyaratkan kepada kita agar
menyadari dari masalah yang kita hadapi dengan cara menghindar pendapat yang terlalu
menyederhanakan persoalan dan dengan demikian menghasilkan pendapat keliru. Oleh Paul
Scholten, dikatakan bahwa asas hukum dengan tuntutan etiknya itu terdapat dengan cara
menunjuk kepada suatu penelitian etik.

Keberadaan di luar hukum positif ini adalah untuk menunjukkan betapa asas hukum itu
megandung nilai etik yang self evident bagi yang mempunyai hukum positif itu. Karena adanya
ikatan oleh asas-asas hukum itu, maka hukum pun mrupakan suatu sistem. Peraturan-peraturan
hukum yang berdiri sendiri-sendiri itu lalu terikat dalam suatu susunan kesatuan karena mereka
itu bersumber pada suatu penilaian etik tertentu. Teori Sutenbau dari Hans Kelsen dengan jelas
sekali menunjukkan keadaan tersebut. Kelsen mengatakan bahwa ilmu hukum benar-benar
memenuhi persyaratan suatu ilmu, maka ia harus mempunyai objek yang dapat ditelaah secara
empiric dan dengan menggunakan analisis yang logis rasional. Namun demikian, Kelsen juga
mengatakan bahwa semua peraturan yang merupakan bagian dari tatanan tersebut masih
bersumber pada tata nilai dasar yang mengandung penilaian-penilaian etik. Oleh karena Kelsen,
secara konsekuen menghendaki agar objek hukum itu bersifat empirik dan dapat dijelaska kecara
logik, maka sumber tersebut diletakkannya di luar kajian hukum atau bersifat meta juridik.

Fuller mengajukan suatu pendapat untuk mengukur apakah kita pada suatu saat dapat
berbicara mengenai adanya suatu sistem hukum. Ukuran tersebut diletakkannya pada delapan
asas yang dinamakan Principles of legality, yaitu :

1) Suatu sistem hukum harus mengandung Peraturan-peraturan. Maksudnya adalah bahwa


tidak boleh sistem hukum mengandung sekdar keputusan-keputusan yang bersifat ad hoc.
2) Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan.

6|Halaman
3) Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, oleh karena apabila yang demikian itu tidak
ditolak, maka peraturan itu tidak dapat dipakai untuk menjadi pedoman tingkah laku.
Memberikan pengaturan berlaku secara surut artinya merusak integritas pengaturan yang
ditujukan untuk berlaku bagi waktu yang akan datang.
4) Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang dapat dimengerti.
5) Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentangan satu sama
lain.
6) Peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan.
7) Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mngubah-ubah peraturan sehingga menyebabkan
seorang akan kehilangan orientasi.
8) Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaannya sehari-
hari.

Fuller sendiri mengatakan bahwa kedelapan asas yang diajukan itu sebetulnya lebih dari
sekedar persyaratan bagi adanya suatu sistem hukum, melainkan memberikan pengkualifikasian
terhadap sistem hukum sebagai sistem hukum yang mengandung suatu normalitas tertentu.

Contoh :

Contoh standar hukum antara lain adalah : itikad baik, sebagaimana layaknya seorang ayah
yang baik, dalam jangka waktu yang layak.
Contoh asas hukum antara lain adalah : tidak berlaku surut, semua orang dianggap mengetahui
peraturan hukum, pemegang benda bergerak yang tidak atas nama, adalah pemiliknya, subjek
hukum yang beritikad baik dilindungi oleh hukum, orang dianggap tidak bermasalah sebelum
dibuktikan di muka pengadilan, perkawinan monogami.

Yang termasuk kategori hukum, yaitu pengertian-pengertian yang bersifat mendasar dari
hukum, contohnya antara lain adalah : subjek hukum, objek hukum dan hubungan hukum.

Akibat hukum adalah kelanjutan-kelanjutan yang timbul karena diwujudkannya peristiwa


hukum menjadi kenyataan yang lazim. Sedangkan, syarat dasar hukum adalah syarat yang
dibutuhkan agar dapat timbuk akibat hukum.

Landasan yang merupakan alas an bagi lahirnya peraturan-peraturan hukum kemana


peraturan-peraturan hukum pada akhirnya dapat dikembalikan disebut asas hukum. Karena
adanya ikatan internal diantara asas-asas hukum, maka hukum merupakan suatu sistem yaitu
sistem hukum.

