DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4
A. TUJUAN UMUM......................................................................................... 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
B. TUJUAN KHUSUS
BAB II
MENGIKUTI PROSEDUR PADA TEMPAT KERJA UNTUK
MENGIDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGHINDARANNYA
A. Pengetahuan Dasar
Pada awal pertama kali seorang instruktur yang baru diangkat dan diperintahkan untuk
mengajar suatu materi pelatihan, maka langkah pertama yang harus dilakukannya
dalam rangka mempersiapkan diri adalah mengumpulkan informasi tentang pelatihan
tersebut di mulai dari peserta pelatihan, program pelatihan dan sarana dan fasilitas
pelatihan.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu sistem yang dirancang untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan yang baik pada orang yang bekerja.
Mengurangi kecelakaan dan penyebaran penyakit dengan mematuhi/taat pada
hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja tercemin pada sikap menuju
keselamatan di tempat kerja
Keselamatan kerja yang tidak baik akan mengundang resiko kecelakaan bagi tenaga
kerja, peralatan/mesin kerja dan orang lain serta lingkungan kerja, oleh karena itu
keselamatan kerja merupakan tanggung jawab semua orang yang terlibat dalam
suatu pekerjaan sehingga keselamatan kerja merupakan tugas dari, oleh dan untuk
setiap tenaga kerja dan orang lain.
Tujuan dari berbagai strategi keselamatan dan kesehatan diatur pada standar dan
diwujudkannya serta dimonitor melalui program pencegahan dan pengendalian
semua bahaya di tempat kerja yang diselaraskan dengan undang-undang
keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
Sasaran Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah:
a. Untuk menjaga kesehatan, keselamatan clan kesejahteraan tiap orang pada
saat bekerja
b. Untuk melindungi setiap orang saat bekeda terhadap resiko pada
keselamatan dan kesehatannya.
c. Untuk membantu menjaga keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja
d. Untuk mengurangi tiap sumber yang berresiko pada kesehatan, keselamatan
dan kesejahteraan orang saat bekerja.
e. Untuk menyediakan kebutuhan pegawai dan perusahaan serta assosiasi
yang mewakili pegawai clan perusahaan dalam merumuskan dan
mewujudkan standart keselamatan dan kesehatan kerja.
Tujuan dari keselamatan kerja sesuai dengan NO.1 tahun 1970 pasal 3 adalah
sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi peledakan.
kontrol guna memberikan informasi yang jelas apa yang harus diketahui dan
dipersiapkan pada daerah tersebut.
Landasan Hukum
Beberapa tanda harus dipasang sebagai bagian yang dipersyaratkan dari aturan
kesehatan dan keselamatan kerja untuk membantu mengurangi risiko berbahaya,
adapun poster merupakan penjelasan yang menjelaskan suatu aktifitas dalam bentuk
sebab dan akibat. Kesemua hal tersebut diatas teraplikasikan rangka untuk
mengingatkan kembali pentingnya prosedur, proses pekerjaan dan hasil pekerjaan
yang aman dan memenuhi standar kualifikasi yang telah ditentukan berdasarkan
undang – undang keselamatan kerja yang berlaku. Adapun Rambu dalam workshop
yang sering dipasang adalah :
1.Rambu Larangan
2.Rambu Peringatan
3.Rambu Pertolongan
4.Rambu Prasyarat
Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu - rambu di tempat kerja
sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna memberikan informasi,
tentang kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan bahkan suatu pertolongan.
Oleh karena itulah sangatlah perlu adanya penjelasan pengetahuan tentang symbol,
kode tentang tanda yang akan dipasang sebagai rambu-rambu dengan standar
internasional.
Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu – rambu keselamatan dan
kesehatan kerja yang berlaku, dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah asal
pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja
selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk
memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang di lakukan
dengan memperhitungkan :
1.Mengidentifikasi bahaya;
2 Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan; dan
3.Menentukan jenis rambu dan indicator apa yang perlu digunakan.
Rambu – rambu K3 pada umumnya terdiri dari beberapa symbol atau kode yang
menyatakan kondisi yang perlu mendapat atensi bagi siapa saja yang ada
dilokasi tersebut. Guna mempertegas suatu tanda atau rambu, dalam
pelaksanaannya dimedakan dlam bentuk warna – warna dasar yang sangat menyolok
dan mudah dikenali . Warna yang dipasang pada setiap rambu berupa warna :
1.Warna Merah : tanda Larangan ( Pemadam Api )
2.Warna kuning : tanda Peringatan atau Waspada atau beresiko bahaya
3.Warna Hijau : tanda zona aman atau pertolongan
4.Warna Biru : tanda wajib ditaati atau prasyarat
5.Warna Putih : tanda informasi umum
6.Warna oranye : tanda beracun
Adapun bentuk – bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan dasar rambu K3 yang
perlu dipahami adalah seperti dalam table sbb:
Penggunaan bentuk rambu yang memuat tanda – tanda atau symbol ada 3 (tiga)
bentuk dasar yaitu :
1.Bentuk Bulat : Wajib atau bentuk larangan
2.Segitiga : Tanda peringatan
3.Segi Empat : Darurat, informasi dan tanda tambahan
Bentuk dasar rambu – rambu standar : yang perlu dipahami
Gbr . Bentuk dasar Rambu standar rambu standar
Kita ketahui bahwa rambu rambu keselamatan penting untuk ditaati dan dipatuhi
agar kita semua terhindar dari kecelakaan. http://www.code-
knacker.de/sicherheitszeichen. htm. Berikut ini beberapa gambar dan penjelasan
rambu-rambu.
1. Rambu Larangan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan larangan yang wajib ditaati kepada siapa
saja yang ada di lingkungan itu harus mematuhinya, tanpa ada pengecualiain.
Adapun larangan yang harus ditaati adalah sesuai dengan rambu gambar atau
informasi yang terpasang (Unfallverhutung – sicherheitzeichen). Ciri-ciri rambu
larangan yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna putih,
dan logo berwarna hitam, dengan lingkaran terpotong berwarna merah sebagai
berikut
2. Rambu Peringatan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan peringatan yang perlu diperhatikan
kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena dapat mengakibatkan kejadian
yang tidak diinginkan. . Adapun Peringatan yang perlu diikuti adalah sesuai dengan
rambu gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu peringatan yang
sering ditemui yaitu bentuk segitiga, latar belakang berwarna kuning, dan logo/ga
Rambu ini adalah rambu yang memberikan persyaratan dilaksanakan kepada siapa
saja yang ada di lingkungan itu karena prasyarat tersebut merupakan kewajiban
yang harus dilaksanakan. Adapun Prasyarat yang perlu dilaksankan adalah sesuai
dengan rambu tergambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu
prasyarat/kewajiban yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang
berwarna biru, dan logo/gambar berwarna putih.
3. Rambu Pertolongan
Rambu ini adalah rambu yang memberikan bantuan/pertolongan serta arah yang
ada di lingkungan itu karena arah/per/longan tersebut merupak petunjuk arah yang
harus diikuti siapa saja terutama bila terjadi kondisi darurat. Adapun rambu
pertolongan atau petunjuk arah tersebut dipasang pada tempat yang strategis dan
mudah terlihat dengan jelas. Ciri-ciri rambu pertolongan atau petunjuk arah
tersebut berbentuk segi empat dengan warna dasar hijau dan logo/gambar warna
putih.
4. Strategi Penerapan
Setiap dunia usaha sewajarnya memiliki strategi yang dapat memperkecil bahkan
menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai kondisi tempat
kerjanya. Strategi yang perlu diterapkan meliputi :
KESIMPULAN
Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu – rambu keselamatan dan
kesehatan kerja yang berlaku, dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah asal
pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja
selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk
memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang di lakukan
dengan memperhitungkan : Mengidentifikasi bahaya, Menentukan kontrol apa yang
dibutuhkan, dan Menentukan jenis rambu dan indicator apa yang perlu digunakan
Berapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempergunakan tanda rambu K3, di
tempat kerja maupun disekeliling area kerja (laboratorium). Jenis rambu perlu
dipasang dguna mendukung terselenggaranya praktikum dengan baik dan aman
dapat berupa :Rambu dengan Simbol standar, Rambu dengan Simbol dan Tulisan,
Rambu berupa pesan dalam bentuk Tulisan, Rambu tulisan seharusnya digunakan
apabila tidak adanya symbol yang tersedia
Sekali bentuk pengamanan perorangan yang khusus dipandang penting untuk tugas
tertentu, ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja menganjurkan pemakaian pengaman
dijadikan syarat bagi penerima kerja.
Menggunakan alat pengaman yang tidak tepat akan berbahaya dan dapat
mengakibatkan kerusakan permanen sebagian tubuh (cacat permanen) atau kematian.
Demikian pula dengan pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap
bahaya bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin
seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak
berdasi dan tidak ada lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya
memekai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak memakai perhiasan-
perhisan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi
justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan yang dapat meledak oleh
aliran listrik statis. Pakaian kerja termasuk sepatu seringkali tidak memadai untuk
melakukan pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang memakai pakaian tua sudah usang
untuk dipakai sehari-hari. Keadaan ini selain merugikan dilihat dari keselamatan juga
menunjukkan suatu mutu kehidupan yang rendah. Dalam menetapkan pemilihan atau
penggunaan pakaian kerja, perlu diikuti ketentuan-ketentuan atau petunjuk-petunjuk
dibawah ini:
a. Dalam pemilihan pakaian kerja, harus diperhitungkan bahaya-bahaya yang
mungkin menimpa tenaga kerja dan pakaian kerja harus dipilih menurut
kemampuannya untuk mengurangi bahaya sebesar mungkin,
b. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan
kantung, jika ada harus sedikit mungkin jumlahnya dan sekecil mungkin
ukurannya.
c. Baju longgar atau sobek, dasi dan kunci berantai atau arloji berantai tidak
boleh dipakai didekat bagian-bagian mesin yang bergerak.
d. Jika kegiatan produksi bertalian dengan bahaya peledakan atau kebakaran,
harus dicegah pemakaian bahan yang terbuat dari seluloid atau bahan-bahan
yang dapat terbakar lainya ketika bekerja.
e. Baju berlengan pendek lebih baik dari baju berlengan panjang yang digulung
lengannya ke atas.
Jika pakaian kerja cepat rusak oleh karena sifat pekerjaan yang berat, keadaan udara
yang lembab dan pekerjaan penuh kotoran, pengusaha harus menyediakan jenis
pakaian yang cocok. Bila tidak, tenaga kerja harus membeli sendiri pakaian demikian.
f. Penyangga
Penyangga untuk menunjang kendaraan yang sedang diangkat guna
pengamanan sewaktu melakukan perbaikan. Pada waktu menggunakan alat
pengangkat, dongkrak atau penyangga, utamakan keamanan kerja karena
kesalahan kecil dapat menyebabkan kecelakaan besar.
BAB III
PEMELIHARAAN KEBERSIHAN PERLENGKAPAN DAN AREA KERJA
Peralatan pembersih (cleaning equipment) adalah semua alat pembersih yang fungsi
utamanya untuk membersihkan atau menghilangkan noda pada komponen benda
datar, tegak, bertekstur, bercelah pada suatu benda dan benda yang bergerak
maupun yang tidak bergerak.
.
Gambar 13. Menjaga kebersihan lingkungan kerja
h. Cidera Serius atau kematian bias terjadi pada saat orang berusaha
menyelamatkan bangunan, bila jalan masuk dan jalan keluar darurat
tertutup atau terganggu.
Pengaturan tempat kerja yang buruk dan tidak rapi juga dapat menimbulkan:
a. Tempat kerja yang padat; dan
b. Kesulitan mencari perkakas, material dan peralatan
Tempat kerja yang padat, tidak rapi dan tidak teratur membuat kesulitan kepada
setiap orang untuk bekerja dan tidak mendorong kualitas kerja.
4. Metode Pembersihan
terpelihara dengan baik adalah sesuatu hal yang harus dilakukan pada pekerjaan
yang menimbulkan debu. Sapu, sikat untuk membersihkan lantai, alat-alat
pembersih dan sabun detergen atau larutan pembersih harus tersedia untuk
digunakan oleh para pekerja. Pada saat membersihkan ruangan, pindahkan
matrial yang tidak diperlukan ketempat dimana material tersebut dapat dengan
mudah dipindahkan ke tempat sampah. Jangan di sebarkan di atas lantai. Tempat
penampungan limbah harus dikosongkan secara periodik dan isinya (limbah)
dimusnahkan dengan cara yang direkomendasikan/ dianjurkan.
Di bawah ini diberikan tiga contoh latihan penataan tempat kerja yang baik:
a. Bagi pekerja yang mengambil kotak peralatan untuk memelihara atau
memperbaiki kendaraan, peralatan-peralatan atau mesin-mesin.
Pada saat anda bekerja, jangan sampai barang/benda kerja anda tercecer di daerah
kerja selain daerah kerja anda.
Setiap tiga bulan, cuci permukaan cat disekitar daerah kerja anda kemudian
dilanjutkan dengan laci dan almari anda, simpan kembali atau buang barang yang
sudah tidak dipakai sementara waktu khususnya zat pembersih, zat-zat kimia dan
produk-produk bahan bakar.
Hindari menghiasi bangku kerja, dinding, almari dsb dengan gambar wanita, pakaian
dan kertas kerja.
a. Gunakan rak-rak, laci, dan almari untuk menyimpan alat-alat dan setiap alat
mempunyai tempat sendiri-sendiri. Simpan alat yang sering digunakan di
tempat yang dekat dan benda/alat yang berat pada ketinggian yang sesuai.
b. Bersihkan kembali permukaan tempat kerja pada saat selesai tiap-tiap
pekerjaan atau setiap akhir jam kerja.
c. Lumasi mesin sesuai dengan instruksi buku petunjuk dari pabrik pembuatnya.
d. Bersihkan mesin setiap seminggu sekali.
e. Cuci permukaan mesin yang dicat setiap tiga bulan.
f. Lakukan tindakan anti karat pada akhir pekan dan hari libur dan hilangkan
segera jika timbul karat.
g. Hilangkan serpihan dari mesin segera dan ambil langkah untuk menhentikan
penyebabnya.
Peralatan perbengkelan baik itu peralatan keselamatan kerja maupun alat bantu yang
digunakan serta kunci-kuncinya penting untuk dipelihara dan dirawat. Pemeliharaan
diperlukan untuk mencegah kerusak-an dari alat. Pemeliharaan bisa berupa:
a. Pembersihan setelah alat dipakai
b. Meletakkannya di tempat yang semestinya (terlindung dari air hujan dan
cahaya matahari yang terik)
Sementara itu untuk merawatnya perlakuan yang harus diberikan antara lain:
a. Membersihkannya secara berkala (dari debu dan karat)
b. Menservisnya secara berkala (agar alat selalu siap pakai dan dalam kondisi baik)
Bagi orang yang punya tekad kuat mendirikan sebuah bengkel sederhana sebagai
permulaan baik juga untuk dilakukan, karena dari pengalaman dan pengamatan penulis
banyak bengkel sepeda motor yang bermula dari kondisi seperti itu, yang penting
kualitas kerja dan cara menghadapi konsumen yang paling perlu diperhatikan.
Pekerjaan yang bersih, rapi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
konsumen bisa menjadi daya tarik utama dari pekerjaan berbengkel, apalagi
dengan pelayanan yang ramah dan cekatan, konsumen akan merasa senang
dan terlayani sehingga bila ada kendala mereka akan datang lagi, awal yang bagus
tersebut akan terus terbina hingga secara tak langsung seorang pebengkel telah
menyiapkan langganannya untuk kedepan. Banyak orang yang lebih mengutamakan
rasa nyaman dalam memilih tempat langganan.
Kelengkapan alat juga penting namun bagi lulusan SMK standar ini bisa dijadikan
kriteria nomor kesekian, tak sedikit orang yang memulai dengan apa yang ada,
bagaikan kata-kata bijak ”tak ada rotan akarpun jadi”. Karena memanfaatkan apa yang
ada, mengusahakan apa yang tak ada, menerima kondisi yang ada dan mengatur
strategi untuk melengkapkannya adalah lebih bijak, lalu lakukan apa yang bisa
anda lakukan, dan jangan tunda semangat anda dengan rasa putus
asa”. Bagaimanapun banyak jalan menuju Roma.
1) Jenis-jenis Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu bentuk tindakan yang dilakukan dengan sadar untuk
menjaga agar suatu peralatan selalu dalam keadaan siap pakai atau tindakan
melakukan perbaikan sampai pada kondisi peralatan tersebut dapat bekerja kembali.
Secara
garis besar pemeliharaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
keamanan kerja dan semangat kerja. Pada aspek keuangan sudah jelas bahwa
kerusakan yang terlalu cepat pada peralatan akan mengakibatkan pengeluaran yang
tidak terencana. Hal tersebut juga akan berakibat terhadap perencanaan fasilitas
lainnya tidak mungkin dapat berjalan tanpa didukung peralatan yang bekerja secara
efisien. Apabila peralatan dioperasikan hingga mendekati rusak atau bahkan rusak sama
sekali tanpa adanya pemeliharaan, maka mungkin saja dapat membahayakan dan
mencelakakan.
Banyak kerugian yang timbul akibat kecelakaan, bukan hanya manusia, tetapi hilangnya
waktu, tenaga dan biaya. Rendahnya tingkat pemeliharaan dan tingginya resiko
kecelakaan berakibat
kurang bergairahnya orang lain untuk melanjutkan pekerjaan dan akan menurunkan
produktivitas kerja. Secara garis besar terdapat empat tujuan pokok pemeliharaan
preventif yaitu :
a) Memperpanjang usia pakai peralatan. Hal tersebut sangat penting terutama apabila
dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli satu peralatan jauh lebih mahal apabila
dibandingkan dengan memelihara sebagian dari peralatan tersebut. Walaupun disadari
bahwa kadangkadang untuk jenis barang tertentu membeli dapat lebih murah apabila
alat yang akan dirawat sudah sedemikian rusak.
b) Menjamin peralatan selalu siap dengan optimal untuk mendukung kegiatan kerja,
sehingga diharapkan akan diperoleh hasil yang optimal pula
c) Menjamin kesiapan operasional peralatan yang diperlukan terutama dalam keadaan
darurat, adanya unit cadangan, pemadam kebakaran dan penyelamat.
d) Menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan tersebut.
(6) Tabung-tabung yang berisi cairan, gas yang mudah terbakar atau beracun, zat
kimia yang reaktif harus disimpan di dalam bangunan yang terpisah dan harus
mematuhi MSDS recommendations.
(7) Wadah-wadah barang, rak, palet digunakan dimana itu dimungkinkan, dengan
peralatan penanganan mekanik yang sesuai.
(8) Pipa-pipa, ruji-ruji dan material bulat lainnya harus ditumpuk dalam lapisan-lapisan
yang terpisah oleh strip pada ujung-ujungnya atau di dalam rak.
(9) Lembaran baja, khususnya plat tipis, berbahaya jika diangkat dengan tangan, harus
ditangani secara mekanik.
(10) Material yang mudah terbakar (seperti kain yang berminyak) tidak boleh
ditumpuk dalam tumpukan yang tinggi.
c) Prosedur pemeliharaannya
Pemeliharaan preventif memerlukan suatu daftar seperti halnya pekerjaan rutin,
mencakup : jadwal pemeliharaan peralatan, data hasil pengetesan, peralatan khusus
(apabila diperlukan), keterangan pengisian pelumas, buku petunjuk pemeliharaan,
tingkat pengetahuan pekerja terhadap pekerjaan tersebut. Untuk memberikan
informasi kepada bagian pemeliharaan, maka tiap jadwal pemeliharaan dibuat pada
kartu control atau formulir yang dapat member informasi dengan jelas. Pada setiap
jadwal pemeliharaan dituliskan identifikasi alat dengan nomor sandi, nama alat, nomor
pengganti, dan tanggal pemasangan pertama serta pengerjaan perawatan yang telah
dilakukan.
d) Waktu pemeliharaan
Pemeliharaan rutin dilakukan secara periodic dengan selang waktu tertentu
berdasarkan hitungan bulan, hari atau jam. Selang waktu hari atau bulanan dicatat
seperti : periodik 1 bulanan = 1 B, 3 bulanan = 3 B, 6 bulanan = 6 B atau periodik
waktu 120.000 jam, 5.000 jam, atau 1.000 jam. Tanggal pekerjaan pemeliharaan
dicatat pada papan kontrol yang diletakkan di ruang penaggung jawab dan pencatatan
tanggal pekerjaan dilakukan pula pada lembar data peralatan.
Informasi yang dicatat termasuk waktu pakai alat, komponen yang diganti, dan kinerja
peralatan. Dari data yang dicatat tersebut dapat diproyeksikan dan diramalkan waktu
pakai alat, sehingga dapat direncanakan untuk menggantinya pada saat yang
ditentukan.
diperlukan upaya kebersihan yang baik pula. Sebelum kita membersihkan area kerja
dan peralatan maka kita harus mengetahuinya terlebih dahulu.
1. Area Kerja
Area kerja adalah tempat dimana kita melakukan sebuah pekerjaan. Area kerja yang
dimaksud adalah dapur. Salah satu persyaratan dapur yang baik adalah dapur yang
selalu bersih, untuk itu kita harus tahu bagaimana cara membersihkan dapur yang
benar.
2) Besi
Peralatan dari besi saat ini masih banyak digunakan seperti untuk pembuatan periuk,
panci, beberapa wajan, tutup kompor, kompor gas dan peralatan yang sejenis. Besi
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
b) Besi polos
Besi polos mempunyai sifat : berat, kuat, mudah berkarat, penghantar panas
yang baik, mempengaruhi rasa dan warna pada masakan. Besi polos sangat baik
untuk membuat wajan di samping cepat panas, masakan yang digoreng tidak
melekat diwajan. Namun sebaiknya besi polos tidak digunakan untuk memasak
sayur ataupun lauk pauk terutama yang menggunakan santan atau yang berasa
asam. Besi polos apabila digunakan akan mengubah dan mempengaruhi rasa
dan warna masakan, yaitu warna masakan menjadi kebiruan dan berasa kurang
enak. Hal ini
disebabkan karena adanya reaksi kimia antara logam dengan bahan dan bumbu
yang mendapatkan suhu tinggi.
c) Besi berlapis
Besi berlapis mempunyai sifat: berat, kuat, tidak mudah berkarat, penghantar
panas, tidak mempengaruhi rasa dan warna masakan. Besi berlapis adalah besi
yang mendapatkan lapisan tertentu sehingga sifat asli yang kurang baik dari besi
akan hilang untuk sementara. Namun bila lapisan tersebut mengelupas, maka
sifat asli dari besi akan timbul kembali seperti mudah berkarat dan berlubang.
