Anda di halaman 1dari 5

PERBEDAAN EFEKTIFITAS METODE PENDIDIKAN KESEHATAN BASIC LIFE

SUPPORT (BLS) AUDIOVISUAL DENGAN DEMONSTRASI TERHADAP


KEMAMPUAN LIFE SAVING PADA MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN
FIK UNIVERSITAS KADIRI

THE DIFFERENCES OF EFFECTIVENESS OF HEALTH EDUCATION METHOD


FOR AUDIOVISUAL BASIC LIFE SUPPORT (BLS) WITH DEMONSTRATION OF
LIVE SAVING ABILITY TO STUDENTS OF NURSING SCIENCE FIK KADIRI
UNIVERSITY

Sri Haryuni1, Wiwin Sulistyawati2


1,2
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
Email: sisri_83@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendidikan kesehatan BLS pada mahasiswa ilmu keperawatan sebagai calon tenaga kesehatan sangat
diperlukan sebagai upaya peningkatan kemampuan live saving sehingga mahasiswa mampu melakukan
perawatan pada pasien dengan kegawatan nafas dan jantung saat praktek di RS maupun saat menghadapi pasien
dengan henti nafas dan henti jantung di manapun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
efektifitas metode pendidikan kesehatan Basic Life Support (BLS) audiovisual dengan demonstrasi terhadap
kemampuan live saving pada mahasiswa dengan penyakit kardiovaskuler. Metode yang digunakan adalah quasi
eksperimental, dengan pretest dan posttest design. Penelitian ini menggunakan Purposive Sampling dan
membagi responden menjadi dua kelompok, kelompok metode audiovisual (n=17) dan kelompok metode
demonstrasi (n=17). Berdasarkan uji normalitas data didapatkan data berdistribusi normal sehingga uji statistic
yang digunakan adalah uji parametric yaitu menggunakan Paired T Test dan Independent T Test. Hasil uji paired
t test didapatkan data pvalue = 0,001 , ada perbedaan kemampua live saving mahasiswa sebelum dan sesudah
pelatihan dengan metode demonstrasi, dan p value = 0,003, ada perbedaan kemampuan live saving mahasiswa
sebelum dan sesudah pelatihan dengan metode audiovisual. Sedangkan hasil uji independent test didapatkan
pvalue = 0,04. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan efektivitas antara metode audiovisual dan metode
demonstrasi dengan kemampuan live saving mahasiswa ilmu keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian ini
perlunya BLS diajarkan secara demonstrasi agar lebih meningkatkan kemampuan live saving mahasiswa.

Kata kunci: pendidikan kesehatan, basic life support, audiovisual, demonstrasi, life saving

ABSTRACT
BLS health education in nursing students as a candidate for health workers is needed. This is as an
effort to improve the live saving ability so that students are able to perform treatment in patients with breath
and heart sigh during practice in hospital as well as facing patients with stop breathing and cardiac arrest
anywhere. This study aims to know the differences of effectiveness of health education method for Audiovisual
Basic Life Support (BLS) with demonstration of live saving ability in students with cardiovascular disease. The
method used is quasi experimental, with pretest and posttest design. This research uses Purposive Sampling and
dividing the respondents into two groups; the audiovisual method group (n = 17) and the demonstration method
group (n = 17). Based on the normality test data, it is obtained normal distributed data so that statistical test
used is parametric test by using Paired T Test and Independent T Test. The result of paired t test is obtained p-
value = 0,001, there is difference of life saving before and after training with demonstration method, and p-
value = 0,003, there is difference of live saving ability of student before and after training with audiovisual
method. While the test results of independent test is obtained p-value = 0.04. This shows there is a difference in
effectiveness between audiovisual methods and demonstration methods with live saving skills of nursing science
students. Based on the results of this study the BLS needs to be taught in a demonstration model in order to
improve the ability of live saving students.

Keywords: health education, basic life support, audiovisual, demonstration, life saving

PENDAHULUAN cardiac arrest (WHO, 2011). Tiap tahunnya


di Amerika terjadi 420.000 kasus henti
Salah satu penyebab kematian akibat jantung. Henti jantung sendiri adalah
penyakit jantung adalah henti jantung atau kondisi gawat darurat karena dapat terjadi

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 1 Tahun 2017 - 31


secara mendadak dan membutuhkan kelompok metode audiovisual (n=17) dan
penanganan cepat. Jika tidak dilakukan kelompok metode demonstrasi (n=17).Pada
bantuan hidup dasar segera, korban dapat kedua kelompok dilakukan pretest untuk
meninggal (AHA, 2013). menentukan kemampuan life saving sebelum
Salah satu kasus kegawatdaruratan intervensi, pada kelompok pertama diberikan
yang dapat mengancam jiwa jika tidak pendidikan kesehatan dengan metode
mendapatkan penanganan yang baik dari audiovisual, dan kelompok kedua diberikan
petugas kesehatan adalah Cardiac Arrest pendidikan kesehatan dengan metode
atau henti jantung. Cardiac Arrest atau henti demonstrasi sebanyak 3 kali dalam 1 kali
jantung merupakan suatu keadaan dimana pertemuan. Setelah intervensi dilakukan post
sirkulasi darah berhenti akibat kegagalan test kemampuan life saving pada kedua
jantung utuk berkontraksi secara efektif kelompok. Analisa data menggunakan uji
(Subagiyo, 2010). Basic life Support (BLS) parametrik yaitu Paired T test dan Independent
atau bantuan hidup dasar merupakan T Test.
tindakan pertolongan yang diberikan
sesegera mungkin pada keadaan henti nafas HASIL DAN PEMBAHASAN
(Respiratory Arrest) dan henti jantung
(Cardiac Arrest) yang bertujuan untuk Kemampuan live saving mahasiswa PSIK
menghentikan proses menuju kematian. FIK Universitas Kadiri sebelum pelatihan
Mahasiswa Ilmu Keperawatan sebagai
calon tenaga kesehatan perlu untuk Tabel 1
mempunyai kompetensi Basic Life Support Skor kemampuan live saving mahasiswa
(BLS), sehingga apabila terjadi cardiac arrest sebelum pelatihan dengan n= (34)
pada pasien di manapun mahasiswa ilmu
keperawatan mampu memberikan pertolongan Terapi Mean Standar 95%
pertama sebagai salah satu upaya live saving Deviasi CI
pada pasien. Oleh karena perlu upaya untuk Demonstrasi 5,71 2,144 4,60-
memberikan pendidikan kesehatan BLS pada 6,81
mahasiswa ilmu keperawatan sebagai upaya audiovisual 6,12 1,111 5,55-
peningkatan kemampuan live saving sehingga 6,69
kondisi pasien bisa membaik apabila terjadi
kegawatan nafas dan jantung. Tabel 1 menunjukkan rerata
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kemampuan live saving mahasiswa sebelum
oleh Yatma, Ruhyana & Widaryati (2014) pelatihan dengan metode demonstrasi 5,71,
pendidikan kesehatan audiovisual lebih efektif 95% skor kemampuan live saving mahasiswa
dibandingkan dengan metode praktik, antara 4,60 sampai 6,81. Rerata kemampuan
sedangkan menurut Sutton, et al. (2011) live saving mahasiswa sebelum pelatihan
menunjukkan hasil bahwa pelatihan RJP dengan metode audiovisual 6,12, 95% skor
singkat dengan penggunaan metode kemampuan live saving mahasiswa antara 5,55
audiovisual dan umpan balik instruktur sampai 6,69.
sama-sama efektifnya. Hasil beberapa penelitian menunjukkan
Penelitian ini bertujuan untuk bahwa mahasiswa keperawatan belum siap
mengetahui perbedaan efektifitas metode untuk melakukan BLS. Dalam penelitian
pendidikan kesehatan audiovisual dengan Chandrasekaran (2010) sebanyak 98,4% (314
demonstrasi terhadap kemampuan live saving orang) mahasiswa keperawatan memiliki
pada mahasiswa ilmu keperawatan Fakultas kesadaran yang rendah terhadap BLS. Hal ini
Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri tahun didukung dengan hasil penelitiannya Husebo
2016. et al, (2012) yang mendapatkan data bahwa
performa perawat dalam melakukan RJP
METODE masih buruk.Perkins et al (2008), mengatakan
Metode yang digunakan adalah quasi bahwa knowledge danskills sangat diperlukan
eksperimental, dengan pretest dan posttest dalam melakukan tindakan RJP, tetapi dalam
design Penelitian ini akan dilakukan dengan konteks mahasiswa yang kurang terpapar
memilih responden berdasarkan kriteria inklusi dalam peristiwa-peristiwa yang membutuhkan
dikelompokkan menjadi dua kelompok, tindakan tersebut, sering tidak mempunyai

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 1 Tahun 2017 - 32


kompetensi dalam BLS .Oleh karena itu, Berdasarkan uji statistik dengan paired
penting untuk memberikan pendidikan t test didapatkan pvalue = 0,003, Hal ini dapat
kesehatan dan menemukan metode mengajar disimpulkan ada perbedaan kemampuan live
yang mendukung Knowledge dan skills tentang saving mahasiswa sebelum dan sesudah
RJP pada mereka. pelatihan dengan metode audiovisual. Metode
audiovisual sangat efektif sebagai media
Kemampuan live saving mahasiswa PSIK pembelajaran mada mahasiswa. Media
FIK Universitas Kadiri sesudah pelatihan audiovisual mengandalkan pendengaran dan
Tabel 2 penglihatan dari khalayak sasaran. Sehingga,
Skor kemampuan live saving mahasiswa seseorang yang ingin daya ingat dan otaknya
sesudah pelatihan di FIK Universitas tajam dapat dilakukan dengan cara
Kadiri Maret 2017 dengan n= (34) menggunakan media pendengaran (telinga)
dan penglihatan (mata). Maka dari itu, media
Terapi Mea Standa 95% P audiovisual merupakan alat yang digunakan
n r CI Valu untuk meningkatkan kemampuan otak,
Devias e khususnya ketajaman otak dan daya ingat,
i melalui media yang dapat didengar dan dilihat
Demonstras 9,29 1,961 8,29- 0,001 (Cahyo, 2011). Hal ini juga sejalan dengan
i 10,3 penelitian yang dilakukan oleh Yatma (2014)
0 yang menyatakan bahwa metode audio
Audiovisual 10,06 1,249 9,42- 0,003 visual dapat meningkatkan pengetahuan
10,7 bantuan hidup dasar.
0
Perbedaan efektifitas pelatihan dengan
Tabel 2 menunjukkan rerata skor metode demonstrasi dan metode
kemampuan live saving mahasiswa sesudah audiovisual dalam meningkatkan
pelatihan dengan metode demonstrasi 9,29. kemampuan live saving mahasiswa.
Rerata skor kemampuan live saving
mahasiswa sesudah pelatihan dengan metode Tabel 3
audiovisual 10,06. Hal tersebut menunjukkan Perbedaan efektifitas antara pelatihan
peningkatan rerata kemampuan live saving dengan metode demonstrasi dan
setelah diberikannya pelatihan baik secara audiovisual Maret 2017 dengan n= (34)
demontrasi maupun audiovisual. Kelompok Sebelum Sesudah
Berdasarkan uji statistik dengan (p) (p)
paired t test didapatkan pvalue = 0,001, Hal ini Demonstrasi 0,487* 0,04*
dapat disimpulkan ada perbedaan kemampuan Audiovisual
live saving mahasiswa sebelum dan sesudah
pelatihan dengan metode demonstrasi. Hal ini *Bermakna pada α = 0,05
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wardani (2011) menunjukkan bahwa Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji
ada pengaruh prestasi belajar dengan statistik dengan independent t test didapatkan
penerapan metode demonstrasi. Metode pvalue = 0,04 maka dapat disimpulkan ada
demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses perbedaan yang signifikan kemampuan live
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai saving mahasiswa setelah pelatihan dengan
pada penampilan tingkah laku yang metode demonstrasi dan metode audiovisual
dicontohkan agar dapat diketahui dan dimana metode demonstrasi lebih efektif
dipahami oleh peserta secara nyata ataupun dibandingkan audiovisual. Hal ini sejalan
tiruannya (Syaiful, 2008). Dimana metode dengan penelitian Wardani (2011) di
demonstrasi lebih mudah untuk memahami Surakarta menunjukkan bahwa prestasi
sesuatu karena proses pembelajaran belajar dengan penerapan metode
menggunakan prosedur atau tugas dengan demonstrasi lebih baik jika dibandingkan
dibantu dengan alat peraga, peserta didik dengan penerapan metode ceramah. Menurut
dirangsang untuk mengamati, menyesuaikan Sanjaya (2009) mengemukakan bahwa
teori dengan kenyataan dan dapat melakukan metode demonstrasi adalah metode
sendiri penyajian pelajaran atau materi dengan

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 1 Tahun 2017 - 33


memperagakan dan mempertunjukkan Emergency Cardiovascular Care.
kepada siswa tentang suatu proses, situasi Circulation 2010;122; S862-S875
atau benda tertentu baik benda sebenarnya Berg RA, Hemphill R, Abella BS,
maupun hanya tiruan dan tidak terlepas dari Aufderheide TP, Cave DM,
penjelasan secara lisan oleh pendidik. Hazinski MF. (2010) Part 5: Adult
Sehingga menurut peneliti proses penjelasan Basic Life Support: American
demonstrasi lebih jelas dan nyata Heart Association Guidelines for
dibandingkan dengan metode audiovisual yang Cardiopulmonary Resuscitation and
hanya mengandalkan pendengaran dan Emergency Cardiovascular Care.
penglihatan dari khalayak sasaran tanpa ada Circulation 2010;122; S685-S705
contoh secara langsung. Cahyo, A. N (2011). Berbagai Cara Latihan
Otak dan Daya Ingat dengan
KESIMPULAN Menggunakan Ragam Media Audio
Visual. Jogjakarta : Diva Press
Berdasarkan hasil penelitian dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan (2013). Laporan Hasil Riset
bahwa : Kesehatan Dasar Indonesia
1. A (Riskesdas). Jakarta
da perbedaan kemampuan live saving Dine CJ, Gersh RE, Leary M, Riegel BJ,
mahasiswa sebelum dan sesudah Bellini LM, Abella BS. (2008)
pelatihan dengan metode demonstrasi Improving cardiopulmonary
2. A resuscitation quality and
da perbedaan kemampuan live saving resuscitation training by combining
mahasiswa sebelum dan sesudah audiovisual feedback and
pelatihan dengan metode audiovisual debriefing. Crit Care Med;36:2817–
3. Ada perbedaan yang signifikan skor 22.
kemampuan live saving mahasiswa Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan.
setelah pelatihan dengan metode Yogyakarta: Graha Ilmu
demonstrasi dan metode audiovisual. Pratondo dan Oktavianus. (2010). Persepsi
perawat tentang faktor-faktor yang
REFERENSI mempengaruhi keberhasilan
resusitasi jantung paru (RJP) di
AHA. (2013). About Cardiac Arrest. UPJ RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Available from: Diakses dari jurnal.
http://www.heart.org/HEARTORG/ stikeskusumahusada.ac.id/index.php
Conditions/More/CardiacArrest/Abo /jk/article/download/26/27.p113.
utCardiacArrest_UCM_307905_Arti Diakses 10 April 2016
cle.jsp. [cited 10 April 2016] Pusbankes 118. (2013). Penanggulangan
American Heart Association. (2010). Penderita Gawat Darurat (ppgd).
Management of Cardiac Arrest. Basic Trauma and Cardiac Support
Circulation ; 112;IV-58-IV-66. (BTCLS). Yogyakarta: Persi DIY.
Lippincott Williams & Wilkins, a Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran
division of Wolters Kluwer Health, Berorientasi Standar Proses
351 West Camden Street, Baltimore. Pendidikan. Jakarta: Kencana
American Heart Association. (2010). Subagiyo, A., Achyar., Ratnaningsih, E,
Scientific Position Risk Factors & Suginman, T., Kosasih, A.,
Coronary Heart Disease. AHA Agustinus, R. (2011). Buku Panduan
Scientific Position. Kursus Bantuan Hidup Jantung
Berg MD, Schexnayder SM, Chameides L, Dasar. Jakarta : PP PERKI.
Terry M, Dooghue A, Hickey RW. Sudiharto dan Sartono. (2011). Basic Trauma
(2010) Part 13: Pediatric Basic Life Cardiac Life Support. Jakarta:
Support: American Heart CV.Sagung Seto
Association Guidelines for Sutton RM, Niles D, Meaney PA,. Aplenc
Cardiopulmonary Resuscitation and R., Frech B., Abella B.S., Lengeti
EL., Berg R.A., Helfaer M.A.,

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 1 Tahun 2017 - 34


Nadkarni V. (2011). “Booster”
training: evaluation of instructorled Wardani, R. A. (2011). Pengaruh Metode
bedside cardiopulmonary Demonstrasi Terhadap Prestasi
resuscitation skill training and Belajar Mata Kuliah ASKEB II
automated corrective feedback to Persalinan (Standart Asuhan
improve cardiopulmonary Persalinan Normal) Ditinjau dari
resuscitation compliance of pediatric Motivasi Belajar pada Mahasiswa
basic life support providers during Prodi Kebidanan STIKES Dian
simulated cardiac arrest. PediatrCrit Husada Mojokerto. Perpustakaan
Care Med.;12(3):e116- e121. digital Surakarta: Universitas
doi:10.1097 /PCC. Sebelas Maret
0b013e3181e91271. World Health Organization. Global atlas on
Syaiful. (2008). Konsep dan Makna cardiovascular disease prevention
Pembelajaran. Jakarta Alfabeta and control. Switzerland: WHO;
Tarbiyah 2009. Peran media audio dan visual 2011. 164p. ISBN 978 92 4 156437
dalam pembelajaran. <hhtp : //one 3
indoskripsi com/>. diakses tanggal Yatma, Ruhyana & Widaryati .(2014).
10 April 2016 Efektivitas metode penyuluhan
audiovisual dan praktik terhadap
Travers AH, Rea TD, Bobrow BJ, Edelson tingkat pengetahuan bantuan hidup
DP, Berg RA, Sayre MR. (2010) dasar pada nelayan di pantai Depok
Part 4: CPR Overview: American Yogyakarta. Jurnal Stikes Aisiyah
Heart Association Guidelines for Yogyakarta.
Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care.
Circulation 2010;122; S676-S684

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 1 Tahun 2017 - 35

Anda mungkin juga menyukai