7|Halaman
KONSEP-KONSEP HUKUM DAN SUMBER-SUMBER HUKUM

Konsep-konsep hukum yang perlu dipahami : hak, kewajiban, penguasaan, pemilikan,


hubungan hukum dan orang. Konsep hukum tentang orang memiliki kedudukan yang sentral,
karena konsep-konsep hukum yang lain akhirnya berpusat pada konsep hukum tentang orang.
Untuk pemaham yang lebih lanjut mengenai hukum dan sistem hukum, perlu memahami sumber
hukum yaitu sesuatu yang melahirkan hukum.
Sumber hukum digolongkan dalam dua kategori, yaitu sumber yang bersifat hukum atau
sumber yang diakui oleh huum itu sendiri, sehingga secara langsung dapat melakukan hukum
dan sumber yang bersifat sosial atau sumber yang tidak mendapatkan pengakuan secara formil
oleh hukum.

BEBERAPA KONSEP HUKUM


A. Hak dan Kewajiban
Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintregasikan dan mengkoordinasikan
kepentingan-kepentingan orang didalam masyarakat itu yang dapat memungkinkan bertabrakan
satu dengan yang lain. Oleh hukum dan sistem hukum diintregasikan agar kemungkinan
tabrakan-tabrakan itu dapat ditekan sampai serendah-rendahnya. Hukum melindungi kepentingan
seseorang dengan mengalokasikan sesuatu kekuasaan kepadanya. Kekuasaan demikian ini
disebut hak. Didalam hubungan hukum adanya hak pada satu pihak akan menimbulkan
kewajiban dilain pihak.
Suatu kepentingan merupakan sasaran dari pihak, bukan hanya karena ia dilindungi oleh
hukum, tetapi juga karena adanya pengakuan terhadapnya. Di lain pihak, apabila seseorang
menganiaya seorang anak, ia memperkosa kewajiban yang harus dipenuhinya terhadap anak
tersebut serta memperkosa pula hak yang ada pada anak itu. Dalam hal ini, ada perkosaan
terhadap vinculm juris, yaitu suatu ikatan yang demikian itu tidaklah ada. Adanya Vinculm juris
memuat pengakuan hak pada pihak-pihak yang terikat dalam hubungan kewajiban.
Hak ternyata tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan, melainkan juga
kehendak. Apabila saya memiliki sebidang tanah, maka hukum memberikan hak kepada saya
dalam arti bahwa kepentingan saya atas tanah tersebut mendapat perlindungan. Namun
perlindungan itu tidak hanya ditujukan terhadap kepentingan saya saja, melainkan juga kehendak
saya mengenai tanah itu. Saya bisa termasuk ke dalam hak saya. Dalam hal ini bukan hanya
kepentingan saya yang mendapat perlindungan, melainkan juga kehendak.
Ciri-ciri yang melekat pada hak menurut hukum adalah sebagai berikut :
1) Hak itu diletakkan kepada seseorang yang disebut sebagai pemilik atau subjek dari hak
itu. Ia juga disebut sebagai orang yang memiliki titel atas barang yang menjadi sasaran
dari hak.
2) Hak itu tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban, antara hak
dan kewajiban terhadap hubungan korelatif.

8|Halaman
3) Hak yang ada pada seorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan (omission),
sesuatu perbuatan. Ini bisa disebut sebagai isi hak.
4) Perbuatan atau omission itu menyangkut sesuatu yang bisa disebut sebagai objek dari hak.
5) Setiap hak menurut hukum itu mempunyai titel, yaitu suatu peristiwa ditentukan yang
menjadi alas an melekatnya hak itu pada pemiliknya.

Konsep hak yaitu satu peristiwa menekankan yang ada pada konsep ini, terutama juga
dianggap sebagai status-status yang ada ini terutama menekankan pada pengertian. Konsep ini
terutama menekankan pada pengertian hak yang berpasangan dengan pengertian kewajiban.
Salmond mengemukakan bahwa pengertian hak yang dominan tersebut bisa disifatkan sebagai
hak dalam arti yang sempit atau keras (strict) atau in stricto sensu. Di luar pengertian ini
Salmond masih menyebutkan adanya tiga pengertian yang lain, yaitu : Kemerdekaan, kekuasaan
dan imunitas. Apabila kita menyebut hak, maka sebetulnya semuanya pengertian itu sudah
termasuk didalamnya, yaitu masing-masing sebagai :

1.Hak dalam arti sempit


2.Kemerdekaan
3.Kekuasaan, dan
4.Imunitas

Hak dalam arti sempit itu ada pada seseorang sebagai pasangan kewajiban yang dibebankan
pada orang lain, maka juga kemerdekaan yang diberikan oleh hukum kepada saya berpasangan
dengan tidanya kewajiban hukum kepada diri saya sendiri. Kemerdekaan ini terdiri dari berbagai
kepentingan yang ada pada saya untuk melakukan hal-hal yang saya senangi atau ingin lakukan.
Hal-hal itu boleh saya lakukan tanpa dihalang-halangi oleh hukum. Dengan demikian, ruang
lingkup dari kmerdekaan adalah seluas bidang kegiatan yang oleh hukum dibiarkan untuk
dilakukan.

Pendapat yang umum mengatakan bahwa hak saya pada seseorang senantiasa berkorelasi
dengan kewajiban pada orang lain. Dengan demikian, kemerdekaan hukum yang saya miliki juga
ingin ditafsirkan secara demikian itu, sehingga kemerdekaan pada saya berkorelasi dengan
kewajiban pada orang lain untuk tidak mengganggu kemerdekaan tersebut. Korelatif dari
kemerdekaan pada A, dengan demikian, bukanlah kewajiban pada B, melainkan ketiadaan hak
pada B (istilah ketiadaan hak atau no-right ini diciptakan oleh W.N. Holfeld)

Kekuasaan merupakan kategori yang lain lagi, yang berbeda fari hak dalam arti sempit dan
kemerdekaan. Kekuasaan ini berupa hak yang diberikan kepada seseorang untuk melalui jalan
hukum mewujudkan kemauannya guna mengubah hak-hak, kewajiban-kewajiban,
pertanggungjawaban atau lain-lain hubungan hukum, baik dari dirinya sendiri maupun orang
lain.

Sebagai contoh dari kekuasaan seperti ini adalah hak untuk membuat surat wasiat atau
mengalihkan hak milik, hak untuk menjual yang terkadung dalam hipotik, hak untuk mengawini

9|Halaman
saudara dari istri yang telah meninggal, hak untuk melaksanakan eksekusi keputusan pengadilan,
berbagai kekuasaan yang diberikan kepada Hakim atau lain-lain pejabat dapat melaksanakan
tugasnya sebagaimana mestinya. Di disi kita lihat bahwa kekuasaan ini berbeda dengan hak
dalam kategori dua yaitu kemerdekaan.

Korelatif dari kekuasaan adalah pertangunggjawaban atau kekurangan (liability).


Pertanggungjawaban ini menunjuk kepada adanya kekuasaan pada orang lain, berhadapan denga
pertanggungjawaban yang ada pada seseorang. Ia menunjuk kepada kedudukan seseorang yang
bisa diubah oleh pengguna kekuasaan (orang lain).

Pengertian Hak pada akhirnya juga dipakai dalam arti kekebalan terhadap kekuasaan
hukum orang lain. Korelatif kekebalan adalah ketidakmampuan, yaitu tdak adanya kekuasaan.
Dalam arti ini nemodat quot non habet dapat diartikan ketidakmampuan orang untuk
mengalihkan hak milik kepada orang lain yang ia sendiri tak memilikinya.

Keempat korelatif tersebut diatas oleh Salmond dikelompokkan ke dalam dua kotak dibawah
ini : hubungan korelatif ini hendaknya dibaca dari atas kebawah

Hak (in stricto sessu) Kemedekaan Kekuasaan Kekebalan

Kewajiban Ketiadaan Hak Pertanggungjawaban Ketidakmampuan

Pengelompokkan hak-hak dengan korelatifnya.

Lebih lanjut salmond memperjelas hubungan-hubungan dengan antara kategori-kategori


tersebut diatas melalui panah-panah yang masing-masing memiliki arti tersendiri. Panah yang
menghubungan korelatif-korelatif hukum, yang bisa dibaca adalah kehadiran dilain pihak.
Dengan demikian, hak adalah kehadiran dari kewajiban di pihak lain, sedang
pertanggungjawaban adalah kehadiran dari kekuasaan di lain pihak.
Panah diagonal menghubungkan kontradiksi hukum yang bisa dibaca sebagai adalah
ketiadaan dari dalam dirinya sendiri. Dengan demikian, ketiadaan hak adalah tidak
adanya hak pada diri sendiri, sedang ketidakmampuan adalah tidak adanya kekuasaan
pada diri sendiri.
Panah ke bawah menghubungkan kontradiksi antara korelatif-korelatif dan bisa dibaca
sebagai adalah tidak adanya di pihak lain. Dengan demikian, kemerdekaan adalah
tidak adanya hak di pihak lain, sedang kekebalan adalah tidak adanya kemampuan di
pihak lain.

10 | H a l a m a n
Hak (stricto Kemerdekaan Kekuasaan Kekebalan
Sessu)

Kewajiban Ketiadaan Hak Pertanggung Ketidakmam-


Jawaban puan

Perincian sifat hubungan antar kategori hak-hak.

