Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan
pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada
umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian
yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan
situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak
berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain
dengan anak lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autism infartil diperkenalkan pertama kali oleh Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact)
pada tahun 1940-an berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang
menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri,
perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh. Autis dapat terjadi
pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan
maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun
demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan
terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan
hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di Kanada dan Jepang
pertambahan ini mencapai 40% sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002
disimpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis
yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena
Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan
mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan
perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Di Amerika Serikat disebutkan
autis terjadi pada 15.000 - 60.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang
mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan

1
dilaporkan angka kejadian autisma meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10
anak menderita autis. Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 3 - 4 : 1,
namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Di
Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini belum diketahui berapa
persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan jumlah anak austime dapat
mencapai 150 - 200 ribu orang.
Autisme adalah adalah gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada
komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal
balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik
dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Autisme?
2. Bagaimana proses terjadinya Autisme?
3. Apa saja tanda dan gejala Autisme?
4. Bagaimana patofisiologi pada Autisme pada anak?
5. Bagaimana konsep teori pada Aurtisme ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak penderita Autisme?
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi Autisme
2. Menjelaskan bagaimana proses terjadinya Autisme pada anak
3. Menjelaskan apa saja tanda dan gejala yang muncul pada anak
4. Menjelaskan patofisiologi pada Autisme
5. Mengetahui konsep teori Autisme
6. Mengetahui asuhan keperawatan teori mulai dari pengkajian, diagnose, dan
intervensi.
D. Manfaat
Makalah yang penulis susun di harapkan dapat bermamfaat bagi pembaca
khususnya teman-teman prodi S1- keperawatan dalam proses pembelajaran.
Makalah ini juga dapat melengkapi dan menambah wawasan mahasiswa
keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada kasus Autisme pada anak dan
menambah wawasan penulis mengerti wacana asuhan keperawatan Autisme pada
anak yang selanjutnya dapat di jadikan sebagai acuan dalam proses keperawatan
klien di lapangan

2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

3
Autism Spectrum Disorder atau autisme adalah kelainan neurologis dan perkembangan
yang dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan seumur hidup. Autisme dapat
mempengaruhi anak dalam interaksi sosial, berkomunikasi secara verbal dan non verbal,
serta perilaku.Anak dengan autisme mengalami kesulitan untuk memahami apa yang
dipikirkan dan dirasakan orang lain. Hal ini membuat mereka sangat sulit untuk
mengekspresikan diri baik dengan kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan.
Selain itu, anak dengan autisme juga cenderung melakukan hal yang diulang-ulang dan
memiliki ketertarikan yang sempit dan obsesif.Seseorang dengan sindrom autisme sangat
sensitif sehingga ia mungkin akan sangat terganggu, bahkan tersakiti oleh suara, sentuhan,
bau, atau pemandangan yang tampak normal bagi orang lain.

Autisme bervariasi dalam tingkat keparahan dan gejala. Dalam beberapa kasus,
autisme juga dapat tidak disadari, khususnya autisme ringan pada anak atau jika ada
kelainan lain yang lebih parah sehingga gejala autisme jadi terabaikan. Para ilmuwan tidak
yakin dengan penyebab autisme, namun hal yang mungkin berperan yaitu genetik dan
lingkungan.

B. Epidemologi
Prevalensi biasanya di perkirakan ada 3-4/10.000 anak. Gangguan ini jauh
lebih lazim pada laki-laki daripada wanita ( 3-4 : 1) beberapa penyakit sistemik,
infeksi, dan neurologis menunjukkan gejala seperti austistik juga ditemukan
peningkatan yang berhubungan dengan kejang.

C. Etiologi
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan
bicara).
b. Kelainan kromosom (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan
syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan
sensori serta kejang epilepsi.

4
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak
tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata,
memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua
memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermain
cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan
terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja,
anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak
takut pada suara tertentu, dan tercengang pada suara lainnya. Bicara dapat
terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara
memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan
bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri
dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan
persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu
lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat
menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika
mengeksplorais lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan
khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan,
menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keadaan
yang menyenangkan atau stres. Kelainan lain adalah
destruktif, marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat
menyelidiki kontak seksual pada orang asin

D. Patofisiologi
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi
selain itu juga faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracun yang akan
merusak struktur tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat menyebabkan
autism, karena kita ketahui bahwa bila bahan tersebut masuk dalam tubuh akan
merusak pencernaan dan radang dinding usus karena alergi. Bahan racun masuk

5
melalui pembuluh darah yang bila tidak segera diatasi bisa menuju ke otak
kemudian bereaksi dengan endhorphin yang akan mengakibatkan perubahan
perilaku.
Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi karena
infeksi yang disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-
obatan, kasein dan gluten. Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam kandungan
maupun setelah lahir. Kelainan yang dialami anak autisme terjadi pada otak bagian
lobus parietalis, otak kecil (cerebellum) dan pada bagian sistem limbik. Kelainan
ini menyebabkan anak mengalami gangguan dalam berpikir, mengingat dan belajar
berbahasa serta dalam proses atensi. Sehingga anak dengan autisme kurang
berespon terhadap berbagai rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan dalam
menyimpan informasi baru.

E. Cara Mengetahui Autisme pada Anak


a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal: disini
maksudnya orang tua harus mengetahui pertumbungan dan perkembangan
anak berdasarkan usia, misalnya : pada usia sekitar 2 tahun anak sudah
mulai berbicara.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak: orang tua harus
mengetahui gangguan ataupun kelainan yang mungkin terjadi pada anak
yang dapat kita lihat pada tahap perkembangannya berdasarkan usia.
Misalnya : tidak ada kontak mata, dan menolak untuk bicara.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, di TK,
saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal. Apakah
anak ini dominan untuk bermain sendiri, dan tidak bersosialisasi pada
teman-temannya yang lain.
d. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi
tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat
dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya
menggunakan kata-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik
pada boneka atau binatang mainan untuk bayi, menolak makanan keras atau

6
tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya
sendiri.
e. Pada usia 2-3 tahun dengan gejala suka mencium atau menjilati benda-
benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai
benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya
tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
f. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa
sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak
akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa
yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak
tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi
dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum
dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.
F. Manisfestasi Klinis
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal
yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes
non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih
dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai.
Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat
orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain
sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang
sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada
objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa
dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak

7
menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat
diramalkan
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal ada atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda,
dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan
sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap
nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak
menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat)
saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak
berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak
umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan
kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi
secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).

Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
G. PENATALAKSANAAN
Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi
perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration
training (AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua , keluarga dan dokter.

8
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya.
Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for
austik children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada
anak autis.
Terapi medis :
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri
sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan
sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat
diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Terapi diit pada anakurangi asupan gula tinggi / karbohidrat karena dapat
merangsak autism adalah pada malam hari ng anak untuk sulit tidur dan aktivitas
bermainnya akan meningkat. Sebaliknya pada siang hari karbohidrat atau zat gula
sangat diperlukan untuk aktivitas dan bermainnya.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang
jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan
tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
Terapi non medis :
a) Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran
gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak.
Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.

9
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
b) Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi
sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
c) Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak
melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
d) Terapi anggota keluarga. Orang tua harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang
kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib
dilakukan untuk semua jenis terapi lain.
e) Terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh
lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf
motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai
gelombang sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat
merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam
tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat
membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang
suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif dan
lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-
lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis.

10
KONSEP STRESSOR PADA ANAK DI RUMAH SAKIT
Hospitalisasi adalah masuknya seorang penderita ke dalam Rumah Sakit
atau masa selama di Rumah Sakit itu (Dorland, 1996).

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi setiap


orang.Khususnya hospitalisasi pada anak merupakan stressor baik terhadap anak itu
sendiri maupun terhadap keluarga.Stres pada anak disebabkan karena mereka tidak
mengerti mengapa mereka dirawat atau mengapa mereka terluka.Lingkungan yang
asing, kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, perpisahan dengan keluarga merupakan
pengalaman yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Stres akibat
Hospitalisasi akan menimbulkan perasaan tidak nyaman baik pada anak maupun
pada keluarga, hal ini akan memacu anak untuk menggunakan mekanisme koping
dalam menangani stress. Jika anak tidak mampu menangani stress dapat
berkembang menjadi krisis.

Beberapa faktor yang menyebabkan stres akibat hospitalisasi pada anak adalah :

11
a. Lingkungan
b. Saat dirawat di Rumah Sakit klien akan mengalami lingkungan yang
baru bagi dirinya dan hal ini akan mengakibatkan stress pada anak.
c. Berpisah dengan Keluarga
d. Klien yang dirawat di Rumah Sakit akan merasa sendiri dan kesepian,
jauh dari keluarga dan suasana rumah yang akrab dan harmonis.
e. Kurang Informasi
f. Anak akan merasa takut karena dia tidak tahu apa yang akan dilakukan
oleh perawat atau dokter. Anak tidak tahu tentang penyakitnya dan
kuatir akan akibat yang mungkin timbul karena penyakitnya.
g. Masalah Pengobatan
h. Anak takut akan prosedur pengobatan yang akan dilakukan, karena
anak merasa bahwa pengobatan yang akan diberikan itu akan
menyakitkan.

Dengan mengerti kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya


dan mampu memenuhi kebutuhan tersebut, perawat dapat mengurangi stress akibat
hospitalisasi dan dapat meningkatkan perkembangan anak kearah yang normal.
(Whaley & Wong’s, 1999).

Faktor resiko yang meningkatkan anak lekas tersinggung pada stress hospitalisasi:

a. Temperamen yang sulit


b. Ketidakcocokan antara anak dengan orang tua

c. Usia antara 6 bulan – 5 tahun


d. Anak dengan jenis kelamin laki-laki
e. Intelegensi dibawah rata-rata

f. Stres yang berkali-kali dan terus-manerus.

Reaksi-reaksi saat hospitalisasi (saat di rumah sakit) sesuai dengan perkembangan


anak:

a. Bayi (0-1 tahun)


(a) Bila bayi berpisah dengan orang tua, maka pembentukan rasa percaya dan
pembinaan kasih sayangnya terganggu.

12
(b) Pada bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal bagaimana
reaksi bayi bila dirawat, Karena bayi belum dapat mengungkapkan apa yang
dirasakannya. Sedangkan pada bayi dengan usia yang lebih dari 6 bulan,
akan banyak menunjukkan perubahan.
(c) Pada bayi usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang
berbeda-beda dengan dirinya, sehingga akan terjadi “Stranger Anxiety”
(cemas pada orang yang tidak dikenal), sehingga bayi akan menolak orang
baru yang belum dikenal. Kecemasan ini dimanifestasikan dengan
meanagis, marah dan pergerakan yang berlebihan.Disamping itu bayi juga
telah merasa memiliki ibunya ibunya, sehingga jika berpisah dengan ibunya
akan menimbulkan “Separation Anxiety” (cemas akan berpisah). Hal ini
akan kelihatan jika bayi ditinggalkan oleh ibunya, maka akan menangis
sejadi-jadinya, melekat dan sangat tergantung dengan kuat.

b. Toddler (1-3 tahun)

Toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunkan bahasa yang


memadai dan pengertian terhadap realita terbatas. Hubungan anak dengan ibu
sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa
kehilangan orang yang terdekat bagi diri anak dan lingkungan yang dikenal
serta akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas. Disebutkan
bahwa sumber stress utama pada anak yaitu akibat perpisahan (usia 15-30
bulan). Anxietas perpisahan disebut juga “Analitic Depression”

Respon perilaku anak akibat perpisahn dibagi dalam 3 tahap, yaitu :

(a) Tahap Protes (Protest)

Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan


memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif agar
orang lain tahu bahwa ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta
menolak perhatian orang lain

(b) Tahap Putus Asa (Despair)

13
Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang, tidak aktif,
kurang minat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, sedih
dan apatis

(c) Tahap menolak (Denial/Detachment)

(d) Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan, membina
hubungan dangkal dengan orang lain serta kelihatan mulai menyukai
lingkungan.

Toddler telah mampu menunjukkan kestabilan dalam mengontrol dirinya


dengan mempertahankan kegiatan rutin seperti makan, tidur, mandi, toileting
dan bermain. Akibat sakit dan dirawat di Rumah Sakit, anak akan kehilangan
kebebasan dan pandangan egosentrisnya dalam mengembangkan otonominya.
Hal ini akan menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik
dari peran sakit. Anak akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan
negatifistik dan agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama
(karena penyakit kronik) maka anak akan berespon dengan menarik diri dari
hubungan interpersonal.

c. Pra Sekolah (3-6 tahun)


(a) Anak usia Pra Sekolah telah dapat menerima perpisahan dengan orang
tuannya dan anak juga dapat membentuk rasa percaya dengan orang lain.
Walaupun demikian anak tetap membutuhkan perlindungan dari
keluarganya. Akibat perpisahan akan menimbulkan reaksi seperti : menolak
makan, menangis pelan-pelan, sering bertanya misalnya : kapan orang
tuanya berkunjung, tidak kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari.
(b) Kehilangan kontrol terjadi karena adanya pembatasan aktifitas sehari-hari
dan karena kehilangan kekuatan diri.Anak pra sekolah membayangkan
bahwa dirawat di rumah sakit merupakan suatu hukuman, dipisahkan,
merasa tidak aman dan kemandiriannya dihambat. Anak akan berespon
dengan perasaan malu, bersalah dan takut.

14
(c) Anak usia pra sekolah sangat memperhatikan penampilan dan fungsi tubuh.
Mereka menjadi ingin tahu dan bingung melihat seseorang dengan
gangguan penglihatan atau keadaan tidak normal.
(d) Pada usia ini anak merasa takut bila mengalami perlukaan, anak
memgangap bahwa tindakan dan prosedur mengancam integritas tubuhnya.
Anak akan bereaksi dengan agresif, ekspresif verbal dan depandensi.
(e) Disamping itu anak juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar
darah dari tubuhnya. Maka sulit bagi anak untuk percaya bahwa infeksi,
mengukur tekanan darah, mengukur suhu perrektal dan prosedur tindakan
lainnya tidak akan menimbulkan perlukaan.
(f) Sekolah (6-12 tahun)
(g) Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa khawatir akan
perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya, takut kehilangan
ketrampilan, merasa kesepian dan sendiri. Anak membutuhkan rasa aman
dan perlindungan dari orang tua namun tidak memerlukan selalu ditemani
oleh orang tuanya.
(h) Pada usia ini anak berusaha independen dan produktif. Akibat dirawat di
rumah sakit menyebabkan perasaan kehilangan kontrol dan kekuatan. Hal
ini terjadi karena adanya perubahan dalam peran, kelemahan fisik, takut
mati dan kehilangan kegiatan dalam kelompok serta akibat kegiatan rutin
rumah sakit seperti bedrest, penggunaan pispot, kurangnya privacy,
pemakaian kursi roda, dll.
(i) Anak telah dapat mengekpresikan perasaannya dan mampu bertoleransi
terhadap rasa nyeri. Anak akaqn berusaha mengontrol tingkah laku pada
waktu merasa nyeri atau sakit denga cara menggigit bibir atau menggengam
sesuatu dengan erat.
(j) Anak ingin tahu alas an tindakan yang dilakukan pada diri9nya, sehingga ia
selalu mengamati apa yang dikatakan perawat. Anak akan merasa takut
terhadap mati pada waktu tidur.
(k) Remaja (12-18 tahun)
(l) Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat di rumah sakit
adalah akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya dan kelompok. Anak
tidak merasa takut berpisah dengan orang tua akan tetapi takut kehilangan
status dan hubungan dengan teman sekelompok. Kecemasan lain

15
disebabkan oleh akibat yang ditimbulkan oleh akibat penyakit fisik,
kecacatan serta kurangnya “privacy”.
(m)Sakit dandirawat merupakan ancaman terhadap identitas diri, perkembangan
dan kemampuan anak. Reaksi yang timbul bila anak remaja dirawat, ia akan
merasa kebebasannya terancam sehingga anak tidak kooperatif, menarik
diri, marah atau frustasi.

Remaja sangat cepat mengalami perubahan body image selama perkembangannya.


Adanya perubahan dalam body image akibat penyakit atau pembedahan dapat
menimbulkan stress atau perasaan tidak aman. Remaja akan berespon dengan
banyak bertanya, menarik diri dan menolak orang lain.

Reaksi keluarga terhadap anak yang di rawat di rumahs sakit :

a. Reaksi orang tua


b. Orang tua akan mengalami stress jika anaknya sakit dan dirawat dirumah
sakit. Kecemasan akan meningkat jika mereka kurang informasi tentang
prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya terhadap masa depan anak.
Orang tua bereaksi dengan tidak percaya terutama jika penyakit ananknya
secara tiba-tiba dan serius.
c. Setelah menyadari tentang keadaan anak, maka mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah, sering menyalahkan diri karena tidak
mampu merawat anak sehingga anak menjadi sakit
d. Reaksi Sibling
e. Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit adalah
marah, cemburu, benci dan bersalah.Orang tua seringkali mencurahkan
perhatiannya lebih besar terhadap anak yang sakit dibandingkan dengan
anak yang sehat. Hal ini akan menimbulkan perasaan cemburu pada anak
yang sehat dan anak merasa ditolak.

Peran perawat dalam mengurangi stress hospitalisasi:

16
Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk
meminimalkan efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi keperawatan
adalah meminimalkan stressor perpisahan, kehilangan kontrol dan perlukaan tubuh
atau rasa nyeri pada anak serta memberi support kepada keluarga seperti membantu
perkembangan hubungan dalam keluarga dan memberikan informasi :

a. Mencegah atau meminimalkan dampak dari perpisahan, terutama pada


anak usia kurang dari 5 tahun.
b. Rooming In
c. Yaitu orang tua dan anak tinggal bersama.Jika tidak bisa, sebaiknya
orang tua dapat melihat anak setiap saat untuk mempertahankan kontak
tau komunikasi antar orang tua dan anak.
d. Partisipasi Orang tua
e. Orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang
sakit terutama dalam perawatan yang bisa dilakukan misal : memberikan
kesempatan pada orang tua untuk menyiapkan makanan pada anak atau
memandikan. Perawat berperan sebagai Health Educator terhadap
keluarga.
f. Membuat ruang perawatan seperti situasi di rumah dengan mendekorasi
dinding memakai poster atau kartu bergambar sehingga anak merasa
aman jika berada diruang tersebut.
g. Membantu anak mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
dengan mendatangkan tutor khusus atau melalui kunjungan teman-
teman sekolah, surat menyurat atau melalui telpon.

h. Mencegah perasaan kehilangan kontrol

(a) Physical Restriction (Pembatasan Fisik)

Pembatasan fisik atau imobilisasi pada ekstremitas untuk


mempertahankan aliran infus dapat dicegah jika anak kooperatif. Untuk
bayi dan toddler, kontak orang tua – anak mempunyai arti penting untuk
mengurangi stress akibat restrain. Pada tindakan atau prosedur yang
menimbulkan nyeri, orang tua dipersiapkan untuk membantu,
mengobsevasi atau menunggu diluar ruangan. Pada beberapa kasus

17
pasien yang diisolasi, misal luka bakar berat, dengan menempatkan
tempat tidur didekat pintu atau jendela, memberi musik, dll.

(b) Gangguan dalam memenuhi kegiatan sehari-hari

Respon anak terhadap kehilangan, kegiatan rutinitas dapat dilihat


dengan adanya masalah dalam makan, tidur, berpakaian, mandi,
toileting dan interaksi social.t

Teknik untuk meminimalkan gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari


yaitu dengan “Time Structuring”.

Pendekatan ini sesuai untuk anak usia sekolah dan remaja yang telah
mempunyai konsep waktu. Hal ini meliputi pembuatan jadual kegiatan penting bagi
perawat dan anak, misal : prosedur pengobatan, latihan, nonton TV, waktu bermain,
dll. Jadual tersebut dibuat dengan kesepakatan antara perawat, orang tua dan anak.

a. Meminimalkan rasa takut terhadap perlakuan tubuh dan rasa nyeri

b. Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri adalah


penting untuk mengurangi ketakutan. Perawat menjelaskan apa yang akan
dilakukan, siapa yang dapat ditemui oleh anak jika dia merasa takut, dll.
Memanipulasi prosedur juga dapat mengurangi ketakutan akibat perlukaan
tubuh, misal : jika anak takut diukur temperaturnya melalui anus, maka
dapat dilakukan melalui ketiak atau axilla.

c. Memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi

d. Walaupun hospitalisasi merupakan stressfull bagi anak dan keluarga, tapi


juga membantu memfasilitasi perubahan kearah positif antara anak dan
anggota keluarga

e. Membantu perkembangan hubungan orang tua – anak

f. Hospitalisasi memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang


pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika orang tua tahu reaksi anak
terhadap stress seperti regresi dan agresif, maka mereka dapat memberi

18
support dan juga akan memperluas pandangan orang tua dalam merawat
anak yang sakit.

g. Memberi kesempatan untuk pendidikan

h. Hospitalisasi memberi kesempatan pada anak dan anggota keluarga belajar


tentang tubuh, profesi kesehatan,

i. Meningkatkan Self – Mastery


j. Pengalaman menghadapi krisis seperti penyakit atau hospitalisasi akan
memberi kesempatan untuk self - mastery. Anak pada usianya lebih mudah
punya kesempatan untuk mengetest fantasi atau realita.Anak yang usianya
lebih besar, punya kesempatan untuk membuat keputusan, tidak tergantung
dan percaya diri perawat dan memfasilitasi perasaan self-mastery dengan
menekan kemampuan personal anak.
k. Memberi kesempatan untuk sosialisasi
l. Jika anak yang dirawat dalam satu ruangan usianya sebaya maka akan
membantu anak untuk belajar tentang diri mereka. Sosialisasi juga dapat
dilakukan dengan team kesehatan se3lain itu orang tua juga memperoleh
kelompok social baru dengan orang tua anak yang punya masalah yang
sama.
m. Memberi support pada anggota keluarga
n. Perawat dapat mendiskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan anak,
membantu orang tua. Mengidentifikasi alas an spesifik dari perasaan dan
responnya terhadap stress memberi kesempatan kepada orang tua untuk
mengurangi beban emosinya.
o. Memberi Informasi
p. Salah satu intervensi keperawatan yang penting adalah memberikan
informasi sehubungan dengan penyakit, pengobatan, serta prognosa, reaksi
emosional anak terhadap sakit dan dirawat, serta reaksi emosional anggota
keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat.
q. Melibatkan Sibling

r. Keterlibatan sibling sangat penting untuk mengurangi stress pada anak.


Misalnya keterlibatan dalam program rumah sakit (kelompok bermain),
mengunjungi saudara yang sakit secara teratur, dll.

19
20
WOC

21
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian
Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
Keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (1997) Proses Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan
yang ilmiah, sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam
rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien, dimulai dari Pengkajian
(Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah) Diagnosis
Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan Keperawatan (evaluasi).
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien.
Menurut Abraham Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu:
· Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi
· Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
· Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
· Kebutuhan akan harga diri
· Kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Asuhan
Keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun
memelihara derajat kesehatan yang optimal.

22
B. Tujuan Asuhan Keperawatan
Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain
a. Membantu individu untuk mandi
b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang
kesehatan
c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara
kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memelihara kesehatanny
d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

C. Fungsi Proses Keperawatan


Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut:
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan
b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien
c. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.

Tahap-Tahap Proses Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di
hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini
mencakup tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan
Masalah kesehatan serta keperawatan
b. Pengumpulan data
Tujuan :
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada
pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta

23
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah
dianalisis.
Jenis data antara lain:
a) Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,
pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta
warna kulit.
b) Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri
dan mual.
Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi :
(a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
(b) Pola koping sebelumnya dan sekarang
(c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
(d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
(e) Resiko untuk masalah potensial
(f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
c). Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
d). Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan
Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih
memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun Diagnosis Keperawatan sesuai
dengan prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.
Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi, sedangkanSegera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang
tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang
lebih parah atau kematian.

24
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan
yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
e). Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan :
a) Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
b) Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi.
c) Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d) Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera
yang lebih tinggi.
e) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual
dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian
atau situasi tertentu.
f) Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih
dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil
yang di harapkan (Gordon,1994).
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan
terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan
tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat

25
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh
perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup
kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997)
f). Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
a) Tahap 1 : persiapan
b) Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi
yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
c) Tahap 2 : intervensi
d) Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :
independen,dependen,dan interdependen.
e) Tahap 3 : dokumentasi
f) Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
g) Evaluasi
h) Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya.

26
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
a) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
b) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil Evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
(a) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
(b) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
(c) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini
perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari


pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien ,seluruh tindakannya harus
didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (potter
2005).
Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam pendokumentasian
yaitu :
(a) Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan (menjelaskan)
perawatan klien termasuk perawatan individual,edukasi klien dan penggunaan
rujukan untuk rencana pemulangan.
(b) Tagihan

27
financial Dokumentasi dapat menjelaskan sejauh mana lembaga perawatan
mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi klien.
(c) Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalm
berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe
perawatan yang dibutuhkan klien.
(d) Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan
mendukung diagnose keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai.
(e) Riset
Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk
mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu
(f) Audit dan pemantauan
Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberi dasar untuk
evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu
institusi.
(g) Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik
terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan.

DOKUMENTASI PENTING UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN


PERAWATAN KLIEN SECARA INDIVIDUAL.
Ada enam penting penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu :
a. Dasar Faktual
Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan fakta
yaitu apa yang perawat lihat,dengar dan rasakan.
b. Keakuratan
Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat
dipertahankan klien.
c. Kelengkapan
Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung
informasi singkat tentang perawtan klien.
d. Keterkinian

28
b. Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama klien
a. Organisasi
c. Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan yang
logis. Contoh catatan secara teratur menggambarkan nyeri klien,pengkajian
dan intervensi perawat dan dokter.
a. Kerahasiaan
d. Informasi yang diberikan oleh seseorang ke orang lain dengan kepercayaan
dan keyakinan bahwa informasi tersebut tidak akan dibocorkan.

29
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan
Kaji dan dokumentasikan tentang pasien menyangkut hal-hal berikut ini :
a) Bahasa utama
b) Kemampuan untuk berbicara, menulis, membaca, dan memahami
c) Kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan staf dan keluarga

b. Risiko gangguan perkembangan berhubungan dengan


a) Lakukan pengkajian kesehatan yang saksama (misalnya, riwayat anak,
temperamen, budaya, lingkungan keluarga, skrining perkembangan)
untuk tingkat fungsional
b) Pantau interaksi orang tua/anak (misalnya, selama memberi makan)
c) Kaji diit yang diberikan

c. Perubahan keluarga berhubungan dengan


a. Kaji interaksi interaksi antara pasien dan keluarga, waspada terhadap
potensi perilaku merusak
b. Kaji keterbatasan anak, dengan demikian dapat mengakomodasi anak untuk
berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari

B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal
Pengertian : penurunan, keterlambatan, atau ketidakmampuan untuk menerima,
memproses, transmisi, dan menggunakn system symbol-simbol.
b. Risiko gangguan perkembangan
Pengertian: risiko keterlambatan dari 25% atau lebih dalam satu atau lebih pada area
social atau perilaku mengatur diri atau kognitif, bahasa, keterampilan motorik kasar,
atau motorik halus.

30
c. Perubahan proses keluarga
Pengertian : kondisi disfungsi yang dialami suatu keluarga dan biasanya berfungsi
efektif.

C. Intervensi keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal
Tujuan/kriteria evaluasi :
Menunjukkan kemampuan komunikasi yang dibuktikan dengan indicator gangguan
(ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak)
a) Menggunakan bahasa tertulis, bicara, atau non verbal
b) Menggunakan bahasa isyarat
c) Menggunakan gambar dan menggambar
d) Pengakuan bahwa pesan diterima
e) Pertukaran pesan dengan orang lain
Sign Symptom :
a) Tidak ada kontak mata atau kesulitan dalam mengikuti pilihan
b) Kesulitan dalam memahami dan menggali pola komunikasi yang
biasanya.
c) Kesulitan dalam dan menggali pola komunikasi yang biasanya.
d) Kesulitan dalam mengekspresikan secara verbal
e) Keinginan menolak untuk bicara

Hasil yang disarankan NOC


a) kemampuan komunikasi : kemampuan untuk menerima, mengartikan,
dan mengungkapkan pesan yang dikatakan, ditulis dan nonverbal
b) komunikasi : kemampuan ekspresif : kemampuan untuk
mengungkapkan dan mengartikan pesan verbal atau nonverbal
c) komunikasi : kemampuan resertif : kemampuan untuk menerima dan
mengartikan pesan verbal atau nonverbal
Intervensi prioritas NIC
a) Pendengar aktif : hadir secara dekat dengan dan terikat secara bermakna
terhadap pesan verbal atau nonverbal dari pasien.

