Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

MASUKNYA BASIL KUSTA KEDALAM TUBUH MANUSIA


SECARA IMUNOLOGIS

Oleh:
William Jonathan P
140100131

Supervisor :
dr. Syahril Rahmat Lubis, SpKK(K)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU FAKULTAS
KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “MASUKNYA BASIL KUSTA
KEDALAM TUBUH MANUSIA SECARA IMMUNOLOGIS”, untuk memenuhi
tugas pendidikan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan,


bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir
pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
dr. Syahril Rahmat Lubis, SpKK(K) yang telah memberikan bimbingan kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas


kesalahan
dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan,
dorongan
dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan kiranya
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang.

Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua orang
dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Medan, 25 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................................2
1.3 Manfaat....................................................................................................................................2

BAB II TIJAUAN PUSTAKA............................................................................................................3


2.1 Basil Kusta (Mycobacterium leprae)..............................................................................3
2.2 Patogenesis Kusta.................................................................................................................3
2.3 Nonproffesional phagocytes..............................................................................................4
2.4 Trojan Horse Phenomenon................................................................................................5
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................8

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan


masalaha yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi
medis tetapi meluas hingga masalah sosial, ekonomi, dan keamanan nasional.
Penyakit ini pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang
akibat keterbatasan kemampuan negara dalam memberikan pelayanan dan
edukasi terhadap masyarakat.
Distribusi kusta yang terlapor (WHO 2012) padaa tahun 2011 adalah sekitar
219.750 kasus, dimana jumlah paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara
(160.132) diikuti regional Amerika (36.832), regional Afrika (12.763), dan
sisanya tersebar di regional lain. Di Indonesia sendiri, jumlah kasus baru yang
ditemukan berjumlah 20.023 kasus pada tahun 2011 dan jumlah kasus yang
terdaftar pada tahun 2012 berjumlah 23.169 kasus.
Penentuan kebijakan dan metode pengendalian penyakit sangat ditentukan
oleh pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Pembelajaran mengenai
cara penularan kusta dan bagaimana pathogenesis penyakit dapat membantu
dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam penanggulan dan penatalaksanaan
penyakit. Hal ini berkontribusi terhadap pencegahan penularan dan peningkatan
kualitas hidup dari pasien kusta sehingga kasus kusta di Indonesia maupun di
dunia internasional dapat direduksi.
2

1.2 Tujuan
Mengetahui bagaimana cara masuknya basil kusta kedalam tubuh
manusia

1.3 Manfaat

Sebagai sumber informasi pathogenesis dan penularan penyakit kusta


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basil Kusta (Mycobacterium leprae)

Mycobacterium leprae merupakan bakteri intraselular obligat dengan


ukuran 0.3 – 1 mikrometer bentuk basil panjang. Bakteri ini hanya menginfeksi
manusia dan armadillo. M.leprae bersifat tahan asam (BTA) sehingga tidak dapat
dibedakan secara mikroskopis dari bakteri mycobacterium lainnya. Sampai
sekarang, upaya untuk mengkultivasi bakteri M.lepare dalam medium artificial
dan kultur jaringan belum berhasil. Selain itu, bakteri ini memiliki kemampuan
membelah dari yang sangat lambat ( hingga 2 minggu ) sehingga evaluasi klinis
dan pengobatan yang lama dibutuhkan untuk eradikasi bakteri.

2.2 Patogenesis Kusta


Mycobacterium leprae memiliki kemampuan (tropism) untuk mengivasi
sel Schawn. Kemampuan ini dimediasi oleh dinding bakeri yang dapat mengikat
G domain pada zat laminin 2. Lamini 2 merupakan protein matriks ekstrasel yang
spesifik terhadap sel Schawn. M.leprae memiliki M. leprae laminin-binding
protein (ML-LBP21) di dindingnya yang berfungsi sebagai reseptor laminin 2.

Selain protein ML-LBP21, bakteri M.leprae juga menggunakan PBL-1

sebagai mediator untuk menginvasi sel saraf. Ikatan PBL-1 ke reseptornya (pada

sel-sel saraf) menyebabkan demielinisas sel Schawn


4

dan menyebabkan kerusakan saraf pada hospes. Demielinisasi ini juga membantu

basil – basil kusta sekitar untuk menginvasi sel – sel saraf perifer tersebut.

Secara kilinis, perjalanan penyakit kusta ditentukan oleh respon imunitas


selular dari hospes. Respon imunitas dimediasi oleh sel – sel Th1 yang memiliki
kemampuan untuk mengeradikasi dan menghambat replikasi bakteri. Pada hospes
dengan respon Th1 yang adekuat, replikasi dari basil kusta berhasil dihambat
sehingga, jika dilakukan pemeriksaan pada pasien tipe ini dapat ditemukan hasil
BTA yang negatif. Pada respon tipe ini, gejala- gejala yang timbul merupakan
akibat dari respon selular dari imun. Sebaliknya, pada pasien yang memiliki
respon Th1 atau imunosupresif, respon imun yang CMI (Cellular Mediated
Immunity) tidak terjadi atau respon yang terjadi adalah respon oleh sel Th2. Hal
ini menyebabkan replikasi dari bakteri tidak terhambat dan dapat ditemukan hasil
BTA yang positif dan banyak.

Berdasarkan respon imunitas pasien yang disebutkan diatas, secara klinis


pasien dapat dibagi menjadi dua tipe berdsarkan klassifikasi WHO yaitu;
pausibasil atau multibasil. Terdapat juga klassifikasi Ridley-Jopling yang mampu
menjelaskan spectrum klinis berdsarkan kekuatan respon imun dari pasien.

2.3 Nonprofessional phagocytes

Proses fagosit merupakan komponen penting untuk mengeliminasi

pathogen dan sel – sel apoptotik dari tubuh. Selain


5

mengeliminasi zat yang berbahaya dari tubuh, proses ini memicu inflamasi dan
juga (jika diperliukan) mengaktifasi respon adaptif yang lebih spesifik dan efektif
dalam mengeliminasi antigen. Proses ini di mediasi oleh resptor – reseptor yang
berada diberbagi lokasi strategis dimana antigen dapat bertemu terhadap reseptor
tersebut. Akan tetapi, pathogen juga mengalami evolusi – evolusi untuk
menghindari proses tersebut hingga pathogen dapat menghindari proses eliminasi
dan bereplikasi didalam sel – sel fagosit.

Kemampuan suatu pathogen dalam menginvasi dan bertahan didalam


fagosom bergantung pada virulence factor dari setiap individu pathogen tersebut.
Sebagai contoh pada proses invasi oleh bakteri Staphylococcus aureus, berbagai
virulence factor dapat ditemukan di membrane sel seperti asam lipotheikoik,
kapsul polisakarida, dan adhesin yang mebantu proses internalisasi bakteri ke
dalam sel (endositosis). Berbagai reseptor dapat dimanipulasi oleh bakteri dalam
proses ini seperti: TLR (Toll-like receptor), HSP (Heat shock protein), dan
Integrin. Di dalam sel, bakteri dapat berreplikasi secara bebas dari pengawasan sel
– sel imun.

2.4 Trojan Horse Phenomenon

Trojan horse merupakan salah satu cara yang digunakan suatu pathogen
untuk membantu proses diseminasi didalam tubuh hospes. Pada proses ini,
pathogen menggunakan sel – sel imun sebagai transportasi ke daerah lain.
Beberapa pathogen yang diketahui menggunakan proses ini yakni : Leishmania,
Listeria, dan Staphylococcus aureus. Bakteri – bakteri didalam neutrofil yang
6

mengalami apoptosis akan mengivasi sel-sel makrofag yang di rekrut oleh


cemokin dari sel neutrofil. Makrofag kemudian mengfagosit pathogen dan
kemudia ditransportasi ke pembuluh limfa dan bakteri tersebut dapat di
transportasi ke dearah lain.

Gambar 2.3 Proses diseminasi bakteri melalui sel fagosit


7

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Mycobacterium leprae merupakan bakteri yang memiliki tropism spesifik


di sel saraf perifer (sel Schawn). Kemampuan ini di mediasi oleh reseptor ML-
LBP21 dan PBL-1 yang dapat mengikat zat laminin 2 pada sel schawn dan
meyebabkan demyelinisasi dan keruskan saraf. Selain itu , proses imunitas
berkontribusi terhadap kerusakan dan juga kemampuan bakteri untuk replikasi.
Juga terdapat kemungkinan bahwa virulence factor pada M.leprae dalam
menginvasi tubuh hospes dan meyebar melalui proses trojan horse.
8

DAFTAR PUSTAKA

1. Bennet JE, Dolin R, Blaser MJ. Mandell Principle and Practice of


Infectious Disease. Elsevier. 2015;8:p 87-88
2. Andy A, Louphanapessy, Teterissa MR, Hasibuan Y, Day R, Hernani,
Widaningrum C. Pedoman Nasional Pengendalian Kusta
.KEMENKES.2012
3. Kasper DL, Fauci AS. Harrison Infectious Disease. 2010
4. Murillo NA, Lopez JE, Ochoa A. Non Professional Phagocytic Cell
Receptors Involved in Staphylococcus aureus Internalization. HINDAWI.
2014;2014: p. 9

Anda mungkin juga menyukai