MANAJEMEN DIARE
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING
PEMBIMBING LAPANGAN
dr. Nur’Ainun
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2.Identifikasi Masalah
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program
penanggulangan penyakit diare yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan program pengendalian penyakit diare di Puskesmas
Singgani?
2. Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan
program pengendalian penyakit diare di Puskesmas Singgani?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Puskesmas Singgani adalah salah satu Puskesmas yang terletak di sebelah Timur
dan Mantikulore Kota Palu yang merupakan Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah,
terletak di Pusat Kota Palu , mempunyai luas wilayah kerja 104.02km², yang
terdiri dari 5 kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : sebelah Utara
berbatasan dengan Kelurahan Talise, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan
Tanamodindi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Lolu Utara , dan sebelah
Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru.
Puskesmas singgani memiliki visi ”Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Prima
Menuju Masyarakat Sehat,Mandiri,Berbudaya,Beradab Berlandaskan Iman dan
Takwa”. Puskesmas Kamonji memiliki 5 misi yaitu;
1. Meningkatkan kualitas SDM guna mewuudkan tenaga kesehatan yang profesional.
2. Mengembangkan sarana dan prasarana mengutamakan kualitas pelayanan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapian
mayarakat dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pelayanan
kesehatan.
4. Meningkatkan akses masyarakat trhadap pelayan kesehatan yang berkualitas.
5. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat terhadap kesehatan.
5
penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang
pelayanan.
4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan
hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga
kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.
2.2.2 Kebijakan
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana
kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga
2. Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Diare
3. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan
program yang meliputi aspek manajerial dan teknis medis
5. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor di pusat, propinsi dan
kabupaten/kota
6. Meningkatkan pembinaan teknis dan monitoring untuk mencapai kualitas
pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maksimal
7. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program dan sebagai
dasar perencanaan selanjutnya.6
2.2.3 Strategi
6
2.2.4 Tata Laksana Penderita Diare
a. Berikan Oralit
Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang
terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi,
air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa
dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.
Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara pemberian
oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang.
a) Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar
b) Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar
b. Pemberian zink
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah
besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang
7
selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan
diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama
dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari.
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc
harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya
diare pada 2-3 bulan ke depan.
Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30
detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut :
Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari
Balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari
Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare
dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak menderita diare teruskan
pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama anak diare
juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak berhenti diare, karena lebih
banyak makan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan
mencegah malnutrisi.
Anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk mengurangi susu formula
dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun
dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan dipastikan agar anak
mendapat oralit dan air matang.
8
4. Berikan Antibiotik Secara Selektif
Pemberian antibiotik tidak diberikan kepada semua kasus diare. Antibiotik hanya
diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare
dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak perlu pemberian
antibiotik.
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit,
Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke petugas
kesehatan jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut : Buang air besar cair lebih
sering, Muntah berulang-ulang, Mengalami rasa haus yang nyata, Makan atau minum
sedikit, Demam, Tinjanya berdarah dan Tidak membaik dalam 3 hari.
9
3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu)
b. Tempat
Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan tunggu
pasien) dengan 1-2 meja kecil. Seorang petugas puskesmas dapat
mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran
untuk suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi
Ringan-Sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan
dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang
harus diminum oleh penderita.
c. Sarana Pendukung
2) Prasarana :
a. Tempat pendaftaran
b. Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml,
gelas, sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun (wastafel), poster untuk penyuluhan dan
tatalaksana penderita diare.
Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi muka yang
tidak berdesakan
Dekat dengan toilet atau kamar mandi
Nyaman dan baik ventilasinya
10
Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan larutan
Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk dengan
nyaman saat memangku anaknya
Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang berisi
larutan oralit
Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus)
Botol susu/gelas ukur
Gelas,Sendok
Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati atau
merawat anak diare
Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah
11
Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama
anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa
kembali ke Puskesmas.
Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung
Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah
serta cara pencegahan diare.