Dengan melindungi logam besi dan baja dari sifat korosi maka alat tersebut dapat
digunakan untuk keperluan memasak, meningkatkan kualitas dari alat tersebut
dan mudah untuk dibersihkan. Ada beberapa macam lapisan yang sering
digunakan untuk memberi lapisan pada besi atau logam seperti:
d) Email acrylic
adalah sebuah lapisan organik yang dibuat dari damar-damar sintetis pada
sebuah logam. Biasanya pada bagian permukaan.
e) Email bakar
Email bakar adalah sebuah cat alkyd yang disemprot-kan pada sebuah logam
dasar kemudian dibakar dengan panas 93-204 derajat celcius. Bahan seperti
cuka, chlorine, bahan pemutih dan alkohol dapat merusak lapisan ini.
f) Porselin email
Porselin email adalah sebuah campuran antara bahan gelas yang dicampur
dengan sebuah logam dasar pada panas 760-817 derajat celcius, sehingga tidak
berlubang-lubang dan tidak mudah tergores, tidak mudah berkarat atau
bernoda.
g) Silicone
Silicone adalah suatu lapisan yang merupakan perantara zat (benda) antara
benda-benda organic yang berkualitas dan bahan membuat gelas yang
h) Teflon
Teflon adalah sebuah campuran damar fluorocarbon yang disemprotkan pada
permukaan alat tersebuL kemudian dioven / dibakar pada panas 371-399 derajat
celcius. Bahan teflon ini mengandung kimia dan larutan-larutan tetapi
bahantersebut dapat dihilangkan dengan dicuci dengan deterjen dan air panas.
Alat yang menggunakan lapisan teflon ini jangan sampai terkena goresan benda
tajam sebab lapisan teflon akan mudah terkelupas. Lapisan teflon ini sering pula
disebut lapisan anti lengket. Lapisan ini sering gunakan pada alat seperti : wajan
dadar, wajan bertelinga dll. Sebagai alat pengaduk sebaiknya terbuat dari bahan
kayu.
3) Plastik
Plastik sebagai bahan untuk pembuatan peralatan pelayanan makanan sekarang ini
banyak disukai. Macam-macam plastik :
a) Akrlikik
Akrilik digunakan dalam berbagai produk dengan merk Incite., Plexiglass. Lucite
digunakan untuk alat-alat makanan Plexsiglass
b) Melanine
Digunakan dalam pembuatan berbagai piring plastik Boontonware, Texasware,
juga digunakan dalam Countertop seperti foemika.
c) Fiberglass
Menggunakan serabut gelas dalam panas damar yang biasanya suatu polyster .
Sebagai contoh penggunaan bahan ini adalah untuk meja counter atau meja
penyaji hidangan.
d) Nilon
Bahan ini sehari-hari seringkali digunakan untuk peralatan yang banyak
memerlukan pergeseran.
e) Phenolik
Biasanya berwarna coklat, digunakan untuk bahan baku pembuatan baki.
f) Polyethylene
Suatu termoplastik bahan ini biasa digunakakan untuk pembuatan mangkok yang
fleksibel, penyimpanan botol, bak sampah dan sebagainya.
g) Polypropylene
Polypropylene adalah suatu plastik yang tahan terhadap pengaruh panas tinggi,
biasanya digunakan sebagai rak mesin cuci dan penerapan yang lain.
h) Styrene
Styrene mempunyai pengaruh kekuatan yang tinggi, tetapi tidak dapat digunakan
pada temperatur lebih dari 71° C. Bahan ini biasanya digunakan untuk pembuatan
tutup, lemari pendingin.
4) Aluminium
Aluminium saat ini banyak digunakan karena mempunyai sifat, ringan, warna putih
keabuan, pengantar panas yang baik, tidak beracun, tak tahan terhadap soda, chlor ,
asam, bila lembab lekas bersenyawa dengan zat asam. Masakan yang dimasak dengan
menggunakan alat dari aluminium harus segera dituang agar masakan tidak berubah
baik rasa maupun warnanya, misalnya masakan sayur asam, acar, masakan telur. Bila
masakan ini dibiarkan diataspanel aluminium maka masakan akan berubah menjadi
biru atau kebiruan. Selain digunakan untuk peralatan dapur aluminium juga banyak
digunakan untuk perkakas, peralatan interior dan eksterior pada kereta dan peralatan
lain. Anoda aluminium akan meminimumkan oksida yang menghitamkan segala
sesuatu/ makanan yang menempel.
5) Logam-logam lain
Pada waktu-waktu yang lalu, semua peralatan makanan dan peralatan memasak
terbuat dari kayu, kecuali peralatan yang mudah terbakar. Sekarang peralatan tersebut
masih kita jumpai karena: murah, ringan, kuat, terlihat indah. Peralatan dari
kayu tersebut tidak mudah bereaksi dengan makanan. Sifat kayu yang lain adalah cepat
dan mudah menyerap cairan dan bau. Dari sifat-sifat tersebut akhir-nya kebanyakan
peralatan sekarang banyak terbuat dari logam atau besi tuang dan plastik.
2. Macam-Macam Peralatan
a. Alat yang dibuat dari besi
Besi banyak digunakan untuk membuat wajan. Karena besi mudah berkarat maka
perlu dibersihkan dengan air sabun, garam halus, sabut gosok. Untuk jenis besi yang
berlapis tergantung dari jenis lapisannya, besi berlapis email dibersihkan dengan air
sabun, serbuk vim, sabut halus. Besi berlapis teflon dibersihkan dengan air sabun dan
busa halus. Untuk lapisan teflon jangan sekali-kali menggunakan abu gosok dan sabut
yang kasar karena lapisan teflon akan mengelupas dan rusak. Untuk menghilangkan
bau dan sisa lemak sebaiknya disiram dengan air panas, kemudian dilap dan
dikeringkan.
e. Stainless steel
Peralatan dari bahan stainless steel sangat baik digunakan. Harganya cukup mahal,
namun banyak disukai karena pemeliharaannya mudah. Alat ini dibersihkan dengan
air sabun, busa atau spon, dibilas sampai bersih lalu dikeringkan atau dilap.
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam membersihkan area kerja adalah sebagai
berikut:
1. Membersihkan debu ( dusting & damp dusting )
Setiap ruangan baik ruangan yang terbuka maupun ruang tertutup beserta
perabotannya dapat terkena debu setiap saat. Untuk menjaga kebersihan ruangan atau
perralatannya maka perlu diadakan pembersihan. Teknik pembersihan untuk
membersihkan debu ádalah:
a) Dusting
Dusting berasal dari kata dust yang berati debu. Dusting berarti membersihkan atau
menghilangkan debu. Dusting sebaiknya dilakukan sesering mungkin untuk
menghindari debu menjadi lengket. Adapun alat pembersih yang diperlukan adalah:
Lap lembut (soft cloth), digunakan untuk menghindari agar permukaan benda yang
dibersihkan tidak rusak atau lecet. Cara penggunannya dengan menggosokkan lap
tersebut diatas permukaan yang berdebu.
Ember (bucket), dipakai untuk mencuci lap supaya bersih dan dapat digunakan
kembali. Bahan pembersih lain tidak diperlukan, tetapi air dan sabun cuci diperlukan
untuk mencuci lap sebelum disimpan untuk digunakan kembali.
b) Dump dusting
Dump berarti lembab. Alat yang digunakan untuk teknik dump dusting adalah kain lap
yang lembab, yaitu kain basah yang telah diperas airnya. sehingga dapat diartikan
bahwa dump dusting adalah membersihkan kotoran atau debu yang sudah
melekat dengan menggunakan lap lembab.
Kelebihan dump dusting adalah:
Lebih hiegienis, karena debu dan kotoran melekat pada lap dengan baik.
Dapat menghilangkan kotoran yang sudah melekat.
Alat pembersih yang diperlukan:
Container /ember
Lap katun (cotton cloth)
Bahan pembersih yang diperlukan adalah air bersih. Bahan tambahan lain adalah sabun
cuci, digunakan untuk mencuci lap sebellum disimpan.Teknik ini jangan terlau sering
dilakukan pada furniture yang terbuat dari kayu beripolitur atau bahan lain yang
menyerap air karena air yang masuk kedalam pori-pori kayu akan menyebabkan
pelapukan.
2. Menyapu
Dalam istilah perhotelan teknik pekerjaan menyapu dikenal dengan istilah “sweeping”.
Teknik ini diterapkan untuk membersihkan lantai. Teknik ini sangat efektif untuk
membersihkan kotoran yang belum melekat/lengket pada semua jenis lantai kecuali
karpet dan permadani. Alat pembersih yang diperlukan
Sapu ( broom )
Sodo ( dustpan )
Tempat sampah ( waste basket )
Prosedur kerja:
1) Usahakan tidak banyak perlengkapan dalam ruangan yang menghalangi, seperti
meletakkan kursi-kursi diatas meja dengan posisi terbalik.
2) Mulailah menyapu dari sudut terjauh dari pintu masuk.
3) Peganglah sapu dengan tangan kanan dan sodo dengan tangan kiri.
4) Kumpulkan sampah dan debu dalam dustpan.
3. Mengepel
Mengepel adalah membersihkan kotoran dengan lap lembab yang terdapat pada lantai.
Sebelum mengepel, harus dilakukan teknik menyapu terlebih dahulu.
Alat pembeersih yang dibutuhkan:
a. Tangkai pel
b. Ember
c. Lap pel
Bahan pembersih
a. Air
b. Pembersih lantai
Prosedur kerja:
1) Celupkan kain pel pada ember yang berisi air bersih
2) Peras lap pel sehingga kondisi lap tidak terlalu basah.
3) Pasang atau jepit lap pel pada tangkai pel.
4) Pekerjaan dilakukan mulai dari sudut terjauh dari pintu masuk.
5) Pegang tangkai pel dengan kedua tangan, tangan kanan di atas dan tangan kiri di
bawah.
6) Gosokkan lap pel maju mundur dengan langkah mundur.
7) Jika lap pel sudah kotor, lepaskan dari penjepit, kemudian cuci dengan air yang
tersedia pada ember. Bila air pada ember telah kotor, ganti dengan air yang bersih.
8) Lakukan kembali mengepel, sampai seluruh lantai telah bersih.
9) Setelah selesai, ember dan kain lap, dicuci kemudian keringkan dan simpan.
4. Membersihkan kaca
Alat pembersih yang digunakan untuk membersihkan
kaca adalah:
a. Penggosok kaca (glass wiper)
b. Botol semprotan (bottle spayer)
c. Lap katun (cotton cloth/cleaning rag)
Bahan pembersih
a. Air
b. Spritus atau amoniak
c. Produk baru lainnya
Prosedur kerja:
1) Isi botol semprotan dengan air dan spritus atau amoniak. Kadar spritus 20%.
2) Semprotkan larutan pada kaca atau cermin dari bagian atas, setengah dari seluruh
permukaan.
3) Keringkan dengan lap katun.
4) Lakukan hingga seluruh permukaan kaca telah bersih.
5) Apabila masih kotor, semprot sekali lagi dan ulangi dengan cara yang sama.
5. Menyikat lantai
Menyikat lantai atau brushing floor , karena alat yang
digunakan adalah sikat.
Bahan pembersih:
a. Air
b. Sabun cair
c. Bubuk pembersih
Prosedur kerja:
1) Persiapan
Buat larutan antara air dan sabun cair dalam 1 ember.
Atur semua peralatan pada posisi yang benar agar pelaksanaan menyikat dapat
dilakukan dengan lancar. Ruangan telah disapu terlebih dahulu.
2) Pelaksanaan
Mulai bekerja dari sudut yang terjauh dari pintu masuk.
Celupkan sikat lantai ke dalam ember yang berisi larutan.
Gosokkan sikat dengan gerakan maju mundur.
Bersihkan sisa larutan yang tertinggal pada lantai denggan sapu air ( floor squeezer).
Lakukan hingga seluruh lantai tergosok dengan merata.
Bilas lantai dengan air bersih menggunakan lap pel.
Tunggu lantai hingga kering.
3) Penggudangan/penyimpanan alat
Cuci semua alat pembersih. Simpan dalan kondisi kering.
Tata letak peralatan harus disesuaikan dengan manusia sebagai pekerjanya. Peralatan
harus didekatkan dengan orang yang sering menggunakannya dan pertimbangkan
bagaimana pekerja dengan mudah menjangkaunya tanpa harus membungkuk atau
meregangkannya. Berdasarkan ukuran tubuh manusia. Maka peralatan dapur dirancang
sesuai dengan tinggi tubuh manusia. Panjang lengan berhubungan dengan jarak
jangkauan untuk penempatan peralatan yang dibutuhkan.
Besar tubuh manusia digunakan sebagai pertimbangan untuk tata letak penataan
antara satu alat dengan alat yang lainnya. Setiap peralatan mempunyai karakteristik
yang berbeda, oven, lemari es, microwave, dan salamander memiliki pintu yang sering
dibuka, sehingga harus dipikirkan penempatannya. Kompor, oven, atau alat-alat
pemanas lainnya akan mempengaruhi suhu ruangan di dapur. Begitu pula dengan alat-
alat lainnya yang juga memiliki karakteristik masing-masing. Dengan demikian
karakristik tersebut menghendaki penataan dan penempatan yang tepat supaya tidak
Suatu campuran kertas, karton, plastik, pembuangan kain linen , kotak kayu,
perabotan yang rusak, kaleng-kaleng, botol-botol, kaca-kaca dan sampah umum,
tidak termasuk limbah bekas makanan dan sampah lain yang telah ditetapkan.
9. Sampah makanan
Termasuk sampah dari dapur, café, toko dan termasuk potongan-potongan
kertas, plastik, pelapis wadah makanan padat dan cair. Tidak termasuk karton-
karton dan kotak-kotak kayu, semuanya ini bagian dari sampah.
10. Membasuh
11. Sampah cair yang meliputi sampah dari persiapan pembuatan makanan, dapat
juga termasuk yang mengandung lemak tetapi tidak dalam bentuk padat.
12. Kotoran di jalanan
13. Menyapu kotoran yang melekat, daun, isi keranjang sampah
14. Sisa yang masih ada (Residu)
15. Hasil pembakaran termasuk abu, kaleng-kaleng dan botol-botol.
16. Abu yang beterbangan ( Fly Ash )
Abu kertas padat, abu arang, debu, shoot atau partikel lain. Pembakaran benda
padat yang menghasilkan produk bakar.
BAB IV
PENEMPATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN JENIS PEMADAM
KEBAKARAN, PENGGUNAAN DAN PROSEDUR PENGOPERASIAN
DITEMPAT KERJA
1. Terjadinya Pembakaran
Syarat terjadinya pembakaran :
Adanya Bahan bakar,
Panas dan
Oksigen
Bahan bakar adalah bahan yang dapat terbakar, baik padat, cair maupun gas.
Bahan yang mudah terbakar adalah setiap benda yang mudah menyala dan terbakar
dengan cepat.
Panas dapat berasal dari nyala api, percikan bunga api, puntung rokok, gesekan,
sumber listrik, pipa panas dan perlengkapan.
Oksigen umumnya berasal dari udara dan juga sebagian dari reaksi kimia
I. Mencegah api
Tanpa bahan bakar, tidak akan terjadi api.
Membantu mencegah timbulnya api yang tidak diinginkan dengan cara:
Menghilangkan bahan bakar yang tidak diinginkan seperti sampah dan limbah.
Menyimpan bahan bakar dan bahan yang dapat terbakar dengan hati-hati
Berhati-hati bila bekerja dengan panas.
Menghilangkan sumber panas yang tidak diinginkan
Memadamkan api yang tidak diinginkan dengan cara mendinginkan bahan bakar yang
sedang terbakar untuk menghilangkan panas.
Mendinginkan bahan yang sedang terbakar adalah cara yang paling efektif untuk
mematikan api kelas A.
Air dari ember, atau dari selang adalah cara yang terbaik untuk mematikan api kelas
A. Air biasanya tepat untuk mendinginkan bahan sampai pada titik dimana dia tidak
dapat menyala lagi dan merembes jauh ke dalam sumber api
Gunaka
n air
Api klas
“A”
Pemadam kebakaran jenis air juga sangat baik untuk mematikan api kelas A.
Pemadam kebakaran jenis busa juga dapat digunakan. Pemadam kebakaran jenis
lain akan mematikan api kelas A yang kecil tetapi tidak seefektif air.
Api kelas B
Api kelas B adalah berasal dari cairan yang mudah terbakar seperti bensin,
minyak tanah, oli, grease, lemak, lilin, cat, thinner dan solvent.
Menutupi api agar tidak berhubungan dengan oksigen adalah cara yang paling
efektif untuk memadamkan api kelas B.
Bens
in
Oli
Cat/Th
inner
2. Peralatan Listrik
Menutupi api agar tidak berhubungan dengan oksigen adalah cara yang paling efektif
untuk memadamkan api kelas C.
Jenis pemadam bertekanan udara diaktifkan dengan alat picu dan dapat dihentikan
setiap saat dengan cara melepas pemicu.
Jenis ini dicat warna merah dengan garis/pita hitam. Ukuran kecil mempunyai
kemampuan semprot sampai 1,2m dan yang berukuran besar mempunyai
kemampuan sampai 3m.
Prosedur penggunaan.
Gunakan sedekat mungkin dengan sumber api.
Pertama arahkan semprotan ke bagian belakang sumber api.
Gerak-gerakkan nozel dari kiri ke kanan.
Secara perlahan bergerak ke bagian depan samapi api mati.
Peringatan:
Berada dalam waktu tertentu dalam ruang tertutup yang berisi Karbon dioksida
dapat menyebabkan sesak bahkan mati lemas. Segera bersihkan tempat setelah
digunakan. Buka semua jendela dan pintu untuk membersihkan ruangan dari gas
karbondioksida.
Pemadam ini diisi dengan bahan kimia berbentuk tepung kering yang diinjeksikan
dengan tekanan gas, atau dengan tekanan udara. Jenis ini sesuai untuk
memadamkan api kelas B dan C.
Tabung pemadam ini dicat warna MERAH dengan lingkaran PUTIH. Alat ini
mempunyai nozel beebentuk kipas. Rentang semprotan yang berukuran kecil
samapi 3m, dan yang berukuran besar samapai 6 meter. Operasikan berdasarkan
petunjuk pemakaian
Semprotkan tepung ke bagian dasar api dan tutupi apinya dengan menggerakan
nozel ke kanan dan ke kiri.
Pemadam jenis ini yang berukuran kecil dengan gagang berbentuk pistol dapat
dibawa masuk dan dapat digunakan dengan cepat. Hal ini membuat alat ini efektif
memadamkan semua jenis api yang muncul tiba-tiba dan juga untuk api kecil yang
sulit dijangkau.
Pemadam kebakaran bentuk kecil sebaiknya tidak digunakan untuk memadamkan
api yang besar dan dalam.
Adalah sangat penting bila pekerja perawatan, dan yang lainnya, yang berganti
lokasi kerja secara teratur mengetahui bagaimana menyelamatkan diri dari
kebakaran di setiap tempat kerja mereka.
Ketika terjadi kebakaran, putuskan apakah anda dapat membantu memadamkan
api. Jika tidak, keluarlah segera. Jika anda memutuskan untuk memadamkan api,
pertama periksa apakah ada tempat yang lowong dan aman untuk jalan ke luar.
Posisi selalu berada diantara api dan jalan keluar.
Tinggalkan tempat kebakaran sesegera mungkin bila:
Api yang timbul sudah tidak dapat dikontrol lagi.
Api telah menguasai jalan ke luar.
Asap telah mengaburkan atau menggelapkan jalan ke luar.
Pada saat anda meninggalkan tempat tersebut, buka setiap pintu dengan
hati-hati untuk mencegah asap atau nyala api menyerbu masuk ruangan.
Tutuplah pintu-pintu di belakang anda untuk mencegah aliran udara
menghembus api.
Berhati-hatilah terhadap asap dan gas-gas yang ditimbulkan api.
Di dalam area yang penuh asap, tetap pada posisi rendah dan merangkak
untuk menghindarkan mulut dan hidung sedekat mungkin dengan lantai
Walau dalam keadaan bagaimanapun juga jangan pernah mundur atau
berhenti.
Saat meninggalkan bangunan, tutuplah pintu di belakang anda.
Jangan sekali-kali memasuki bangunan yang sedang terbakar
Memadamkan Api/Kebakaran.
Bila terjadi kebakaran, tindakan yang tepat memberikan peluang dapat
memadamkan api dengan cepat, mengurangi bahaya dan meminimalisasi
kerusakan.
Jika anda menemukan kebakaran, ingat 6 langkah kesalamatan berikut:
Hidupkan segera alarm.
Bila dipandang perlu segera keluar. Jangan masuk kembali ke gedung yang
sedang terbakar
BAB V
PELAKSANAAN PROSEDUR DARURAT
1. Kecelakaan dapat terjadi didarat, laut maupun udara pada /kapal-kapal /industri
baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang melakukan kegiatan bongkar
muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha supaya yang kuat
untuk menghindarinya.
Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Health and Safety
work Act, 1974 untuk melindungi pelaut pelayar dan mencegah resiko-resiko dalam
melakukan suatu aktivitas di atas kapal terutama menyangkut kesehatan dan
keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat.
Suatu keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat tidak bekerja normalnya
suatu sistem secara prosedural ataupun karena gangguan alam.
Keadaan darurat :
Keadaan yang lain dari keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau
potensi tingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda
maupun lingkungan.
Kebakaran/ledakan
Kandas
Kebocoran/tenggelam
Orang jatuh ke laut
Pencemaran.
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta
pemilik kapal maupun Iingkungan taut bahkan juga dapat menyebabkan
terganggunya 'ekosistem' dasar taut, sehingga perlu untuk memahami kondisi
keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki kemampuan dasar untuk dapat
mengindentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut dapat diatasi
oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerjasama dengan pihak yang terkait.
Tubrukan
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan
dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat situasi
kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut (kapal
tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi Iainnya adalah kepanikan atau
ketakutan petugas di kapal yang justru memperlambat tindakan,
pengamanan, penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat tersebut.
Kebakaran / ledakan
Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap
kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan
perlengkapan kapal, . instalasi listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan
anak buah kapal.
Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya
kebakaran terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat
menimbulkan situasi darurat serta perlu untuk diatasi.
Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda dengan
keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat
kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang kepanikan atau
ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang
digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah.
Kandas
Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran baling-
baling terasa berat, asap di cerobong mendadak menghitam, badan kapal
bergetar dan kecepatan kapal berubah kemudian berhenti mendadak.
Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung
pada permukaan dasar taut atau sungai dan situasi di dalam kapal tentu
akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.
Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan
pencemaran atau bahaya tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal
tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya kebakaran tentu akan dapat saja
terjadi apabila bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik
yang rusak menimbulkan nyala api dan tidak terdeteksi sehingga
menimbulkan kebakaran.
Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi
karena situasi yang tidak terduga atau terjatuh saat terjadi perubahan posisi
kapal.
Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara
tergantung pada posisi permukaan dasar laut atau sungai, ataupun cara
mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini akan membuat situasi di
lingkungan kapal akan terjadi rumit.
Kebocoran/Tenggelam
Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga
terjadi karena tubrukan maupun kebakaran serta kerusakan kulit pelat kapal
karena korosi, sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera
tenggelam.
Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran
terbatas, bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi.
Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan
pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal,
karena upaya untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas
keselamatan dan kebersamaan.
Pencemaran
Pencemaran laut dapat terjadi karena buangan sampah dan tumpahan
minyak saat bunkering, buangan limbah muatan kapal tangki, buangan
limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15 ppm dan karena muatan
kapal tangki yang tertumpah akibat tubrukan atau kebocoran.
Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit
karena untuk mengatasi pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan,
tenaga manusia yang terlatih dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang
harus ditanggung oleh pihak yang melanggar ketentuan tentang pencegahan
pencemaran.
a. Persiapan
b. Perencanaan dan persiapan adalah syarat utama untuk mencapai
keberhasilan pelaksanaan keadaan darurat dikapal.
c. Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang mereka harus
lakukan pada keadaan darurat yang bermacam-macam, misalnya
kebakaran di tangki muatan, kamar mesin, kamar A.B.K. dan orang pingsan
di dalam tangki, kapal lepas dari dermaga dan Hanyut, cara kapal lepas
dermaga dan lain-lain.
d. Harus dapat secara cepat dan tepat mengambil keputusan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi segala macam keadaan darurat.
Tindakan pendahuluan.
Seseorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya,
laporkan kepada perwira jaga yang kemudian menyiapkan organisasi, sementara
itu yang berada dilokasi segera mengambil tindakan untuk mengendalikan
keadaan sampai diambil alih oleh organisasi keadaan darurat. Setiap orang harus
tahu dimana tempatnya dan apa tugasnya termaksud kelompok pendukung harus
stand-by menunggu perintah selanjutnya.
a. Tanda untuk mengingatkan anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan
darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.
b. Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya dapat digunakan secara
umum untuk kapal laut adalah sebagai berikut:
Suatu isyarat letusan yang diperdengarkan dengan selang waktu kira-kira
1 (satu) menit.
Bunyi yang diperdengarkan secara terus-menerus oleh pesawat pemberi
isyarat kabut (smoke signal )
Cerawat – cerawat atau peluru-peluru cahaya yang memancarkan bintang-
bintang memerah yang ditembakkan satu demi satu dengan selang waktu
yang pendek.
Isyarat yang dibuat oleh radio telegrafi atau sistim pengisyaratan lain yang
terdiri atas kelompok SOS dari kode morse.
Isyarat yang dipancarkan dengan menggunakan pesawat radio telepon
yang terdiri atas kata yang diucapkan "Mede" (mayday )
Kode isyarat bahaya internasional yang ditujukan dengan NC.
Isyarat yang terdiri atas sehelai bendera segi empat yang di atas atau
sesuatu yang menyerupai bola.
Nyala api di kapal (misalnya yang berasal dari sebuah tong minyak dan
sebagainya, yang sedang menyala).
Cerawat payung atau cerawat tangan yang memancarkan cahaya merah.
Isyarat asap yang menyebarkan sejumlah asa jingga (orange).
D. Tindakan Darurat
Contoh di laut:
Dalam keadaan darurat atau bahaya setia awak kapal wajib bertindak sesuai
ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat senantiasa dibuat dan
diinformasikan pada seluruh awak kapal.
Sijil darurat di kapal perlu di gantungkan di tempat yang strategis, sesuai, mudah
dicapai, mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan
perincian prosedur dalam keadaan darurat, seperti:
Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan darurat oleh
setiap anak buah kapal.
Sijil darurat selain menunjukkan tugas-tugas khusus, juga tempat berkumpul
(kemana setiap awak kapal harus pergi).
Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Sebelum kapal berangkat, sijil darurat harus sudah dibuat dan salinannya
digantungkan di beberapa tempat yang strategis di kapal, terutama di ruang ABK.
Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang berlainan bagi setiap
ABK, misalnya:
Menutup pintu kedap air, katup-katup, bagian mekanis dari lubang-lubang
pembuangan air di kapal dll,
Perlengkapan sekoci penolong termasuk perangkat radio jinjing maupun
perlengkapan Iainnya.
Menurunkan sekoci penolong.
Persiapan umum alat-alat penolong / penyelamat lainnya.
Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi penumpang.
Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran.
Selain itu di dalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang dikerjakan
oleh anak buah kapal bagian CID (koki, pelayan dll), seperti:
Memberikan peringatan kepada penumpang.
Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang mereka secara
semestinya atau tidak.
Mengumpulkan para penumpang di tempat berkumpul darurat.
Mengawasi gerakan dari para penumpang dan memberikan petunjuk di
gang-gang atau di tangga.
Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa sekoci / rakit penolong.
Semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat terdiri dari 7 atau lebih tiup
pendek yang diikuti dengan 1 tiup panjang dengan menggunakan suling kapal
atau sirine dan sebagai tambahan semboyan ini, boleh dilengkapi dengan bunyi
bel atau gong secara terus menerus.
Jika semboyan ini berbunyi, itu berarti semua orang di atas kapal harus
mengenakan pakaian hangat dan baju renang dan menuju ke tempat darurat
mereka. ABK melakukan tugas tempat darurat mereka. Sesuai dengan apa yang
tertera di dalam sijil darurat dan selanjutnya menunggu perintah.
Setiap juru mudi dan anak buah menuju ke sekoci dan mengerjakan :
Membuka tutup sekoci, lipat dan masukkan ke dalam sekoci (sekoci-sekoci
kapal modern sekarang ini sudah tidak memakai tutup lagi tetapi dibiarkan
terbuka).
Dua orang di dalam sekoci masing-masing seorang di depan untuk
memasang tali penahan sekoci yang berpasak (cakil) dan seorang yang
dibelakang untuk memasang pro sekoci.
Tali penahan yang berpasak tersebut dipasang sejauh mungkin ke depan
tetapi sebelah dalam dari lapor sekoci dan disebelah luar tali-tali lainnya,
lalu dikencangkan.
Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah memakai
rompi renang dengan benar/tidak.
Selanjutnya siap menunggu perintah.
Untuk mampu bertindak dalam situasi darurat maka setiap awak kapal harus
mengetahui dan terampil menggunakan perlengkapan keselamatan jiwa di laut
dan mampu menggunakan sekoci dan peralatannya maupun cakap menggunakan
peralatan pemadam kebakaran.
Boat drill
Alarm signal meninggalkan kapal (abandon ship)
Lokasi penempatan life jacket dan cara pemakaian oleh awak kapal dan
penumpang
Kesiapan perlengkapan sekoci
Pembagian tugas awak kapal disetia sekoci terdiri dari komandan dan wakil
komandan, juru motor, juru mudi, membuka lashing dan penutup sekoci,
memasang tali air / keliti tiller / tali monyet / prop, membawa selimut / sekoci /
logbook / kotak P3K / mengarea sekoci l melepas ganco / tangga darurat /
menolong penumpang.
Fire drill
Alarm signal kebakaran di kapal
Pembagian tugas awak kapal terdiri dari :
Pemimpin pemadam, membawa slang, botol api, kapak, linggis, pasir, fireman
outfit, sedangkan perwira jaga, juru mudi jaga di anjungan, menutup pintu dan
jendela kedap air, membawa log book, instalasi C02, menjalankan pompa
pemadam kebakaran, alat P3K.
Kebakaran/Fire
Sirine bahaya dibunyikan (internal clan eksternal)
Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi
kebakaran.
Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air di tutup.
Lampu-lampu di dek dinyalakan
Nakhoda diberi tahu
Kamar mesin diberi tahu
Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
Air masuk ke dalam ruangan (Flooding)
Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
Siap-siap dalam keadaan darurat
Pintu-pintu kedap air di tutup
Nakhoda diberi tahu
Kamar mesin diberi tahu
Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
Berkumpul di sekoci/rakit penolong (meninggalkan kapal)
Sirine tanda berkumpul di sekoci/rakit penolong untuk meninggalkan kapal,
misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nakhoda
Awak kapal berkumpul di sekoci/rakit penolong
Latihan-latihan tersebut di atas harus dicatat dalam log book kapal dan bila
dalam jangka waktu 1 minggu (kapal penumpang) atau 1 bulan (kapal barang)
tidak diadakan latihan-latihan, maka harus dicatat dalam log book dengan
alasan-alasannya.
Di kapal penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh dalam waktu 24
jam setelah meninggalkan pelabuhan harus diadakan latihan-latihan untuk
penanggulangan.
Sekoci-sekoci penolong dalam kelompok penanggulangan harus digunakan
secara bergilir pada latihan-latihan tersebut dan bila mungkin diturunkan ke air
dalam jangka waktu 4 bulan. Latihan-latihan tersebut harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga awak kapal memahami dan memperoleh
pengalaman-pengalaman dalam melakukan tugasnya masing-masing termasuk
instruksi-instruksi tentang melayani rakit-rakit penolong.
Semboyan bahaya untuk penumpang-penumpang supaya berkumpul di stasion
masing-masing, harus terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek disusul dengan
tiupan panjang pada suling kapal dengan cara berturut-turut. Di kapal
penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh harus ditambah dengan
semboyan-semboyan yang dilakukan secara elektris.
Maksud dari semua semboyan-semboyan yang berhubungan dengan penumpang-
penumpang dan lain-lain instruksi, harus dinyatakan dengan jelas di atas kartu-kartu
dengan bahasa yang bisa dimengerti (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) dan dipasang
dalam kamar-kamar penumpang dan lain-lain ruangan untuk penumpang.
Kebakaran/Fire
Sirine bahaya dibunyikan (internal clan eksternal)
Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi
kebakaran.
Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air di tutup.
Lampu-lampu di dek dinyalakan
Nakhoda diberi tahu
Kamar mesin diberi tahu
Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
Air masuk ke dalam ruangan (Flooding)
Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
Siap-siap dalam keadaan darurat
Pintu-pintu kedap air di tutup
BAB VI
MENJALANKAN DASAR-DASAR PROSEDUR KEAMANAN
a. Keamanan Kerja
Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran
segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air,
maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi,
seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan
lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko
bahanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan
mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan
kerja adalah dari, oleh, untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga
masyarakat pada umumnya. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang
mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun
nonmateril.
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut:
1) Baju kerja
2) Helm
3) Kaca mata
4) Sarung tangan
5) Sepatu
b. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum.
Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak
hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang
Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai
kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.
c. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor
yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang
menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada
jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.
2) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
3) Teliti dalam bekerja.
Sebab-sebab kecelakaan
1) Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human
acts)
2) Keadaan- keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)
Faktor utama:
1) Peralatan teknis
2) Lingkungan kerja
3) Pekerja
80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia Suatu
pendapat: Langsung atau tidak langsung semua kecelakaan disebabkan oleh semua
manusia yang terlibat dalam suatu kegiatan.
Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas dasar
wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya, dewasa ini seolah-olah relatif rendah
dibandingkan dengan banyaknya jam kerja tenaga kerja.
Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14
tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga
negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa
tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan.
Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus dipenuhi
secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah:
a. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja, dan
c. Ada bahaya di tempat kerja.
Handy Talky
Senter
Tas Pinggang
Kartu pengenal.
Perlengkapan K3
Tandu Orang
Alat pemadam kebakaran
Rambu-rambu petunjuk
Spanduk K3
MCK
Pompa air
Mushola
Bedeng pekerja
Ruang Klinik
P3K
Papan pengumuman.
Selain bentuk SOP, ada hal-hal yang juga penting untuk disertakan dalam
pembuatannya, yaitu judul harus jelas dan dapat menggambarkan apa yang menjadi
tujuan dari prosedur tersebut, nama orang atau unit yang bertanggung jawab
terhadap prosedur tersebut, tanggal berlakunya prosedur ataupun hasil revisinya.
menyediakan pelayanan dan system control untuk meningkatkan system kualitas dari
produk tersebut agar sesuai dengan standar.
Work Instruction (WI) merupakan bagian dari Standard Operating Procedure (SOP).
Pembuatan Work Instruction (WI)harus jelas, akurat, dan selalu didokumentasikan
serta tidak boleh mengandung penjelasan yang meragukan. WI harus
menggambarkan kenapa WI tersebut dibuat, kapan harus selesai, apa yang harus
dikerjakan, perlengkapan apa saja yang akan dipakai, dan kriteria apa saja yang harus
dipenuhi. Penyusunan WI membuat berbagai komponen didalamnya, yaitu sebagai
berikut :
a. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet).
Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara
lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa
yang menyetujui, ringkasan dari isi dokumen, dll.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup.
Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya dokumen dan alas an mengapa
dokumen tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area
pembahasan prosedur yang dibuat.
c. Peosedur
Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat
merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dengan detail
setiap urutan prosesnya. Form yang digunakan pada suatu proses juga
dijelaskan.
BAB VII
PELAKSANAAN PROSEDUR PENYELAMATAN PERTAMA DAN CARDIO-
PULMONARY-RESUSCIATION (CPR )
APD adalah alat pelindung diri, dalam bahasa asing disebut PPE, personal protective
equipment merupakan bagian yang efektif dan diperlukan dalam Program Pencegahan
Kecelakaan. Penggunaan dan penerapan yang ketat telah mencegah atau
mengurangi tingkat keparahan potensi cedera atau rasa sakit. Ada bayak APD dari
yang dikenakan pada bagian atas yaitu kepala sampai ke kaki, namun tidak semua
APD digunakan, tergantung dari kondisi kerja yang dilakukan. Hal-hal berikut adalah
pertimbangan dalam menentukan keperluan APD:
a. Riwayat kecelakaan, near miss dan cedera dalam pekerjaan
b. Mengidentifikasi bahaya-bahaya atau potensi bahaya
c. Menganalisa penyingkiran bahaya yang potensial
4. Memberikan Rekomendasi K3
……………………………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Peralatan/Mesin
3. Handy Talky
4. Jas hujan
5. Masker las
6. Penutup telinga
7. Sarung tangan
8. Handy Talky
9. Senter
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN