Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal,
ureter, buli buli ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah
yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin (Sukandar, E.,
2007)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biakknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air
kemih tidak mengandung bakteri, virus ataupun mikroorganisme lain.
(Sudoyo Aru,dkk, 2009)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran kemih adalah suatu
infeksi yang terjadi pada sistem urinaria yang biasanya ditandai dengan
ditemuinya mikroorganisme dalam urin.

2.2 Klasifikasi
a. Berdasarkan dengan tingkat komplikasinya
Infeksi saluran kemih dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (simple/uncomplicated
urinary tract infection) yaitu bila infeksi saluran kemih tanpa faktor
penyulit dan tidak didapatkan gangguan struktur maupun fungsi
saluran kemih
2) Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract
infection) yaitu bila terdapat hal-hal tertentu sebagai infeksi saluran
kemih dan kelainan struktur maupun fungsional yang merubah aliran
urin seperti obstruksi aliran urin, batu saluran kemih, kista ginjal,
tumor ginjal, ginjal, residu urin dalam kandung kemih.
Perbedaan antara infeksi saluran kemih terkomplikasi dan tidak
terkomplikasi yaitu dalam hal kebutuhan pemeriksan penunjang untuk
penegakan diagnosis,lama dan penatalaksanaan,serta gejala infeksi
saluran kemih (Suwitra dan Mangatas, 2004).
b. Berdasarkan Lokasinya
Menurut Brashers, Valentina L. 2008 infeksi saluran kemih dibagi
menjadi 2 yaitu :
1) Infeksi saluran kemih bagian bawah
a) Sistisis
Merupakan Infeksi pada kandung kemih. Penyebabnya adalah
bacteria kolifrom (E.coli dan enterococus), bakteri ini umumnya
berasal dari infeksi uretra yang menyebar hingga ke kandung
kemih.
b) Uretritis
Merupakan infeksi pada uretra. Penyababnya adalah Inveksi virus,
Infeksi bakteri, organisme yang menyebabkan penyakit/ infeksi
menular seksual (gonorea, Klamidia, dan lain-lain), keluarga besar
basilus gram negative (enterobacteriaceace, terutama E.coli).
2) Infeksi saluran kemih bagian atas
a) Pielonefritis
Merupakan infeksi pada ginjal yang dicirikan dengan bercak
infeksi interstisial dengan inflamasi di tubulus san int ertisium
dengan pembentukan abses .Inflamsi merusak tubulus oleh sebab
itu ginjal menjadi tidak mampu memekatkan urine mengatur
krseimbangan elektrolit dan mengeluarkan produk
sampah.Penebab yang palimg lazim adalah refluks
vesikoreteral.yang menyeababkan bacteria naik ke pelvis ginjal
organism peyebab nya dalah E.coli dan strapilococus aureus
b) Prostatitis
Penyakit peradangan yang terjadi pada kelenjar prostat, yaitu
kelenjar yang memproduksi cairan yang melindungi dan memberi
nutrisi sperma. Prostatitis umumnya terjadi pada pria di bawah
usia 50 tahun.
2.3 Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab infeksi
saluran kemih terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain
adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter. Pasca operasi
juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan
Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang dijumpai pada pasien infeksi saluran
kemih. Prevalensi penyebab infeksi saluran kemih pada lanjut usia antara
lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b. Nutrisi yang kurang baik
c. Sistem imunitas menurun
d. Adanya hambatan pada aliran urin (Purnomo, 2014)
2.4 Manifestasi Klinis
Menurut Brashers (2008), gejala klinis yang dapat timbul pada
penderita infeksi saluran kemih ialah :
a. Infeksi saluran kemih bagian bawah
1) Sistisis
Manifestasi klinis berupa nyeri panggul dan tekan dengan
lokalisasi suprapubis, disuria (sering berkemih, urgensi berkemih
dan rasa terbakar ketika berkemih), nuktoria yang tidak biasa
(terbangun di malam hari untuk berkemih), inkontinensia ringan,
urine keruh dan bau tajam, hematuria (darah dalam urine).
2) Uretritis
Manifestasi klinis berupa muncul tanda -tanda infeksi,
vasokontriksi, vasodilatassi, kemerahan pada tempat
peradangan, terjadi peningkatan permeabilitas dinding,
bengkak dan perembesan protein.
b. Infeksi saluran kemih bagian atas
1) Pielonefritis
Manifestasi klinis berupa demam yang bisa sangat tinggi sampai ≥
39º C, kekakuan, malaise, anoreksia, nyeri pinggang, disuria,
frecuency, dan urgency.
2) Prostatitis
Tanda gejala : nyeri panggul dan peritoneum; nyeri pada testis,
area selakangan , penis, dan skrotum yang menyebar ke punggung
bawah ; keengganan berkemih dengan aliran urine lemah saat
berkemih; disfungsi seksual dengan ejakulasi yang terasa nyeri dan
nyeri pasca ejakulasi di rectum dan anus; gejala sistemik
(menggigil, demem, hipotensi). Saat prostatitis kronis maka
terdapat tanda gejala perkemihan dan non perkemihan: urine
menetes, nyeri inguinal dan perineal, rasa seperti terbakar uretral,
dan tanda-tanda umum lainya (diaphoresis, keletihan dan kaki
dingin)
2.5 Patofisiologi
Dua jalur utama terjadinya infeksi saluran kemih adalah hematogen
dan asending, tetapi dari kedua cara ini jalur asending yang paling sering
terjadi.
1) Infeksi hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya
tahan tubuh yang rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau
pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif.
Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di
salah satu tempat. Misalnya infeksi Staphylococus aureus pada ginjal
bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang,
kulit, endotel, atau di tempat lain. Salmonela, Pseudomonas, candida, dan
proteus termasuk jenis bakteri yang dapat menyebar secara hematogen.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi
bakteri Escherichia coli karena itu jarang ada infeksi hematogen
Escherichia coli. Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini
dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat misalnya infeksi
stafilokokus dapat menimbulkan abses pada ginjal (Tessy & Suwanto,
2001).
2) Infeksi ascending
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung
mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga
dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid, streptokokus. Di
samping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal
uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis juga banyak
dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari
tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah
tersebut adalah Escherichia coli di samping golongan enterobakter dan S.
fecalis (Tessy & Suwanto, 2001).
b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum
diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya
mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah faktor anatomi, faktor
tekanan urin pada waktu miksi, manipulasi uretra atau pada hubungan
kelamin, perubahan hormonal waktu menstruasi, kebersihan alat kelamin
bagian luar, adanya bahan antibakteri dalam urin,dan pemakaian obat
kontrasepsi oral (Tessy & Suwanto, 2001).
c. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung
kemih
Dalam keadaan normal mikroorganisme yang masuk ke dalam
kandung kemih manusia atau binatang akan cepat menghilang, sehingga
tidak sempat berkembang biak dalam urin. Pertahanan yang normal dari
kandung kemih ini tergantung dari interaksi tiga faktor, yaitu : eradikasi
organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan pengenceran urin,
efek antibakteri dari urin, dan mekanisme pertahanan mukosa kandung
kemih yang intrinsik (Tessy & Suwanto, 2001).
d. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vasikoureter dan menyebarnya
infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks intrarenal. Refluks
vasikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula
vasikureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.
Penggunaan kateter seringkali menyebabkan mikroorganisme masuk
kedalam kandung kemih, hal ini biasanya disebabkan kurang higienisnya
alat ataupun tenaga kesehatan yang memasukkan kateter. Orang lanjut
usia yang sukar buang air kecil umumnya menggunakan kateter untuk
memudahkan pengeluaran urin, itulah sebabnya mengapa penderita
infeksi saluran kemih cenderung meningkat pada rentang usia ini (Tessy
& Suwanto, 2001).

2.6 Pathway

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis pada infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Urinalisis
1) Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting
terhadap dugaan adalah infeksi saluran kemih. Leukosuria dinyatakan
positif bilamana terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang padang besar (LPB)
sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sedimen air kemih
menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak
selalu menyatakan adanya infeksi saluran kemih karena dapat pula
dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi (Tessy dan Suwanto, 2001).
2) Hematuria
Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya
infeksi saluran kemih yaitu bilamana dijumpai 5–10 eritrosit/LPB
sedimen air kemih. Hematuria dapat pula disebabkan oleh berbagai
keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab
lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris (Tessy dan
Suwanto, 2001).
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar
tanpa disentrifuse atau pewarnaan Gram. Bakteri dinyatakan positif
bermakna bilamana dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi.
2) Biakan bakteri
Pemeriksaan biakan bakteri contoh air kemih dimaksudkan untuk
memastikan diagnosis infeksi saluran kemih yaitu bila ditemukan bakteri
dalam jumlah bermakna = 105 organisme patogen/mL urin pada 2 contoh
urin berurutan (Tessy dan Suwanto, 2001).
c. Tes kimiawi
Tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,
diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi
nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000-1.000.000 bakteri. Konversi ini
dapat dilihat dengan perubahan warna pada uji carik (Tessy dan Suwanto,
2001).
d. Tes plat-celup (dip-slide)
Pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempeng plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan
padat khusus. Lempeng tersebut dicelupkan ke dalam air kemih pasien
atau dengan digenangi air kemih setelah itu lempeng dimasukkan
kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu
dilakukan pengeraman semalam pada suhu 370C. Penentuan jumlah
kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada
lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan
kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan
100.000 dalam tiap mL air kemih yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup akurat. Keterangannya adalah jenis kuman
dan kepekaannya tidak dapat diketahui walaupun demikian plat celup ini
dapat dikirim ke laboratorium yang mempunyai fasilitas pembiakan dan
tes kepekaan yang diperlukan (Tessy dan Suwanto, 2001).
e. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya Pemeriksaan
radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis sedangkan pemeriksaan lainnya, misalnya
ultrasonografi dan CT-scan (Tessy dan Suwanto, 2001)

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada infeksi saluran kemih berupa :
a. Terapi nonfarmakologis
1) Konsumsi air dalam jumlah banyak agar merangsang dieresis
2) Buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme
yang mungkin berpindah ke area uretra
3) Tidak menahan berkemih
4) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin A dan C untuk
mempertahankan epitel saluran kemih.
5) Menjaga kebersihan organ intim dan saluran kemih untuk mencegah
bakteri berkembang biak.
6) Istirahat yang cukup (Suwitra dan Mangatas, 2004).
b. Terapi farmakologis
Tujuan pengobatan infeksi saluran kemih adalah mencegah dan
menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati bakteriemia, mencegah
dan mengurangi risiko kerusakan jaringan ginjal yang mungkin timbul
dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek
samping yang minimal. Berikut obat yang tepat untuk infeksi saluran
kemih :
1) Sulfonamide
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram
negatif. Biasanya diberikan per oral, dapat dikombinasi dengan
Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di ginjal.
Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Efek
samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash,
fotosensitivitas), gangguan pencernaan (nausea, vomiting,
diare), Hematotoxicity(granulositopenia, (thrombositopenia, aplastik
anemia).
2) Trimethoprim
Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus
dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali
Pseudomonas spp. Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran
kemih. Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg setiap 12 jam)
pada infeksi saluran kemih akut. Efek samping : megaloblastik
anemia, leukopenia, granulocytopenia.
3) Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX)
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis
folat, mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus
untuk mengobati infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan
infeksi sinus. Trimethoprim lebih bersifat larut dalam lipid
daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki volume
distribusi yang lebih besar dibandingkan dengan Sulfamethoxazole.
Dua tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole
400 mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi
berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah. Dua tablet per
hari mungkin cukup untuk menekan dalam waktu lama infeksi saluran
kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa diberikan 3 kali seminggu
untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang
berulang-ulang pada beberapa wanita. Efek samping : pada pasien
AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan demam,
kemerahan, leukopenia dan diare.
4) Fluoroquinolones
Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif
termasuk enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Fluoroquinolo
terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan
filtrasi glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi
obat. Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan
diare.Fluoroquinolon dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh
dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun.
5) Nitrofurantoin
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram
positif dan gram negatif. Obat ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis
harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa adalah
50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari setelah makan. Efek
samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping
utama.Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu dengan
defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase, (Suwitra dan Mangatas,
2004).
2.9 Komplikasi
Komplikasi dari suatu infeksi saluran kencing ini mungkin termasuk:
a. Infeksi berulang, terutama pada wanita yang mengalami dua atau lebih
infeksi saluran kemih dalam periode enam bulan atau empat atau lebih
dalam setahun
b. Kerusakan ginjal permanen akibat infeksi ginjal akut atau kronis
(pielonefritis) karena infeksi saluran kemih yang tidak diobati
c. Peningkatan risiko pada wanita hamil melahirkan bayi berat lahir rendah
atau bayi premature
d. Penyempitan uretra (striktur) pada pria dari uretritis berulang, sebelumnya
terlihat dengan uretritis gonococcal
e. Sepsis, komplikasi infeksi yang berpotensi mengancam nyawa, terutama
jika infeksi bekerja pada saluran urine Anda ke ginjal. (Tessy dan
Suwanto, 2001)
2.10 Pencegahan
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang kembali,
yaitu :
a. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan
sebab terbesar dari infeksi saluran kemih.
b. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni,
bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi
kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rektum.
c. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri
akan berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
d. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat
memperlancar sirkulasi udara.
e. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan
dapat mendorong perkembangbiakan bakteri.
f. Minum air yang banyak.
g. Gunakan air yang mengalir untuk membersihkan diri selesai berkemih.
h. Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu menghindari
saluran urin dari bakteri. (Suwitra dan Mangatas, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi. Jakarta : ECG


Purnomo B., 2014. Dasar-Dasar Urologi, Penerbit Sagung Setyo, Malang.
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi
keempat. Internal Publishing. Jakarta

Sukandar, E., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Suwitra, K. & Mangatas, S.M., 2004. Diagnosis dan Penatalaksanaan Infeksi


Saluran Kemih Terkomplikasi F. K. UNUD & Dexamedia, eds., Denpasar.

Tessy, A. & Suwanto, A., 2001. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu
Jilid II E. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ed.,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai