Anda di halaman 1dari 25

BRONKOPNEUMONIA

Vannia Amelinda Mentiri


N 111 19 061

Pembimbing
dr. Katrin Akune, Sp.A
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang
alveolar. Pneumonia pada anak berdasarkan letak lesinya dibedakan menjadi
pneumonia lobaris, pneumonia interstisial, dan bronkopneumonia. Bronkopneumonia
merupakan infeksi pada bronkiolus terminal dan intraalveolar yang ditandai dengan
adanya eksudat purulen sebagai bentuk respon inflamasi yang membentuk bercak
infiltrate.
WHO menyatakan terdapat 15 negara dengan angka kematian tertinggi akibat
pneumonia dikalangan anak-anak. Indonesia termasuk dalam urutan ke 8 yaitu
sebanyak 22.000 kematian. Dari hasil RISKESDAS (2013) menunjukkan bahwa insiden
dan prevalensi kejadian pneumonia di Indonesia adalah 1,8% dan 4,5% dari 82.666
balita. Sulawesi Tengah termasuk insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi (2,3%
dan 5,7%). Sementara itu, kasus pneumonia di Kota Palu pada tahun 2016 sebesar
2.508 kasus.
BAB 2 : LAPORAN KASUS
Laporan Kasus
• Nama : By. Ny N
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tgl Lahir/Usia : 31 Juli 2020 / 4bulan
• Tgl Masuk/Jam : 26 November 2020
• Tgl Pemeriksaan : 08 Desember 2020
Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak Perempuan usia 4 bulan MRS dengan keluhan sesak nafas,
demam tinggi yang dialami 5 hari SMRS demam dirasakan terus menerus.
Keluhan juga disertai dengan batuk (+), pilek (-). Sakit kepala (-), mual (-),
muntah (-), BAB lancar BAK lancar tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat kejang pada umur 4 hari bayi baru lahir dan
dirawat dirumah sakit selama 10 hari, pasien perna mengalami kejang 10
hari lalu, pasien juga memilii riwayat sepsis 10 hari lalu
Riwayat Penyakit Keluarga :
Anamnesis
Tidak ada dikeluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Pasien anak ke-3 dan ibu dengan riwayat G2P1A0, lahir secara proses
normal, pasien lahir dengan keadaan asifiksia berat, berat badan lahir
2700 gram.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Menengah
Riwayat Imunisasi : HB-0 dan BCG
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit Berat Keadaan Umum : Sakit Berat
Kesadaran : Compos mentis Kesadaran : Compos mentis
Antropometri Antropometri
BB : 3,8 kg BB : 3,8 kg
PB : 53 cm PB : 53 cm
LK : 33 cm LK : 33 cm
LLA : 9 cm LLA : 9 cm
LD : 36 cm LD : 36 cm
LP : 35 cm LP : 35 cm
Pemeriksaan Fisik
3.Dada
1.Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), turgor kulit cepat kembali
(<2detik). Paru-paru
Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral,retraksi dinding dada (+/+), iga
2.Kepala
gambang (-)
a. Wajah: Simetris bilateral, rambut tampak tipis, wajah Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinistra, penonjolan/massa (-)
tampak tua
Perkusi : Sonor kedua paru (+/+)
b. Deformitas : Tidak ada
Auskultasi: Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronchi (+/+)
c. Bentuk : Normocephali

d. Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-), cekung (-/-) Abdomen


e. Hidung : Rhinorea (-/-), Epitaksis (-/-) Inspeksi : Tampak cekung (-)
f. Telinga : Othorea (-/-) Auskultasi: Peristaltik usus (+) kesan normal

g. Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-)


Perkusi : Timpani (+), shufting dullnes (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-) , hepatomegali (-), splenomegali (-)
h. Tonsil : T1/T1, Hiperemis (-)

Genitalia : Dalam batas normal


Pemeriksaan Fisik

Ekstremitas
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Bawah : Akral hangat (+/+),edema (-/-)

Punggung : Deformitas (-)

Refleks :
Fisiologis : Patologis :
++ ++
++ ++
Pemeriksaan Penunjang
(Laboratorium)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


WBC 7.71 x 10^3/uL P (3.6– 11)
RBC 4.15 X 10^6/Ul P( 3,8– 5.2)
HGB 11,3 g/dL L (11,7 – 15.3)
HCT 32.1% P (35-47)
PLT 585 x 10^3/uL 150 – 440
MCV 59,3 fl 80 – 100,0
MCH 18,0 pg 26,0 – 36,0
MCHC 30,4 32,0 – 36,0
Resume
Pasien anak Perempuan usia 4 bulan MRS dengan keluhan sesak nafas demam
sejak 2 hari yang lalu demam dirasakan terus menerus. Keluhan juga disertai dengan
batuk (+), pilek (-). Sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), BAB lancar BAK lancar tidak
ada keluhan
Pemeriksaan fisik : TTV = DJ 99 x/menit, RR 32 x/menit, SB 37,9°C. Pada
pemeriksaan dada didapatkan Retraksi (+) supracostal dan subcostal, Iga gambang
(+), Rhonki (+)
DIAGNOSIS :
Bronkopneumonia
Follow Up
Tanggal S O A P
9/12/2020 PH: 1 Demam mulai N : 139x/m Bronkopneumo • IVFD D5% 8 tpm
turun, Sesak mulai S 36.5 C nia • cefotaxime 2x175mg
berkurang, retraksi R : 46x/m • Inj Gentamicin
dinding dada. BB : 3,8 kg 2x10mg/Iv
PB : 48 cm • Nebulizer ventolin ½
Ventolin
• dexamethasone
1mg/12jam
• Susu formula 10-15cc
per3jam
• F75 diberikan tiap
3jam dengan dosis
60ml/kg/hari per3jam
Tanggal S O A P
9/12/2020 PH: 2 Sesak nafas N : 135x/m Bronkopneumo • IVFD D5% 8 tpm
mulai berkurang, S 36.5 C nia • cefotaxime 2x175mg
retraksi dinding dada. R : 48x/m • Inj Gentamicin
2x10mg/Iv
• Nebulizer ventolin ½
Ventolin
• dexamethasone
1mg/12jam
• Susu formula 10-15cc
per3jam
• F75 diberikan tiap
3jam dengan dosis
60ml/kg/hari per3jam
Terapi
• IVFD D5% 8 tpm
• cefotaxime 2x175mg
• Inj Gentamicin 2x10mg/Iv
• phenobarbital 8mg/12jam
• Nebulizer ventolin ½ ventolin
• dexamethasone 1mg/12jam
• Susu formula 10-15cc per3jam
• F75 diberikan tiap 3jam dengan dosis 60ml/kg/hari per3jam
Anjuran
• Foto Thoraks
• Echo Jantung
BAB 3 : PEMBAHASAN
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Pneumonia dapat
diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu : pneumonia lobaris, pneumonia interstisial,
dan pneumonia lobularis (bronkopneumonia). Bronkopneumonia merupakan
peradangan parenkim paru dengan penyebaran daerah infeksi berupa infiltrat yang
mengelilingi dan melibatkan bronkus
Gejala-gejala klinis bronkopneumonia : (1) adanya retraksi epigastrik, interkostal,
suprasternal, subcostal (2) adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping
hidung, (3) biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa
hari, (4) demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare (5) batuk biasanya tidak
pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk, beberapa hari yang mula-mula
kering kemudian menjadi produktif, (6) pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus
nyaring, (7) pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukositosis dengan
predominan PMN, dan (8) pada pemeriksaan rontgen thoraks ditemukan adanya
infiltrat interstitial dan alveolar serta gambaran bronkopneumonia.
Kondisi lingkungan fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan dan perilaku
penggunaan bahan bakar dapat meningkatkan
risiko terjadinya berbagai penyakit seperti
pneumonia.
PATOFISIOLOGI

Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya bakteri atau virus melalui


inhalasi, aspirasi, hematogen dari fokus infeksi atau penyebaran langsung
sehingga terjadi infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan
dan menimbulkan kebocoran sehingga cairan dan bahkan sel darah merah
masuk ke alveoli. Dengan demikian alveoli yang terinfeksi secara progresif
menjadi terisi dengan cairan sel-sel dan infeksi menyebar dari alveolus ke
alveolus lainnya
KLASIFIKASI MENURUT WHO

• Bronkopneumonia sangat berat


• Bronkopneumonia berat,
• Bronkopneumonia
• Bukan bronkopneumonia
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis bronkopneumonia, antara lain :
• Foto thorax PA/lateral
• Laboratorium
• Mikrobiologi
• Analisa gas darah

Pada pasien ini, pemeriksaan darah lengkap meliputi jumlah leukosit, eritrosit,
hemoglobin, hematokrit, dan trombosit telah dilakukan dengan hasil didapatkan
leukositosis.
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan
antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Tetapi, sebelum
antibiotika definitif diberikan, antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan
untuk menjaga kondisi pasien.

Tindakan suportif meliputi pemberian oksigen dan resusitasi cairan intravena


untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bila demam atau nyeri pleuritik dapat
diberikan antipiretik analgesik serta dapat diberika mukolitik atau ekspektoran
untuk mengurangi dahak.

Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada


klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme
Bronkopneumonia memiliki prognosis yang baik bila didiagnosis
dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi
energi- protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai