Tetanus Dan Penangannya1
Tetanus Dan Penangannya1
PENDAHULUAN
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang dihasilkan oleh eksotoxin dari
clostridium tetani, tumbuh secara anaerob, gram positif. Bakteri ini mengasilkan 2
macam eksotoxin yaitu:
-haemolisin, yang menyebabkan haemolisis ringan jika dibiakkan pada blood
agar pada suhu 37 derajat suasana anaerob.
-tetanospasmin (toxin tetanus) yang bertanggung jawab terhadap gambaran klinik
dari penyakit.
Dinegara-negara berkembang masih sering dijumpai tetanus, ini akibat kurang
memadainya program imunisasi, juga berkaitan dengan kebiasaan sosial dan kesehatan
masyarakat yang tidak memadai, padahal di negara-negara maju semakin jarang.
Untuk menurunkan angka kematian tetanus dan lamanya rawat tinggal dirumah
sakit telah dilakukan berbagai usaha seperti hiferbaric, oksigenasi, pemakian respirator,
pemberian anti tetanus serum kuda (ATS) atau tetanus immonoglobulin human (TIGH),
diasepam dosis tinggi dan penggunaan anti biotika, namun angka kematiannya masih
tetap tinggi.
DEFINISI.
Tetanus adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh eksotoxin yang
dihasilkan oleh clostridium tetani yang ditandai dengan peningkatan kekakuan umum dan
kejang-kejang otot rangka.
EPIDEMIOLOGI
Manisfestasi klinis tetanus yang timbul adalah sebagai akibat pengaruh toksin pada
susunan saraf pusat, toksin menghambat synapsis cholinergik perifer, menurunkan
pengeluaran acetilcholin dan mengganggu saraf syimpatis. Bila sembuh tetanus tidak
meninggalkan kelainan neurologis.
GEJALA KLINIS
Masa inkubasi berkisar 2-56 hari, 80-90% dari penderita timbul gejala dalam 14
hari. Spora dapat tinggal "Dormat" dijaringan dalam waktu yang lama dan kemudian
tumbuh menjadi bentuk vegetatif dan memproduksi toksin bila suasana menjadi anaerob.
Sebagai tanda-tanda permulaan timbul kejang otot sekitar luka, gelisah,lemah, cemas,
mudah tersinggung dan sakit kepala. Kemudian diikuti nyeri dan kaku rahang, perut dan
punggung yang mengeras dan kesukaran untuk menelan. Gambaran yang spesifik adalah
kekakuan dan kejang otot. Kekakuan mengenai 3 group utama yaitu: masseter, otot-otot
perut dan otot-otot punggung. Penderita selalu sadar penuh. Gejala-gejala sistemik dapat
timbul, seperti panas akibat sepsis dan ini memberi prognosa yang jelek. Tekanan darah
menunjukkan fluktuasi, juga sering takhikardi dan keringat banyak. Untuk menilai
gradasi banyak cara bisa digunakan seperti Phillip`s score dan klasfikasi menurut Owen
Smith, MS (Emergency Surgery).
KOMPLIKASI
Pada keadaan berat timbul komplikasi seperti:
- Respirasi: henti napas pada saat kejang-kejang terutama akibat rangsangan pada
waktu memasukkan pipa lambung, aspirasi sekret pada saat atau setelah kejang,
yang dapat menimbulkan aspirasi pneumoni, atelektase, atau abses baru.
- Cardioivaskuler:hipertensi, takhikardi dan aritmia oleh karena rangsangan
syampatis yang lama.
- Tulang/otot:fraktur atau kompresi tulang belakang, robekan otot perut dan
quardriceps femoris.
- Tulang/otot:fraktur atau kompresi tulang belakang, robekan otot perut dan
quardriceps femoris. Pernah juga dilaporkan terjadi myostis ossifican.
- Metabolisme : hiperpireksi.
DIAGNOSIS
Pasien yang diduga menderita tetanus harus ditempatkan pada tempat yang
tenang, dibagian yang gelap dari ruangan HCU. Tempat yang benar-benar tenang perlu
sebagai mencegah kebisingan yang bisa memimbuklan kejang dan nyeri. Perawat khusus
harus terus menerus hadir sepanjang hari dan malam untuk memonitor perjalan penyakit
dan memberitahukan pada dekter perubahan frekwensi atau beratnya kejang. Fasilitas
untuk endotraccheal suction dan intubasi termasuk tracheostomi dan ventilasi dengan
oksigen harus dapat segera dapat digunakan. Jika direncanakan pasien pindah ke rumah
sakit lain ,intubasi harus dilakukan sebelum pasien dipindahkan pada semua kasus
kecuali kasus-kasus yang ringan. Cegah terjadi dekubitus dan kontraktur.
CAIRAN NUTRISI
Protein yang sedang, calori yang banyak diberikan tiap hari. Pada kasus yang
ringan, boleh intake oral. Biasanya pasien dengan trismuspun diberi cairan biasanya
dengan sedotan. Pada kasus yang berat dan sedang, nasogastrik atau I.V dapat diberikan.
KONTROL KEJANG
SEDASI
Sebagian besar pasien ditemukan bahwa tetanus dan pengobatannya merupakan
siksaan yang menakutkan dan sangat menyakitkan. Sebagai konsekwensinya, mereka
harus menerima sedasi sebanyak yang aman yang dapat diberikan. Bagaimanapun obat-
obat yang menyebabkan depresi pernafasan dan cardiovasculer harus dihindari. Opium
dan dan barbiturat merupakan kontra indikasi. Paraldehhyde masih tetap merupakan
preparat yang biasanya banyak digunakan, dalam dosis diatas
12 ml setiap 4 jam dengan menggunakan nasogastric tube (pengenceran) 1:10) atau
dengan intramuskular. 10-20 mg diazepam setiap 4-6 jam atau 100-200 mg
cholorpromazine setiap 4 jam juga dapat diberikan meskipun sydrom dari simpatik dapat
sering terjadi.
Pada kasus-kasus yang berat penambahan paralisis dan IPPV merubah prognosa
pasien tetanus. Semua pasien dengan kejang otot yang cukup berat untuk menghambat
ventilasi harus ditangani apabila fasilitas memungkinkan. Paralis diperbolehkan dengan
preparat apaun yang lebih disukai oleh ahli anasthesi, dapat untuk menghilangkan semua
kejang kecuali pergerakan otot yang minimal. Mula-mula, dosis diulang pada tanda
pertama pengembalian aktofitas otot. Panjangnya interval antara dosis-dosis seperti pada
permulaan penyakit berkurang. IPPV dengan ruangan yang sangat kaya akan oksigen
berguna untuk mempertahankan PO2 arterial 80-100 mmHg dan PCO2 aterial 35-40
mmHg.
Harus diingat pada pasien yang paralis, tidak dapat memberikan respon terhadap
rangsangan dari luar, juga tidak tuli dan tidak bodoh dan mungkin sangat lemah tapi tetap
sadar terhadap sekelilingnya. Perawat dan para dokter harus sangat berhati-hati dalam
berbicara dan secara terus-menerus berbicara pada pasien. Pasien-pasien paralisa juga
membutuhkan kateter dan evacuasi rectum secara manual. pada kasus-kasus yang berat
akan diperlukan paralisis selama 3-4 minggu. Pasien dan para kerabatnya harus diberi
tahu tentang hal ini.
PENGOBATAN
Pengobatan