31
b) Pencapaian komunikasi, deficit pendengaran : bantuan dalam menerima
dan belajar metode alternative untuk hidup dengan keterbatasan
pendengaran.
c) Pencapaian komunikasi, deficit wicara : bantuan dalam menerima dan
belajar metode alternatif untuk hidup dengan gangguan berbicara

Intervensi atau Aktivitas Keperawatan


a) Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan mengulangi
permintaan
b) Sering berikan pujian positif pada pasien yang berusaha untuk
berkomunikasi
c) Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain yang memberikan informasi pada
keluarga
d) Pelihara kontak satu-satunya dengan pasien setiap-------
e) Bicara perlahan dengan jarak dan tenang, menghadap ke arah pasien
f) Berikan petunjuk dengan jelas dan sederhana: hindari banyak pilihan yang
dapat menambah konfusi pasien. Misalnya, sentuh lengan pasien dan
berkata, “berjalanlah bersama saya”
g) Libatkan pasien dan keluarga dalam mengembangkan rencana komunikasi
h) Berikan perawatan dalam sifat yang rileks, tidak terburu-buru, dan tidak
menghakimi
i) Pencapaian komunikasi: deficit wicara (NIC)
(a) Tahan diri dari berteriak kepada pasien dengan gangguan
komunikasi:
(b) Bimbing pada komunikasi satu arah, dengan tepat
(c) Dengarkan dengan penuh perhatian

b. Risiko gangguan perkembangan


Tujuan/criteria evaluasi :
a) Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan, yaitu tidak mengalami
keterlambatan 25% atau lebih area social atau perilaku pengaturan diri atau
kognitif, bahsa, keterampilan motorik kasar, atau motorik halus.

Intervensi atau Aktivitas Keperawata

32
(a) Berikan hubungan terapeutik dan saling percaya dengan pengasuh
anak
(b) Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktifitas dengan
anak lain
(c) Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada
perkembangannya
(d) Berikan penguatan yang positif atau umpan balik terhadap usaha-
usaha mengekspresikan diri

c. Perubahan proses keluarga


Tujuan/criteria hasil :
Pasien keluarga akan :
a) Memahami perubahan dalam peran keluarga
b) Mengidentifikasi pola koping
c) Berpartisifasi dalam proses membuat keputusan berhubungana dengan
perawatan setelah rawat inap
d) erfungsi untuk saling memberikan dukungan kepada setiap anggota keluarga
Intervensi prioritas NIC
(a) Peningkatan integritas keluarga: peningkatan terhadap keakraban dan
keutuhan keluarga
(b) Mempertahankan proses keluarga: meminimalkan efek gangguan
proses keluarga
(c) Peningkatan normalisasi: membantu orang tua dan anggota keluarga
lain, dari anak dengan penyakit kronis atau ketidaknyamanan dalam
memberikan pengalaman hidup normal untuk anak dan keluarga
mereka

Intervensi atau Aktivitas Keperawatan


a) Ajari keterampilan merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga
b) Ajari keluarga perlunya kerja sama dengan system sekolah untuk menjamin
akses kesempatan pendidikan

33
c) Berikan kesempatan berkelanjutan dengan mempertahankan komunikasi yang
efektif
d) Tanyakan pelayanan konsultasi social untuk membantu keluarga menentukan
kebutuhan pasca hospitalisasi
e) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mingkin menghambat
pengobatan yang dianjurkan
f) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal.
g) Dukung keluarga unuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verbal
h) Pertahankan rutinitas keluarga
i) Berikan penguatan positf

34
BAB V
KASUS

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An R
2. Tempat tgl lahir/usia : 8 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat : SIDOGEMAN RT 02 RW 02 SAYUNG DEMAK

7. Tgl masuk : 12 MEI 2008 (JAM: 08:15)


8. Tgl pengkajian :-
9. Diagnosa medik : SLE
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Tn.S
b. U s i a :36 Tahun
c. Pendidikan :SARJANA
d. Pekerjaan :PNS
e. A g a m a :ISLAM
f. Alamat :SIDOGEMAN RT 02 RW 02 SAYUNG DEMAK

2. Ibu
a. N a m a : NY T
b. U s i a :31 Tahun
c. Pendidikan :SMA
d. Pekerjaan :IBU RUMAH TANGGA
e. Agama :ISLAM

35
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
f. Alamat :SIDOGEMAN RT 02 RW 02 SAYUNG DEMAK

C. Identitas Saudara Kandung : Anak tunggal

No NAM USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN


A

II. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama : ibu pasien mengatakan anak tidak bisa melakukan interaksi sosial dan
sulit berkomunikasi
Riwayat keluhan utama: ibu pasien mengatakan anak tidak bisa duduk diam di rumah sejak anak
mulai bisa berjalan dan berlari anak slalu bergerak kesana kemari tanpa
tujuan dan sulit untuk di perintah untuk duduk diam sebentar untuk
beristirahat dan kejadian ini bertambah parah pada satu tahun terakhir
Anak sering mengoceh sendiri dengan kata kata yang tidak bisa di
mengerti orang lain,suka tersenyum dan tertawa dan membentuk
sepatah kata yang tidak pernah bisa membuat sebuah kalimat
lengkap,sulit di ajak komunikasi dengan orang lain
Nafsu makan pasien slalu berubah ubah
Keluhan Pada Saat Pengkajian : orang tua pasien mengtakan anaknya tidak pernh bisa duduk
Diam belum dapat berbicra dengan lancer dan nafsu makan yang
berubah
Riwayat Kesehatan Lalu
1. Prenatal care
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di : posyandu
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu:-
b. Riwayat terkena radiasi : -

36
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
c. Riwayat berat badan selama hamil :58 kg
e. Riwayat Imunisasi TT : -
f. Golongan darah ibu ……A…….. Golongan darah ayah ……B……..
2. Natal
a, Tempat melahirkan : PUSKESMAS
b. Jenis persalinan : SPONTAN
c. Penolong persalinan : BIDAN
e. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan : -
3. Post natal
a. Kondisi bayi : LEMAH APGAR:6
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : kelainan
c. Klien pernah mengalami penyakit :- pada umur : - diberikan obat oleh :-
d. Riwayat kecelakaan : -

B. Riwayat Kesehatan Keluarga


Genogram

Ket :

D. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)


Reaksi setelah
No. Jenis immunisasi Waktu pemberian Frekuensi Frekuensi
pemberian
1. BCG 2 BULAN 1X - -
2. HEPATITIS 0X LUPA 4X - -
3. POLIO - 4X - -
4. DPT - 3X - -
5. CAMPAK 9 BULAN 1X - -

E. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan : 17 KG

37
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
b. Tinggi badan :……97………. cm.
c. Waktu tumbuh gigi …LUPA……..
2. Perkembangan tiap tahap usia anak saat
a. Berguling :………LUPA …… bulan
b. Duduk : ……9 …… bulan
c. Merangkak : ……LUPA ……… bulan
d. Berdiri : …………12 … tahun
e. Berjalan : ……14……… tahun
f. Senyum kepada orang lain pertama kali : ……5 ……… tahun
g. Bicara pertama kali :………2……tahun dengan menyebutkan : …MAAA…
h. Berpakaian tanpa bantuan : ………4 TAHUN …
F. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI: 4 BULAN
2. Pemberian susu formula : 1,5 TAHUN
a. Alasan pemberian : ASI Tidak lancer
b. Jumlah pemberian :-
c. Cara pemberian : Melalui botol

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

G. Riwayat Psikososial
1. Anak tinggal bersama : orang tua Orang tua di : rumah
2. Lingkungan berada di : perkotaan
3. Rumah dekat dengan : bangunan tingi , tempat bermain : -
4. kamar klien : tidur sendiri
5. Rumah ada tangga : ya
6. Hubungan antar anggota keluarga : anak kandung
7. Pengasuh anak : orang tua
H. Riwayat Spiritual
1. Support sistem dalam keluarga : baik
2. Kegiatan keagamaan : baik

38
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
I. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : adanya perbedaan pada anaknya
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak: -
c. Perasaan orang tua saat ini :-
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : -
e. Yang akan tinggal dengan anak : -
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap :belum sepenuhnya paham

J. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Selera makan - -
b. Menu makan Nasi ikan sayur ayam -
c. Frekuensi 3x sehari 2xsehari
d. Pantangan makan - -
e. Cara makan Makan sendiri Di bantu orang tua

2. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jenis minuman Air mineral -
b. Frekuensi minum 4x -
c. Kebutuhan cairan - -
d. Cara pemenuhan Gelas -

3. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Tempat pembuangan Kakus -
b. Frekuensi (waktu) 1x Jarang
c. Konsistensi Normal -
d. Kesulitan - -

39
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
e. Obat pencahar - -

4. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jam tidur
- Siang - -
- Malam - -
b. Pola tidur - -
c. Kebiasaan sebelum - -
tidur
d. Kesulitan tidur - -

5. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Program olah raga - -
b. Jenis dan frekuensi - -
c. Kondisi setelah olah - -
raga - -

6. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi
- Cara Sendiri -
- Frekuensi 3x 2x
- Alat mandi Gayung Gayung
b. Cuci rambut
- Frekuensi 1x/2 hari
- Cara Sendiri dengan gayung -
c. Gunting kuku
- Frekuensi 2 minggu -
- Cara Di bantu ortu -
d. Gosok gigi
- Frekuensi Setiap mandi 2x

40
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
- Cara Sendiri Di bantu ortu

7. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Kegiatan sehari-hari Aktif Mudah lelah
b. Pengaturan jadwal harian - -
c. Penggunaan alat Bantu - -
aktifitas
d. Kesulitan pergerakan tubuh - Karna saking nyeri

8. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Perasaan saat sekolah - -
b. Waktu luang - -
c. Perasaan setelah - -
rekreasi
d. Waktu senggang klg - -
e. Kegiatan hari libur - -

K. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : komposmentis
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/60mmHg
b. Denyut nadi : 80x / menit
c. Suhu : 36,5o C
d. Pernapasan :20 x/ menit
4. Berat Badan : 24 kg
5. Tinggi Badan : 127 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala : -
a. Warna rambut : hitam

41
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
b. Penyebaran : baik
c. Mudah rontok : ya
d. Kebersihan rambut : bersih
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada :
Nyeri tekan : ada / tidak ada :
Tekstur rambut : kasar/halus :
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak :-
b. Bentuk wajah :-
c. Gerakan abnormal :-
d. Ekspresi wajah : merengut
Palpasi
Nyeri tekan / tidak :-
Data lain : -
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Edema / tidak
Radang / tidak
b. Sklera : Icterus / tidak
c. Conjungtiva : Radang / tidak
Anemis / tidak
d. Pupil : - Isokor / anisokor
- Myosis / midriasis
- Refleks pupil terhadap cahaya : (-)
e. Posisi mata :
Simetris / tidak :-
f. Gerakan bola mata :-
g. Penutupan kelopak mata :-
h. Keadaan bulu mata :-

42
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
i. Keadaan visus :-
j. Penglihatan : - Kabur / tidak
- Diplopia / tidak
Palpasi
Tekanan bola mata :nyeri
Data lain :-
9. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung :-
b. Bentuk hidung :-
c. Keadaan septum :-
d. Secret / cairan :
Data lain :-
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga :simetris
b. Ukuran / bentuk telinga :-
c. Aurikel :-
d. Lubang telinga : Bersih / serumen / nanah
e. Pemakaian alat bantu :-
Palpasi
Nyeri tekan / tidak
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne :-
b. Weber :-
c. Swabach :-
Pemeriksaan vestibuler :-
Data lain :-
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi

43
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
- Keadaan gigi :-
- Karang gigi / karies :-
- Pemakaian gigi palsu :-
b. Gusi
Merah / radang / tidak :-
c. Lidah
Kotor / tidak :-
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak :-
- Basah / kering / pecah :-
- Mulut berbau / tidak :-
- Kemampuan bicara :-
Data lain :-
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa :-
b. Nyeri tekan :-
c. Nyeri menelan :-
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Membesar / tidak
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Teraba / tidak
b. Kaku kuduk / tidak :
c. Kelenjar limfe :-
Data lain :-
14. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada :-
b. Irama pernafasan :-
c. Pengembangan di waktu bernapas :-
d. Tipe pernapasan :-
Data lain :-

44
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
Palpasi
a. Vokal fremitus :-
b. Massa / nyeri :-
c. Auskultasi :-
d. Suara nafas :Vesikuler Bronchial/Bronchovesikuler
e. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales
Perkusi
Redup / pekak / hypersonor / tympani
Data lain :-
15.Jantung
Palpasi
Ictus cordis :-
Perkusi
Pembesaran jantung : ti

Auskultasi
a. BJ I : murni reguler
b. BJ II :-
c. BJ III :-
d. Bunyi jantung tambahan : -
Data lain :-
16.Abdomen
Inspeksi
e. Membuncit :-
f. Ada luka / tidak :-
Auskultasi
Peristaltik :
Palpasi
a. Hepar :-
b. Lien :-
c. Nyeri tekan :-

45
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
Perkusi
a. Tympani :-
b. Redup :-
Data lain :-
17. Genitalia dan Anus :-
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri :-
- Pergerakan abnormal :-
- Kekuatan otot kanan / kiri :-
- Tonus otot kanan / kiri :-
- Koordinasi gerak :-
b.Refleks
: -l
c. Sensori
- Nyeri :-
- Rangsang suhu -
- Rasa raba :lemah
Data lain :

Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : -
- Kekuatan kanan / kiri :-
- Tonus otot kanan / kiri :-
b. Refleks
:
c. Sensori
- Nyeri :-
- Rangsang suhu :

46
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
- Rasa raba :
Data lain :
19. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan..............: distorsi penglihatan,strabismus,visus1/60

c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)


- Konstriksi pupil : (-)
- Gerakan kelopak mata :-
- Pergerakan bola mata -
- Pergerakan mata ke bawah & dalam -
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori -
- Refleks dagu -
- Refleks cornea :-
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik -
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : -
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan :-
- Refleks muntah -
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :-
- Suara :-
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : -
- Mengangkat bahu :-
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah :-

47
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
Tanda – tanda peradangan selaput otak
a. Kaku kuduk :-
b. Kernig Sign :-
c. Refleks Brudzinski :-
d. Refleks Lasequ :-
Data lain :-

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )


Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar :
2. Motorik halus :
3. Bahasa :
4. Personal social :

XII. Test Diagnostik


= Laboratorium

= Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)

48
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
Analisa Data Masalah Penyebab
DS: Ibu klien mengatakan anaknya Gg Interaksi sosial Hambatan perkembangan / maturasi
susah untuk dijak bermain dengan
orang lain.
DO:
- Kurang responsive saat diajak
berkomunikasi.
- Kontak mata kurang.
- Ekspresi wajah tidak responsif
DS: Ibu klien mengatakan anaknya Gg komunikasi verbal Hambatan psikologis
hanya bisa membentuk sepatah patah
kata
DO:
- Disfasia
- Sulit menyusun kalimat
- Verbalisasi tidak tepat
- Sulit mengungkapkan kata-kata

49
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gg interaksi social b.d hambatan perkembangan

2. Gg komunikasi verbal b.d hambatan psikologis

DIAGNOSA KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Gg interaksi sosial Setelah a. Identifikasi penyebab a. Gangguan interaksi pada
dilakukan pasien tidak mau anak autis biasanya juga
tindakan berinteraksi dengan yang dipengaruhi oleh
keperawatan lain. lingkungan yang
selama 7 x 24 dianggapnya kurang
jam, masalah b. Kaji interaksi nonverbal nyaman.
gangguan pada anak (ekspresi, b. Bentuk interaksi anak
interaksi social kontak mata, tingkat seringkali ditunjukkan
dapat responsive) dengan komunikasi
diminimalisir. nonverbal
c. Berikan umpan balik
Kriteria hasil: c. Anak cenderung tidak
positif saat pasien
- Responsif peduli dengan lingkungan
mampu berinteraksi
- Mampu sekitarnya.
dengan baik pada
berinteraksi temannya.
dengan d. Himbau pada keluarga d. Sikap memaksa pada anak

50
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
baik. untuk mengajarkan anak menyebabkan adanya
- Adanya berinteraksi secara tekanan pada
kontak bertahap dan tidak psikologisnya.
mata memaksa.
e. Kolaborasi dengan
e. Keluarga merupakan
keluarga
sumber koping dan role
model pada anak.
Gg komunikasi Setelah a. Identifikasi kemampuan a. Mengetahui kemampuan
verbal dilakukan anak dalam komunikasi anak menjadi
tindakan berkomunikasi secara indicator penting saat
keperawatan verbal. berinteraksi dengannya.
selama 7 x 24 b. Melatih kemampuan
jam, masalah b. Dorong anak untuk berbicara pada anak.
gangguan berbicara secara perlahan. c. Anak autis cenderung
komunikasi c. Gunakan benda-benda fokus pada benda-benda
verbal dapat yang disukai oleh pasien yang dianggapnya
diminimalisir. sebagai media menyenangkan
Kriteria hasil: komunikasi. d. Anak dengan autis
- Pasien d. Gunakan kata-kata yang cenderung memiliki
pasien mudah dimengerti oleh kesulitan dalam
sudah pasien. menginterpretasikan kata-
menujukka kata.
n respon e. Anjurkan keluarga untuk e. Sikap memaksa

51
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
yang sesuai mengajarkan anak mempengaruhi psikologis
berbicara secara perlahan anak.
dan tidak memaksa.
f. Ajarkan anak cara f. Pengguanaan komunikasi
berkomunikasi nonverbal. nonverbal membantu
dalam berkomunikasi.
g. Kolaborasi dengan dokter. g. Terapi wicara yang akan
dijalankan oleh anak.

52
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Dx Kep Impelementasi TTD Evaluasi TTD


tgl
Gg Interaksi sosial a. Mengidentifikasi penyebab pasien tidak S: Ibu klien mengatakan anaknya masih
mau berinteraksi dengan yang lain. tidak mau bermain bersama teman-
b. Mengkaji ekspresi nonverbal pada anak
temannya.
(ekspresi, kontak mata, tingkat responsive)
O:
c. Memberikan umpan balik positif saat pasien
- Pasien tampak tidak peduli dengan
mampu berinteraksi dengan baik pada
teman sebayanya.
temannya.
d. Menghimbau pada keluarga untuk - Kurang responsive saat diajak
mengajarkan anak berinteraksi secara berkomunikasi.
bertahap dan tidak memaksa. - Kontak mata kurang.
e. Berkolaborasi dengan keluarga
- Ekspresi wajah tidak responsive.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi a-d
Gg komunikasi verbal a. Mengidentifikasi kemampuan anak dalam S: Ibu klien mengatakan anaknya masih
berkomunikasi secara verbal. belum bisa berbicara dengan baik.
b. Mendorong anak untuk berbicara secara O:
perlahan. - Anak belum bisa menyusun kata per
c. Menggunakan benda-benda yang disukai kata.
oleh pasien sebagai media komunikasi. - Disfasia
d. Menggunakan kata-kata yang mudah - Verbalisasi tidak tepat

53
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
dimengerti oleh pasien. - Tampak belum bisa menggunakan
e. Menganjurkan keluarga untuk mengajarkan komunikasi nonverbal.
anak berbicara secara perlahan dan tidak A: Masalah belum teratasi
memaksa. P: Lanjutkan intervensi a - g
f. Mengajarkan anak cara berkomunikasi
nonverbal.
g. Berkolaborasi dengan dokter.
Gg Interaksi sosial a. Mengidentifikasi penyebab pasien tidak S: Ibu klien mengatakan anaknya tidak
mau berinteraksi dengan yang lain. peduli dengan teman-temannya dan asik
b. Mengkaji ekspresi nonverbal pada anak
main sendiri
(ekspresi, kontak mata, tingkat responsive)
O:
c. Memberikan umpan balik positif saat pasien
- Pasien tampak tidak peduli dengan
mampu berinteraksi dengan baik pada
teman sebayanya.
temannya.
d. Menghimbau pada keluarga untuk - Pasien fokus bermain sendiri dengan
mengajarkan anak berinteraksi secara mainannya.
bertahap dan tidak memaksa. - Kurang responsive saat diajak
e. Berkolaborasi dengan keluarga
berkomunikasi.
- Kontak mata kurang.
- Ekspresi wajah tidak responsive.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi a-d

54
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
Gg komunikasi verbal a. Mengidentifikasi kemampuan anak dalam S: Ibu klien mengatakan anaknya masih
berkomunikasi secara verbal. sering ngoceh sendiri dan kata-katanya tidak
b. Mendorong anak untuk berbicara secara dimengerti.
perlahan. O:
c. Menggunakan benda-benda yang disukai - Kemampuan komunikasi verbal
oleh pasien sebagai media komunikasi. kurang
d. Menggunakan kata-kata yang mudah - Anak belum bisa menyusun kata per
dimengerti oleh pasien. kata.
e. Menganjurkan keluarga untuk mengajarkan - Disfasia
anak berbicara secara perlahan dan tidak - Verbalisasi tidak tepat
memaksa. - Tampak belum bisa menggunakan
f. Mengajarkan anak cara berkomunikasi komunikasi nonverbal.
nonverbal. A: Masalah belum teratasi
g. Berkolaborasi dengan dokter. P: Lanjutkan intervensi a - g
Gg Interaksi sosial a. Mengidentifikasi penyebab pasien tidak S: Ibu klien mengatakan anaknya masih
mau berinteraksi dengan yang lain. tidak mau saat diajak bermain bersama
b. Mengkaji ekspresi nonverbal pada anak
yang lain.
(ekspresi, kontak mata, tingkat responsive)
O:
c. Memberikan umpan balik positif saat pasien
- Pasien tampak tidak peduli dengan
mampu berinteraksi dengan baik pada
teman sebayanya.
temannya.
d. Menghimbau pada keluarga untuk - Pasien fokus bermain sendiri dengan
mengajarkan anak berinteraksi secara mainannya.

55
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
bertahap dan tidak memaksa. - Kurang responsive saat diajak
e. Berkolaborasi dengan keluarga
berkomunikasi.
- Kontak mata kurang.
- Ekspresi wajah tidak responsive.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi a-d
Gg komunikasi verbal a. Mengidentifikasi kemampuan anak dalam S: Ibu klien mengatakan anaknya masih
berkomunikasi secara verbal. belum bisa berbicara dengan baik.
b. Mendorong anak untuk berbicara secara O:
perlahan. - Kemampuan komunikasi verbal
c. Menggunakan benda-benda yang disukai kurang
oleh pasien sebagai media komunikasi. - Anak belum bisa menyusun kata per
d. Menggunakan kata-kata yang mudah kata.
dimengerti oleh pasien. - Disfasia
e. Menganjurkan keluarga untuk mengajarkan - Verbalisasi tidak tepat
anak berbicara secara perlahan dan tidak - Tampak belum bisa menggunakan
memaksa. komunikasi nonverbal.
f. Mengajarkan anak cara berkomunikasi A: Masalah belum teratasi
nonverbal. P: Lanjutkan intervensi a - g
g. Berkolaborasi dengan dokter.

56
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Autisme adalah gangguan pervasif atau kualitatif pada bayi atau anak dengan
usia kurang dari 3 tahun (30 bulan) yang mencakup bidang komunikasi verbal dan
non-verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial/ prilaku.
Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria lebih sering dari
wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang terkena akan
menunjukkan gejala yang lebih berat.
Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis
disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat
gangguan biokimia, gangguan psikiatri/jiwa, dan kombinasi makanan yang salah atau
lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada
usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.
Tanda dan gejala pada anak autisme yang sering muncul adalah Penarikan
diri, Gerakan tubuh stereotipik, Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada
tangannya, menatap pada objek, Perilaku ritualistik dan konvulsif, Ledakan
marah/emosional, Kontak mata minimal atau tidak ada, Keterbatasan kognitif,
echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat berbicara, dan
Intelegensi minimal.
Untuk mengetahui autisme pada anak, maka orang tua harus mengetahui
perkembangan dan pertumbuhan anak normal dan dilakukannya pemeriksaan klinis.
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyatakan bahwa anak akan
sembuh total dari autis, tapi para orang tua bisa mencegah anak menjadi autis dengan
cara pemberian terapi prilaku (terapi wicara, terapi okupasi, dan menghilangkan
prilaku yang asosial) dan terapi farmakologis sehingga diharapkan perkembangan
anak akan berjalan dengan baik.

57
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
B. SARAN
a) Mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang kelainan perkembangan perpasif
pada anak dengan autisme., sehingga dalam pelaksanaannya dapat memperlakukan
anak dengan kondisi tersebut dengan baik dan dapat memberikan pemahaman kepada
orang tua yang memiliki anak dengan kondisi tersebut.
b) Perawat
Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan pada anak dengan autis dan mampu
memberikan penkes kepada orang tua tentang bagaimana memperlakukan anak
dengan kondisi tersebut.

58
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
DAFTAR PUSTAKA

Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.HtmlDanuatmaja,B.


(2003).

Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta: Puspa SuaraEllah Siti Chalidah (2005),

Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan Pendidikan Khusus,


Jakarta: DiktiSoetjiningsih (1994).

Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.Sutadi Rudi, Bawazir L.A.


Tanjung Nia, Adeline Rina (2003)

Penatalaksanaan Holistik autisme. Jakarta Pusat Informasii dan Penerbitan


Bagian Ilmu penyakit Dalam. Jakarta: FK UISource (Sumber) :
Dikdasmen

Depdiknaswww.ditplb.or.idhttp://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-
tentang-autisme.html 13

59
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
60
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
61
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep

Anda mungkin juga menyukai

  • Teknik Sanitasi Susu
    Teknik Sanitasi Susu
    Dokumen10 halaman
    Teknik Sanitasi Susu
    Ghina Khoerunisa
    Belum ada peringkat
  • Psikiatri Komunitas
    Psikiatri Komunitas
    Dokumen23 halaman
    Psikiatri Komunitas
    Johariscan
    100% (1)
  • Dislokasi Bahu
    Dislokasi Bahu
    Dokumen36 halaman
    Dislokasi Bahu
    VictorJansen
    67% (3)
  • Mantap Kayaknyaa
    Mantap Kayaknyaa
    Dokumen6 halaman
    Mantap Kayaknyaa
    fakk
    Belum ada peringkat
  • Uas Ikm
    Uas Ikm
    Dokumen34 halaman
    Uas Ikm
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • F 13693 Woc-Askep-Retinoblastoma
    F 13693 Woc-Askep-Retinoblastoma
    Dokumen4 halaman
    F 13693 Woc-Askep-Retinoblastoma
    Dwi Laila Ranti
    Belum ada peringkat
  • Uas Ikm
    Uas Ikm
    Dokumen2 halaman
    Uas Ikm
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Indra
    Bab 3 Indra
    Dokumen1 halaman
    Bab 3 Indra
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Keluarga Rika
    Format Askep Keluarga Rika
    Dokumen11 halaman
    Format Askep Keluarga Rika
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Isi KMB
    Isi KMB
    Dokumen2 halaman
    Isi KMB
    rabbaniyah
    Belum ada peringkat
  • Terapi Komplementer Vs Terapi Alternatif
    Terapi Komplementer Vs Terapi Alternatif
    Dokumen4 halaman
    Terapi Komplementer Vs Terapi Alternatif
    Rifa Riviani
    100% (6)
  • BAB 3 Rian
    BAB 3 Rian
    Dokumen1 halaman
    BAB 3 Rian
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Terapi Komplementer
    Terapi Komplementer
    Dokumen21 halaman
    Terapi Komplementer
    fauziahrudhiati
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Nyeri Kanker Dengan Terapi Komplementer
    Manajemen Nyeri Kanker Dengan Terapi Komplementer
    Dokumen7 halaman
    Manajemen Nyeri Kanker Dengan Terapi Komplementer
    Lingga Wardanu
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen9 halaman
    A
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Halima
    Bab 3 Halima
    Dokumen2 halaman
    Bab 3 Halima
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Halima
    Bab 3 Halima
    Dokumen2 halaman
    Bab 3 Halima
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Bray
    Bray
    Dokumen1 halaman
    Bray
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen9 halaman
    A
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Arti Perawat
    Arti Perawat
    Dokumen9 halaman
    Arti Perawat
    senjaagustina
    Belum ada peringkat
  • Terapi Kognitif PDF
    Terapi Kognitif PDF
    Dokumen21 halaman
    Terapi Kognitif PDF
    Alfian Ikhwan
    100% (2)
  • RM Rika
    RM Rika
    Dokumen1 halaman
    RM Rika
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Theraphy Komplementer Rika
    Theraphy Komplementer Rika
    Dokumen6 halaman
    Theraphy Komplementer Rika
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Ajal Kelompok
    Ajal Kelompok
    Dokumen6 halaman
    Ajal Kelompok
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Terapi Musik
    Terapi Musik
    Dokumen5 halaman
    Terapi Musik
    Okta Nurandi Pratama
    Belum ada peringkat
  • Komplementer 2
    Komplementer 2
    Dokumen1 halaman
    Komplementer 2
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Rian Gila
    Rian Gila
    Dokumen4 halaman
    Rian Gila
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • 38 125 1 PB
    38 125 1 PB
    Dokumen27 halaman
    38 125 1 PB
    Anonymous IYk15sCm3
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Komplementer
    Jurnal Komplementer
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Komplementer
    Asti Winda Wati
    Belum ada peringkat