2) Pelayanan Penderita
Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi di ruang
pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam selanjutnya
dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama diobservasi serta :
Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit
Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2
jam sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)
Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan
Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas
dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.
12
2.4.1 Strategi Promosi Kesehatan
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam
pengendalian penyakit diare. Tujuan dari bina suasana adalah terciptanya opini
positif atau suasana yang mendukung untuk penyelenggaraan pengendalian
penyakit diare.
13
2.5. Tindakan Pencegahan
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama
masa ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan
atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari
bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan
seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi
harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain (proses menyapih).
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan
masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan
pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare
ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian
14
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa
dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI
yang lebih baik, yaitu :
15
dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh keluarga, yaitu :
d. Mencuci Tangan
e. Menggunakan Jamban
1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga
2. Membersihkan jamban secara teratur
3. Menggunakan alas kaki bila akan buang air besar
16
f. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Tinja bayi berbahaya oleh karena itu tinja bayi harus dibuang secara benar karena
dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu :
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi
tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare,
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu
berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain adalah diare,
kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata dll, maka penyediaan air
bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
17
b. Pengelolaan Sampah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria.
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan tumbuh kembang. Serta masih
diperlukan beberapa tambahan seperti lembar balik dan leaflet terkait
penatalaksanaan rehidrasi oral dengan menggunakan oralit, sebagai panduan saat
merawat anak dengan diare di rumah. Diperlukan pula untuk mengefektifkan
kembali sistem rujukan internal ke pojok oralit pada pasien-pasien diare yang
membutuhkan rehidrasi oral sehingga program pojok oralit dapat dimaksimalkan
dengan lebih baik. Pada tahun 2017 dari bulan januari sampai dengan bulan maret
sebanyak 129 pasien yang didiagnosis menderita diare dan berkunjung ke pojok
oralit.
20
Tidak merokok di dalam rumah/tidak merokok; 9) Aktifitas fisik; 10) Konsumsi
sayur dan buah, dibandingkan jumlah rumah tangga yang disurvey, dikali 100%.
Cara perhitungan:
Rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑇 𝑏𝑒𝑟−𝑃𝐻𝐵𝑆
𝐶𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑅𝑇 𝑏𝑒𝑟 𝑃𝐻𝐵𝑆 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑇 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑟𝑣𝑒𝑦
Keterangan:
Pembilang : Jumlah RT ber-PHBS adalah jumlah RT yang
melaksanakan 10 indikator PHBS berdasarkan hasil
pendekatan PHBS dalam kurun waktu tertentu.
Penyebut : jumlah RT yang disurvey adalah jumlah RT yang
disurvey dalam kurun waktu tertentu.
Target 75%, pencapaian 35%
Kendala:
Sumber daya manusia dalam hal ini kader untuk melakukan survey 4 kali
dalam setahun (pertriwulan) di lima kelurahan wilayah kerja Puskesmas
Singgani yang masih kurang (dalam satu kali survey, satu desa: sepuluh
anggota keluarga yang disurvey).
Di wilayah kerja Puskesmas Singgani masih ada masyarakat yang tetap
merokok di dalam rumah.
Kebiasaan CTPS (Cuci tangan pakai sabun) masih kurang (di bawah 65%)
Kebiasaan makan buah dan sayur sebelum makan di bawah 40%.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan program
pengendalian penyakit diare di Puskesmas Singgani adalah faktor perilaku
pasien yang belum menerapkan pola PHBS sebagai pencegahan diare. Serta
kurangnya sosiaisasi tentang PHBS dan Diare dari pelayanan kesahatan.
4.1.Saran
1. Lebih lengkap dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi mengenai
tatalaksana dan pencegahan penyakit diare di puskesmas.
2. Kegiatan yang bersifat promotif dan preventif lebih harus sering dilakukan,
terutama yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan
3. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program penanggulangan
penyakit diare harus ditambah agar dapat disebar ke seluruh wilayah kerja
Puskesmas Singani.
22
DAFTAR PUSTAKA
23