Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MANAJEMEN AGUSTUS 2017

MANAJEMEN DIARE

DISUSUN OLEH:

NAMA : LUH DITA YULIANDINA

STAMBUK : N 111 17 043

PEMBIMBING

Dr. dr. M. Sabir, M.Si

PEMBIMBING LAPANGAN
dr. Nur’Ainun

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses
lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang
air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.1
Diare menjadi penyebab lebih dari delapan ratus ribu kematian anak setiap
tahunnya. Menurut data yang disajikan oleh WHO tahun 2013 terdapat sekitar 1,7
miliar kasus diare pertahun. Di negara berkembang, anak-anak yang berada pada usia
dibawah 3 tahun, umumnya mengalami episode diare sebanyak 3 kali per tahun.
Pada setiap episodenya, nutrisi untuk tumbuh kembang anak-anak hilang akibat
diare, oleh sebab itu diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak.
Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF) Diare adalah salah satu
penyebab kematian di kalangan anak di bawah 5 tahun,diseluruh dunia terhitung
sekitar 2 juta kematian anak setiap tahunnya. Penyebab utama kematian diare di
masa kanak-kanak adalah dehidrasi yang hebat. 2,3

Puskesmas memegang peranan penting sebagai unit pelayanan kesehatan


terdepan dalam upaya pengendalian penyakit menular yang salah satunya adalah
penyakit diare. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pencegahan penularan
penyakit serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare baik dengan
penanganan aktif maupun dengan penyuluhan.4
Penyakit diare masih menduduki peringkat nomor empat dalam 10 penyakit
terbesar dipoli anak. Jumlah penderita diare yang diobati di Puskesmas Singgani
pada tahun 2015 sebanyak 658 dan pada tahun 2016 sebanyak 889 kasus. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan penderita diare di masyarakat.5

2
1.2.Identifikasi Masalah
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program
penanggulangan penyakit diare yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan program pengendalian penyakit diare di Puskesmas
Singgani?
2. Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan
program pengendalian penyakit diare di Puskesmas Singgani?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Gambaran Umum Puskesmas Singgani


2.1.1 Letak Geografis
Puskesmas singgani merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan
masyarakat yang berada di wilayah kecamatan Palu timur kota Palu dengan
batas-batas sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Talise.
 Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Tanamodindi
 Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Lolu Utara
 Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Kampung Baru
Wilayah kerja Puskesmas Singgani terletak pada belahan Timur dan Mantikuore
kota Palu, dengan wilayah seluas ±104.02km2 yang seluruhnya dapat dilalui
dengan kendaraan roda empat.

Tabel 2.1 Distribusi Kelurahan Dirinci Menurut Wilayah Kerja


UPTD Urusan Puskesmas singgani Tahun 2017
No Kelurahan Luas Wilayah(km2)
1 Besusu Barat 0,87
2 Besusu Tengah 2,26
3 Besusu Timur 0,62
4 Lasoani 36,86
5 Poboya 63,42
Total 104.02
Sumber Data : Kantor Kelurahan Wilayah Urusan Puskesmas Singgani

4
Puskesmas Singgani adalah salah satu Puskesmas yang terletak di sebelah Timur
dan Mantikulore Kota Palu yang merupakan Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah,
terletak di Pusat Kota Palu , mempunyai luas wilayah kerja  104.02km², yang
terdiri dari 5 kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : sebelah Utara
berbatasan dengan Kelurahan Talise, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan
Tanamodindi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Lolu Utara , dan sebelah
Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru.
Puskesmas singgani memiliki visi ”Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Prima
Menuju Masyarakat Sehat,Mandiri,Berbudaya,Beradab Berlandaskan Iman dan
Takwa”. Puskesmas Kamonji memiliki 5 misi yaitu;
1. Meningkatkan kualitas SDM guna mewuudkan tenaga kesehatan yang profesional.
2. Mengembangkan sarana dan prasarana mengutamakan kualitas pelayanan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapian
mayarakat dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pelayanan
kesehatan.
4. Meningkatkan akses masyarakat trhadap pelayan kesehatan yang berkualitas.
5. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat terhadap kesehatan.

2.2. Program Pengendalian Penyakit Diare


2.2.1 Tujuan
Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas
program dan sektor terkait.
Tujuan Khusus :
1. Tercapainya penurunan angka kesakitan
2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar
3. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di
masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,

5
penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang
pelayanan.
4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan
hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga
kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.

Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu wilayah


kerja yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaanya.6

2.2.2 Kebijakan
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana
kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga
2. Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Diare
3. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan
program yang meliputi aspek manajerial dan teknis medis
5. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor di pusat, propinsi dan
kabupaten/kota
6. Meningkatkan pembinaan teknis dan monitoring untuk mencapai kualitas
pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maksimal
7. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program dan sebagai
dasar perencanaan selanjutnya.6

2.2.3 Strategi

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan


melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE)
2. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar
3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB Diare.
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.6

6
2.2.4 Tata Laksana Penderita Diare

Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah


Tuntaskan Diare), yang terdiri atas (Kemenkes RI, 2011) :

a. Berikan Oralit

Oralit merupakan campuran garam elektrolszit seperti natrium klorida (NaCl),


kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit
diberikan segera bila menderita diare, sampai diare berhenti.

Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang
terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi,
air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa
dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.

Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara pemberian
oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang.

a) Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar
b) Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar

Oralit dapat diperoleh di Posyandu, Polindes, Puskesmas Pembantu,


Puskesmas, rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya.

b. Pemberian zink
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah
besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang

7
selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan
diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama
dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari.
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc
harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya
diare pada 2-3 bulan ke depan.
Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30
detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut :
 Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari
 Balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari

3. Teruskan ASI Dan Pemberian Makan

Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare
dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak menderita diare teruskan
pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama anak diare
juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak berhenti diare, karena lebih
banyak makan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan
mencegah malnutrisi.

Anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk mengurangi susu formula
dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun
dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan dipastikan agar anak
mendapat oralit dan air matang.

8
4. Berikan Antibiotik Secara Selektif

Pemberian antibiotik tidak diberikan kepada semua kasus diare. Antibiotik hanya
diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare
dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak perlu pemberian
antibiotik.

5. Berikan Nasihat Pada Ibu/Pengasuh

Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit,
Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke petugas
kesehatan jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut : Buang air besar cair lebih
sering, Muntah berulang-ulang, Mengalami rasa haus yang nyata, Makan atau minum
sedikit, Demam, Tinjanya berdarah dan Tidak membaik dalam 3 hari.

2.3. Sarana Rehidrasi


Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO) atau
lebih dikenal nama pojok oralit.
1. Pojok Oralit
Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas
kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana
untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun
masyarakat. melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat dan petugas terhadap tatalaksana penderita diare, khususnya dengan
upaya rehidrasi oral.
a. Fungsi

1) Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral

2) Memberi pelayanan penderita diare

9
3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu)

b. Tempat
Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan tunggu
pasien) dengan 1-2 meja kecil. Seorang petugas puskesmas dapat
mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran
untuk suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi
Ringan-Sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan
dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang
harus diminum oleh penderita.
c. Sarana Pendukung

1) Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih

2) Prasarana :

a. Tempat pendaftaran
b. Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml,
gelas, sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun (wastafel), poster untuk penyuluhan dan
tatalaksana penderita diare.

3) Cara membuat pojok oralit

a) Pilihan lokasi untuk “Pojok Oralit” :

 Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi muka yang
tidak berdesakan
 Dekat dengan toilet atau kamar mandi
 Nyaman dan baik ventilasinya

b) Pengaturan model di Pojok Oralit

10
 Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan larutan
 Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk dengan
nyaman saat memangku anaknya
 Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang berisi
larutan oralit
 Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus)
 Botol susu/gelas ukur
 Gelas,Sendok
 Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati atau
merawat anak diare
 Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah

Media penyuluhan tentang pengobatan dan pencegahan diare perlu disampaikan


pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat bermanfaat
bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta hal-hal penting
lainnya, seperti pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, penggunaan air
bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, penggunaan jamban,
serta poster tentang imunisasi.
d. Kegiatan Pojok Oralit

1) Penyuluhan upaya rehidrasi oral

 Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit


dan bagaimana cara memberikannya
 Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit
bila ada muntah
 Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan
pada anak atau ASI pada bayi (Puskesmas perlu memberikan makanan
pada anak yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan).

11
 Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama
anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa
kembali ke Puskesmas.
 Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung
Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah
serta cara pencegahan diare.

2) Pelayanan Penderita
Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi di ruang
pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam selanjutnya
dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama diobservasi serta :
 Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit
 Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
 Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2
jam sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)
 Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan
 Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas
dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.

2.4. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat


melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya

masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.

Tujuan dari promosi kesehatan adalah terwujudnya masyarakat yang mengerti,


menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.

12
2.4.1 Strategi Promosi Kesehatan

Terdapat 3 strategi komunikasi dalam promosi kesehatan yaitu : Advokasi, Bina


Suasana dan Gerakan Masyarakat.

1. Advokasi ( Pendekatan Pimpinan / Pengambil Keputusan )

Advokasi merupakan upaya yang sistematis dan terorganisir untuk memperoleh


dukungan kebijakan pemerintah Pusat dan Daerah, Publik, atau pengambil
Keputusan dan berbagai pihak dalam pengendalian Penyakit Diare agar dapat
dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus.

2. Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam
pengendalian penyakit diare. Tujuan dari bina suasana adalah terciptanya opini
positif atau suasana yang mendukung untuk penyelenggaraan pengendalian
penyakit diare.

3. Gerakan / Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan


berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu
sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu, mau,
mampu dalam melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare, dengan
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat terutama
dalam tatalaksana penderita di rumah tangga dan pencegahan diare. Tujuan
dari gerakan/pemberdayaan masyarakat adalah agar masyarakat tahu, mau dan
mampu melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare.

13
2.5. Tindakan Pencegahan

Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan diare


dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi. Kegiatan
pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah:

1. Perilaku Sehat

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama
masa ini.

ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan
atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari
bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan
seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi
harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain (proses menyapih).

b. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan
masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan
pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare
ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian

14
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa
dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Beberapa hal yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI
yang lebih baik, yaitu :

1. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat


teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI.
2. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian
untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makananya.
3. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi
anak dengan sendok yang bersih.
4. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

c. Menggunakan Air Bersih yang Cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal-oral.


kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan
yang wadahnya atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih


mempunyai risiko menderita diare lebih kecil di banding dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan


menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai

15
dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh keluarga, yaitu :

1. Ambil air dari sumber air yang bersih


2. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air
3. Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi
anak-anak
4. Minum air yang sudah matang
5. Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.

d. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam


penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare.

e. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa Negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban


mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga
harus buang air besar di jamban. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
keluarga, yaitu:

1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga
2. Membersihkan jamban secara teratur
3. Menggunakan alas kaki bila akan buang air besar

16
f. Membuang Tinja Bayi yang Benar

Tinja bayi berbahaya oleh karena itu tinja bayi harus dibuang secara benar karena
dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu :

1. Kumpulkan segera tinja bayi dan membuangnya ke jamban


2. Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah
dijangkau olehnya.
3. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti di
dalam lubang atau dikebun kemudian ditimbun.
4. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.

g. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi
tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare,
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu
berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.

2.6. Penyehatan Lingkungan

a. Penyediaan Air Bersih

Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain adalah diare,
kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata dll, maka penyediaan air
bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.

17
b. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor


penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti
bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu
pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan
dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan
pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan
sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria.

18
BAB III
PEMBAHASAN

Program pengendalian penyakit diare di puskesmas singgani dikelola oleh tenaga


paramedis yang telah terlatih seperti perawat dan para kader kesehatan yang bekerja
sama dengan dokter. Adapun program kerja yang dilakukan di Puskesmas Singgani
terkait dengan pengendalian penyakit diare antara lain:
1. Pojok Oralit
Di puskesmas singgani, setelah diagnosis diare dan derajat dehidrasi ditentukan,
pasien akan dibawa ke pojok oralit untuk mendapatkan edukasi tentang tatalaksana
pemberian oralit di rumah dan edukasi mengenai diare tersebut.
Menurut buku pedoman pengendalian penyakit diare, pojok oralit digunakan untuk
mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral dan memberi pelayanan tempat diare.
Adapun kegiatan yang dilakukan di pojok oralit yaitu berupa penyuluhan upaya
rehidrasi oral. Di puskesmas singani sendiri, pasien yang telah didiagnosis sebagai
diare, akan diarahkan ke ruang pojok oralit. Disana pasien hanya diberikan oralit
serta obat zink dan diberikan penyuluhan mengenai cara pembuatan oralit dirumah.
Menurut buku pedoman, seharusnya pada ruang pojok oralit, dilakukan demonstrasi
langsung mengenai cara pembuatan oralit. Edukasi mengenai cara mengatasi
kesulitan dalam memberikan oralit dan memberikan dorongan pada ibu untuk tetap
memberikan makanan/ASI selama diare telah dilakukan, namun belum dilakukan
edukasi mengenai indikasi kapan seharusnya anak dibawa kembali ke puskesmas.
Jadi seharusnya, para petugas yang bertugas di ruang pojok oralit harus lebih aktif
dan lebih lengkap dalam mengedukasi pasien, terutama mengenai tatalaksana
penderita diare di rumah dan pencegahan terjadinya diare, agar angka morbiditas dan
mortalitas akibat diare dapat dicegah peningkatannya. Edukasi mengenai pencegahan
seperti perilaku hidup bersih sehat, penyehatan lingkungan, penyediaan air bersih,
pengelolaan sampah, dan sarana pembuangan air limbah.
Sarana maupun prasarana pojok oralit di Puskesmas Singgani belum cukup
memadai, dikarenakan ruang pojok oralit yang masih tergabung dengan ruang

19
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan tumbuh kembang. Serta masih
diperlukan beberapa tambahan seperti lembar balik dan leaflet terkait
penatalaksanaan rehidrasi oral dengan menggunakan oralit, sebagai panduan saat
merawat anak dengan diare di rumah. Diperlukan pula untuk mengefektifkan
kembali sistem rujukan internal ke pojok oralit pada pasien-pasien diare yang
membutuhkan rehidrasi oral sehingga program pojok oralit dapat dimaksimalkan
dengan lebih baik. Pada tahun 2017 dari bulan januari sampai dengan bulan maret
sebanyak 129 pasien yang didiagnosis menderita diare dan berkunjung ke pojok
oralit.

2. Promosi dan Pencegahan


Di puskesmas singgani sendiri, dilakukan berbagai promosi kesehatan dan
edukasi pencegahan penyakit diare. Pihak bidang promosi kesehatan (promkes) dan
kesehatan lingkungan (kesling) bekerja sama dalam melakukan pengendalian
penyakit diare ini. Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan kesehatan
mengenai tatalaksana diare dan pencegahan diare. Penyuluhan dilakukan minimal 1
kali setahun, disesuaikan dengan waktu endemic terjadinya diare seperti pada saat
musim penghujan atau musim buah-buahan. Materi penyuluhan terutama mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mengenai pentingnya pemberian ASI,
makanan pendamping ASI, cara mencuci tangan yang benar, menggunakan jamban,
menggunakan air bersih, membuang tinja bayi dengan benar dan edukasi mengenai
pentingnya pemberian imunisasi campak.
Sedangkan pada bagian kesling, lebih ke program penyehatan lingkungan,
penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, dan sarana pembuangan air limbah.
Cakupan Rumah Tangga berPerilaku Hidup Bersih dan Sehat
Jumlah rumah tangga yang telah melakukan sepuluh indikator PHBS RT
yaitu: 1) Persalinan ditolong oleh Nakes (pelayanan kesehatan); 2) ASI eksklusif;
3) Balita ditimbang BB (berat badan); 4) Menggunakan jamban; 5) Menggunakan
air bersih; 6) Rumah bebas jentik; 7) Cuci tangan dengan air bersih dan sabun; 8)

20
Tidak merokok di dalam rumah/tidak merokok; 9) Aktifitas fisik; 10) Konsumsi
sayur dan buah, dibandingkan jumlah rumah tangga yang disurvey, dikali 100%.
Cara perhitungan:
Rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑇 𝑏𝑒𝑟−𝑃𝐻𝐵𝑆
𝐶𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑅𝑇 𝑏𝑒𝑟 𝑃𝐻𝐵𝑆 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑇 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑟𝑣𝑒𝑦

Keterangan:
Pembilang : Jumlah RT ber-PHBS adalah jumlah RT yang
melaksanakan 10 indikator PHBS berdasarkan hasil
pendekatan PHBS dalam kurun waktu tertentu.
Penyebut : jumlah RT yang disurvey adalah jumlah RT yang
disurvey dalam kurun waktu tertentu.
Target 75%, pencapaian 35%
Kendala:
 Sumber daya manusia dalam hal ini kader untuk melakukan survey 4 kali
dalam setahun (pertriwulan) di lima kelurahan wilayah kerja Puskesmas
Singgani yang masih kurang (dalam satu kali survey, satu desa: sepuluh
anggota keluarga yang disurvey).
 Di wilayah kerja Puskesmas Singgani masih ada masyarakat yang tetap
merokok di dalam rumah.
 Kebiasaan CTPS (Cuci tangan pakai sabun) masih kurang (di bawah 65%)
 Kebiasaan makan buah dan sayur sebelum makan di bawah 40%.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan program
pengendalian penyakit diare di Puskesmas Singgani adalah faktor perilaku
pasien yang belum menerapkan pola PHBS sebagai pencegahan diare. Serta
kurangnya sosiaisasi tentang PHBS dan Diare dari pelayanan kesahatan.

4.1.Saran
1. Lebih lengkap dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi mengenai
tatalaksana dan pencegahan penyakit diare di puskesmas.
2. Kegiatan yang bersifat promotif dan preventif lebih harus sering dilakukan,
terutama yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan
3. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program penanggulangan
penyakit diare harus ditambah agar dapat disebar ke seluruh wilayah kerja
Puskesmas Singani.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. (2013). Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Jakarta:


Ditjen PP dan PL.
2. Kemenkes RI. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Subdit PD dan ISP.
3. Aman UC, Manoppo C, Wilar R. Gambaran gejala dan tanda klinis akut pada anak
karena Blastocystis Hominis. Jurnal e-Clinic (eCl). 2015 jan: 3(1).
4. Ani SL, Setiawan I. Kejadian diare pada balita diwilayah kerja puskesmas tembuku
kabupaten Bangli tahun 2016. E-JURNAL MEDIKA. 2017 mei: 6(5):12-20.
5. Tim Penyusun. 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Singgani Tahun 2016. Dinas
Kesehtan Kota Palu.
6. Kemenkes RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Subdit
PD dan ISP.

23

Anda mungkin juga menyukai