Anda di halaman 1dari 108

BUKU INFORMASI

Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul


Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4

A. TUJUAN UMUM......................................................................................... 4

B. TUJUAN KHUSUS ...................................................................................... 4

BAB II MENGIKUTI PROSEDUR PADA TEMPAT KERJA UNTUK MENGIDENTIFIKASI


BAHAYA DAN PENGHINDARANNYA ............................................................................. 5

A. Pengetahuan Dasar .................................................................................. 5

BAB III PEMELIHARAAN KEBERSIHAN PERLENGKAPAN DAN AREA KERJA ................... 26

A. Perlengkapan Dipilah Sebelum Melakukan Pembersihan dan Pera .............. 26

B. Identifikasi dan Klasifikasi Peralatan Pembersih ........................................ 26

C. Membersihkan dan Mensanitasi Tempat Kerja .......................................... 46

D. Membersihkan dan Mensanitasi Area Kerja ............................................... 48

E. Penataan Peralatan di Area Kerja ............................................................ 52

F. Menangani Limbah dan Linen .................................................................. 53

BAB IV PENEMPATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN JENIS PEMADAM KEBAKARAN,


PENGGUNAAN DAN PROSEDUR PENGOPERASIAN DITEMPAT KERJA ........................... 55

A. Pengidentifikasi Pemadam Kebakaran yang sesuai pada tipe yang tepat


untuk lingkungan tempat kerja. ............................................................... 55

BAB V PELAKSANAAN PROSEDUR DARURAT .............................................................. 68

A. Prosedur Perlindungan Mesin Pada Saat Tanda Bahaya Muncul. ................ 68

B. Denah Keadaan Darurat .......................................................................... 72

C. Pengenalan Isyarat Bahaya ..................................................................... 74

D. Tindakan Darurat ................................................................................... 77

B. Mengikuti Prosedur Alarm/Peringatan/Evakuasi Di Tempat Kerja. .............. 84

BAB VI MENJALANKAN DASAR-DASAR PROSEDUR KEAMANAN ................................... 87

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 2 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

A. Kebijakan/Prosedur Keamanan Dijalankan Berdasarkan Pelatihan Perusahaan


dan Undang Undang yang telah Dibuat dan Disepakati Oleh Perusahaan ... 87

B. Seluruh Keamanan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dicatat/Dilaporkan


Pada Formulir Yang Sesuai ...................................................................... 94

C. Seluruh Staf Disarankan Menggunakan Prosedur Keamanan Perusahaan dan


Metode Yang Tepat Dalam Penerapannya. ............................................... 96

BAB VII PELAKSANAAN PROSEDUR PENYELAMATAN PERTAMA DAN CARDIO-


PULMONARY-RESUSCIATION (CPR ) ....................................................................... 103

A. Seluruh Kegiatan Pertolongan Pertama Yang Telah Dilakukan Dicatat


/Dilaporkan Berdasarkan SOP Undang Undang K3 , Peraturan Undang -
Undang Dan Prosedur/Kebijakan Perusahaan. ........................................ 103

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 105

DAFTAR ALAT DAN BAHAN ..................................................................................... 106

A. Daftar Peralatan/Mesin ......................................................................... 106

B. Daftar Bahan ........................................................................................ 107

DAFTAR PENYUSUN ............................................................................................... 107

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 3 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM

Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu Mengikuti Prosedur


Kesehatan dan Keselamatan Kerja

B. TUJUAN KHUSUS

Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi memelihara


system rem ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat diharapkan
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Pemeliharaan sistem rem berikut komponen -komponennya dilakukan tanpa
menyebabkan kerusakan terhadap komponen atau system lainnya.
2. Informasi yang benar diakses dari spesifikasi pabrik dan dipahami.
3. Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang telah ditetapkan
berdasarkan spesifikasi pabrik.
4. Data yang tepat dilengkapi sesuai dengan Undang – undang K3
5. Seluruh kegiatan pemeliharaan sistem dan komponen dilakukan berdasarkan
berdasarkan SOP (Standard Operation Procedures), peraturan K3L
(Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan), dan prosedur/kebijakan
perusahaan.ata yang tepat dilengkapi sesuai denganhasil pemeliharaan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 4 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

BAB II
MENGIKUTI PROSEDUR PADA TEMPAT KERJA UNTUK
MENGIDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGHINDARANNYA

A. Pengetahuan Dasar

Pada awal pertama kali seorang instruktur yang baru diangkat dan diperintahkan untuk
mengajar suatu materi pelatihan, maka langkah pertama yang harus dilakukannya
dalam rangka mempersiapkan diri adalah mengumpulkan informasi tentang pelatihan
tersebut di mulai dari peserta pelatihan, program pelatihan dan sarana dan fasilitas
pelatihan.

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu sistem yang dirancang untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan yang baik pada orang yang bekerja.
Mengurangi kecelakaan dan penyebaran penyakit dengan mematuhi/taat pada
hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja tercemin pada sikap menuju
keselamatan di tempat kerja

Tempat-tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan (ekonomi Industri,


pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, pelayanan jasa, pertanian dan lain-
lain) yang menyangkut proses produksi dan distribusi barang maupun jasa.
Keselamatan kerja berkaitan dengan mesin, peralatan kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melaksanakan
pekerjaan.

Keselamatan kerja yang tidak baik akan mengundang resiko kecelakaan bagi tenaga
kerja, peralatan/mesin kerja dan orang lain serta lingkungan kerja, oleh karena itu
keselamatan kerja merupakan tanggung jawab semua orang yang terlibat dalam
suatu pekerjaan sehingga keselamatan kerja merupakan tugas dari, oleh dan untuk
setiap tenaga kerja dan orang lain.

Keselamatan kerja akan semakin penting artinya terutama untuk penerapan


teknologi,.khususnya teknologi yang lebih maju.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 5 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Keselamatan dan kesehatan kerja profesi dalam otomotif merupakan usaha


pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu profesi pekerjaan keahlian
mekanik otomotif dalam bengkel kerja otomotif.

2. Sasaran dan Tujuan Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan


Kerja

Tujuan dari berbagai strategi keselamatan dan kesehatan diatur pada standar dan
diwujudkannya serta dimonitor melalui program pencegahan dan pengendalian
semua bahaya di tempat kerja yang diselaraskan dengan undang-undang
keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
Sasaran Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah:
a. Untuk menjaga kesehatan, keselamatan clan kesejahteraan tiap orang pada
saat bekerja
b. Untuk melindungi setiap orang saat bekeda terhadap resiko pada
keselamatan dan kesehatannya.
c. Untuk membantu menjaga keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja
d. Untuk mengurangi tiap sumber yang berresiko pada kesehatan, keselamatan
dan kesejahteraan orang saat bekerja.
e. Untuk menyediakan kebutuhan pegawai dan perusahaan serta assosiasi
yang mewakili pegawai clan perusahaan dalam merumuskan dan
mewujudkan standart keselamatan dan kesehatan kerja.

Undang-undang keselamatan kerja No.1 tahun 1970 dan peraturan peraturannya,


mempunyai dasar hukum yang kuat sehingga setiap perusahaan berkewajiban untuk
melindungi karyawannya, sedangkan di lain pihak karyawan berkewajiban untuk
mentaati dan mematuhi ketentuan ketentuan/peraturan-peraturan keselamatan
kerja yang telah ditetapkan.

Tujuan dari keselamatan kerja sesuai dengan NO.1 tahun 1970 pasal 3 adalah
sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi peledakan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 6 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran


atau kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat pertolongan diri pada kecelakaan
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,cuaca, sinar
atau radiasi, suara atau getaran.
h. Mencegah atau mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis clan penularan infeksi.
i. Memperoleh penerangan yang cukup sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Mernelihara kebersihan kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
n. Mengamankan dan mamelihara segala jenis bangunan.
o. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

Keselamatan Kerja dan Peningkatan Produktivitas


Produktivitas adalah perbandingan antarat keluaran (output) kerja dan masukan
(input), makin besar perbandingannya (keluaran mendekati masukan) makin
produktif artinya produktivitas lebih tinggi.
Keselamatan kerja dapat meningkatkari produksi karena :
a. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang
menyebabkan sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi dan ditekan sekecil-
kecilnya sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari. Kecelakaan
selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan
kerugian--kerugian secara tidak langsung, yaitu kerusakan mesin dan
perlatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan
pada lingkungan kerja, mempengaruhi sikap mental pekerja di tempat
tersebut dan lain-lainnya, biaya-biaya sebagai akibat kecelakaan langsung
maupun tidak langsung cukup atau sangat besar.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 7 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

b. Tingkat keselamatan yang tinggi akan menciptakan kondisi-kondisi


mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja sehingga faktor manusia
bisa diserasikan dengan tingkat efisiensi sistim yang tinggi.
c. Keselamatan kerja yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan peran
serta Pengusaha dan Buruh/tenaga kerja akan membawa iklim keamanan
dan ketenangan kerja sehingga dapat membantu bagi hubungan Pengusaha
(Instansi Pengelola Usaha) dan Tenaga kerja yang menjadi landasan kuat
bagi terciptanya kelancaran produksi.
d. Perlindungan tenaga kerja yang meliputi keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama akan meningkat, motivasi kerja yang baik dan
juga dapat meningkatkan produktifitas kerja.

3. Rambu-Rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Adalah: merupakan tanda – tanda yang dipasang ditempat kerja/laboratorium, guna


mengingatkan atau mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan disekeliling
tempat tersebut terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan
kesehatan kerja.Sesuai dengan Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b bahwa
“Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja “

Yang dimaksud dengan rambu-rambu dalam laboratorium adalah semua bentuk


peraturan yang dituangkan dalam bentuk : Gambar-gambar/poster, Tulisan/ logo/
semboyan/motto, Simbol-simbol. Rambu dalam workshop yang sering dipasang
adalah : Rambu Larangan, Rambu Peringatan, Rambu Pertolongan, Rambu
Prasyarat. Keempat rambu tersebut diatas sangatlah penting untuk dipahami dan
disosialisasikan, disamping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum
peserta memasuki areal tempat kerja. Pemasangan tanda isyarat yang dikenal
dengan rambu - rambu di tempat kerja sangatlah penting karena sebagai fungsi

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 8 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

kontrol guna memberikan informasi yang jelas apa yang harus diketahui dan
dipersiapkan pada daerah tersebut.

Standar Rambu – Rambu K3

Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan tanda – tanda


yang dipasang ditempat kerja/laboratorium, guna mengingatkan atau
mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan disekeliling tempat tersebut
terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja

Landasan Hukum

1. Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b.


“Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja “

2. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Kriteria audit 6. 4. 4.
Manfaat Pemasangan Rambu
1. Menyediakan kejelasan informasi dan memberikan pengarahan. umum
2. Memberikan penjelasan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
3. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat
4. Mengigatkan para pelaksanan dimana harus menggunakan peralatan
perlindungan diri sebelum memulai aktifitas di tempat kerja.
5. Menunjukkan dimana peralatan darurat keselamatan berada.
6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilaku
yang tidak diperbolehkan.

Tanda digunakan untuk memperingatkan karyawan dan anggota masyarakat tentang


zat-zat berbahaya seperti asam, atau untuk menunjukkan fitur-fitur keselama tan
seperti keluar api. Mereka juga dapat memberikan informasi umum atau instruksi
spesifik tentang peralatan yang harus dipakai di daerah yang ditunjuk. Yang

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 9 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

dimaksud kan dengan rambu-rambu dalam laboratorium adalah semua bentuk


peraturan yang dituangkan dalam bentuk :
1. Gambar-gambar/poster
2. Tulisan/logo/semboyan/motto
3. Simbol-simbol

Beberapa tanda harus dipasang sebagai bagian yang dipersyaratkan dari aturan
kesehatan dan keselamatan kerja untuk membantu mengurangi risiko berbahaya,
adapun poster merupakan penjelasan yang menjelaskan suatu aktifitas dalam bentuk
sebab dan akibat. Kesemua hal tersebut diatas teraplikasikan rangka untuk
mengingatkan kembali pentingnya prosedur, proses pekerjaan dan hasil pekerjaan
yang aman dan memenuhi standar kualifikasi yang telah ditentukan berdasarkan
undang – undang keselamatan kerja yang berlaku. Adapun Rambu dalam workshop
yang sering dipasang adalah :
1.Rambu Larangan
2.Rambu Peringatan
3.Rambu Pertolongan
4.Rambu Prasyarat

Keempat rambu tersebut diatas sangatlah penting untuk dipahami dan


disosialisasikan, disamping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum
peserta memasuki areal tempat kerja.
Hal ini akan menjadikan peserta dapat melaksanakan prosedur pengerjaan/
pembelajaran didalam bengkel dengan bertanggung jawab.

Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu - rambu di tempat kerja
sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna memberikan informasi,
tentang kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan bahkan suatu pertolongan.
Oleh karena itulah sangatlah perlu adanya penjelasan pengetahuan tentang symbol,
kode tentang tanda yang akan dipasang sebagai rambu-rambu dengan standar
internasional.

Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu – rambu keselamatan dan
kesehatan kerja yang berlaku, dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah asal

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 10 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja
selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk
memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang di lakukan
dengan memperhitungkan :
1.Mengidentifikasi bahaya;
2 Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan; dan
3.Menentukan jenis rambu dan indicator apa yang perlu digunakan.

Rambu – rambu K3 pada umumnya terdiri dari beberapa symbol atau kode yang
menyatakan kondisi yang perlu mendapat atensi bagi siapa saja yang ada
dilokasi tersebut. Guna mempertegas suatu tanda atau rambu, dalam
pelaksanaannya dimedakan dlam bentuk warna – warna dasar yang sangat menyolok
dan mudah dikenali . Warna yang dipasang pada setiap rambu berupa warna :
1.Warna Merah : tanda Larangan ( Pemadam Api )
2.Warna kuning : tanda Peringatan atau Waspada atau beresiko bahaya
3.Warna Hijau : tanda zona aman atau pertolongan
4.Warna Biru : tanda wajib ditaati atau prasyarat
5.Warna Putih : tanda informasi umum
6.Warna oranye : tanda beracun

Warna – warna tersebut diatas merupakan warna dasar sebagai latarbelakang


(background), sedangkan gambar atau logo/simbol diatas warna dasar tersebut
merupakan warna kontras. Menurut standar yang berlaku secara internasional
berupa warna putih atau hitam.

Adapun bentuk – bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan dasar rambu K3 yang
perlu dipahami adalah seperti dalam table sbb:

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 11 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Tabel 1. Bentuk-bentuk kombinasi warna dan tulisan dasar rambu K3

Penggunaan bentuk rambu yang memuat tanda – tanda atau symbol ada 3 (tiga)
bentuk dasar yaitu :
1.Bentuk Bulat : Wajib atau bentuk larangan
2.Segitiga : Tanda peringatan
3.Segi Empat : Darurat, informasi dan tanda tambahan
Bentuk dasar rambu – rambu standar : yang perlu dipahami
Gbr . Bentuk dasar Rambu standar rambu standar

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 12 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Rambu – rambu standar :yang perlu dipahami

Gambar 1. Rambu – Rambu di Laboratorium/Workshop

Kita ketahui bahwa rambu rambu keselamatan penting untuk ditaati dan dipatuhi
agar kita semua terhindar dari kecelakaan. http://www.code-
knacker.de/sicherheitszeichen. htm. Berikut ini beberapa gambar dan penjelasan
rambu-rambu.

1. Rambu Larangan

Rambu ini adalah rambu yang meberikan larangan yang wajib ditaati kepada siapa
saja yang ada di lingkungan itu harus mematuhinya, tanpa ada pengecualiain.
Adapun larangan yang harus ditaati adalah sesuai dengan rambu gambar atau
informasi yang terpasang (Unfallverhutung – sicherheitzeichen). Ciri-ciri rambu
larangan yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna putih,

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 13 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

dan logo berwarna hitam, dengan lingkaran terpotong berwarna merah sebagai
berikut

Gambar 2. Rambu – rambu

2. Rambu Peringatan

Rambu ini adalah rambu yang meberikan peringatan yang perlu diperhatikan
kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena dapat mengakibatkan kejadian
yang tidak diinginkan. . Adapun Peringatan yang perlu diikuti adalah sesuai dengan
rambu gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu peringatan yang
sering ditemui yaitu bentuk segitiga, latar belakang berwarna kuning, dan logo/ga

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 14 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Gambar 3. Rambu Prasyarat/ Wajib Dilaksanakan

Rambu ini adalah rambu yang memberikan persyaratan dilaksanakan kepada siapa
saja yang ada di lingkungan itu karena prasyarat tersebut merupakan kewajiban
yang harus dilaksanakan. Adapun Prasyarat yang perlu dilaksankan adalah sesuai
dengan rambu tergambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu
prasyarat/kewajiban yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang
berwarna biru, dan logo/gambar berwarna putih.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 15 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Gambar 4. Rambu pertolongan

3. Rambu Pertolongan

Rambu ini adalah rambu yang memberikan bantuan/pertolongan serta arah yang
ada di lingkungan itu karena arah/per/longan tersebut merupak petunjuk arah yang
harus diikuti siapa saja terutama bila terjadi kondisi darurat. Adapun rambu
pertolongan atau petunjuk arah tersebut dipasang pada tempat yang strategis dan
mudah terlihat dengan jelas. Ciri-ciri rambu pertolongan atau petunjuk arah

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 16 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

tersebut berbentuk segi empat dengan warna dasar hijau dan logo/gambar warna
putih.

Gambar 5. Ciri-ciri rambu pertolongan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 17 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

4. Strategi Penerapan

Setiap dunia usaha sewajarnya memiliki strategi yang dapat memperkecil bahkan
menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai kondisi tempat
kerjanya. Strategi yang perlu diterapkan meliputi :

 Manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam


menghadapi kejadian kecelakaan kerja

 Manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang K3 bersifat formal


ataukah informal.

 Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat penerapan K3 yang optimal


sebagai faktor promosi perusahaan kekhalayak luas

KESIMPULAN

Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu – rambu keselamatan dan
kesehatan kerja yang berlaku, dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah asal
pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja
selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk
memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang di lakukan
dengan memperhitungkan : Mengidentifikasi bahaya, Menentukan kontrol apa yang
dibutuhkan, dan Menentukan jenis rambu dan indicator apa yang perlu digunakan
Berapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempergunakan tanda rambu K3, di
tempat kerja maupun disekeliling area kerja (laboratorium). Jenis rambu perlu
dipasang dguna mendukung terselenggaranya praktikum dengan baik dan aman
dapat berupa :Rambu dengan Simbol standar, Rambu dengan Simbol dan Tulisan,
Rambu berupa pesan dalam bentuk Tulisan, Rambu tulisan seharusnya digunakan
apabila tidak adanya symbol yang tersedia

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 18 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

4. Pemakaian Pakaian Pengaman sesuai SI ( Standar Internasional )

Peralatan Perlindungan Diri

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan


dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang dalam
keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan
alat-alat pelindung diri.
Penggunaan alat perlindungan diri harus dipandang sebagai "garis akhir per-tahanan”
Penggunaan alat pengaman hendaknya tidak dilihat sebagai sesuatu yang diperlukan
untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya.
Alat Perlindungan Diri haruslah:
a. Dibuat dan cocok bagi perorangannya, enak dipakai
b. Tidak mengganggu kerja
c. Memberikan perlindungan efektif terhadap suatu jenis bahaya
d. Dibersihkan secara menyeluruh dan teratur,
e. Dipelihara dengan baik (filter diganti, dsb.),
f. Diserahkan dengan latihan lebih dahulu bagi pekerja.
Dalam situasi tertentu kebutuhan untuk menggunakan alat pengaman memang sudah
jelas, misalnya penggunaan perlindungan mata ketika mengelas.
Seorang pekerja tidak perlu dipaksa menggunakan pelindung mata atau kacamata
khusus waktu mengelas, tetapi jika sakit atau luka akibat kerja itu tidak begitu serius,
sementara pekerja tidak dapat dipaksa menggunakan alat pengaman

Gambar 6. Penggunakan Alat Perlindungan Diri

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 19 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Sekali bentuk pengamanan perorangan yang khusus dipandang penting untuk tugas
tertentu, ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja menganjurkan pemakaian pengaman
dijadikan syarat bagi penerima kerja.

Menggunakan alat pengaman yang tidak tepat akan berbahaya dan dapat
mengakibatkan kerusakan permanen sebagian tubuh (cacat permanen) atau kematian.
Demikian pula dengan pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap
bahaya bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin
seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak
berdasi dan tidak ada lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya
memekai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak memakai perhiasan-
perhisan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi
justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan yang dapat meledak oleh
aliran listrik statis. Pakaian kerja termasuk sepatu seringkali tidak memadai untuk
melakukan pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang memakai pakaian tua sudah usang
untuk dipakai sehari-hari. Keadaan ini selain merugikan dilihat dari keselamatan juga
menunjukkan suatu mutu kehidupan yang rendah. Dalam menetapkan pemilihan atau
penggunaan pakaian kerja, perlu diikuti ketentuan-ketentuan atau petunjuk-petunjuk
dibawah ini:
a. Dalam pemilihan pakaian kerja, harus diperhitungkan bahaya-bahaya yang
mungkin menimpa tenaga kerja dan pakaian kerja harus dipilih menurut
kemampuannya untuk mengurangi bahaya sebesar mungkin,
b. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan
kantung, jika ada harus sedikit mungkin jumlahnya dan sekecil mungkin
ukurannya.
c. Baju longgar atau sobek, dasi dan kunci berantai atau arloji berantai tidak
boleh dipakai didekat bagian-bagian mesin yang bergerak.
d. Jika kegiatan produksi bertalian dengan bahaya peledakan atau kebakaran,
harus dicegah pemakaian bahan yang terbuat dari seluloid atau bahan-bahan
yang dapat terbakar lainya ketika bekerja.
e. Baju berlengan pendek lebih baik dari baju berlengan panjang yang digulung
lengannya ke atas.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 20 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

f. Benda-benda tajam atau runcing, bahan-bahan eksplosif atau beracun tidak


boleh dibawa dalam kantong pakaian kerja
g. Bekerja yang menghadapi debu-debu yang dapat terbakar, eksplosif atau
beracun tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan dan lain-lain
yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu.
h. Memakai pakaian longgar bisa menjadi sebab kecelakaan-kecelakaan.

Di bawah ini diberikan contoh-contoh sbb. :


a. Seorang tenaga kerja yang berpengalaman mulai membersihkan lubang di
bawah mesin. Untuk melindungi kepala dari tetasan oli dari mesin, ia menutup
kepala dengan pakaian yang diikatkan ke dagunya, sedangkan bagian dari
baju terjumbai di atas bahunya. Beberapa menit kemudian ia ditemukan mati
dengan kepala putus. Pakaian yang terjumbai telah ditarik oleh putaran mesin
yang terdapat kira-kira 1,20 meter dari dasar lubang.
b. Pada suatu pabrik pengolah hasil peternakan, tukang kapur bekerja dengan
memakai tangga di dekat bagian mesin yang berputar. Tiba-tiba lengan
bajunya tertarik oleh putaran mesin dengan akibat lengan bajunya tersobek-
sobek dan ia menderita beberapa luka.

Jika pakaian kerja cepat rusak oleh karena sifat pekerjaan yang berat, keadaan udara
yang lembab dan pekerjaan penuh kotoran, pengusaha harus menyediakan jenis
pakaian yang cocok. Bila tidak, tenaga kerja harus membeli sendiri pakaian demikian.

Macam – macam Alat Perlindungan Diri


Alat-alat perlindungan diri beraneka macamnya, jika digolong-golongkan menurut
bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka berikut adalah alat perlindungan diri
sesuai penggunaan pada bagian-bagian tubuh:
a. Kepala : Pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan
b. Mata : Kaca mata dari berbagai gelas
c. Muka : Perisai muka
d. Tangan dan jari-jari : Sarung tangan
e. Kaki : Sepatu

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 21 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

f. Alat pernapasan : Respirator / masker khusus


g. Telinga : Sumbat telingga, tutup telinga
h. Tubuh : Pakaian kerja dari berbagai bahan, afron
Untuk memilih alat-alat pelindung diri menurut keperluannya, dapat dilihat dalam di
bawah ini

Teknik pengangkatan /pemindahan secara manual

a. Cara mengangkat benda


Pengikatan beban yang berat akan aman bila diketahui letak
garis kerja gaya berat beban yang dimaksud. Ikatlah beban
seimbang pada garis kerja gaya beratnya. Tali pengikat dengan
sambungan yang telah diuji kekuatannya akan menghasilkan
keselamatan kerja. Dibawah ini diperlihatkan teknis
pemindahan benda yang berat.

Gambar 7. Cara mengangkat benda dengan car lift

b. Cara mengangkat dan memikiul benda


1) Waktu mengangkat benda, usahakanlah agar tubuh tetap tegak
2) Membagi–bagi berat beban sama rata.
3) Biarkan susunan tulang dari tubuh menyokong dan menopang beban.
4) Gunakan alat pemikul seperti penyandang, ambil kulit atau pikulan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 22 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Gambar 8. Cara mengangkat dan memikul benda

c. Mencegah terjadinya kecelakaan


Risiko terjadi luka dan kerugian pada kelengkapan untuk mengubah
pengangkatan yang sederhana; sebelum mengangkat dan melakukan sesuatu
dengan tenaga orang pada permulaan pekerjaan harus berhati–hati. Ruang kerja
harus bebas dari segala rintangan. Penghindaran rintangan adalah tindakan
untuk keselamatan tempat.

Gambar 9. Cara mengangkat benda

d. Penuntun cara mengangkat dengan tangan


Cara yang benar mengangkat dengan tangan. Tulang punggung manusia
bukanlah mesin angkat yang efisien dan dapat mudah rusak bila dipergunakan
cara–cara yang tidak benar.
1) Suatu angkatan hendaknya dimulai dengan kedudukan sipengangkat dalam
sikap yang seimbang dengan meletakkan kedua belah kaki agak meregang

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 23 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

dan barang yang diangkatnya harus di dekatkan dengan badan. Yakinlah


bahwa barang itu ada pegangan pengamannya. Sebelum mengangkat
punggung harus tegak dan dalam kedudukan sedikit mungkin dengan
barang yang diangkat.
2) Untuk mengangkat beban, mula-mula luruskan kaki. Cara ini untuk
menyakinkan bahwa daya angkat kita sedang disalurkan benar – benar
melalui urat – urat dan tulang.
3) Untuk melengkapi angkatan, luruskanlah badan bagian atas sampai dengan
keadaan tegak

e. Pengangkatan dengan dongkrak dan penopang dongkrak adalah alat untuk


menaikkan kendaraan guna mempermudah pekerjaan reparasi dibagian casis.
Ada beberapa jenis dongkrak seperti jenis hidrolis, jenis udara tekan, tergantung
pada kapasitas pengangkatannya.

Gambar 10. Cara mengangkat dengan dongkrak dan penopang

f. Penyangga
Penyangga untuk menunjang kendaraan yang sedang diangkat guna
pengamanan sewaktu melakukan perbaikan. Pada waktu menggunakan alat
pengangkat, dongkrak atau penyangga, utamakan keamanan kerja karena
kesalahan kecil dapat menyebabkan kecelakaan besar.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 24 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Gambar 11. Beberapa konstruksi jack stand

g. Lokasi dongkrak dan penyangga


Untuk mencegah agar tempat penempatan dongkrak dan penyangga tidak
rusak, pilihlah tempat-tempat yang kuat.

Itulah cara mengangkat benda berat secara manual..

Gambar 12. Cara mendongkrak kendaraan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 25 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

BAB III
PEMELIHARAAN KEBERSIHAN PERLENGKAPAN DAN AREA KERJA

A. Perlengkapan Dipilah Sebelum Melakukan Pembersihan dan Pera

Peralatan pembersih (cleaning equipment) adalah semua alat pembersih yang fungsi
utamanya untuk membersihkan atau menghilangkan noda pada komponen benda
datar, tegak, bertekstur, bercelah pada suatu benda dan benda yang bergerak
maupun yang tidak bergerak.

B. Identifikasi dan Klasifikasi Peralatan Pembersih

1. Peralatan pembersih manual adalah peralatan yang digerakkan dengan


menggunakan tenaga manusia tampa bantuan energi listrik.
a. Peralatan pembersih tenaga mesin adalah peralatan yang digerakkan dengan
menggunakan energi listrik.
b. Peralatan pelindung kerja (protective equipment) adalah peralatan yang
berfungsi untuk melindungi tenaga kerja.
c. Peralatan pendukung (supportive equipment) adalah peralatan yang berfungsi
sebagai pelengkap atau pendukung.
2. Penggunaan metode yang aman dan benar untuk pembersihan dan pemeliharaan
perlengkapan

Pemeliharaan kebersihan perlengkapan dan area kerja


1. Alat-Alat Kebersihan
Alat-alat kebersihan yang diperlukan pada bengkel ,khususnya bengkel otomotif terdiri
dari:
a. Sapu ijuk berfungsi untuk membersihkan lantai berupa kotoran sampah
kering atau debu
b. Sapu lidi berfungsi untuk membersihkan halaman bengkel dari sampah-
sampak kering.
c. Alat Pel berfungsi untuk membersihkan air atau zat cair dari lantai.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 26 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

d. Vacuum Cleaner berfungsi untuk menyedot debu/kotoran yang tidak dapat


dibersih dengan sapu atau kain pel,misalnya; Sofa, karpet, dan saluran
ventilasi udara, baik pada ruangan bengkel ataupun pada kendaraan yang
sedang diperbaiki.
e. Pasir/serbuk kayu berfungsi untuk menyerap tumpahan oli atau minyak
pada lantai, sebelum disapu atau dipel.

.
Gambar 13. Menjaga kebersihan lingkungan kerja

2. Kerugian dari Kebersihan yang Buruk

Kebersihan yang buruk dapat menimbulkan berbagai kecelakaan, cidera,


kerusakan dan masalah :
a. Kesuban, terpotong dan cidera mata terjadi bila butiran metal dan
serpihan tertinggal diatas meja kerja dan permesinan.
b. Terpotong Jari dan Tangan terjadi bila sisa metal yang tajam ditinggalkan
tergeletak diatas meja kerja.
c. Kecelakaan Terpeleset dan Jatuh terjadi bila perkakas, peralatan dan sisa
material ditinggalkan tergeletak di lantai.
d. Cidera tertumbu terjadi bila tumpukan yang tidak stabil atau laci
penyimpanan kelebihan beban ambruk.
e. Waktu Terbuang karena perkakas, peralatan dan material yang selalu
berpindah dan harus diatur kembali.
f. Terlepas dari Kecelakaan dan cidera, kebersihan yang buruk juga dapat
mnyebabkan masalah lain.
g. Kebakaran dengan mudah menjalar kesuluruh tempat kerja bila sisa kertas
dibiarkan menumpuk.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 27 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

h. Cidera Serius atau kematian bias terjadi pada saat orang berusaha
menyelamatkan bangunan, bila jalan masuk dan jalan keluar darurat
tertutup atau terganggu.

Pengaturan tempat kerja yang buruk dan tidak rapi juga dapat menimbulkan:
a. Tempat kerja yang padat; dan
b. Kesulitan mencari perkakas, material dan peralatan
Tempat kerja yang padat, tidak rapi dan tidak teratur membuat kesulitan kepada
setiap orang untuk bekerja dan tidak mendorong kualitas kerja.

3. Keuntungan dari Kebersihan yang Baik

Berikut ini beberapan keuntungan dari bengkel yang bersih:


a. Berkurang resiko kecelakaan dan cidera;
b. Berkurang resiko kebakaran;
c. Tempat kerja lebih nyaman; dan
d. Berkurang waktu yang terbuang untuk mencari perkakas, peralatan dan
material

Kebersihan yang efektip mensyaratkan anda untuk:


a. Mengatus empat kerja;
b. Menjaga tempat kerja bersih dan tidak kacau; dan
c. Menyimpan segala sesuatu ditempat yang tepat.

4. Metode Pembersihan

Banyak orang menggunakan angin dari kompressor untuk menghilangkan debu


dari pakaian, bangku kerja, struktur, almari dan fiting lampu. Hal ini beresiko tinggi
dan berbahaya karena dapat menimbulkan ledakan debu. Debu dan partikel kotor
lainnya dapat terhirup atau mengenai mata yang tidak terlindungi. Bahaya dari
terhirupnya asbestos fibres (debu rem) dapat menyebabkan kangker paru-paru,
hal ini tidak secara luas disadari bahwa hampir semua short fiber terhirup paru-
paru dapat mengakibatkan kerusakan yang sama. Peralatan vacum cleaner yang
tepat dengan alat untuk menjangkau sudut-sudut yang sempit, filter debu yang

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 28 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

terpelihara dengan baik adalah sesuatu hal yang harus dilakukan pada pekerjaan
yang menimbulkan debu. Sapu, sikat untuk membersihkan lantai, alat-alat
pembersih dan sabun detergen atau larutan pembersih harus tersedia untuk
digunakan oleh para pekerja. Pada saat membersihkan ruangan, pindahkan
matrial yang tidak diperlukan ketempat dimana material tersebut dapat dengan
mudah dipindahkan ke tempat sampah. Jangan di sebarkan di atas lantai. Tempat
penampungan limbah harus dikosongkan secara periodik dan isinya (limbah)
dimusnahkan dengan cara yang direkomendasikan/ dianjurkan.

5. Pemeliharaan dalam Penataan Tempat Kerja

Di bawah ini diberikan tiga contoh latihan penataan tempat kerja yang baik:
a. Bagi pekerja yang mengambil kotak peralatan untuk memelihara atau
memperbaiki kendaraan, peralatan-peralatan atau mesin-mesin.

Gambar 14. Sebuah kotak alat pekerja


b. Buatlah apa yang akan dikerjakan menjadi aman untuk dikerjakan.
Putuskan dari segala sumber listrik.
c. Bersihkan, cuci, atau sikat komponen agar pekerja tidak terkena kotoran.
d. Bersihkan seluruh sisa kotoran yang timbul dari kegiatan pembersihan di
atas.
e. Gunakan peralatan yang cocok, dan jangan sampai melebihi beben kerjanya.
f. Sebelum membuka tabung, container atau pipa, tanyakan pada diri anda
sendiri bagaimana jika benda-benda tersebut berisi cairan?
g. Cairan yang dialirkan dari bak penampung harus dibuang dengan cara yang
benar bukan dibuang pada saluran air.
h. Tempatkan bagian kendaraan yang sudah dilepas ke dalam container.
i. Simpan bagian-bagian yang tak terbungkus dalam suatu form atau urutan.
Gunakan sistem pelabelan jika anda belum terbiasa dengan
asembling/perakitan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 29 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

j. Jangan simpan bagian kendaraan di tempat yang terganggu oleh


pergerakan atau jalan masuk.
k. Amankan sudut-sudut tajam , tonjolan tajam, dan bagian tajam lainnya.
l. Gunakan penutup debu jika diperlukan.
m. Gantikan bagian/parts yang rusak.
n. Setelah merakit ulang lepaskan semua karat dan perbaiki cat kendaraan
yang rusak.
o. Hilangkan penetesan dan kebocoran-kebocoran.
p. Buang barang yang sudah tidak akan digunakan lagi.

Gambar 15. Buang benda-benda yang sudah tidak penting/terpakai

Bagi pekerja yang akan bekerja pada bangku kerja


a. Gunakan rak, laci meja dan almari untuk menyimpan peralatan dan pisahkan
setiap bagiannya.
b. Simpan barang yang sering dipakai sitempat yang dekat dan simpan barang
yang berat dalam ketinggian yang sesuai.
c. Bersihkan kembali bangku kerja setiap akhir pekerjaan dan setiap akhir jam
kerja.
d. Bersihkan kembali peralatan sebelum dikembalikan pada tempat
penyimpanannya.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 30 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Gambar 15. Sebuah tempat kerja yang diatur dengan baik

Pada saat anda bekerja, jangan sampai barang/benda kerja anda tercecer di daerah
kerja selain daerah kerja anda.
Setiap tiga bulan, cuci permukaan cat disekitar daerah kerja anda kemudian
dilanjutkan dengan laci dan almari anda, simpan kembali atau buang barang yang
sudah tidak dipakai sementara waktu khususnya zat pembersih, zat-zat kimia dan
produk-produk bahan bakar.
Hindari menghiasi bangku kerja, dinding, almari dsb dengan gambar wanita, pakaian
dan kertas kerja.

Bagi pekerja yang sedang mengerjakan mesin-mesin (Mesin pengangkat,


mesin bubut dll)

a. Gunakan rak-rak, laci, dan almari untuk menyimpan alat-alat dan setiap alat
mempunyai tempat sendiri-sendiri. Simpan alat yang sering digunakan di
tempat yang dekat dan benda/alat yang berat pada ketinggian yang sesuai.
b. Bersihkan kembali permukaan tempat kerja pada saat selesai tiap-tiap
pekerjaan atau setiap akhir jam kerja.
c. Lumasi mesin sesuai dengan instruksi buku petunjuk dari pabrik pembuatnya.
d. Bersihkan mesin setiap seminggu sekali.
e. Cuci permukaan mesin yang dicat setiap tiga bulan.
f. Lakukan tindakan anti karat pada akhir pekan dan hari libur dan hilangkan
segera jika timbul karat.
g. Hilangkan serpihan dari mesin segera dan ambil langkah untuk menhentikan
penyebabnya.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 31 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

h. Kembalikan seluruh alat ke tempat masing-masing pada setiap akhir pekerjaan


atau setiap akhir jam kerja.
i. Rawat dan perbaiki mesin pada saat diperlukan. Tindakan pencegahan lebih
diutamakan daripada menunggu bencana terjadi.

6. Perawatan Dan Pemeliharaan Peralatan Perbengkelan

Peralatan perbengkelan baik itu peralatan keselamatan kerja maupun alat bantu yang
digunakan serta kunci-kuncinya penting untuk dipelihara dan dirawat. Pemeliharaan
diperlukan untuk mencegah kerusak-an dari alat. Pemeliharaan bisa berupa:
a. Pembersihan setelah alat dipakai
b. Meletakkannya di tempat yang semestinya (terlindung dari air hujan dan
cahaya matahari yang terik)

Sementara itu untuk merawatnya perlakuan yang harus diberikan antara lain:
a. Membersihkannya secara berkala (dari debu dan karat)
b. Menservisnya secara berkala (agar alat selalu siap pakai dan dalam kondisi baik)

Alat-alat bengkel bagi pebengkel pemula bisa dibeli secara berangsur-angsur


tergantung dari modal yang dimilki, karena untuk membeli alat-alat tersebut secara
lengkap akan sangat menguras keuangan.

Bagi orang yang punya tekad kuat mendirikan sebuah bengkel sederhana sebagai
permulaan baik juga untuk dilakukan, karena dari pengalaman dan pengamatan penulis
banyak bengkel sepeda motor yang bermula dari kondisi seperti itu, yang penting
kualitas kerja dan cara menghadapi konsumen yang paling perlu diperhatikan.
Pekerjaan yang bersih, rapi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
konsumen bisa menjadi daya tarik utama dari pekerjaan berbengkel, apalagi
dengan pelayanan yang ramah dan cekatan, konsumen akan merasa senang
dan terlayani sehingga bila ada kendala mereka akan datang lagi, awal yang bagus
tersebut akan terus terbina hingga secara tak langsung seorang pebengkel telah
menyiapkan langganannya untuk kedepan. Banyak orang yang lebih mengutamakan
rasa nyaman dalam memilih tempat langganan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 32 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Kelengkapan alat juga penting namun bagi lulusan SMK standar ini bisa dijadikan
kriteria nomor kesekian, tak sedikit orang yang memulai dengan apa yang ada,
bagaikan kata-kata bijak ”tak ada rotan akarpun jadi”. Karena memanfaatkan apa yang
ada, mengusahakan apa yang tak ada, menerima kondisi yang ada dan mengatur
strategi untuk melengkapkannya adalah lebih bijak, lalu lakukan apa yang bisa
anda lakukan, dan jangan tunda semangat anda dengan rasa putus
asa”. Bagaimanapun banyak jalan menuju Roma.

1) Jenis-jenis Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu bentuk tindakan yang dilakukan dengan sadar untuk
menjaga agar suatu peralatan selalu dalam keadaan siap pakai atau tindakan
melakukan perbaikan sampai pada kondisi peralatan tersebut dapat bekerja kembali.
Secara
garis besar pemeliharaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a) Pemeliharaan terencana (planned maintenance)


Pemeliharaan terencana adalah porses pemeliharaan yang diatur dan diorganisasikan
untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi terhadap peralatan di waktu yang akan
datang.Dalam pemeliharaan terencana terdapat unsur pengendaliandan unsur
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pemeliharaan
terencana merupakan bagian dari sistem manajemen pemeliharaan yang terdiri atas
pemeliharaan preventif, pemeliharaan prediktif, dan pemeliharaan korektif.
~ Pemeliharaan preventif adalah pemeliharaan yang dilakukan pada selang waktu
tertentu dan pelaksanaannya dilakukan secara rutin dengan beberapa kriteria yang
dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan
suatu komponen tidak memenuhi kondisi normal. Pekerjaan yang dilakukan dalam
~pemeliharaan preventif adalah : mengecek, melihat, menyetel, mengkalibrasi,
melumasi, dan pekerjaan lain yang bukan penggantian suku cadang berat.
Pemeliharaan preventif membantu agar peralatan dapat bekerja dengan baik sesuai
dengan apa yang menjadi ketentuan pabrik pembuatnya. Semua pekerjaan yang masuk
dalam lingkup pemeliharaan preventif dilakukan secara rutin dengan berdasarkan pada
hasil kinerja alat yang diperoleh dari pekerjaan pemeliharaan prediktif atau adanya

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 33 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

anjuran dari pabrik pembuat alat tersebut. Apabila pemeliharaanpreventif dikelola


dengan baik maka akan dapat memberikan informasi tentang kapan mesin atau alat
akan diganti sebagian komponennya. Proses peralihan dari pemeliharaan yang bersifat
kadang-kadang dan sembarangan atau bahkan tidak ada pemeliharaan sama sekali
menuju kepada pemeliharaan terencana yang dengan sengaja melakukan pemeliharaan
secara rutin memerlukan waktu, tenaga, dan pekerjaan tambahan di luar pekerjaan
biasanya. Namun berdasarkan pengalaman, hal tersebut akan terjadi pada awal
pekerjaansaja dan selanjutnya apabila sistem tersebut telah berjalan, maka akan lebih
mudah dalam menangani pemeliharaan setiap peralatan sehingga diharapkan dapat
memiliki efisiensi yang tinggi.

b)Pemeliharaan tak terencana


Pemeliharaan tak terencana adalah jenis pemeliharaan yang dilakukan secara tiba-tiba
karena suatu alat atau peralatan akan segera digunakan. Seringkali terjadi bahwa
peralatan baru digunakan sampai rusak tanpa ada perawatan yang berarti, baru
kemudian dilakukan perbaikan, apabila akan digunakan. Dalam manajemen system
pemeliharaan, cara tersebut dikenal dengan pemeliharaan tak terencana atau darurat
(emergency maintenance). Pada umumnya metode yang digunakan dalam penerapan
pemeliharaan adalah metode darurat dan tak terencana. Metode tersebut membiarkan
kerusakan alat yang terjadi tanpa atau dengan sengaja sehingga untuk menggunakan
kembali peralatan tersebut harus dilakukan perbaikan atau reparasi. Pemeliharaan tak
terencana jelas akan mengganggu proses produksi dan biasanya biaya yang
dikeluarkan untuk perbaikan jauh lebih banyak disbanding dengan pemeliharaan rutin.

2) Tujuan Pemeliharaan Rutin

Dalam setiap tindakan pemeliharaan, tujuan pokoknya adalah untuk mencegah


terjadinya kerusakan peralatan dan mencegah adanya perubahan fungsi alat serta
mengoptimalkan usia pakai peralatan. Reliabilitas alat dan kinerja yang baik hanya
dapat dicapai dengan melakukan program pemeliharaan yang terencana. Selain untuk
alasan reliabilitas dan kinerja alat, program pemeliharaan terencana juga mempunyai
beberapa keuntungan yaitu dalam hal efisiensi keuangan, perencanaan, standardisasi,

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 34 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

keamanan kerja dan semangat kerja. Pada aspek keuangan sudah jelas bahwa
kerusakan yang terlalu cepat pada peralatan akan mengakibatkan pengeluaran yang
tidak terencana. Hal tersebut juga akan berakibat terhadap perencanaan fasilitas
lainnya tidak mungkin dapat berjalan tanpa didukung peralatan yang bekerja secara
efisien. Apabila peralatan dioperasikan hingga mendekati rusak atau bahkan rusak sama
sekali tanpa adanya pemeliharaan, maka mungkin saja dapat membahayakan dan
mencelakakan.

Banyak kerugian yang timbul akibat kecelakaan, bukan hanya manusia, tetapi hilangnya
waktu, tenaga dan biaya. Rendahnya tingkat pemeliharaan dan tingginya resiko
kecelakaan berakibat
kurang bergairahnya orang lain untuk melanjutkan pekerjaan dan akan menurunkan
produktivitas kerja. Secara garis besar terdapat empat tujuan pokok pemeliharaan
preventif yaitu :
a) Memperpanjang usia pakai peralatan. Hal tersebut sangat penting terutama apabila
dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli satu peralatan jauh lebih mahal apabila
dibandingkan dengan memelihara sebagian dari peralatan tersebut. Walaupun disadari
bahwa kadangkadang untuk jenis barang tertentu membeli dapat lebih murah apabila
alat yang akan dirawat sudah sedemikian rusak.
b) Menjamin peralatan selalu siap dengan optimal untuk mendukung kegiatan kerja,
sehingga diharapkan akan diperoleh hasil yang optimal pula
c) Menjamin kesiapan operasional peralatan yang diperlukan terutama dalam keadaan
darurat, adanya unit cadangan, pemadam kebakaran dan penyelamat.
d) Menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan tersebut.

3) Sistem Pemeliharaan Rutin


Untuk memenuhi prosedur pemeliharaan baku, harus disiapkan data pemeliharaan dan
mulai dengan pertanyaan sederhana yaitu : peralatan apa yang akan dirawat ? dimana
lokasi penyimpanan alat ? bagaimana merawatnya ? dan kapan akan dirawat ?

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 35 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

a) Peralatan yang perlu pemeliharaan


Sebelum sistem pemeliharaan terencana diterapkan, harus diketahui peralatan apa saja
yang sudah ada dan berapa jumlahnya. Untuk itu, pekerjaan dapat dimulai dengan
suatu daftar inventaris yang lengkap untuk menjawab pertanyaan di atas. Hal tersebut
merupakan persyaratan utama dan layak dijadikan sebagai tugas pertama untuk
menyusun system pemeliharaan yang baik. Daftar inventaris yang akurat dan rinci dari
segi teknis akan sangat berguna untuk sistem pemeliharaan terencana. Selanjutnya
daftar inventaris peralatan tersebut dikelompokkan menjadi
sejumlah kelompok yang sesuai dengan jenisnya. Sebagai contoh : kelompok alat-alat
tangan, alat-alat khusus (Special service tool/SST), alat-alat ukur dan sebagainya.

b) Lokasi penyimpanan alat


Masalah yang biasanya timbul pada hal penyimpanan adalah tidak cukupnya
tempat/ruang untuk meletakkan barang-barang. Pada beberapa instansi masalah ini
dapat diatasi dengan menambah rak-rak peralatan dan material.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan pada sistem penyimpanan barang:
(1) Penyimpanan material harus direncanakan terlebih dahulu.
(2) Barang-barang yang sering digunakan diletakkankan pada tempat yang terdekat
dengan pekerja dan barang yang lebih berat ditaruh pada ketinggian yang sesuai.

Gambar 16. Menyimpan barang pada ketinggian yang sesuai


(3) Alarm, lampu penerangan, saklar dan panel kontrol, peralatan pertolongan pertama
dan fasilitas cuci, kesemuanya ini harus lancar/berfungsi baik.
(4) Pemadam kebakaran harus mudah dicapai/didapatkan.
(5) Jalan keluar/masuk dan jalan/gang kerja harus bebas hambatan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 36 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

(6) Tabung-tabung yang berisi cairan, gas yang mudah terbakar atau beracun, zat
kimia yang reaktif harus disimpan di dalam bangunan yang terpisah dan harus
mematuhi MSDS recommendations.
(7) Wadah-wadah barang, rak, palet digunakan dimana itu dimungkinkan, dengan
peralatan penanganan mekanik yang sesuai.
(8) Pipa-pipa, ruji-ruji dan material bulat lainnya harus ditumpuk dalam lapisan-lapisan
yang terpisah oleh strip pada ujung-ujungnya atau di dalam rak.
(9) Lembaran baja, khususnya plat tipis, berbahaya jika diangkat dengan tangan, harus
ditangani secara mekanik.
(10) Material yang mudah terbakar (seperti kain yang berminyak) tidak boleh
ditumpuk dalam tumpukan yang tinggi.

Penempatan tiap peralatan harus jelas sesuai dengan pengelompokannya sehingga


memudahkan dalam pencarian alat tersebut. Apabila terjadi pemindahan alat
hendaknya bersifat sementara dan setelah selesai digunakan dapat dikembalikan pada
tempat semula. Penyimpanan alat dan perkakas dapat dilakukan pada : panel alat,
ruang gudang, ruang pusat penyimpanan, dan kit alat-alat.

(1) Panel alat (tool panel)


Banyak pekerja yang lebih senang menggunakan panel alat untuk menyimpan dan
meletakkan alat-alat. Pada umumnya yang diletakkan pada panel alat adalah
sekelompok alat sejenis tetapi yang berbeda ukurannya misal obeng atau tang dari
berbagai ukuran. Dengan panel alat tersebut petugas peminjaman alat lebih mudah
mengontrolnya. Panel alat dapat diatur letaknya menurut keseringan penggunaan yang
disusun dalam rentangan warna yang kontras atau dalam warna-warna kombinasi yang
serasi.

(2) Ruang gudang alat


Kadang-kadang tidak cukup dinding untuk meletakkan panel alat tersebut. Disamping
itu penggunaan panel alat juga tidak sesuai dengan sifat alat karena ada alat yang tidak
baik untuk disimpan di udara terbuka. Untuk menyimpan alat yang mempunyai sifat
demikian diperlukan almari kecil atau ruangan penyimpanan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 37 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

(3) Ruang pusat penyimpanan


Cara lain untuk menyimpan alat dan perkakas adalah menggunakan ruang pusat
penyimpanan alat dan perkakas. Ruangan tersebut dapat digunakan untuk menyimpan
berbagai alat untuk keperluan semua jenis alat yang ada. Penyimpanan dengan cara ini
lebih baik karena petugas peminjaman alat dapat dengan mudah mengadakan
pengawasan. Kelemahannya ruang pusat tersebut tidak dapat dekat dengan semua
jenis kegiatan yang memerlukan.

(4) Kit alat-alat


Kit alat-alat didesain untuk pekerja secara individual, berisi sejumlah alat yuang lengkap
untuk suatu kegiatan perbaikan/servis. Kebaikan kit alat14 alat tersebut bahwa siapa
saja yang membutuhkan dapat dipenuhi dengan segera tanpa harus memilih jenis-jenis
alat yang diperlukan untuk saat itu.

c) Prosedur pemeliharaannya
Pemeliharaan preventif memerlukan suatu daftar seperti halnya pekerjaan rutin,
mencakup : jadwal pemeliharaan peralatan, data hasil pengetesan, peralatan khusus
(apabila diperlukan), keterangan pengisian pelumas, buku petunjuk pemeliharaan,
tingkat pengetahuan pekerja terhadap pekerjaan tersebut. Untuk memberikan
informasi kepada bagian pemeliharaan, maka tiap jadwal pemeliharaan dibuat pada
kartu control atau formulir yang dapat member informasi dengan jelas. Pada setiap
jadwal pemeliharaan dituliskan identifikasi alat dengan nomor sandi, nama alat, nomor
pengganti, dan tanggal pemasangan pertama serta pengerjaan perawatan yang telah
dilakukan.

d) Waktu pemeliharaan
Pemeliharaan rutin dilakukan secara periodic dengan selang waktu tertentu
berdasarkan hitungan bulan, hari atau jam. Selang waktu hari atau bulanan dicatat
seperti : periodik 1 bulanan = 1 B, 3 bulanan = 3 B, 6 bulanan = 6 B atau periodik
waktu 120.000 jam, 5.000 jam, atau 1.000 jam. Tanggal pekerjaan pemeliharaan
dicatat pada papan kontrol yang diletakkan di ruang penaggung jawab dan pencatatan
tanggal pekerjaan dilakukan pula pada lembar data peralatan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 38 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Informasi yang dicatat termasuk waktu pakai alat, komponen yang diganti, dan kinerja
peralatan. Dari data yang dicatat tersebut dapat diproyeksikan dan diramalkan waktu
pakai alat, sehingga dapat direncanakan untuk menggantinya pada saat yang
ditentukan.

4) Rambu-rambu Pemeliharaan Peralatan


Pemeliharaan peralatan sangat erat kaitannya dengan masalah pemakaian, perbaikan,
dan penyimpanan serta pengadministrasiannya.
a) Perbaikan alat dibedakan antara perbaikan ringan yang dapat dikerjakan sendiri oleh
pekerja dan perbaikan khusus yang harus dilakukan oleh ahlinya. Peralatan yang
diketahui rusak harus dipisahkan dan ditindaklanjuti.
b) Penyimpanan peralatan berorientasi pada prinsip kebersihan dan prinsip identifikasi.
Kebersihan mencakup persyaratan sifat kering dan tidak lembab. Rambu-rambu
penyimpanan peralatan adalah sebagai berikut :
(1) Peralatan percobaan disimpan menurut jenisnya (alat percobaan Fisika, Kimia, dsb.)
(2) Peralatan percobaan yang bersifat umum sebagai alat aneka guna disimpan di
tempat khusus yang mudah dan cepat mendapatkannya.
(3) Peralatan yang memerlukan perlindungan dengan lapisan cat atau pelumas perlu
selalu diperiksa fungsi pelapisannya.
(4) Peralatan yang mempersyaratkan kondisi kering harus selalu diperiksa tentang
kelembaban tempat peyimpanannya.
(5) Peralatan yang terbuat dari logam, plastik, atau kayu yang pipih dan relatif panjang
disimpan dalam posisi terletak mendatar/tidur untuk menghindari pelengkungan tetap.
(6) Peralatan yang berbentuk memanjang dan rapuh, dalam mobilitas pemindahannya
harus selalu dibawa dalam posisi tegak.
c) Pemeliharaan dan pencegahan kerusakan dilakukan dengan pemeriksan secara rutin
dengan penjadwalan yang pasti. Dibedakan antara pemeriksaan harian, mingguan,
bulanan dan seterusnya. Dengan pemeriksaan yang rutin dan terus menerus, maka
setiap gejala kerusakan akan segera dapat dideteksi dan ditindaklanjuti.
d) Pengadministrasian peralatan dilakukan untuk mempermudah pengendalian dalam
hal pemakaian/penggunaan, penyimpanan, perbaikan, perawatan dan pengadaan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 39 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

peralatan baru. Pengendalian pengelolaan dan pengadmistrasian memerlukan


perangkat instrument yang berupa buku, lembar dan kartu, meliputi :
(1) Kartu stok ; warna kartu dibedakan untuk masingmasing jenis peralatan sesuai
dengan pengelompokkannya.
(2) Buku inventaris ; memuat nomor sandi, nama alat, ukuran, merek/tipe, produsen,
asal tahun, jumlah dan, kondisi
(3) Daftar peralatan ; memuat kode, nama alat, dan jumlah alat
(4) Buku harian ; digunakan untuk mencatat setiap kejadian yang terjadi dan yang
berkaitan dengan kegiatan di tempat kerja.
(5) Label ; memuat kode alat, nama alat, jumlah dan kondisi alat. Label dipasang di
tempat penyimpanan alat.
(6) Format permintaan alat

7. Peralatan dan Area Kerja Dibersihkan Dipelihara, Sesuai dengan


Spesifikasi Pabrik.
Pendahuluan
Area kerja dan peralatan merupakan komponen penting dalam proses pengolahan
makanan, karena itu membersihkan area kerja dan peralatan merupakan hal pertama
kali yang harus dilakukan. Memahami dan membenahi area kerja dapat mempermudah
jalannya proses pengolahan, meminimumkan perpindahan bahan, memelihara
fleksibilitas, dan menghemat pemakaian ruang bangunan. Demikian juga hal yang
berkaitan dengan peralatan, ketepatan penggunaan alat dapat memberikan
kemudahan, keselamatan, dan kenyamanan bagi karyawan dalam melakukan
pekerjaannya dan meminimumkan barang yang rusak. Upaya untuk mendapatkan
hasil masakan yang bersih dan sehat ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
adalah kebersihan alat-alat yang digunakan baik alat untuk persiapan, pengolahan,
maupun alat untuk penyajian. disamping faktor lain seperti bahan makanan, orang
yang memasak maupun lingkungan kerja. Apabila kurang berhati-hati dalam menjaga
kebersihan, maka penyakit akan mudah masuk dalam tubuh. dan sekarang ini banyak
penyakit yang disebabkan karena keracunan makanan, seperti pepatah mengatakan
"Bersih Pangkal Sehat" artinya untuk mencapai derajat kesehatan yang baik maka

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 40 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

diperlukan upaya kebersihan yang baik pula. Sebelum kita membersihkan area kerja
dan peralatan maka kita harus mengetahuinya terlebih dahulu.

A. Area Kerja dan Peralatan

1. Area Kerja
Area kerja adalah tempat dimana kita melakukan sebuah pekerjaan. Area kerja yang
dimaksud adalah dapur. Salah satu persyaratan dapur yang baik adalah dapur yang
selalu bersih, untuk itu kita harus tahu bagaimana cara membersihkan dapur yang
benar.

2. Membersihkan, Mensanitasi dan Menyimpan Peralatan


a. Pengertian Alat
Peralatan dan perlengkapan dapur adalah semua perlengkapan dan peralatan yang
dipergunakan didapur untuk mengolah makanan (Kitchen Equipment & utensil).
Dewasa ini banyak sekali dijual dan beredar dipasaran jenis dan macam peralatan yang
sering digunakan di dapur. Ada yang terbuat dari tanah liat, bambu, kayu , besi,
aluminium, seng, stainless steel , atau plastik. Didalam pemilihan peralatan dan
perlengkapan dapur diperlukan persyaratan antara lain :
1) Mudah dibersihkan.
2) Mudah diketahui bahwa alat tersebut sudah bersih.
3) Keras dan tidak menyerap bahan-bahan makanan
4) Permukaan halus sehingga mudah dibersihkan,
5) Tidak mudah berkarat atau antikarat
6) Tidak mudah pecah.
Apabila beberapa bagian dari peralatan yang sulit dibersihkan terdapat sisa-sisa
makanan yang tertinggal maka akan mudah sekali menjadi tempat bakteri berkembang
biak, sehingga dapat mengakibatkan makanan menjadi basi dan dapat menimbulkan
keracunan. Demikian pula bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat peralatan
dapur tidak boleh terbuat dari bahan-bahan yang mengakibatkan keracunan misalnya
besi dan timah hitam.
b. Bahan Pembuat Alat

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 41 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Bahan baku yang digunakan oleh pabrik-pabrik alat penyimpanan makanan,


menghidangkan, memasak, melayani dan mencuci peralatan seharusnya berasal dari
bahan yang bebas dari bahan yang membahayakan manusia, mampu menahan
serangan serangga, tidak dapat mempengaruhi keadaan makanan ataupun minuman,
menimbulkan bau busuk dan berpengaruh terhadap warna masakan seperti mangkuk
dan bahan-bahan keramik yang telah dikerjakan oleh orang-orang
dahulu. Permukaan alat untuk meletakkan makanan sebaiknya mempunyai permukaan
yang halus, agar mudah dibersihkan. Solder atau alat untuk mengelas sambungan
hendaknya menggunakan logam sejenis yang tahan korosi terhadap bahan-bahan
baku.

1) Baja Tahan Karat


Baja tahan karat yang umum digunakan untuk alat pelayanan makanan terdiri dari 18%
chromium, 8% nikel dan 0,08% karbon. Jenis baja tahan karat yang lain adalah
mengandung karbon 0,08%. Baja tahan karat mempunyai sifat cemerlang, menarik,
mudah dibersihkan, kuat, tidak berkarat, tidak mudah bereaksi dengan asam dan soda.
Jadi baja tahan karat tersebut siap digunakan baik di dapur maupun untuk peralatan
pelayanan. Baja tahan karat tersebut mempunyai lapisan yang memperbaharui sendiri
yang tahan terhadap oksidasi dan korosi. Walaupun begitu warnanya tidak berubah,
kenampakan yang cemerlang dengan mudah memperlihatkan kotoran yang ada.

2) Besi
Peralatan dari besi saat ini masih banyak digunakan seperti untuk pembuatan periuk,
panci, beberapa wajan, tutup kompor, kompor gas dan peralatan yang sejenis. Besi
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

b) Besi polos
Besi polos mempunyai sifat : berat, kuat, mudah berkarat, penghantar panas
yang baik, mempengaruhi rasa dan warna pada masakan. Besi polos sangat baik
untuk membuat wajan di samping cepat panas, masakan yang digoreng tidak
melekat diwajan. Namun sebaiknya besi polos tidak digunakan untuk memasak
sayur ataupun lauk pauk terutama yang menggunakan santan atau yang berasa
asam. Besi polos apabila digunakan akan mengubah dan mempengaruhi rasa

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 42 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

dan warna masakan, yaitu warna masakan menjadi kebiruan dan berasa kurang
enak. Hal ini
disebabkan karena adanya reaksi kimia antara logam dengan bahan dan bumbu
yang mendapatkan suhu tinggi.

c) Besi berlapis
Besi berlapis mempunyai sifat: berat, kuat, tidak mudah berkarat, penghantar
panas, tidak mempengaruhi rasa dan warna masakan. Besi berlapis adalah besi
yang mendapatkan lapisan tertentu sehingga sifat asli yang kurang baik dari besi
akan hilang untuk sementara. Namun bila lapisan tersebut mengelupas, maka
sifat asli dari besi akan timbul kembali seperti mudah berkarat dan berlubang.
Dengan melindungi logam besi dan baja dari sifat korosi maka alat tersebut dapat
digunakan untuk keperluan memasak, meningkatkan kualitas dari alat tersebut
dan mudah untuk dibersihkan. Ada beberapa macam lapisan yang sering
digunakan untuk memberi lapisan pada besi atau logam seperti:

d) Email acrylic
adalah sebuah lapisan organik yang dibuat dari damar-damar sintetis pada
sebuah logam. Biasanya pada bagian permukaan.

e) Email bakar
Email bakar adalah sebuah cat alkyd yang disemprot-kan pada sebuah logam
dasar kemudian dibakar dengan panas 93-204 derajat celcius. Bahan seperti
cuka, chlorine, bahan pemutih dan alkohol dapat merusak lapisan ini.

f) Porselin email
Porselin email adalah sebuah campuran antara bahan gelas yang dicampur
dengan sebuah logam dasar pada panas 760-817 derajat celcius, sehingga tidak
berlubang-lubang dan tidak mudah tergores, tidak mudah berkarat atau
bernoda.

g) Silicone
Silicone adalah suatu lapisan yang merupakan perantara zat (benda) antara
benda-benda organic yang berkualitas dan bahan membuat gelas yang

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 43 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

disemprotkan pada permukaan dengan membakar alat tersebut akan memberi


pelepasan dengan baik.

h) Teflon
Teflon adalah sebuah campuran damar fluorocarbon yang disemprotkan pada
permukaan alat tersebuL kemudian dioven / dibakar pada panas 371-399 derajat
celcius. Bahan teflon ini mengandung kimia dan larutan-larutan tetapi
bahantersebut dapat dihilangkan dengan dicuci dengan deterjen dan air panas.
Alat yang menggunakan lapisan teflon ini jangan sampai terkena goresan benda
tajam sebab lapisan teflon akan mudah terkelupas. Lapisan teflon ini sering pula
disebut lapisan anti lengket. Lapisan ini sering gunakan pada alat seperti : wajan
dadar, wajan bertelinga dll. Sebagai alat pengaduk sebaiknya terbuat dari bahan
kayu.

3) Plastik
Plastik sebagai bahan untuk pembuatan peralatan pelayanan makanan sekarang ini
banyak disukai. Macam-macam plastik :

a) Akrlikik
Akrilik digunakan dalam berbagai produk dengan merk Incite., Plexiglass. Lucite
digunakan untuk alat-alat makanan Plexsiglass

b) Melanine
Digunakan dalam pembuatan berbagai piring plastik Boontonware, Texasware,
juga digunakan dalam Countertop seperti foemika.

c) Fiberglass
Menggunakan serabut gelas dalam panas damar yang biasanya suatu polyster .
Sebagai contoh penggunaan bahan ini adalah untuk meja counter atau meja
penyaji hidangan.

d) Nilon
Bahan ini sehari-hari seringkali digunakan untuk peralatan yang banyak
memerlukan pergeseran.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 44 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

e) Phenolik
Biasanya berwarna coklat, digunakan untuk bahan baku pembuatan baki.

f) Polyethylene
Suatu termoplastik bahan ini biasa digunakakan untuk pembuatan mangkok yang
fleksibel, penyimpanan botol, bak sampah dan sebagainya.

g) Polypropylene
Polypropylene adalah suatu plastik yang tahan terhadap pengaruh panas tinggi,
biasanya digunakan sebagai rak mesin cuci dan penerapan yang lain.
h) Styrene
Styrene mempunyai pengaruh kekuatan yang tinggi, tetapi tidak dapat digunakan
pada temperatur lebih dari 71° C. Bahan ini biasanya digunakan untuk pembuatan
tutup, lemari pendingin.

4) Aluminium
Aluminium saat ini banyak digunakan karena mempunyai sifat, ringan, warna putih
keabuan, pengantar panas yang baik, tidak beracun, tak tahan terhadap soda, chlor ,
asam, bila lembab lekas bersenyawa dengan zat asam. Masakan yang dimasak dengan
menggunakan alat dari aluminium harus segera dituang agar masakan tidak berubah
baik rasa maupun warnanya, misalnya masakan sayur asam, acar, masakan telur. Bila
masakan ini dibiarkan diataspanel aluminium maka masakan akan berubah menjadi
biru atau kebiruan. Selain digunakan untuk peralatan dapur aluminium juga banyak
digunakan untuk perkakas, peralatan interior dan eksterior pada kereta dan peralatan
lain. Anoda aluminium akan meminimumkan oksida yang menghitamkan segala
sesuatu/ makanan yang menempel.

5) Logam-logam lain
Pada waktu-waktu yang lalu, semua peralatan makanan dan peralatan memasak
terbuat dari kayu, kecuali peralatan yang mudah terbakar. Sekarang peralatan tersebut
masih kita jumpai karena: murah, ringan, kuat, terlihat indah. Peralatan dari

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 45 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

kayu tersebut tidak mudah bereaksi dengan makanan. Sifat kayu yang lain adalah cepat
dan mudah menyerap cairan dan bau. Dari sifat-sifat tersebut akhir-nya kebanyakan
peralatan sekarang banyak terbuat dari logam atau besi tuang dan plastik.

C. Membersihkan dan Mensanitasi Tempat Kerja

1. Macam-Macam Bahan Pembersih


Tujuan dari membersihkan dan memelihara peralatan adalah:
a. Agar peralatan yang kotor menjadi bersih kembali dari sisa makanan dan
debu.
b. Menjauhkan diri dari sumber penyakit
c. Menghemat biaya.
d. Peralatan menjadi lebih tahan lama masa pakainya.
Agar dapat membersihkan dan merawat peralatan dengan benar maka, harus terlebih
dahulu mengetahui sifat dari masing-masing bahan. sehingga langsung dibahas
tentang cara membersihkan dan memelihara peralatan. Peralatan dapur
dikelompokkan berdasarkan pada bahan dasar yang dipergunakan untuk membuat
peralatan.

2. Macam-Macam Peralatan
a. Alat yang dibuat dari besi
Besi banyak digunakan untuk membuat wajan. Karena besi mudah berkarat maka
perlu dibersihkan dengan air sabun, garam halus, sabut gosok. Untuk jenis besi yang
berlapis tergantung dari jenis lapisannya, besi berlapis email dibersihkan dengan air
sabun, serbuk vim, sabut halus. Besi berlapis teflon dibersihkan dengan air sabun dan
busa halus. Untuk lapisan teflon jangan sekali-kali menggunakan abu gosok dan sabut
yang kasar karena lapisan teflon akan mengelupas dan rusak. Untuk menghilangkan
bau dan sisa lemak sebaiknya disiram dengan air panas, kemudian dilap dan
dikeringkan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 46 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

b. Alat dari timah


Saringan dan sejenisnya sering terbuat dari bahan timah. Dalam merawat diperlukan
cara yang teliti, terutama sisa makanan yang melekat. Untuk mencuci sebaiknya tidak
menggunakan sabun, karena soda akan merusak alat dari bahan timah. Jadi cukup
menggunakan vim atau abu gosok halus dengan sabut kemudia dibilas dan disiram
dengan air panas dan dikeringkan.

c. Alat dari tembaga


Alat yang dibuat dari tembaga sangat baik dan mahal. Kelemahannya adalah apabila
tidak dibersihkan dengan baik akan terlihat kotor dan tidak menarik. Untuk
membersihkannya diperlukan campuran tepung, cuka, serta serbuk perak lalu dicuci
air panas dan dikeringkan.

d. Alat dari aluminiun


Aluminium dibersihkan dengan air sabun, serbuk gosok halus atau vim, busa, dibilas
sampai bersih lalu dikeringkan.

e. Stainless steel
Peralatan dari bahan stainless steel sangat baik digunakan. Harganya cukup mahal,
namun banyak disukai karena pemeliharaannya mudah. Alat ini dibersihkan dengan
air sabun, busa atau spon, dibilas sampai bersih lalu dikeringkan atau dilap.

f. Alat dari bahan kuningan


Peralatan dari kuningan yang langsung berhubungan dengan makanan sebaiknya
dicuci dengan menggunakan air jeruk nipis, asam, belimbing wuluh, serbuk bata halus,
dibilas dan disiram dengan air panas lalu dikeringkan.

g. Alat dari tanah liat


Alat dari tanah liat dibersihkan dengan menggunakan sabut, abu gosok dan dibilas
dengan air bersih lalu dikeringkan .

h. Alat dari bambu dan kayu


Peralatan dari kayu dibersihkan atau dicuci dengan air sabun, serbuk atau abu gosok,
sabut ataupun sikat, dibilas dan dikeringkan agar tidak berjamur.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 47 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

i. Alat dari bahan batu


Alat dari batu dibersihkan dengan abu gosok atau vim, sikat dan dibilas sampai bersih,
lalu dikeringkan.

j. Alat dari bahan plastik dan melanine


Alat ini dibersihkan dengan sabun biasa atau sabun cair, busa lalu dibilas sampai bersih
dan dikeringkan.

k. Alat dari bahan kaca, keramik, porselin


Alat ini dibersihkan dengan air sabun, vim, sabut hijau atau spon lalu dibilas dan
dikeringkan

D. Membersihkan dan Mensanitasi Area Kerja

Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam membersihkan area kerja adalah sebagai
berikut:
1. Membersihkan debu ( dusting & damp dusting )
Setiap ruangan baik ruangan yang terbuka maupun ruang tertutup beserta
perabotannya dapat terkena debu setiap saat. Untuk menjaga kebersihan ruangan atau
perralatannya maka perlu diadakan pembersihan. Teknik pembersihan untuk
membersihkan debu ádalah:

a) Dusting
Dusting berasal dari kata dust yang berati debu. Dusting berarti membersihkan atau
menghilangkan debu. Dusting sebaiknya dilakukan sesering mungkin untuk
menghindari debu menjadi lengket. Adapun alat pembersih yang diperlukan adalah:
Lap lembut (soft cloth), digunakan untuk menghindari agar permukaan benda yang
dibersihkan tidak rusak atau lecet. Cara penggunannya dengan menggosokkan lap
tersebut diatas permukaan yang berdebu.
Ember (bucket), dipakai untuk mencuci lap supaya bersih dan dapat digunakan
kembali. Bahan pembersih lain tidak diperlukan, tetapi air dan sabun cuci diperlukan
untuk mencuci lap sebelum disimpan untuk digunakan kembali.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 48 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

b) Dump dusting
Dump berarti lembab. Alat yang digunakan untuk teknik dump dusting adalah kain lap
yang lembab, yaitu kain basah yang telah diperas airnya. sehingga dapat diartikan
bahwa dump dusting adalah membersihkan kotoran atau debu yang sudah
melekat dengan menggunakan lap lembab.
Kelebihan dump dusting adalah:
 Lebih hiegienis, karena debu dan kotoran melekat pada lap dengan baik.
 Dapat menghilangkan kotoran yang sudah melekat.
Alat pembersih yang diperlukan:
 Container /ember
 Lap katun (cotton cloth)
Bahan pembersih yang diperlukan adalah air bersih. Bahan tambahan lain adalah sabun
cuci, digunakan untuk mencuci lap sebellum disimpan.Teknik ini jangan terlau sering
dilakukan pada furniture yang terbuat dari kayu beripolitur atau bahan lain yang
menyerap air karena air yang masuk kedalam pori-pori kayu akan menyebabkan
pelapukan.

2. Menyapu
Dalam istilah perhotelan teknik pekerjaan menyapu dikenal dengan istilah “sweeping”.
Teknik ini diterapkan untuk membersihkan lantai. Teknik ini sangat efektif untuk
membersihkan kotoran yang belum melekat/lengket pada semua jenis lantai kecuali
karpet dan permadani. Alat pembersih yang diperlukan
 Sapu ( broom )
 Sodo ( dustpan )
 Tempat sampah ( waste basket )

Prosedur kerja:
1) Usahakan tidak banyak perlengkapan dalam ruangan yang menghalangi, seperti
meletakkan kursi-kursi diatas meja dengan posisi terbalik.
2) Mulailah menyapu dari sudut terjauh dari pintu masuk.
3) Peganglah sapu dengan tangan kanan dan sodo dengan tangan kiri.
4) Kumpulkan sampah dan debu dalam dustpan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 49 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

5) Perhatikan tempat-tempat yang tersembunyi seperti di balik pintu, di sudut ruangan


dan sebagainya.
6) Sampah atau debu yang terdapat pada dustpan buang di tempat sampah.
7) Bersihkan dustpan dengan lap atau jika perlu dicuci.
8) Simpan alat-alat dengan benar.

3. Mengepel
Mengepel adalah membersihkan kotoran dengan lap lembab yang terdapat pada lantai.
Sebelum mengepel, harus dilakukan teknik menyapu terlebih dahulu.
Alat pembeersih yang dibutuhkan:
a. Tangkai pel
b. Ember
c. Lap pel

Bahan pembersih
a. Air
b. Pembersih lantai

Prosedur kerja:
1) Celupkan kain pel pada ember yang berisi air bersih
2) Peras lap pel sehingga kondisi lap tidak terlalu basah.
3) Pasang atau jepit lap pel pada tangkai pel.
4) Pekerjaan dilakukan mulai dari sudut terjauh dari pintu masuk.
5) Pegang tangkai pel dengan kedua tangan, tangan kanan di atas dan tangan kiri di
bawah.
6) Gosokkan lap pel maju mundur dengan langkah mundur.
7) Jika lap pel sudah kotor, lepaskan dari penjepit, kemudian cuci dengan air yang
tersedia pada ember. Bila air pada ember telah kotor, ganti dengan air yang bersih.
8) Lakukan kembali mengepel, sampai seluruh lantai telah bersih.
9) Setelah selesai, ember dan kain lap, dicuci kemudian keringkan dan simpan.

4. Membersihkan kaca
Alat pembersih yang digunakan untuk membersihkan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 50 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

kaca adalah:
a. Penggosok kaca (glass wiper)
b. Botol semprotan (bottle spayer)
c. Lap katun (cotton cloth/cleaning rag)

Bahan pembersih
a. Air
b. Spritus atau amoniak
c. Produk baru lainnya

Prosedur kerja:
1) Isi botol semprotan dengan air dan spritus atau amoniak. Kadar spritus 20%.
2) Semprotkan larutan pada kaca atau cermin dari bagian atas, setengah dari seluruh
permukaan.
3) Keringkan dengan lap katun.
4) Lakukan hingga seluruh permukaan kaca telah bersih.
5) Apabila masih kotor, semprot sekali lagi dan ulangi dengan cara yang sama.

5. Menyikat lantai
Menyikat lantai atau brushing floor , karena alat yang
digunakan adalah sikat.

Alat pembersih yang diperlukan adalah:


a. Sikat lantai
b. Ember
c. Sapu air
d. Tangkai pel
e. Kain pel
f. Sodo (dust pan)

Bahan pembersih:
a. Air
b. Sabun cair
c. Bubuk pembersih

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 51 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Prosedur kerja:
1) Persiapan
Buat larutan antara air dan sabun cair dalam 1 ember.
Atur semua peralatan pada posisi yang benar agar pelaksanaan menyikat dapat
dilakukan dengan lancar. Ruangan telah disapu terlebih dahulu.
2) Pelaksanaan
Mulai bekerja dari sudut yang terjauh dari pintu masuk.
Celupkan sikat lantai ke dalam ember yang berisi larutan.
Gosokkan sikat dengan gerakan maju mundur.
Bersihkan sisa larutan yang tertinggal pada lantai denggan sapu air ( floor squeezer).
Lakukan hingga seluruh lantai tergosok dengan merata.
Bilas lantai dengan air bersih menggunakan lap pel.
Tunggu lantai hingga kering.
3) Penggudangan/penyimpanan alat
Cuci semua alat pembersih. Simpan dalan kondisi kering.

E. Penataan Peralatan di Area Kerja

Tata letak peralatan harus disesuaikan dengan manusia sebagai pekerjanya. Peralatan
harus didekatkan dengan orang yang sering menggunakannya dan pertimbangkan
bagaimana pekerja dengan mudah menjangkaunya tanpa harus membungkuk atau
meregangkannya. Berdasarkan ukuran tubuh manusia. Maka peralatan dapur dirancang
sesuai dengan tinggi tubuh manusia. Panjang lengan berhubungan dengan jarak
jangkauan untuk penempatan peralatan yang dibutuhkan.

Besar tubuh manusia digunakan sebagai pertimbangan untuk tata letak penataan
antara satu alat dengan alat yang lainnya. Setiap peralatan mempunyai karakteristik
yang berbeda, oven, lemari es, microwave, dan salamander memiliki pintu yang sering
dibuka, sehingga harus dipikirkan penempatannya. Kompor, oven, atau alat-alat
pemanas lainnya akan mempengaruhi suhu ruangan di dapur. Begitu pula dengan alat-
alat lainnya yang juga memiliki karakteristik masing-masing. Dengan demikian
karakristik tersebut menghendaki penataan dan penempatan yang tepat supaya tidak

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 52 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

menghambat, bahkan dapat memperlancar pekerjaan di dapur. Penempatan oven


dengan meja kerja harus dapat memberikan keleluasaan untuk membuka pintu oven
karena benda tersebut panas, maka jarak yang disarankan dari pintu tersebut sebanyak
135 cm. Jarak antara satu meja dengan meja lainnya dimana hitungan tersebut dapat
dipergunakan untuk bekerja, dengan kemungkinan karyawan dapat lewat mengangkat
barang disediakan lebar 135 cm, pada ruangan yang biasa dilewati dengan kereta
dorong maka dibuat jarak 150 cm. Tata letak dan alur kerja perlu dipikirkan untuk
menghindari pemborosan waktu, tenaga, dan bahan-bahan.
Penataan yang tepat sangat berguna untuk:
(1) mengurangi terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
(2) mengurangi terjadinya kesakitan dalam bekerja,
(3) meningkatkan kinerja dan produktifitas.

F. Menangani Limbah dan Linen

1. Menangani dan mengatur pembuangan limbah bahan kimia secara aman.


a. Bacalah isi tata cara pelaksanaan
b. Pastikan wadahnya tidak bocor dan rusak
c. Yakinkan wadahnya diberi label yang benar
d. Gunakan alat pelindung seperti masker, sarung tangan bila diperlukan
e. Jangan mencampur bahan kimia
f. Jangan mencampur limbah kimia.
2. Semua sampah harus dibuang tepat pada waktunya demi kesehatan umum.
3. Semua tempat limbah harus anti bocor dan kokoh.
4. Tempat limbah harus dipelihara dan ditangani dalam kondisi yang aman.
5. Sebelum tempat sampah penuh, gantilah dengan yang baru.
6. Pembuangan limbah sampah padat.
7. Setiap pembuangan sampah yang bukan cair atau gas jangan dibuang begitu saja
ke sistem pipa.
8. Sampah

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 53 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Suatu campuran kertas, karton, plastik, pembuangan kain linen , kotak kayu,
perabotan yang rusak, kaleng-kaleng, botol-botol, kaca-kaca dan sampah umum,
tidak termasuk limbah bekas makanan dan sampah lain yang telah ditetapkan.
9. Sampah makanan
Termasuk sampah dari dapur, café, toko dan termasuk potongan-potongan
kertas, plastik, pelapis wadah makanan padat dan cair. Tidak termasuk karton-
karton dan kotak-kotak kayu, semuanya ini bagian dari sampah.
10. Membasuh
11. Sampah cair yang meliputi sampah dari persiapan pembuatan makanan, dapat
juga termasuk yang mengandung lemak tetapi tidak dalam bentuk padat.
12. Kotoran di jalanan
13. Menyapu kotoran yang melekat, daun, isi keranjang sampah
14. Sisa yang masih ada (Residu)
15. Hasil pembakaran termasuk abu, kaleng-kaleng dan botol-botol.
16. Abu yang beterbangan ( Fly Ash )
Abu kertas padat, abu arang, debu, shoot atau partikel lain. Pembakaran benda
padat yang menghasilkan produk bakar.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 54 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

BAB IV
PENEMPATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN JENIS PEMADAM
KEBAKARAN, PENGGUNAAN DAN PROSEDUR PENGOPERASIAN
DITEMPAT KERJA

A. Pengidentifikasi Pemadam Kebakaran yang Sesuai pada Tipe yang Tepat


untuk Lingkungan Tempat Kerja.

1. Terjadinya Pembakaran
Syarat terjadinya pembakaran :
 Adanya Bahan bakar,
 Panas dan
 Oksigen
Bahan bakar adalah bahan yang dapat terbakar, baik padat, cair maupun gas.
Bahan yang mudah terbakar adalah setiap benda yang mudah menyala dan terbakar
dengan cepat.

Panas dapat berasal dari nyala api, percikan bunga api, puntung rokok, gesekan,
sumber listrik, pipa panas dan perlengkapan.

Oksigen umumnya berasal dari udara dan juga sebagian dari reaksi kimia

I. Mencegah api
Tanpa bahan bakar, tidak akan terjadi api.
Membantu mencegah timbulnya api yang tidak diinginkan dengan cara:
 Menghilangkan bahan bakar yang tidak diinginkan seperti sampah dan limbah.
 Menyimpan bahan bakar dan bahan yang dapat terbakar dengan hati-hati
 Berhati-hati bila bekerja dengan panas.
 Menghilangkan sumber panas yang tidak diinginkan
Memadamkan api yang tidak diinginkan dengan cara mendinginkan bahan bakar yang
sedang terbakar untuk menghilangkan panas.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 55 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

II. Tanpa oksigen tidak akan terjadi api.


Membantu mencegah timbulnya api yang tidak diinginkan dengan cara menjauhkan
bahan bakar yang terbakar agar tidak berhubungan dengan oksigen.
Memadamkan api yang tidak diinginkan dengan menutupnya sehingga tidak
berhubungan dengan oksigen.
Api tidak dapat muncul tanpa panas. Jagalah selalu semua kemungkinan munculnya
sumber panas:
 Berhati-hati dengan listrik.
 Rawat alat, kabel-kabel, kabel extensi dan stop kontaknya tetap dalam keadaan
baik.

Gambar 17. Peralatan listrik

 Gunakan stop kontak yang telah diakui, jangan berimprovisasi.


 Jangan membebani kabel berlebihan.
 Jangan menginjak atau menggilas dengan troli kabel listrik fleksibel, insulator yang
rusak dapat menimbulkan percikan api.
 Jangan menggunakan api (sebagai penerangan) tanpa perlindungan yang cukup
agar api tersebut tidak menyambar bahan-bahan yang dapat terbakar.

Gambar 18. Perlindungan


Kabel listrik

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 56 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Berhati-hatilah saat memanaskan atau mengelas:


 Singkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar saat menggunakan lampu semprot
(blow lamp), obor gas dan peralatan potong oksigen.
 Periksa percikan api dari busur pemotong dan pengelasan tidak jatuh pada bahan
yang dapat terbakar.
 Gunakan hanya pemanas yang disarankan.
 Tempatkan pemanas sedemikian rupa sehingga tidak terbalik.
 Jauhkan pemanas dari sekat kayu, kain terpal dan bahan yang dapat terbakar
lainnya.
 Singkirkan bahan yang dapat terbakar dari peralatan pemanas, bahan bakar yang
panas, knalpot engine, dan perlengkapan panas lainnya.
 Patuhi tanda “dilarang merokok”.
 Jangan merokok di area yang dapat menimbulkan kebakaran.
 Buang puntung rokok pada tempat yang aman.
 Pada sebagian benda seperti kain lap yang berminyak, panas dapat muncul karena
reaksi kimia. Sebagai contoh, pembakaran yang tiba—tiba dapat menyebabkan
kebakaran di tumpukan lap tersebut.
 Api tidak dapat menyala tanpa panas. Hilangkan semua bahan-bahan yang dapat
terbakar yang tidak diperlukan sesegera mungkin.
 Bersihkan tempat kerja anda secara teratur.
 Buang kotoran dan limbah pada wadah yang benar.
 Buang kain lap yang berminyak dan berlemak ke dalam tempat sampah yang
dilengkapi dengan tutup dan seal perapat.
 Hati-hati dengan gas yang mudah terbakar (seperti asetilin, LPG, dll.) dan cairan
yang mudah terbakar (seperti, bensin, minyak tanah, cairan pembersih, solvent,
tiner, dll.) Gas dan cairan yang mudah terbakar sebaiknya disimpan pada area
yang terisolasi dan jauh dari sumber panas
 Rawat semua pipa gas, katup-katup dan perlengkapan tetap dalam kondisi baik.
 Gunakan hanya alat tangan yang tidak dapat menimbulkan percikan bunga api
untuk membuka wadah cairan yang dapat terbakar.
 Bila cairan yang dapat terbakar diperlukan, gunakan sesedikit mungkin. Simpan
cairan yang dapat terbakar pada wadah logam yang tertutup.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 57 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Jangan merokok saat menggunakan cairan yang dapat terbakar.


 Bersihkan setiap tumpahan cairan yang dapat terbakar pada pakaian anda,
hindarkan dari sumber panas dan segera informasikan kepada supervisor anda.
 Jangan gunakan bensin, minyak tanah atau spiritus untuk menyalakan api.

Mendinginkan bahan yang sedang terbakar adalah cara yang paling efektif untuk
mematikan api kelas A.
Air dari ember, atau dari selang adalah cara yang terbaik untuk mematikan api kelas
A. Air biasanya tepat untuk mendinginkan bahan sampai pada titik dimana dia tidak
dapat menyala lagi dan merembes jauh ke dalam sumber api

Gunaka
n air
Api klas
“A”

Gambar 19. Bahan Pemadam Api klas “A”

 Pemadam kebakaran jenis air juga sangat baik untuk mematikan api kelas A.
 Pemadam kebakaran jenis busa juga dapat digunakan. Pemadam kebakaran jenis
lain akan mematikan api kelas A yang kecil tetapi tidak seefektif air.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 58 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Api kelas B
Api kelas B adalah berasal dari cairan yang mudah terbakar seperti bensin,
minyak tanah, oli, grease, lemak, lilin, cat, thinner dan solvent.
Menutupi api agar tidak berhubungan dengan oksigen adalah cara yang paling
efektif untuk memadamkan api kelas B.

Bens
in
Oli

Cat/Th
inner

Gambar 20. Sumber api klas B

Gambar 21. Peralatan listrik.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 59 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

2. Peralatan Listrik
Menutupi api agar tidak berhubungan dengan oksigen adalah cara yang paling efektif
untuk memadamkan api kelas C.

Pemadaman Api Klas C


Bahan pemadam kebakaran harus bukan penghantar listrik untuk menghindari
kejutan atau kerusakan peralatan. Jangan sekali-kali menggunakan pemadam
kebakaran dengan bahan air atau busa untuk mematikan api kelas C. Bila anda
dapat melakukannya dengan sangat hati-hati, matikan semua peralatan listrik yang
sedang terbakar.

Alat pemadam api portable


Pemadam api portable biasanya ditempatkan pada tempat yang aman.
Ada 4 jenis alat pemadam kebakaran dengan be beberapa perbedaan pada masing-
masing jenisnya.
Pada bagian sisi alat pemadam biasanya dilengkapi dengan label instruksi.
Label ini memberikan rincian bagaimana menggunakan pemadam api, juga
dijelaskan untuk api jenis apa digunkan.
Selalu baca plat instruksi sebelum anda menggunakan pemadam api!!!!!
1. Pemadam kebakaran yang berisi air
Ketiga pemadam kebakaran jenis berisi air hanya cocok untuk memadamkan api
kelas A.
Pemadam ini dicat merah. Rentang semprotannya berkisar 10m. Digunakan sesuai
petunjuknya.

Jenis pemadam bertekanan udara diaktifkan dengan alat picu dan dapat dihentikan
setiap saat dengan cara melepas pemicu.

2. Pemadam Kebakaran Karbon Dioksida (CO2)


Alat ini diisi deengan karbon dioksida, cairan ini mempunyai tekanan yang sangat
tinggi. Jenis ini paling sesuai untuk memadamkan api kelas B dan kelas C.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 60 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Jenis ini dicat warna merah dengan garis/pita hitam. Ukuran kecil mempunyai
kemampuan semprot sampai 1,2m dan yang berukuran besar mempunyai
kemampuan sampai 3m.

Prosedur penggunaan.
 Gunakan sedekat mungkin dengan sumber api.
 Pertama arahkan semprotan ke bagian belakang sumber api.
 Gerak-gerakkan nozel dari kiri ke kanan.
 Secara perlahan bergerak ke bagian depan samapi api mati.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 61 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Peringatan:
Berada dalam waktu tertentu dalam ruang tertutup yang berisi Karbon dioksida
dapat menyebabkan sesak bahkan mati lemas. Segera bersihkan tempat setelah
digunakan. Buka semua jendela dan pintu untuk membersihkan ruangan dari gas
karbondioksida.

3. Pemadam Kebakaran Busa


Variasi mekanisme dan bahan kimia yang digunakan pada pemadam kebakaran
busa cocok digunakan untuk memadamkan api kelas B dan terbatas pada api kelas
A.
Tabung alat ini dicat dengan warna BIRU. Jarak semprotnya berkisar 6m.
Operasikan sesuai petunjuk. Busa digunakan untuk membentuk selimut untuk
menutupi dan memadam api. Pemadam kebakaran jenis busa adalah yang paling
efektif untuk memadamkan api dari bahan bakar cair yang berada dalam wadah
diaman bahan ini cukup panas untuk dapat terbakar sendiri bila bersinggungan
dengan oksigen. Selimut busanya akan tetap berada pada tempatnya cukup lama
untuk mendinginkan bahan yang terbakar sehingga temperaturnya tidak cukup
untuk dapat terbakar sendiri. Busa kurang efektif pada tumpahan yang menyebar.
Jenis ini bias jadi tidak efektif cairan yang terbakar seperti alkohol.
Untuk memadamkan cairan yang sedang terbakar, arahkan semprotan pemadam
ke bagian sisi wadah di atas cairan . Hal ini akan menyebabkan busa mengalir ke
bawah an menyebar di atas permukaan cairan.

Gambar 22. Proses pemadaman api dari cairan dalam tangki

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 62 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

4. Pemadam Kebakaran Tepung Kering

Pemadam ini diisi dengan bahan kimia berbentuk tepung kering yang diinjeksikan
dengan tekanan gas, atau dengan tekanan udara. Jenis ini sesuai untuk
memadamkan api kelas B dan C.

Tabung pemadam ini dicat warna MERAH dengan lingkaran PUTIH. Alat ini
mempunyai nozel beebentuk kipas. Rentang semprotan yang berukuran kecil
samapi 3m, dan yang berukuran besar samapai 6 meter. Operasikan berdasarkan
petunjuk pemakaian

Pemadam kebakaran jenis tepung kering


Pemadam kebakaran jenis tepung kering mempunyai reaksi pemadaman yang
sangat cepat. Kabut bahan kimia kering ini cenderung melindungi orang yang
memadamkan api dari panas.Tepung kering adalah pemadam api yang paling
efektif untuk memadamkan cairan yang terbakar pada area yang luas, khususnya
pada tumpahan yang mengalir bebas.

Semprotkan tepung ke bagian dasar api dan tutupi apinya dengan menggerakan
nozel ke kanan dan ke kiri.
Pemadam jenis ini yang berukuran kecil dengan gagang berbentuk pistol dapat
dibawa masuk dan dapat digunakan dengan cepat. Hal ini membuat alat ini efektif
memadamkan semua jenis api yang muncul tiba-tiba dan juga untuk api kecil yang
sulit dijangkau.
Pemadam kebakaran bentuk kecil sebaiknya tidak digunakan untuk memadamkan
api yang besar dan dalam.

5. Menyelamatkan diri dari Api


Anda harus tanggap kalau sedang terjadi kebakaran dan harus mengenal seluruh
alat-alat pemadam yang ada .
Pelajari lokasi terjadinya kebakaran, alaram kebakaran, telephone dan pintu darurat
yang ada di tempat kerja anda.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 63 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Adalah sangat penting bila pekerja perawatan, dan yang lainnya, yang berganti
lokasi kerja secara teratur mengetahui bagaimana menyelamatkan diri dari
kebakaran di setiap tempat kerja mereka.
Ketika terjadi kebakaran, putuskan apakah anda dapat membantu memadamkan
api. Jika tidak, keluarlah segera. Jika anda memutuskan untuk memadamkan api,
pertama periksa apakah ada tempat yang lowong dan aman untuk jalan ke luar.
Posisi selalu berada diantara api dan jalan keluar.
Tinggalkan tempat kebakaran sesegera mungkin bila:
 Api yang timbul sudah tidak dapat dikontrol lagi.
 Api telah menguasai jalan ke luar.
 Asap telah mengaburkan atau menggelapkan jalan ke luar.
 Pada saat anda meninggalkan tempat tersebut, buka setiap pintu dengan
hati-hati untuk mencegah asap atau nyala api menyerbu masuk ruangan.
 Tutuplah pintu-pintu di belakang anda untuk mencegah aliran udara
menghembus api.
 Berhati-hatilah terhadap asap dan gas-gas yang ditimbulkan api.
 Di dalam area yang penuh asap, tetap pada posisi rendah dan merangkak
untuk menghindarkan mulut dan hidung sedekat mungkin dengan lantai
 Walau dalam keadaan bagaimanapun juga jangan pernah mundur atau
berhenti.
 Saat meninggalkan bangunan, tutuplah pintu di belakang anda.
 Jangan sekali-kali memasuki bangunan yang sedang terbakar

Selalu siap memadamkan api.


Anda harus tahu apa yang harus diperbuat bila terjadi kebakaran:
 Pahamilah semua peralatan pemadam kebakaran yang ada di ttempat
kerja anda.
 Ketahui tempat semua peralatan pemadam kebakaran.
 Pelajari tempat semua alarm pemadam kebakaran.
 Pelajari fungsi semua peralatan pemadam kebakaran.
 Mampu menggunakan peralatan dan mengikuti langkah pemadaman api
dengan pasti.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 64 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Menghindarkan peralatan pemadam kebakaran dari penghalang agar


mudah dijangkau.
 Pelajari setiap lokasi penyelamatan diri.
 Jaga agar rute penyelamatan diri bebas dari hambatan.
 Jaga akses ke tangga dan perancah mudah dijangkau dimana tangga
belum dibangun.
 Menjaga pintu penyelamatan diri memberikan akses ke tangaga tertutup,
tetapi tidak terkunci.

Tempatkan pemadam api yang sesuai sehingga mudah dijangkau saat


menggunakan peralatan yang dapat meningkatkan bahaya kebakaran.
 Hindarkan pemadam kebakaran dari panas yang tinggi atau yang dingin
sekali.
 Jangan sekali-kali mengembalikan pemadam api yang telah digunakan ke
tempat semula. Beri label dan kembalikan untuk diisi ulang.
 Pastikan setiap pemadam api yang telah dipakai segera diganti dengan
yang baru.

Memadamkan Api/Kebakaran.
Bila terjadi kebakaran, tindakan yang tepat memberikan peluang dapat
memadamkan api dengan cepat, mengurangi bahaya dan meminimalisasi
kerusakan.
Jika anda menemukan kebakaran, ingat 6 langkah kesalamatan berikut:
 Hidupkan segera alarm.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 65 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Beritahu regu pemadam kebakaran.

 Peringatkan setiap orang agar segera keluar.

 Padamkan api dengan peralatan yang tersedia.

 Bila dipandang perlu segera keluar. Jangan masuk kembali ke gedung yang
sedang terbakar

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 66 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

B. Seluruh kegiatan penerapan pemadam kebakaran dan prosedur kerja


diidentifikasikan berdasarkan SOP , Undang – undang K 3 , peraturan undang –
undang dan prosedur/kebijakan perusahaan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 67 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

BAB V
PELAKSANAAN PROSEDUR DARURAT

A. Prosedur Perlindungan Mesin Pada Saat Tanda Bahaya Muncul

1. Kecelakaan dapat terjadi didarat, laut maupun udara pada /kapal-kapal /industri
baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang melakukan kegiatan bongkar
muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha supaya yang kuat
untuk menghindarinya.

Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Health and Safety
work Act, 1974 untuk melindungi pelaut pelayar dan mencegah resiko-resiko dalam
melakukan suatu aktivitas di atas kapal terutama menyangkut kesehatan dan
keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat.

Suatu keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat tidak bekerja normalnya
suatu sistem secara prosedural ataupun karena gangguan alam.

2. Definisi Prosedur dan Keadaan Darurat


Prosedure :
Suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam melaksanakan suatu
kegiatan agar mendapat hasil yang baik.

Keadaan darurat :
Keadaan yang lain dari keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau
potensi tingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda
maupun lingkungan.

1. Prosedur Keadaan Darurat


Tata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan
maksud untuk mencegah atau mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin
besar.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 68 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Jenis jenis Prosedur Keadaan Darurat :

a) Prosedur intern (lokal)


Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-masing bagian/ departemen,
dengan pengertian keadaan darurat yang terjadi masih dapat di atasi oleh bagian-
bagian yang bersangkutan, tanpa melibatkan kapal-kapal atau usaha pelabuhan
setempat.

b) Prosedur umum (utama)


Merupakan pedoman perusahaan secara keseluruhan dan telah menyangkut
keadaan darurat yang cuku besar atau paling tidak dapat membahayakan kapal-
kapal lain atau dermaga/terminal.

Dari segi penanggulangannya diperlukan pengerahan tenaga yang banyak atau


melibatkan kapal-kapal / penguasa pelabuhan setempat.

Jenis-jenis keadaan darurat


1) Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong
pada kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun
waktu tertentu, akan mengalami berbagai problematika yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca, keadaan alur pelayaran,
manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan
manusia dan pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal.
2) Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat
langsung diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak
tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak
buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut atau
untuk hares meninggalkan kapal.
3) Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokkan
menjadi keadaan darurat yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri,
sehingga keadaan darurat ini dapat disusun sebagai berikut :
 Tubrukan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 69 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Kebakaran/ledakan
 Kandas
 Kebocoran/tenggelam
 Orang jatuh ke laut
 Pencemaran.
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta
pemilik kapal maupun Iingkungan taut bahkan juga dapat menyebabkan
terganggunya 'ekosistem' dasar taut, sehingga perlu untuk memahami kondisi
keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki kemampuan dasar untuk dapat
mengindentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut dapat diatasi
oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerjasama dengan pihak yang terkait.

Tubrukan
 Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan
dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat situasi
kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut (kapal
tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi Iainnya adalah kepanikan atau
ketakutan petugas di kapal yang justru memperlambat tindakan,
pengamanan, penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat tersebut.

Kebakaran / ledakan
 Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap
kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan
perlengkapan kapal, . instalasi listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan
anak buah kapal.
 Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya
kebakaran terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat
menimbulkan situasi darurat serta perlu untuk diatasi.
Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda dengan
keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat
kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang kepanikan atau
ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang
digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 70 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Kandas
 Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran baling-
baling terasa berat, asap di cerobong mendadak menghitam, badan kapal
bergetar dan kecepatan kapal berubah kemudian berhenti mendadak.
 Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung
pada permukaan dasar taut atau sungai dan situasi di dalam kapal tentu
akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.
 Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan
pencemaran atau bahaya tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal
tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya kebakaran tentu akan dapat saja
terjadi apabila bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik
yang rusak menimbulkan nyala api dan tidak terdeteksi sehingga
menimbulkan kebakaran.
 Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi
karena situasi yang tidak terduga atau terjatuh saat terjadi perubahan posisi
kapal.
 Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara
tergantung pada posisi permukaan dasar laut atau sungai, ataupun cara
mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini akan membuat situasi di
lingkungan kapal akan terjadi rumit.

Kebocoran/Tenggelam
 Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga
terjadi karena tubrukan maupun kebakaran serta kerusakan kulit pelat kapal
karena korosi, sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera
tenggelam.
 Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran
terbatas, bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi.
Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan
pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal,
karena upaya untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas
keselamatan dan kebersamaan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 71 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Orang jatuh ke laut ( Man Over Board )


 Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat
situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan.
 Pertolongan yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan
sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan
memberi pertolongan, maupun fasilitas yang tersedia.

Pencemaran
 Pencemaran laut dapat terjadi karena buangan sampah dan tumpahan
minyak saat bunkering, buangan limbah muatan kapal tangki, buangan
limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15 ppm dan karena muatan
kapal tangki yang tertumpah akibat tubrukan atau kebocoran.
 Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit
karena untuk mengatasi pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan,
tenaga manusia yang terlatih dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang
harus ditanggung oleh pihak yang melanggar ketentuan tentang pencegahan
pencemaran.

B. Denah Keadaan Darurat

a. Persiapan
b. Perencanaan dan persiapan adalah syarat utama untuk mencapai
keberhasilan pelaksanaan keadaan darurat dikapal.
c. Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang mereka harus
lakukan pada keadaan darurat yang bermacam-macam, misalnya
kebakaran di tangki muatan, kamar mesin, kamar A.B.K. dan orang pingsan
di dalam tangki, kapal lepas dari dermaga dan Hanyut, cara kapal lepas
dermaga dan lain-lain.
d. Harus dapat secara cepat dan tepat mengambil keputusan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi segala macam keadaan darurat.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 72 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Data/info yang selalu harus siap :


 Jenis jumlah dan pengaturan muatan.
 Apakah ada cairan kimia yang berbahaya.
 General arrangement dan stabilitas info, serta
 Rencana peralatan pemadam kebakaran.
 Organisasi keadaan darurat
 Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat.
 Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk :
 Menghidupkan tanda bahaya.
 Menemukan dan menaksir besarnya kejadian dan kemungkinan bahayanya.
 Mengorganisasi tenaga dan peralatan.

Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti :


1. Pusat komando.
Kelompok yang mengontrol kegiatan di bawah pimpinan Nahkoda atau perwira
senior serta dilengkapi perangkap komunikasi intern dan extern.
2. Satuan kesadaran darurat.
Kelompok di bawah perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melapor
kepusat komando menyarankan tindakan apa yang harus diambil apa dan dari
mana bantuan dibutuhkan.
3. Satuan pendukung.
Kelompok pendukung ini di bawah seorang perwira harus selalu slap membantu
kelompok induk dengan perintah pusat komando dan menyediakan bantuan
pendukung seperti peralatan, perbekalan, bantuan medis, termasuk alat bantuan
pernapasan dan lain-lain.
4. Kelompok ahli mesin.
Kelompok di bawah satuan pendukung Engineer atau Senior Engineer
menyediakan bantuan atas perintah pusat komando.
Tanggung jawab utamanya di ruang kamar mesin, dan bisa memberi bantuan bila
diperlukan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 73 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Tindakan pendahuluan.
Seseorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya,
laporkan kepada perwira jaga yang kemudian menyiapkan organisasi, sementara
itu yang berada dilokasi segera mengambil tindakan untuk mengendalikan
keadaan sampai diambil alih oleh organisasi keadaan darurat. Setiap orang harus
tahu dimana tempatnya dan apa tugasnya termaksud kelompok pendukung harus
stand-by menunggu perintah selanjutnya.

C. Pengenalan Isyarat Bahaya

a. Tanda untuk mengingatkan anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan
darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.
b. Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya dapat digunakan secara
umum untuk kapal laut adalah sebagai berikut:
 Suatu isyarat letusan yang diperdengarkan dengan selang waktu kira-kira
1 (satu) menit.
 Bunyi yang diperdengarkan secara terus-menerus oleh pesawat pemberi
isyarat kabut (smoke signal )
 Cerawat – cerawat atau peluru-peluru cahaya yang memancarkan bintang-
bintang memerah yang ditembakkan satu demi satu dengan selang waktu
yang pendek.
 Isyarat yang dibuat oleh radio telegrafi atau sistim pengisyaratan lain yang
terdiri atas kelompok SOS dari kode morse.
 Isyarat yang dipancarkan dengan menggunakan pesawat radio telepon
yang terdiri atas kata yang diucapkan "Mede" (mayday )
 Kode isyarat bahaya internasional yang ditujukan dengan NC.
 Isyarat yang terdiri atas sehelai bendera segi empat yang di atas atau
sesuatu yang menyerupai bola.
 Nyala api di kapal (misalnya yang berasal dari sebuah tong minyak dan
sebagainya, yang sedang menyala).
 Cerawat payung atau cerawat tangan yang memancarkan cahaya merah.
 Isyarat asap yang menyebarkan sejumlah asa jingga (orange).

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 74 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Menaik-turunkan lengan-lengan yang terentang kesamping secara


perlahan-lahan dan berulang- ulang.
 Isyarat alarm radio telegrafi
 Isyarat alarm radio teleponi
 Isyarat yang dipancarkan oleh rambu-rambu radio petunjuk posisi darurat.
c. Sesuai dengan kemungkinan terjadinya situasi darurat di kapal, isyarat bahaya
yang umumnya dapat terjadi adalah:
 Isyarat kebakaran
 Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setia orang di atas kapal yang
pertama kali melihat adanya kebakaran wajib melaporkan kejadian tersebut
pada mualim jaga di anjungan.
d. Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya pemadaman
kebakaran dan apabila kebakaran tersebut tidak dapat di atasi dengan alat-alat
pemadam portable dan dipandang perlu untuk menggunakan peralatan
pemadam kebakaran tetap serta membutuhkan peran seluruh anak buah kapal,
maka atas keputusan dan perintah Nakhoda isyarat kebakaran wajib dibunyikan
dengan kode suling atau bel satu pendek dan satu panjang secara terus
menerus seperti berikut :
 Setiap anak buah kapal yang mendengar isyarat kebakaran wajib
melaksanakan tugasnya sesuai dengan perannya pada sijil kebakaran dan
segera menuju ke tempat tugasnya untuk menunggu perintah lebih lanjut
dari komandan regu pemadam kebakaran.
 Isyarat sekoci / meninggalkan kapal
e. Dalam keadaan darurat yang menghendaki Nakhoda dan seluruh anak buah
kapal harus meninggalkan kapal maka kode isyarat yang dibunyikan adalah
melalui bel atau suling kapal sebanyak 7 (tujuh) pendek dan satu panjang
secara terus menerus seperti berikut:
 Isyarat Orang Jatuh ke Laut Man Over Board
 Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh ke laut, bila
seorang awak kapal melihat orang jatuh ke laut, maka tindakan yang harus
dilakukan adalah :

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 75 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Berteriak "Orang jatuh ke laut"


 Melempar pelampung penolong (lifebuoy)
 Melapor ke Mualim jaga.
 Selanjutnya Mualim jaga yang menerima laporan adanya orang jatuh ke
laut dapat melakukan manouver kapal untuk berputar mengikuti ketentuan
"Willemson Turn" atau "Carnoevan turn" untuk melakukan pertolongan.
 Bila ternyata korban tidak dapat ditolong maka kapal yang bersangkutan
wajib menaikkan bendera internasional huruf "O".
f. Isyarat Bahaya lainnya
 Dalam hal-hal tertentu bila terjadi kecelakaan atau keadaan darurat yang
sangat mendesak dengan pertimbangan bahwa bantuan pertolongan dari
pihak lain sangat dibutuhkan maka setiap awak kapal wajib segera
memberikan tanda perhatian dengan membunyikan bel atau benda lainnya
maupun berteriak untuk meminta pertolongan.
 Tindakan ini dimaksud agar mendapat bantuan secepatnya sehingga
korban dapat segera ditolong dan untuk mencegah timbulnya korban yang
lain atau kecelakaan maupun bahaya yang sedang terjadi tidak meluas.
 Dalam keadaan bahaya atau darurat maka peralatan yang dapat digunakan
adalah peralatan atau mesin-mesin maupun pesawat-pesawat yang
mampu beroperasi dalam keadaan tersebut.
 Sebuah kapal didesain dengan memperhitungkan dapat beroperasi pada
kondisi normal dan kondisi darurat.
 Oleh sebab itu pada kapal dilengkapi juga dengan mesin atau pesawat yang
mampu beroperasi pada kondisi darurat.
 Adapun mesin-mesin atau pesawat-pesawat yang dapat beroperasi pada
keadaan darurat terdiri dari :
 Emergency steering gear
 Emergency generator
 Emergency radio communication
 Emergency fire pump
 Emergency ladder
 Emergency buoy

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 76 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Emergency escape trunk


 Emergency alarm di kamar pendingin, cargo space, engine room space,
accomodation space
 Setiap mesin atau pesawat tersebut di atas telah ditetapkan berdasarkan
ketentuan SOLAS 1974 tentang penataan dan kapasitas atau kemampuan
operasi.
 Sebagai contoh Emergency Fire Pump (pompa pemadam darurat)
berdasarkan ketentuan wajib dipasang di luar kamar mesin dan mempunyai
tekanan kerja antara 3 - 5 kilogram per sentimeter persegi dan digerakkan
oleh tenaga penggerak tersendiri. Sehingga dalam keadaan darurat bila
pompa pemadam utama tidak dapat beroperasi, maka alternatif lain hanya
dapat menggunakan pompa pemadam darurat dengan aman di luar kamar
mesin.

D. Tindakan Darurat

Contoh di laut:
Dalam keadaan darurat atau bahaya setia awak kapal wajib bertindak sesuai
ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat senantiasa dibuat dan
diinformasikan pada seluruh awak kapal.

Sijil darurat di kapal perlu di gantungkan di tempat yang strategis, sesuai, mudah
dicapai, mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan
perincian prosedur dalam keadaan darurat, seperti:
 Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan darurat oleh
setiap anak buah kapal.
 Sijil darurat selain menunjukkan tugas-tugas khusus, juga tempat berkumpul
(kemana setiap awak kapal harus pergi).
 Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk yang
ditetapkan oleh pemerintah.

Sebelum kapal berangkat, sijil darurat harus sudah dibuat dan salinannya
digantungkan di beberapa tempat yang strategis di kapal, terutama di ruang ABK.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 77 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang berlainan bagi setiap
ABK, misalnya:
 Menutup pintu kedap air, katup-katup, bagian mekanis dari lubang-lubang
pembuangan air di kapal dll,
 Perlengkapan sekoci penolong termasuk perangkat radio jinjing maupun
perlengkapan Iainnya.
 Menurunkan sekoci penolong.
 Persiapan umum alat-alat penolong / penyelamat lainnya.
 Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi penumpang.
 Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran.

Selain itu di dalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang dikerjakan
oleh anak buah kapal bagian CID (koki, pelayan dll), seperti:
 Memberikan peringatan kepada penumpang.
 Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang mereka secara
semestinya atau tidak.
 Mengumpulkan para penumpang di tempat berkumpul darurat.
 Mengawasi gerakan dari para penumpang dan memberikan petunjuk di
gang-gang atau di tangga.
 Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa sekoci / rakit penolong.

Dalam hal yang menyangkut pemadaman kebakaran, sijil darurat memberikan


petunjuk cara-cara yang biasanya dikerjakan dalam terjadi kebakaran, serta
tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan dalam hubungan dengan operasi
pemadaman, peralatan-peralatan dan instalasi pemadam kebakaran di kapal.

Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-semboyan panggilan


bagi ASK untuk berkumpul di sekoci penolong mereka masing-masing, di rakit
penolong atau di tempat berkumpul untuk memadamkan kebakaran. Semboyan-
semboyan tersebut diberikan dengan menggunakan ruling kapal atau sirine,
kecuali di kapal penumpang untuk pelayaran internasional jarak pendek dan di
kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki (45,7m), yang harus

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 78 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

dilengkapi dengan semboyan¬-semboyan yang dijalankan secara elektronis,


semua semboyan ini dibunyikan dan anjungan.

Semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat terdiri dari 7 atau lebih tiup
pendek yang diikuti dengan 1 tiup panjang dengan menggunakan suling kapal
atau sirine dan sebagai tambahan semboyan ini, boleh dilengkapi dengan bunyi
bel atau gong secara terus menerus.

Jika semboyan ini berbunyi, itu berarti semua orang di atas kapal harus
mengenakan pakaian hangat dan baju renang dan menuju ke tempat darurat
mereka. ABK melakukan tugas tempat darurat mereka. Sesuai dengan apa yang
tertera di dalam sijil darurat dan selanjutnya menunggu perintah.

Setiap juru mudi dan anak buah menuju ke sekoci dan mengerjakan :
 Membuka tutup sekoci, lipat dan masukkan ke dalam sekoci (sekoci-sekoci
kapal modern sekarang ini sudah tidak memakai tutup lagi tetapi dibiarkan
terbuka).
 Dua orang di dalam sekoci masing-masing seorang di depan untuk
memasang tali penahan sekoci yang berpasak (cakil) dan seorang yang
dibelakang untuk memasang pro sekoci.
 Tali penahan yang berpasak tersebut dipasang sejauh mungkin ke depan
tetapi sebelah dalam dari lapor sekoci dan disebelah luar tali-tali lainnya,
lalu dikencangkan.
 Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah memakai
rompi renang dengan benar/tidak.
 Selanjutnya siap menunggu perintah.

Untuk mampu bertindak dalam situasi darurat maka setiap awak kapal harus
mengetahui dan terampil menggunakan perlengkapan keselamatan jiwa di laut
dan mampu menggunakan sekoci dan peralatannya maupun cakap menggunakan
peralatan pemadam kebakaran.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 79 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Adapun perlengkapan keselamatan jiwa di laut meliputi:


Life saving appliances:
 Life boat
 Life jacket
 Life raft
 Bouyant apparatus
 Life buoy
 Line throwing gun
 Life line
 Emergency signal (parachute signal, red hand flare, orange smoke signal)

Fire fighting equipment :


 Emergency fire pump, fire hidrants
 Hose & nozzles
 Fire extinguishers (fixed and portable)
 Smoke detector and fire detector system
 C02 Installation
 Sprinkler system (Automatic water spray)
 Axes and crow bars
 Fireman outfits and breathing apparatus
 Sand in boxes.

Sedangkan latihan sekoci dan pemadam kebakaran secara individual dimaksudkan


untuk menguasai bahkan memiliki segala aspek yang menyangkut karakteristik
daripada penggunaan pesawat-pesawat penyelamat dan pemadam kebakaran yang
meliputi pengetahuan dan keterampilan tentang :

Boat drill
 Alarm signal meninggalkan kapal (abandon ship)
 Lokasi penempatan life jacket dan cara pemakaian oleh awak kapal dan
penumpang
 Kesiapan perlengkapan sekoci

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 80 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Pembagian tugas awak kapal disetia sekoci terdiri dari komandan dan wakil
komandan, juru motor, juru mudi, membuka lashing dan penutup sekoci,
memasang tali air / keliti tiller / tali monyet / prop, membawa selimut / sekoci /
logbook / kotak P3K / mengarea sekoci l melepas ganco / tangga darurat /
menolong penumpang.

Fire drill
 Alarm signal kebakaran di kapal
 Pembagian tugas awak kapal terdiri dari :
 Pemimpin pemadam, membawa slang, botol api, kapak, linggis, pasir, fireman
outfit, sedangkan perwira jaga, juru mudi jaga di anjungan, menutup pintu dan
jendela kedap air, membawa log book, instalasi C02, menjalankan pompa
pemadam kebakaran, alat P3K.

Tata Cara Khusus Dalam Prosedur Keadaan Darurat

Kejadian Tubrukan (Imminent collision):


 Bunyikan sirine bahaya (Emergency alarm sounded)
 Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan
 Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis di tutup

Lampu-lampu dek dinyalakan:


 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 VHF dipindah ke chanel 16
 Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat
 Posisi kapal tersedia di ruangan radio dan diperbaharui bila ada perubahan.
 Setelah tubrukan got-got dan tangki-tangki di ukur.

Kandas, Terdampar (Stranding)


Stop mesin
 Bunyikan sirine bahaya
 Pintu-pintu kedap air di tutup
 Nakhoda diberi tahu

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 81 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Kamar mesin diberi tahu


 VHF di pindah ke chanel 16
 Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan
 Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan
 Lampu dek dinyalakan
 Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding
 Kedalaman laut disekitar kapal diukur.
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan.

Kebakaran/Fire
 Sirine bahaya dibunyikan (internal clan eksternal)
 Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi
kebakaran.
 Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air di tutup.
 Lampu-lampu di dek dinyalakan
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
 Air masuk ke dalam ruangan (Flooding)
 Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
 Siap-siap dalam keadaan darurat
 Pintu-pintu kedap air di tutup
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
 Berkumpul di sekoci/rakit penolong (meninggalkan kapal)
 Sirine tanda berkumpul di sekoci/rakit penolong untuk meninggalkan kapal,
misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nakhoda
 Awak kapal berkumpul di sekoci/rakit penolong

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 82 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Orang jatuh ke laut (Man overboard)


 Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap
sedekat orang yang jatuh
 Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan baling-baling
 Posisi dan letak pelampung diamati
 Mengatur gerak untuk menolong (bile tempat untuk mengatur gerak cukup
disarankan menggunakan metode "Williamson" Turn)
 Tugaskan seseorang untuk mengawasi orang yang jatuh agar tetap terlihat
 Bunyikan tiga suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan
 Regu penolong slap di sekoci
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot Posisi kapal
tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan

Pencarian dan Penyelamatan (Search and Rescue)


 Mengambil pesan bahaya dengan menggunakan radio pencari arah
 Pesan bahaya atau S.O.S dipancarkan ulang
 Mendengarkan poly semua frekwensi bahaya secara terus menerus
 Mempelajari buku petunjuk terbitan SAR (MERSAR)
 Mengadakan hubungan antar SAR laut dengan SAR udara pada frekwensi 2182
K dan atau chanel 16
 Posisi, haluan dan kecepatan penolong yang lain di plot
 Latihan-latihan bahaya atau darurat
 Di kapal penumpang latihan-latihan sekoci dan kebakaran harus dilaksanakan
1 kali seminggu jika mungkin. Latihan-latihan tersebut di atas juga harus
dilakukan bila meninggalkan suatu, pelabuhan terakhir untuk pelayaran
internasional jarak jauh.
 Di kapal barang latihan sekoci dan latihan kebakaran harus dilakukan 1 x
sebulan. Latihan-latihan tersebut di atas harus juga dilakukan dalam jangka
waktu 24 jam setelah meninggalkan suatu pelabuhan, dimana ABK telah diganti
Iebih dari 25 %.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 83 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Latihan-latihan tersebut di atas harus dicatat dalam log book kapal dan bila
dalam jangka waktu 1 minggu (kapal penumpang) atau 1 bulan (kapal barang)
tidak diadakan latihan-latihan, maka harus dicatat dalam log book dengan
alasan-alasannya.
 Di kapal penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh dalam waktu 24
jam setelah meninggalkan pelabuhan harus diadakan latihan-latihan untuk
penanggulangan.
 Sekoci-sekoci penolong dalam kelompok penanggulangan harus digunakan
secara bergilir pada latihan-latihan tersebut dan bila mungkin diturunkan ke air
dalam jangka waktu 4 bulan. Latihan-latihan tersebut harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga awak kapal memahami dan memperoleh
pengalaman-pengalaman dalam melakukan tugasnya masing-masing termasuk
instruksi-instruksi tentang melayani rakit-rakit penolong.
 Semboyan bahaya untuk penumpang-penumpang supaya berkumpul di stasion
masing-masing, harus terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek disusul dengan
tiupan panjang pada suling kapal dengan cara berturut-turut. Di kapal
penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh harus ditambah dengan
semboyan-semboyan yang dilakukan secara elektris.
Maksud dari semua semboyan-semboyan yang berhubungan dengan penumpang-
penumpang dan lain-lain instruksi, harus dinyatakan dengan jelas di atas kartu-kartu
dengan bahasa yang bisa dimengerti (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) dan dipasang
dalam kamar-kamar penumpang dan lain-lain ruangan untuk penumpang.

E. Mengikuti Prosedur Alarm/Peringatan/Evakuasi di Tempat Kerja

1. Tata Cara Khusus dalam Prosedur Keadaan Darurat


Kejadian Tubrukan (Imminent collision):
 Bunyikan sirine bahaya (Emergency alarm sounded)
 Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan
 Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis di tutup
 Lampu-lampu dek dinyalakan
 Nakhoda diberi tahu

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 84 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Kamar mesin diberi tahu


 VHF dipindah ke chanel 16
 Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat
 Posisi kapal tersedia di ruangan radio dan diperbaharui bila ada perubahan.
 Setelah tubrukan got-got dan tangki-tangki di ukur.

Kandas, Terdampar (Stranding)


 Stop mesin
 Bunyikan sirine bahaya
 Pintu-pintu kedap air di tutup
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 VHF di pindah ke chanel 16
 Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan
 Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan
 Lampu dek dinyalakan
 Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding
 Kedalaman laut disekitar kapal diukur.
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan.

Kebakaran/Fire
 Sirine bahaya dibunyikan (internal clan eksternal)
 Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi
kebakaran.
 Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air di tutup.
 Lampu-lampu di dek dinyalakan
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
 Air masuk ke dalam ruangan (Flooding)
 Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
 Siap-siap dalam keadaan darurat
 Pintu-pintu kedap air di tutup

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 85 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Nakhoda diberi tahu


 Kamar mesin diberi tahu
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
 Berkumpul di sekoci/rakit penolong (meninggalkan kapal)
 Sirine tanda berkumpul di sekoci/rakit penolong untuk meninggalkan kapal,
misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nakhoda
 Awak kapal berkumpul di sekoci/rakit penolong

Orang jatuh ke laut (Man overboard)


 Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap
sedekat orang yang jatuh
 Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan baling-baling
 Posisi dan letak pelampung diamati
 Mengatur gerak untuk menolong (bile tempat untuk mengatur gerak cukup
disarankan menggunakan metode "Williamson" Turn)
 Tugaskan seseorang untuk mengawasi orang yang jatuh agar tetap terlihat
 Bunyikan tiga suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan
 Regu penolong slap di sekoci
 Nakhoda diberi tahu
 Kamar mesin diberi tahu
 Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot Posisi kapal tersedia
di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan

Pencarian dan Penyelamatan (Search and Rescue)


 Mengambil pesan bahaya dengan menggunakan radio pencari arah
 Pesan bahaya atau S.O.S dipancarkan ulang
 Mendengarkan poly semua frekwensi bahaya secara terus menerus
 Mempelajari buku petunjuk terbitan SAR (MERSAR)
 Mengadakan hubungan antar SAR laut dengan SAR udara pada frekwensi 2182 K
dan atau chanel 16
 Posisi, haluan dan kecepatan penolong yang lain di plot
 Latihan-latihan bahaya atau darurat

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 86 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

BAB VI
MENJALANKAN DASAR-DASAR PROSEDUR KEAMANAN

A. Kebijakan/Prosedur Keamanan Dijalankan Berdasarkan Pelatihan


Perusahaan dan Undang Undang yang telah Dibuat dan Disepakati Oleh
Perusahaan

1. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja

Pengertian Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja

a. Keamanan Kerja
Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran
segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air,
maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi,
seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan
lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko
bahanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan
mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan
kerja adalah dari, oleh, untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga
masyarakat pada umumnya. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang
mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun
nonmateril.
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut:
1) Baju kerja
2) Helm
3) Kaca mata
4) Sarung tangan
5) Sepatu

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 87 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut:


1) Buku petunjuk penggunaan alat.
2) Rambu-rambu dan isyarat bahaya.
3) Himbauan-himbauan.
4) Petugas keamanan.

Tujuan Keselamatan Kerja:


1) Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.
2) Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan
effisien.
3) Menjamin proses produksi berjalan secara aman.

b. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum.
Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak
hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang
Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai
kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.

c. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor
yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang
menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada
jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.
2) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
3) Teliti dalam bekerja.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 88 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

4) Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan


kerja.
5) Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan (Suma’mur).Sasaran Segala tempat kerja (darat, di
dalam tanah, permukaan dan dalam air, udara) :
a) Industri
b) Pertanian
c) Purtambangan
d) Perhubungan
e) Pekerjaan umum
f) Jas

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan keamanan


kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat
dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.
Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh :
1. Mesin
2. Alat angkutan
3. Peralatan kerja yang lain
4. Bahan kimia
5. Lingkungan kerja
6. Penyebab yang lain

Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja


1) Kerugian Langsung
Penderitaan pribadi, rasa kehilangan dari anggota keluarga korban
2) Kerugian Tak langsung (tersembunyi)
Kerusakan mesin dan peralatan, terganggunya produksi, terganggunya waktu
kerja karyawan dll.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 89 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Sebab-sebab kecelakaan
1) Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human
acts)
2) Keadaan- keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)

Faktor utama:
1) Peralatan teknis
2) Lingkungan kerja
3) Pekerja
80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia Suatu
pendapat: Langsung atau tidak langsung semua kecelakaan disebabkan oleh semua
manusia yang terlibat dalam suatu kegiatan.

Teori penyebab kecelakaan yang pernah diajukan


1) Teori kemungkinan murni (pure change theory)
2) Teori kecenderungan untuk celaka (Accident prone theory ) Tidak dapat
menjelaskan asal usul penyebab sesungguhnya kecelakaan

2. Tujuan Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja


Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin
kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan
budayanya. Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja adalah sebagaai berikut :
a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.
b. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan
sewaktu bekerja.
c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja
d. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari
kerja.
e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan
f. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 90 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan


terhadap terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai
akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat.

Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap


perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk
teknis, dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.

Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:


a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja dinilai


seperti berikut:
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
gerbang bagi keamanan tenaga kerja, kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-
hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni
kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa
saat, kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat
kecelakaan kerja, baik langsung ataupun tidak langsung, cukup bahkan kadang-
kadang terlampau besar sehingga bila diperhitungkan secara nasional hal itu
merupakan kehilangan yang berjumlah besar.

Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas dasar
wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya, dewasa ini seolah-olah relatif rendah
dibandingkan dengan banyaknya jam kerja tenaga kerja.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 91 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor kegiatan


ekonomi jelas dapat diobservasi, misalnya: (a) Sektor pertanian yang juga meliputi
perkebunan menampilkan aspek-aspek bahaya potensial seperti modernisasi
pertanian dengan penggunaan racun-racun hama dan pemakaian alay baru seperti
mekanisasi. (b) Sektor industri disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunan-
keracunan bahan kimia, kecelakaan-kecelakaan oleh mesin, kebakaran, ledakan-
ledakan dan lain-lain. (c) Sektor pertambangan mempunyai risiko-risiko khusus
sebagai akibat kecelakaan tambang, sehingga keselamatan pertambangan perlu
dikembangkan secara sendiri, minyak dan gas bumi termasuk daerah rawan
kecelakaan. (d) Sektor perhubungan ditandai dengan kecelakaan-kecelakaan lalu
lintas darat, laut dan udara serta bahaya-bahaya potensial pada industri pariwisata,
demikian pula telekomunikasi mempunyai kekhususan dalam risiko bahaya. (e) Sektor
jasa, walaupun biasanya tidak rawan kecelakaan juga menghadapkan problematik
bahaya kecelakaan khusus.

Menurut observasi, angka frekuensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan yang tidak


menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih terlalu tinggi. Padahal
dengan hilangnya satu atau dua jam sehari mengakibatkan kehilangan jam kerja yang
besar secara keseluruhan.

Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada faktor


penyebabnya, sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat mekanik dan
lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Untuk mencegah kecelakaan, penyebab-
penyebab ini harus dihilangkan. 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor
manusia, maka dari itu usaha-usaha keelamatan selain ditujukan kepada teknik
mekanik juga harus memperhatikan secara khusus aspek manusiawi. Dalam
hubungan ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga kerja
merupakan sarana yang sangat penting.

Sekalipun upaya-upaya pencegahan telah maksimal, kecelakaan masih mungkin


terjadi dan dalam hal ini adalah besar peranan kompensasi kecelakaan sebagai suatu
segi jaminan sosial untuk meringankan bebab penderita.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 92 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

3. Undang-undang Keselamatan Kerja

UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,


menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur
agar proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses
produksi tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan


Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok
yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan
hukum NKRI.

Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14
tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga
negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa
tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan.
Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus dipenuhi
secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah:
a. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja, dan
c. Ada bahaya di tempat kerja.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 93 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

B. Seluruh Keamanan yang Berhubungan dengan Kejadian Dicatat/Dilaporkan


pada Formulir yang Sesuai

1. Pengawasan Pelaksanaan K3 Meliputi :


a. Safety Patrol : Suatu team yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan
patroli selama lebih kurang 2 jam (tergantung lingkup proyek). Dalam patroli
masing-masing anggota safety patrol mencatat hal-hal yang tidak sesuai
ketentuan/yang mempunyai resiko kecelakaan. Ketentuan/tolok ukurnya adalah :
Safety Plan, Panduan pelaksanaan K3 dan hal-hal yang secara teknis mengandung
resiko.
b. Safety Supervisor : Petugas yang ditunjuk oleh Manager Proyek yang secara terus
menerus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari
segi K3 : Safety Supervisor berwenang menegur dan memberikan instruksi
langsung terhadap para pelaksana di lapangan.
c. Safety Meeting : Rapat membahas hasil/laporan dari safety patrol maupun
hasil/laporan dari safety supervisor. Yang paling utama dalam safety meeting
adalah perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai K3 dan perbaikan
system kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang kembali.
d. Pelaporan dan Penanganan Kecelakaan : Pelaporan dan Penanganan kecelakaan
terdiri dari kecelakaan ringan, kecelakaan berat, kecelakaan dengan korban
meninggal dan kecelakaan peralatan berat.

Perlengkapan Diri (APD)


 Helmet: Alluminium, Standard (CIC)
 Sepatu lapangan : kulit, karet
 Jas hujan
 Masker las
 Kaca mata las
 Sabuk pengaman
 Tali pengaman
 Masker hidung
 Penutup telinga
 Sarung tangan

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 94 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

 Handy Talky
 Senter
 Tas Pinggang
 Kartu pengenal.

Perlengkapan K3
 Tandu Orang
 Alat pemadam kebakaran
 Rambu-rambu petunjuk
 Spanduk K3
 MCK
 Pompa air
 Mushola
 Bedeng pekerja
 Ruang Klinik
 P3K
 Papan pengumuman.

2. Manajemen Pelaksanaan K3L dalam Pelaksanaan di Proyek


Perusahaan Jasa Konstruksi dalam melaksanakan pekerjaannya banyak menyerap
tenaga kerja, baik yang mempunyai kemampuan dan keahlian cukup maupun yang
terbatas. Kegiatan jasa konstruksi melibatkan banyak tenaga kerja, peralatan
konstruksi, mesin-mesin, bahan bangunan dan menerapkan berbagai macam
teknologi. Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi sering terjadi berbagai macam
masalah seperti robohnya perancah, tenaga kerja jatuh dari ketinggian, terkena aliran
listrik dan kecelakaan kerja lainnya. Untuk itu disusun Standart K3L bagi sector jasa
konstruksi yang ditujukan agar ditempat kerja tidak terjadi kerugian, gangguan
ataupun kecelakaan, menjaga keselamatan, kesehatan, sehingga pekerja dapat
melakukan pekerjaan merasa aman terhadap bahaya.
Syarat-syarat Manajemen K3L yang akan diterapkan di proyek antara lain sebagai
berikut :
a. Memberi pengarahan langsung kepada tenaga kerja setiap melaksanakan
kegiatan guna mencegah dan mengurangi kecelakaan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 95 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

b. Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan


c. Membekali peralatan keamanan pada para pekerja pada saat melaksanakan
pekerjaan
d. Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit dengan menjaga kebersihan
setiap pekerja.
e. Memberikan fasilitas yang mencukupi dalam melaksanakan pekerjaan seperti
lampu penerangan, ataupun peralatan lain yang dibutuhkan.
f. Memelihara kesehatan dengan mengadakan pemeriksaan berkala dari ahli
dalam bidang kesehatan.
g. Memperoleh keserasian antara kondisi lingkungan setempat dengan
keberadaan tenaga kerja, peralatan kerja dan proses dan metode kerja.
h. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada para pekerja yang
sedang bekerja.
i. Menyediakan fasilitas MCK yang mencukupi bagi pekerja.
j. Menyediakan obat-obatan di proyek.

C. Seluruh Staf Disarankan Menggunakan Prosedur Keamanan Perusahaan dan


Metode yang Tepat dalam Penerapannya.

1. Standard Operating Procedure (SOP)


Dalam merancang suatu Standard Operating Procedure (SOP), diperlukan suatu
pemahaman tentang defenisi dari SOP tersebut, fungsi dan tujuan SOP, Manfaat SOP,
maupun bentuk dan cara pembuatan SOP. Berikut penjelasan dari hall-hal yang di
sebut di atas :

Defenisi Standard Operating Procedure:


a. Ada banyak defenisi tentang Standard Operating Procedure (SOP) adalah suatu
panduan yang menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus
dilaksanakan.
b. Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang
mengambarkan pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara
berulang pada sebuah organisasi.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 96 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

c. Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah panduan yang


dikemukakan secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari
semua karyawan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
d. Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang
digunakan untuk memecahkan suatu masalah.

Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure


Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) adalah untuk mendefinisikan
semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan dibutuhkan, yang ada dalam
setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung dapat
digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. SOP yang dibuat
harus menyertakan langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh semua karyawan
dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat dengan tujuan memberikan
kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan sehingga
dapat lebih dipahami dan dimengerti.

Manfaat Standard Operating Procedure


Standard Operating Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujun tertentu,
sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan.
Berikut beberapa manfaat dari SOP :
 Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.
 Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.
 Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan.
 Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan.
 Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback
bagi pengembangan SOP.
 Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.
 Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama
pekerja dengan pihak manajemen.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 97 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Bentuk Dan Cara Pembuatan Standard Operating Procedure

Bentuk Standard Operating Procedure


Tujuan utama dari pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) adalah
memberikan kemudahan bagi para orang yang berkepentingan dalam membacanya,
sehingga orang tersebut dapat mengerti dan dapat menjalankan prosedurnya dengan
benar. Oleh sebab itu diperlukan suatu pertimbangan untuk dapat menentukan bentuk
SOP yang digunakan, yaitu jumlah keputusan yang akan diambil dan jumlah langkah
yang akan dilakukan dalam suatu proses.

Berikut macam-macam bentuk SOP yang dapat dipilih untuk digunakan :


a. Simple Steps
Bentuk SOP ini dipakai untuk prosedur rutin yang singkat dan tidak terlalu
membutuhkan banyak keputusan.
b. Hierarchical Steps
Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah)
tetapi tidak memerlukan banyak keputusan.Bentuk ini memudahkan orang
yang sudah berpengalaman karena bagian dari masing-masing langkah
dijelaskan secara terperinci. Sedangkan untuk orang baru, dapat memudahkan
untuk mempelajari prosedur tersebut.
c. Graphic Procedures
Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah)
tetapi ini tidak memerlukan banyak keputusan, sama seperti Hierarchical Steps.
Grafik dapat membantu menyederhanakan suatu proses dari bentuk yang
panjang menjadi bentuk yang singkat. Gambar ataupun diagram juga dapat
digunakan untuk mengilustrasikan apa yang menjadi tujuan dari suatu
prosedur.
d. Flowchart
Flowchart merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-langkah
prosedur dalam pembuatan suatu keputusan. Bentuk flowchart digunakan
untuk prosedur yang memiliki banyak keputusan. Dalam pembuatan SOP
bentuk flowchart ini diperlukan simbol-simbol yang dapat membantu
menjelaskan setiap langkah. Berikut simbol-simbol yang di gunakan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 98 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Selain bentuk SOP, ada hal-hal yang juga penting untuk disertakan dalam
pembuatannya, yaitu judul harus jelas dan dapat menggambarkan apa yang menjadi
tujuan dari prosedur tersebut, nama orang atau unit yang bertanggung jawab
terhadap prosedur tersebut, tanggal berlakunya prosedur ataupun hasil revisinya.

Penulisan Standard Operating Procedure


Standard Operating Procedure (SOP) dapat dikaitkan baik jika semua yang tertulis
didalamnya dapat dibaca dan dimengerti oleh setiap orang yang menggunakannya.
Oleh sebab itu diperlukan suatu cara yang benar dalam pembuatan Standard
Operating Procedure. Berikut cara efektif dalam membuat Standard Operation
Procedure :
a. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam kalimat
yang pendek. Kalimat yang panjang lebih susah dimengerti.
b. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam bentuk
kalimat perintah. Kalimat perintah menunjukan langsung apa yang harus
dilakukan.
c. Mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang digunakan pada suatu
prosedur.
d. Menggunakan istilah-istilah atau singkatan yang memang sudah umum
digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
e. Pembuatan Standard Operating Procedure harus dengan format yang
konsisten, sehingga pihak yang menggunakan menjadi terbiasa dan
mudah.

2. Memahami Standard Operating Procedure yang dimaksud. Berikut


Susunan Isi Standard Operating Procedure :
a. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet).
Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara
lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa
yang menyetujui, ringkasan dar isi dokumen, dll.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 99 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

b. Tujuan dan Ruang Lingkup.


Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya prosedur dan alasan mengapa
prosedur tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area
pembahasan prosedur yang dibuat.
c. Prosedur
Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat
merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dalam detail
setiap urutan prosesnya. Form yang digunakan pada suatu proses juga
dijelaskan.
d. Tugas dan Tanggung Jawab
Berisi tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait
dalam suatu proses.

Pelaksanaan Standard Operating Procedure


Ada tujuh tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk membuat suatu
prosedur yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang ada, antara lain sebagai
berikut :
a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan yang ingin
dicapai. Suatu prosedur akan berjalan dengan baik apabila dirancang dengan
tujuan yang spesifik yang ingin dicapai. Selanjutnya menentukan tujuan akhir
oleh perusahaan melalui manajemen yang baik dengan SOP yang sudah dibuat.
b. Membuat rancangan awal
Setelah tujuan selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk
SOP yang akan digunakan. Jika bentuk awalnya adalah flowchart, langkah
awalnya adalah menentukan point utama yang menjadi pokok permasalahan.
Selanjutnya, menentukan keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh pekerja
untuk dilakukan dan tindakan penanganannya. Dalam membuat rancangan
awal disarankan tidak membuat secara detail, sampai didapatkan prosedur
yang benar-benar sesuai dengan kenyataan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 100 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

c. Melakukan evaluasi internal


Setelah prosedur selesai dibuat, lakukan evaluasi dengan cara menyerahkan
prosedur kepada orang-orang yang bersangkutan. Dengan menyerahkan
tersebut diharapkan dapat menerima saran-saran perbaikan sehingga dapat
dilakukan perbaikan supaya menjadi dipahami dan lebih akurat.
d. Melakukan evaluasi eksternal
Hal yang paling penting dalam melakukan evaluasi eksternal adalah keberadaan
tim penasehat yang berasal dari perusahaan. Tim penasehat tersebut akan
menilai dan mengevaluasi secara murni berdasarkan ilmu yang dimiliki dan hasil
perbandingan dengan perusahaan lain yang sejenis.
e. Melakukan uji coba
Satu-satunya cara untuk mengetahui prosedur yang dibuat sudah efektif yaitu
dengan mencoba menjalankan langsung prosedur tersebut. Setelah dijalankan
langsung, maka akan diketahui apakah ada langkah-langkah pada prosedur
yang tidak benar dan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
f. Menempatkan Prosedur pada unit terkait
Setelah dilakukan uji coba, SOP diletakan pada bagian atau unit yang terkait.
Peletakan SOP sebaiknya pada tempat yang memungkinkan setiap orang yang
berkepentingan dapat melihat dengan mudah. Jika memungkinkan, prosedur
dicetak dalam ukuran yang besar sehingga para operator dapat dengan mudah
melihat dan membacanya.
g. Menjalankan Prosedur yang sudah dibuat
Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam pembuatan SOP adalah
menjalankan prosedur yang sudah dibuat sesuai dengan rancangan yang sudah
dibuat. Pastikan semua pihak bersangkutan mengerti mengapa pelaksanaan
SOP harus benar-benar dijalankan.

3. Konsep Work Instruction (WI)


Work Instruction (WI) menyediakan seluruh yang dibutuhkan secara detail untuk
melakukan pekerjaan yang spesifik dengan benar dan sesuai standar yang baku. Work
Instruction (WI) menunjukan bagaimana organisasi menghasilkan suatu produk atau

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 101 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

menyediakan pelayanan dan system control untuk meningkatkan system kualitas dari
produk tersebut agar sesuai dengan standar.

Work Instruction (WI) merupakan bagian dari Standard Operating Procedure (SOP).
Pembuatan Work Instruction (WI)harus jelas, akurat, dan selalu didokumentasikan
serta tidak boleh mengandung penjelasan yang meragukan. WI harus
menggambarkan kenapa WI tersebut dibuat, kapan harus selesai, apa yang harus
dikerjakan, perlengkapan apa saja yang akan dipakai, dan kriteria apa saja yang harus
dipenuhi. Penyusunan WI membuat berbagai komponen didalamnya, yaitu sebagai
berikut :
a. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet).
Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara
lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa
yang menyetujui, ringkasan dari isi dokumen, dll.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup.
Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya dokumen dan alas an mengapa
dokumen tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area
pembahasan prosedur yang dibuat.
c. Peosedur
Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat
merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dengan detail
setiap urutan prosesnya. Form yang digunakan pada suatu proses juga
dijelaskan.

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 102 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

BAB VII
PELAKSANAAN PROSEDUR PENYELAMATAN PERTAMA DAN CARDIO-
PULMONARY-RESUSCIATION (CPR )

A. Seluruh Kegiatan Pertolongan Pertama yang Telah Dilakukan Dicatat


/Dilaporkan Berdasarkan SOP Undang Undang K3 , Peraturan Undang -
Undang dan Prosedur/Kebijakan Perusahaan.

1. Mengenakan Perlengkapan APD

APD adalah alat pelindung diri, dalam bahasa asing disebut PPE, personal protective
equipment merupakan bagian yang efektif dan diperlukan dalam Program Pencegahan
Kecelakaan. Penggunaan dan penerapan yang ketat telah mencegah atau
mengurangi tingkat keparahan potensi cedera atau rasa sakit. Ada bayak APD dari
yang dikenakan pada bagian atas yaitu kepala sampai ke kaki, namun tidak semua
APD digunakan, tergantung dari kondisi kerja yang dilakukan. Hal-hal berikut adalah
pertimbangan dalam menentukan keperluan APD:
a. Riwayat kecelakaan, near miss dan cedera dalam pekerjaan
b. Mengidentifikasi bahaya-bahaya atau potensi bahaya
c. Menganalisa penyingkiran bahaya yang potensial

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 103 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

d. Menganalisa berbagai jenis APD yang sesuai


e. Faktor-faktor lain, termasuk kewajiban hukum

2. Mengakses Informasi tentang K3


Tahukan anda, informasi apa saja yang perlu diketahui dari sebuah informasi tentang
K 3? Informasi tersebut antara lain:
a. S O P
b. Informasi K3 Perusahaan
c. Cara memeriksa atau melakukan SOP
d. Kebersihan lingkungan

3. Mengisi Form APD


Form penilaian Penggunaan APD
No. Kelengkapan Standar Penilaian Kesimpulan

4. Memberikan Rekomendasi K3
……………………………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………….

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 104 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

DAFTAR PUSTAKA

H. N. C. Stam, 1993, Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja, Jakarta: Penebar


Swadaya.
Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2004, Himpunan
Peraturan Keselamatan Kerja, Jakarta.
Suma’un, P.K, 1987, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: C.V
Haji Masagung

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 105 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

DAFTAR ALAT DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


Helmet: Alluminium, Standard (CIC)
1.

2. Sepatu lapangan : kulit, karet

3. Handy Talky

4. Jas hujan

5. Masker las

6. Penutup telinga

7. Sarung tangan

8. Handy Talky

9. Senter

10. Tas Pinggang,


Kartu pengenal

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 106 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Alat – tulis yang diperlukan
2. Pralatan untuk Kesehatan
3. Dll.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

DAFTAR PENYUSUN

No. Nama Profesi

1. WI Bidang Otomotif BOE Malang


1. Drs.Amirono,MT 2. Asesor LSP P2 P4TK BOE Malang

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 107 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasisi Kompetensi Kode Modul
Sub-Sektor Kendaraan Ringan OTO.KR10.016.03

Judul Modul: Diklat Berbasisi Kompetensi


Halaman: 108 dari 107
Buku Informasi - Versi 2018

Anda mungkin juga menyukai