Kewajiban-kewajibandapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Kewajiban-kewajiban yang mutlak dan nisbi


Austin berpendapat bahwa kewajiban yang mutlak adalah yang tidak mempunyai pasangan
hak, seperti kewajiban yang tertuju kepada diri sendiri, yang diminta oleh masyarakat pada
umumnya dan hanya ditujukan kepada kekuasaan (soverign) yang membawaihnya.
Kekuasaan nisbi adalah yang melibatkan hak dilain pihak.
2) Kewajiban-kewajiban publik dan perdata
Kewajiban publik adalah yang berkorelasi dengan hak-hak publik, seperti kewajiban untuk
mematuhi hukum pidana. Kewajiban perdata adalah korelatif dari pihak-pihak perdata,
seperti kewajiban yang timbul dari perjanjian.
3) Kewajiban-kewajiban yang positif dan yang negatif
Kewajiban-kewajiban yang positif menghendaki dilakukannya perbuatan positif, seperti
kewajiban penjual untuk menyerahkan barang kepada pembelinya. Kewajiban negatif
adalah yang menghendaki agar suatu pihak tidak melakukan sesuatu, seperti kewajiban
seorang untuk tidak melakukan sesuatu yang mengganggu milik tetangganya.
4) Kewajiban-kewajiban universal, umum, dan khusus
Kewajiban universal ditujukan kepada semua warga Negara, seperti yang timbul dari
undang-undang. Kewajiban umum ditujukan kepada segolongan orang-orang tertentu,
seperti orang asing, orang tua (ayah-ibu). Kewajiban khusus adalah yang timbul dari bidang
hukum tertentu, seperti kewajiban dalam hukum perjanjian.
5) Kewajiban-kewajiban primer dan yang bersifat memberi sanksi
Kewajiban primer adalah yang tidak timbul dari perbuatan yang melawan hukum, seperti
kewajiban seseorang untuk tidak mencemarkan nama baik orang lain yang dalam hal ini tidak
timbul dari pelanggaran terhadap kewajiban lain sebelumnya. Kewajiban yang bersifat
memberi sanksi adalah seperti kewajiban tergugat untuk membayar gugatan pihak lain yang
berhasil memenangkan perkara.

11 | H a l a m a n
Hak-hak dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Hak-hak yang sempurna dan tidak sempurna


Hak yang sempurna adalah hak yang dapat dilaksanakan melalui hukum seperti kalau
melalui pemaksaan oleh hukum. Hak yang tidak sempurna seperti kalau melalui pemaksaan
oleh hukum, tetapi tidak selalu dilaksanakan oleh pengadilan, seperti hak yang dibatasi oleh
lembaga daluwarsa.
2) Hak-hak utama dan tambahan
Hak utama adalah hak yang diperluas oleh hak-hak lain. Hak tambahan adalah hak yang
melengkapi hak-hak utama, seperti perjanjian sewa-menyewa tanah yang memberikan hak
tambahan kepada hak utama dari pemilik tanah.
3) Hak-hak publik dan perdata
Hak publik adalah hak yang ada pada masyarakat umumnya, yaitu Negara. Hak perdata
adalah hak yang ada pada perorangan, seperti hak seorang untuk menikmati barang yang
dimilikinya.
4) Hak-hak positif dan negatif
Hak positif menurut dilakukannya perbuatan-perbuatan positif dari pihak tempat kewajiban
korelatifnya berada, seperti hak untuk menerima keuntungan pribadi.
5) Hak-hak milik dan pribadi
Hak-hak milik berhubungan dengan barang-barang yang dimiliki oleh seseorang yang
biasanya bisa dialihkan. Hak-hak pribadi berhubungan dengan kedudukan seseorang yang
tidak pernah bisa dialihkan.

B. Penguasaan
Penguasaan merupakan modal seseorang untuk bisa masuk ke dalam jaringan kehidupan
bersama. Tanpa penguasaan yang demikian itu kita tidak akan bisa mengembangkan hubungan
dengan orang lain. Bahkan tanpa memungkinkan untuk menguasai barang-barang itu kita tidak
akan dapat mempertahankan kelangsungan hidup kita sendiri secara baik. Apabila pegakuan yang
demikian itu tidak ada, maka berlakulah hukum riba dan hanya siapa yang kuat akan mampu
menguasai barang-barang yang dibutuhkannya.
Penguasaan pada hakikatnya bersifat faktual, yaitu mementingkan kenyataan pada suatu saat.
Penguasaan bersifat sementara sampai nanti ada kepastian mengenai hubungannya dengan barang
yang dikuasainya itu. Oleh karena itu, masalah penguasaan merupakan karakteristik suatu
masyarakat pra-hukum.
Penguasaan adalah hubungan nyata antara seseorang dengan barang yang ada dalam
kekuasaan. Pada saat itu mnenerkukan legitimasi lain kecuali bahwa barang itu ada ditangannya.
Masih perlu dipertanyakan sikap batin orang yang bersangkutan terhadap barang itu, yaitu apakah
padanya memang ada maksud untuk menguasai dan menggunakannya. Kedua unsur tersebut
masing-masing disebut corpus possessionis dan animus posidendi.

12 | H a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai