Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tumor Tulang
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari
bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal.
Menurut Brooker (2001), pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai
ganas (malignant) atau jinak (benign).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus
yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai
maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi
(Robin dan Kumar, 1995).
Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan
pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan
yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Tjakra, 1991).
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor
tulangutama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan
sarkoma lainnya.
2.2. Etiologi Tumor Tulang
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b. Keturunan, Contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko
kanker tulang adalah:
1. Multiple exostoses
2. Rothmund-Thomson sindrom
3. Retinoblastoma genetik
4. Li-Fraumeni sindrom
5. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit
paget (akibat pajanan radiasi ).
2.3. Manifestasi Klinis Tumor Tulang
Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa
bervariasi tergantung pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling umum
adalah nyeri. Tumor tulang lebih umum terjadi pada tulang yang bentuknya
panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut merupakan
tempat yang paling sering merasakan nyeri.
Tidak semua tumor tulang bersifat ganas, melainkan ada juga yang jinak.
Nyeri tulang umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah jinak.
Beberapa manifestasi klinis tumor tulang, antara lain:
a. Persendian yang bengkak dan inflamasi.
b. Patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh
c. Manifestasi klinis yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya berat
badan, kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala
tumor tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.
2.4. Jenis – jenis tumor
a. Multipel myeloma
Tumor ganas tulang yang paling sering ditemukan adalah multiple
myeloma, akibat proliferasi ganas dari sel-sel plasma. Myeloma multiple
merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan pengantian
sumsum tulang, destruksi tulang dan pembentukan paraprotein.
Gejala yang paling sering timbul adalah nyeri tulang, dan lokasi
nyeri seringkali pada tulang iga dan tulang belakang. Tanda lain adalah
teraba lesi tulang, terutama pada tulang tengkorak, dan klavikula. Lesi-
lesi pada tulang punggung dapat menyebabkan vertebra kolaps dan
kadang-kadang menjepit saraf spinal.
Pengobatannya memerlukan berbagai usaha sebab myeloma
multiple menyerang banyak organ. Tujuan terapi myeloma sering kali
paliatif, jika penyakit yang di temukan di temukan dalam keadaan
minimal atau jika diagnosis keganasan meragukan, pasien harus di
observasi tanpa dilakukan terapi sebelumnya.
b. Tumor Raksasa
Tumor ini biasanya berasal dari sarumg tendo. Sifat khas dari
tumor sel raksasa adalah adanya stroma vascular dan seluler yang terdiri
atas sel-sel berbentuk oval yang mengandung sejumlah nucleus, kecil dan
berwarna gelap. Sel raksasa ini merupakan sel besar dengan sitoplasma
yang berwarna merah muda. Sel ini mengandung sejumlah nucleus yang
vesikuler dan menyerupai sel-sel stroma.
Tumor sel raksasa sering terjadi pada orang dewasa muda dan lebih
banyak pada wanita. Tumor ini sering menyerang pada ujung-ujung
tulang panjang, terutama lutut dan ujung bawah radius.
Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri, disamping gejala
keterbatasan gerak sendi dan kelemahan. Tumor ini (sekitar 60% atau
lebih) cenderung kambuh secara local dan biasanya tumor yang kambuh
karena tidak bersihnya eksisi akan bersih bersifat lebih ganas. Untuk
memastikan jenis tumor dilakukan biopsi, kemudian perlu dilakukan
eksisis local yang cukup luas, termasuk pengangkatan jaringan normal
dari tepi tumor. Dengan melakukan biopsy maka diagnosis dapat
ditegakkan dan operasi lokal yang disertai tindakan rekonstruksi segera
dapat dilakukan.
c. Osteoma
Merupakan lesi tulang yang bersifat jinak yang ditandai oleh
pertumbuhan tulang yang abnormal. Osteoma klasik berwujud sebagai
benjolan yang tumbuh dengan lambat dan tidak nyeri. Jika lesi
menimbulkan gejala, maka perawatan yang dipilih adalah eksisi osteoma
dengan pembedahan. Operasi pembuangan bagian tulang yang membesar
ini juga dilakukan utuk keperluan diagnostic pada lesi-lesi yang besar.
Eksisi biasanya memberikan penyembuhan pada tulang. Pada
pemeriksaan radiografi, osteoma perifer tambak sebagai lesi radio – opak
yang meluas dari permukaan tulang. Osteomas sentral tampak sebagai
suatu massa sklerotik berbatas jelas dalam tulang.
d. Kondroblastoma
Adalah tumor jinak yang jarang ditemukan, dan biasanya
menyerang anak laki-laki yang berusia remaja. Tumor ini secara unik
ditemukan di Epifisis. Tempat yang paking sering terserang adalah
humerus. Gejala yang muncul seringkali berupa nyeri sendi yang timbul
dari jaringan tulang rawan. Perawatannya dilakukan dengan eksisi
pembedahan. Jika mengalami kekambuhan, maka tumor ini akan di
tangani dengan eksisi, bedah beku atau radioterapi.
e. Enkondroma
Enkondroma atau kondroma sentral adalah tumor jinak dari sel-sel
tulang rawan dispalstik yang timbulnya pada metafisis tulang tubular
terutama pada tangan dan kaki, seperti falang, metacarpus, dan
metatarsus. Pada pemeriksaan radiografi didapati titik-titik perkapuran
yang berbatas tegas, membesar,dan menipis. Tanda itu merupakan cirri
khas dari tumor enkondroma. Tumor berkembang selama massa
pertumbuhan pada anak-anak atau remaja. Keadaan tersebut
meningkatkan kemungkinan terjadinya fraktur patologis.
Enkondroma tidak menimbulkan gejala nyeri sampai terjadi
pembengkakan, atau fraktur patologis pada tulang yang korteksnya
menjadi tipis karena absorbs enkondroma. Untuk jenis gangguan ini
biasanya dilakukan pembedahan dengan kuret dan pencangkokan tulang.
f. Sarkoma Osteogenik (osteosarkoma)
Merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas kedua.
Neoplasma ini sering di temukan pada anak, remaja, dan dewasa muda.
Tumor ini tumbuh pada bagian metafisis tulang. Tempat yang paling
sering terserang tumor adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut. Osteosarkoma paling banyak menyerang anak remaja dan mereka
yang mengijak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang klien penyakit
paget yang berusia lebih dari 50 tahun.
Nyeri yang menyertai destruksi tulang dan erosi adalah gejala
umum dari osteosarkoma. Penampakan luar dari osteosarkoma dapat
berupa osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan
lunak diinvasi oleh tumor, atau periosteum tulang yang baru dapat
tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil pemeriksaan radiografi
menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga. Walaupun
gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang
yang lain, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik. Tumor ini dapat
menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Pada
radiogram akan terlihat sebagai suatu sunburst (pancaran sinar matahari).
g. Kondrosarkoma
Tumor ini paling sering menyerang pria berusia di atas 35 tahun
(price,1995). Gejala yang paling sering adalah adanya massa tanpa nyeri
yang berlangsung lama tetapi mungkin akan diikuti pertumbuhan yang
cepat dan agresif. Tempat-tempat yang sering ditumbuhi tumor ini adalah
pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu, dan tulang-tulang kraniovasial.
Tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan bercak-bercak
berkapuaran yang tidak jelas, pada penampakan radiogram.
Penatalaksanaannya terbaik yang dilakukan pada saat ini adalah dengan
eksisi radikal, juga dengan bedah beku, radioterapi, dan kemoterapi.
Untuk lesi-lesi yang agresif dan kambuh berulang-ulang,
penatalaksanaannya yang paling tepat adalah dengan amputasi.
Terapinya adalah dengan mengangkat kelainan yang disusul
dengan kemoterapi bila perlu. Walaupun bermetastasis, tetapi
prognosisnya lebih baik daripada osteosarkoma.
h. Sarkoma Ewing
Sarkoma ewing adalah jenis tumor tulang lain yang sangat ganas.
Tumor ini sering memenuhi sum-sum tulang panjang dan merupakan
neoplasma tulang primer ketiga yang paling sering dijumpai. Tumor ini
paling terjadi pada anak-anak belasan tahun dan paling sering pada
kortus tulang panjang. Penampilan secara kasarnya adalah berupa tumor
abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sum-sum tulang dan merusak
korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk
lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang
tulang sehingga membentuk gambaran berupa kulit bawang.
Tanda dan gejala yang khas berupa nyeri,benjolan nyeri
tekan,dema seperti pada klien osteomielitis akut (38-40oc), dan
leukositosis (20.000-40.000 leukosit/mm3).penatalaksanaannya berupa
pengobatan dengan penyinaran, pemberian obat-obat sitostatik, dan
pembedahan dilakukan untuk membuang tumor. Tumor ewing bersifat
relative radiosensitive. Prognosis sarcoma ewing mirip osteosarkoma
yaitu buruk dan tidak jarang klien meninggal beberapa tahun setelah
didiagnosis.
2.5. Klasifikasi Tumor Tulang
Menurut WHO, klasifikasi tumor tulang ditetapkan berdasarkan atas
kriteria histologis, jenis diferensiasi sel sel tumor yang diperlihatkan dan jenis
intraseluler matriks yang diproduksi. Dalam hal ini dipertimbangkan sifat
sifat tumor asal usul sel serta pemeriksaan histologis menetapkan jenis tumor
bersifat jinak atau ganas.
Sel sel dari muskuloskeletal berasal dari mesoderm tapi kemudian
berdeferensiasi memjadi beberapa sel osteoklas, kondroblas, fibroblas dan
mieloblas. Oleh karena itu sebaiknya klasifikasi tumor tulang berdasarkan
atas sel, yaitu bersifat osteogenik, kondrogenik atau mielogenik, meskipun
demikian terdapat kelompok yang tidak termasuk dalam kelompk tumor yaitu
kelainan reaktif (reaktif bone) atau harmatoma yang sebenarnya berpotensi
menjadi ganas.
Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel:
1. Primer
1) Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : Osteoid Osteoma
Ganas: Osteosarkoma, Osteoblastoma, Parosteal Osteosarkoma,
Osteoma
2) Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak : Kondroblastoma
Ganas : Kondrosarkoma, Kondromiksoid Fibroma, Enkondroma,
Osteokondroma
3) Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : Non Ossifying Fibroma
Ganas : Fibrosarkoma
4) Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : Multiple Myeloma, Sarkoma Ewing, Sarkoma Sel
Retikulum
5) Tumor lain-lain
Jinak : Giant cell tumor
Ganas : Adamantinoma, Kordoma
2. Sekunder/Metastatik
Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal
dari tumor di bagian tubuh lain yang telah menyebar ke tulang. Lesi
tulang metastatik dibagi menjadi 3 kelompok:
a) Lesi osteolitik
b) Lesi osteoblastik
c) Lesi campuran.
Lesi osteolitik paling sering ditemukan pada proses destruktif
(penghancuran tulang). Lesi osteoblastik terjadi akibat pertumbuhan
tulang baru yang dirangsang oleh tumor. Secara mikroskopis, sebagian
besar tumor tulang metastatik merupakan lesi campuran.

Berdasarkan keganasan tumor tulang dibagi menjadi 3:


A. Tumor tulang benigna
Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas-
batas, gejalanya sedikit, dan tidak menyebabkan kematian. Tumor
tulang meliputi:
1) Kista tulang merupakan lesi yang invasive dalam tulang
2) Osteokondroma biasanya terjadi sebagai tonjolan tulang besar
pada ujung tulang panjang (pada lutut/bahu)
3) Enkondroma merupakan tumor tulang yang sering pada
karilago hialin yang tumbuh di tangan, rusuk, femur, tibia,
humerus/pelvis. Gejala satu-satunya adalah linu yang ringan.
4) Osteoid osteoma merupakan tumor nyeri yang terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda.
5) Tumor sel raksasa (osteoklastoma), tumor benigna selama
beberapa waktu tetapi dapat mengatasi jaringan local dan
menyebabkan destruksi. Bersifat lunak dan hemoragis.
B. Tumor tulang maligna
Tumor musculoskeletal maligna primer tumbuh dari sel jaringan
ikat dan penyokong (sarcoma) atau dari elemen sum-sum tulang
(mieloma).tumor musculoskeletal maligna meliputi:
1) Osteosarkoma, tumor tulang ini yang paling sering dan fatal.
Ditandai dengan metastatis hematogen awal ke paru.dan
menyebabkan mortalitas tinggi.
2) Kondrosarkoma (tumor maligna primer kartilago hialin)
Tempat tumor ini sering pada pelvis, rusuk, femur, humerus,
vertebra, scapula dan tibia.
3) Sarkoma Ewing
4) Fibrosarkoma, sarcoma jaringan lunak
5) Lipo sarcoma
6) Fibro sarcoma jaringan lunak
7) Rabdomiosarkoma
C. Kanker tulang metastatik
Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana saja mengatasi
tulang dan menyebabkan destruksi tulang local. Tumor yang
bermetastatis ketulang paling sering adalah karsinoma ginjal,
prostate, paru, payudara, ovarium, dan tiroid. Dan sering
menyerang kranium, vertebra, velvis, vemur dan humerus.
Pada kanker tulang metastatis ke payudara, paru dan ginjal terjadi
hiperkalsemia dengan gejala kelemahan otot, keletihan, anorexia,
mual, muntah, poliuria, disritmia jantung, kejang dan koma.
2.6. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang
baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang
abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik
berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus,
radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel
tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus
yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai
maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas
pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke
jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting
dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu
sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain
yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke
jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut
sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk
RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase
istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan
Tumor tulang ganas di golongkan berdasarkan TMM (Tumor, Nodus,
Metastasis), yaitu penyebaran setempat dan metastatis. Klasifikasi tumor
tulang menurut Sjamsuhidajat R (1997) sebagai berikut:
1. T = Tumor Induk
2. TX = Tumor tidak dapat dicapai
3. T0 = Tidak ditemukan tumor primer
4. T1 = Tumor terbatas didalam periosteum
5. T2 = Tumor menembus periosteum
6. T3 = Tumor masuk organ atau struktur seputar tulang
7. N = Kelenjar limfe regional
8. N0 = Tidak ditemukan tumor di kelejar limfe
9. N1 = Tumor di kelenjar limfe regional
10. M = Metastatis jauh
11. M0 = Tidak di temukan metastasis jauh
12. M1 = Metastasis jauh
2.7. Penatalaksanaan Tumor Tulang
Ada tiga bentuk standar penatalaksanaan kanker tulang primer, antara lain :
1. Pembedahan
Kanker tulang umumnya diterapi dengan pembedahan.
Pembedahan dilakukan pada kanker yang belum menyebar dan
mengangkat jaringan kanker dan jaringan yang ada disekitarnya.
Beberapa tumor mungkin masih memerlukan kemoterapi atau radiasi
selain pembedahan.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi radiasi tertentu untuk
mengecilkan tumor atau menghilangkan sel kanker. Terapi radiasi
bekerja dengan merusak DNA sel, sehingga sel tidak mampu
berkembang. Meskipun terapi radiasi dapat merusak sel sehat yang ada
disekitarnya, sel kanker lebih sensitif terhadap radiasi dan akan mati
saat diradiasi. sel sehat disekitarnya akan rusak karena radiasi, namun
mereka akan segera pulih.
3. Kemoterapi
Kemoterapi sering diberikan untuk pengobatan kanker tulang. Obat
kemoterapi bekerja dengan menghilangkan sel-sel yang memiliki
kecepatan dalam membelah diri, seperti sel kanker. Namun, ada
beberapa jenis sel normal yang juga memiliki sifat cepat membelah diri
seperti sel rambut. Sehingga kadangkala kemoterapi menyebabkan
kerontokan rambut.
2.8. Pemeriksaan Diagnostik
A. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan
destruksi tulang.
B. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
C. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi
tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
D. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
E. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
F. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
G. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”,
( Rasjad. 2003).
2.9. Penatalaksanaan Farmakologi
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas
dengan metode seefektif mungkin :
1) Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi
2) Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik
(2500-3000ml/hari) unutuk mengukur tingkat serum kalsium dan
mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia.
3) Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan
pembentukan tulang yang berlebihan akibat metastasis.
 Penggolongan obat anti kanker
Berdasarkan mekanisme kerjanya, sitostatika dapat dibagi dalam
beberapa golongan :
1. Zat – zat alkilasi (Alkylating agents)
Yang terpenting adalah klormethin dan derivatnya, tiotepa dan
busulfan. Obat-obat ini juga disebut radiomimetikam, karena kerjanya
mirip dengan efek penyinaran dengan sinar-sinar ionisasi. Obat-obat
ini terutama digunakan pada kanker korion, limfogranuloma dan
leukimia.
2. Antimetabolit
Obat-obat ini menggangu sintesis DNA dengan jalan antagonisme
saingan metotreksat (MTX). Antagonis asam folat ini efektif sekali
pada kanker korion, juga bila sudah terjadi metastatis.
a) Mitotic Spindle
Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler
sehingga menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase
mitosis. Antara lain: Plakitaxel (Taxol), Docetaxel, Vinblastine,
Vinorelbin Vindesine, Vincristine.
b) Topoisomerase Inhibitor
Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga
menghambat proses transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya
antara lain:Irinotecan, Etoposit, Topotecan.
3. Antimitotika
Zat ini mencegah pembelahan sel dengan merintangi pembelahan
inti sel.
4. Antibiotika
Terutama digunakan pada kanker korion yang sudah metastasis,
biasanya dikombinasikan dengan klorambusil dan MTX. Efek
samping sama dengan sitostatika lain yakni gangguan darah, lambung-
usus dan rambut rontok.
5. Hormonal dan lain – lain.
Obat-obat lain yang digunakan pada kanker terdiri dari
kortikosteroida, hormon kelamin, prokarbazin dan asparaginase.

 Penggolongan Obat untuk Anti Kanker Tulang


1. Alkylating Agent
a. Melfalan
Adalah derivat klormetin (sitostatika pertama yang digunakan
terhadap kanker limfogranuloma dan leukemia akut) yang
mengandung fenilalanin, kerjanya jauh lebih lama lebih kurang 6
jam. Banyak digunakan pada kanker sumsum tulang. Efek samping
perintangan produksi megkaryocyt di sumsum tulang, yang
membentuk pelat-pelat darah.
b. Thiotepa
Memiliki daerah indikasi yang lebih luas daripada derivat-
derivat mustin, yaitu juga pada kanker yang sudah tersebar,
maupun pada jenis-jenis kanker lain yang gagal pengobatannya
dengan penyinaran.
c. Busulfan
Berkhasiat spesifik terhadap sumsum tulang, maka khusus
digunakan pada leukemia kronis guna menekan produksi leukosit.
Dosis : 4mg/hari p.o selama beberapa bulan. Indikasi : Leukemia
mieloid kronis.
2. Antibiotika
Mekanisme kerja: Terutama dengan jalan menghambat sintesa
DNA dan RNA.
a. Antrasiklin
Diisolasi dari jenis Streptomyces. Mekanisme kerjanya
mempengaruhi sintesis DNA maupun RNA antara lain terjadi
pemutusan untai tunggal dan ganda DNA yg diakibatkan oleh
adanya pembentukan radikal bebas. Obat golongan ini dapat
menyebabkan kardiotoksik.
b. Doksorubisin = daunorubisin
Indikasi : Leukemia akut, limfogranolumatosis, serta berbagai
karsinoma dan sarcoma.
c. Epirubisin
Kardiotoksik lebih kecil dari doksorubisin. Indikasi : Limfoma
non Hodgkin, sarkoma, melanoma, kanker payudara, kanker
ovarium, gaster, dan rektum.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC

Robin S.L. dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC

Rasjad, C. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke-2. Makassar. Bintang
Lamumpatue. Hal 87-89, 329-333

Sjamsuhidayat, R dan Jong WD. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.
Jakarta : EGC

Tjakra, Ahmad. 1991. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi FKUI

Anda mungkin juga menyukai