Bab 2
Bab 2
Bab 1
Pendahuluan
Bumi merupakan tempat kita untuk berpijak, untuk makan dan mencari
makan dan untuk bereproduksi, sehingga dapat dikatakan bumi merupakan
tempat tinggal manusia. Namun, bumi bukanlah tempat tinggal manusia saja,
bumi adalah sebagai tempat tinggal berbagai macam makhluk hidup antara lain
manusia, hewan, dan tumbuhan. Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet
dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara
Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU. Bumi mempunyai
lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang
melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari
luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700
kilometer. Entah sejak kapan 'bola dunia' ini tercipta di alam semesta. Saat ini
kita berada di tahun 2000-an. Namun, sejatinya bumi kita tentu telah tercipta jauh
sebelum itu, jutaan atau bahkan milyaran tahun yang lalu. Bumi mempunyai
sebutan lain yaitu benua biru karena jika dilihat dari luar angkasa, planet bumi
mempunyai warna dominan biru. Warna biru tersebut adalah representasi dari
dari laut yang memenuhi dua per tiga dari permukaan bumi. Bumi mempunyai
bentuk bulat tak sempurna dan juga pepat (padat).
Manusia tinggal dan hidup dipermukaan bumi, hal itu merupakan karena
permukaan bumi banyak memberikan manfat dan sumber kehidupan bagi
manusia, seperti air dan tanah tanah dimana tanah merupakan tempat berpijak,
untuk membangun tempat tinggal, dan untuk menanam tanaman sebagai sumber
makanan kita. Tanah dan bumi itu berbeda, tanah merupakan bagian dari bumi,
tanah terbentuk dari hasil pelapukan bahan induk tanah (batuan), organisme, dan
topografi yang dipengaruhi oleh iklim dalam waktu yang sangat panjang.
Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
3
1.2 Tujuan
Universitas Sriwijaya
4
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Agrogeologi
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
mineral kuarsa dan ortoklas. Didominasi kedua mineral ini disebabkan karena
kedua mineral ini relatif lebih resisten terhadap pelapukan. Berbeda dengan
tanah-tanah yang belum mengalami pelapukan, maka dalam tanah tersebut masih
ditemukan mineral tanah yang beragam dengan komposisi mineral tanah pada
setiap lapisan yang hampir seragam.
Batuan merupakan salah satu bahan penyusun dan penopang bumi ini,
baik itu di dalam bumi atapun di permukaan bumi. Dalam kehidupan manusia,
kata batuan merupakan hal yang sudah tidak asing lagi, contohnya saja dalam
pembuatan rumah, kolam renang, dan bangunan-bangunan lainnya. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian batuan adalah mineral
atau paduan mineral yang membentuk bagian utama kerak bumi yang berbentuk
zat padat yang diakibatkan karena adanya pembekuan (KBBI,2019). Batuan
juga dapat diartikan sebagai kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang
terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak
memiliki susunan kimiawi yang tetap, biasanya tidak homogen. Lebih dari 700
tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi (Sariisik et.al.,2011). Batuan mempunyai
komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam. Jarang
sekali batuan yang terdiri dari satu mineral, namun umumnya merupakan
gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah suatu substansi anorganik
yang mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu. Jumlah mineral
banyak sekali macamnya ditambah dengan jenis-jenis kombinasinya.
Penyebaran batuan di Bumi adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar, dan
beberapa tempat yang relative kecil didalam mantel atas dan kerak, yang cair.
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari
lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah
bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka
Universitas Sriwijaya
7
banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu
diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis
batuan yang berbeda satu sama lain. Batuan dari segi asal dan keterdapatan di
lapangan dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar yaitu batuan beku
(igneous rocks), batuan sediment atau endapan (sedimentary rocks), dan batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Perkembangan batuan mengikuti
suatu siklus/daur batuan. Siklus batuan adalah satu set proses dimana material
bumi berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dan terjadi akibat interaksi
antara lempengan tektonik dan siklus hidrologi (Das, 2010). Batuan-batuan
tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses
terbentuknya.
Dalam siklus batuan yaitu terdapat satu set proses dimana material bumi
berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dan terjadi akibat interaksi antara
lempengan tektonik dan siklus hidrologi. Siklus ini berlangsung hingga ribuan
tahun sehingga tidak jelas kapan awalnya maupun akhirnya.Secara singkat dapat
dijelaskan bahwa proses siklus batuan diawali dengan terbentuknya siklus batuan
yaitu berasal dari magma,magma adalah batuan cair pijar. Magma yang keluar
kemudian yang mendinginkan kerena terkena hujan dari sinar matahari yamg
kemudian berubah menjadi batuan beku. Kemudian batuan beku yang rusak
hancur, karena tenaga eksogen yaitu: (air, hujan, panas, dingin, es, angin) yang
diangkat serta di edapankan menjadi betuan sediment klatis,adapun batuan
sedimenen yang berasal dari larutan air yang mengedap menjadi batuan
sedimen,seperti :(Khasmis) batu, (organis) batu bara, terumbu karang. Setelah
itu,karena adanya suhu yang tinggi, tekanan besar dan waktu yang lama,maka
batuan yang beku serta batuan sedimen tersebut berubah menjadi batuan
Metamorf,batuan ini termasuk batuan mengalami perubahan yang dasyat karena
suhu tinggi yang berasal dari Magma karena,batuan ini berada dekat dapur
magma.
Universitas Sriwijaya
8
Batuan beku atau igneous terdiri dari batuan beku vulkanik dan beku
plutonik. Batuan beku vulkanik atau batuan ekstrusi merupakan batuan yang
terbentuk pada permukaan bumi (Lopresto et.al.,2011). Batuan beku vulkanik,
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya
akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Batuan
vulkanik dapat dikenal melalui tekstur, struktur dan komposisi mineral.
Tekstur batuan vulkanik memberikan informasi mengenai proses pembekuan
magma dan struktur batuan vulkanik mencirikan batuan tersebut intrusi atau
ekstrusi, sedangkan komposisi mineral pada batuan vulkanik berkaitan dengan
warna batuan dan asal magma batuan (Mulyaningsih, 2013). Beberapa batuan
yang tergolong dalam batuan beku vulkanik antara lain batuan basalt, dasit dan
andesit (Sariisik et al., 2011). Batuan beku atau sering disebut igneous rocks
adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk
akibat pembekuan dari magma yang saat keluar masih dalam keadaan sedikit
cair dan membuku atau terbentuk lagi karena pendinginan. Berdasarkan
teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik
dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Batuan plutonik akan keluar dari dalam bumi yaitu
apabila saat di dalam bumi atau gunung, batuan tersebut sudah matang dan
tampa sedikit cair. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan
granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya
akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Contohnya adalah basalt, trakkit, andesit yangs erring dijadikan bahan baku
dalam pembuatan rumah, kolam, dan bangunan-bangunan lainnya. Batuan
vulkanik atau Batuan Beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari
Universitas Sriwijaya
9
kegiatan gunung api. Kegiatan gunung api diartikan sebagai proses keluarnya
magma dari dalam bumi ke permukaan. Batuan beku vulkanik dapat dikenal
melalui tekstur, struktur dan komposisi mineral. Tekstur batuan beku vulkanik
memberikan informasi mengenai proses pembekuan magma dan struktur
batuan beku vulkanik mencirikan batuan tersebut intrusi atau ekstrusi,
sedangkan komposisi mineral pada batuan beku vulkanik berkaitan dengan
warna batuan dan asal magma batuan (Mulyaningsih, 2013).
Salah satu contoh dari batuan beku yaitu batuan andesit. Batuan
Andesit memiliki kandungan silikat (SiO2) yang cukup tinggi (Basyuni, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh suparmo (Suparno, 2009)
menunjukan bahwa batu andesit memiliki karakteristik dengan kandungan
senyawa silika (SiO2) 52 hingga 66%. Sedangkan menurut (Sariisik et al,
2011) batu andesit mengandung komposisi kimia Silika (SiO2) sebesar
62,30%. Batuan andesit merupakan batuan intermediate yang terjadi hasil
pendinginan magma pada permukaan bumi ataupun aktivitas gunung api.
Akibat perbedaan suhu pada saat pendinginan batuan andesit secara umum
terdiri dari batuan padat, pori dan antara (Khosama, 2012). Batuan andesit atau
batuan ekstrusi merupakan batuan yang terbentuk pada permukaan (Lopresto et
al., 2011). Andesit merupakan batuan yang menunjukkan tekstur kasar yang
memiliki kandungan mineral terdiri dari olivin, piroksen, hornblend dan
plagioklas. Kandungan utama andesit ialah kandungan silikat yang tinggi atau
SiO2, alkali feldspar hadir dalam jumlah yang kecil, sedangkan kuarsa hadir
sebagai pembentuk mineral gelas. Batuan andesit yang merupakan jenis aliran
lava berbutir kasar dan merupakan batuan yang tertua di kawasan pegunungan.
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam prosesnya berupaya untuk meratakan
permukaan bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-
fragmen atau bahan yang larut, kemudian akan diendapkan ditempat-tempat
tertentu sebagai sedimen (Noor, 2009).
Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat
lepas, menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh
senyawa mineral dalam larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen.
Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu
sebagai akibat dari penimbunan dan atau terlibat dalam proses pembentukan
pegunungan, maka batuan sedimen tersebut akan mengalami ubahan untuk
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan
atau batuan metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini masih mengalami
peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali leleh dan berubah
menjadi magma.
Panah-panah dalam Gambar 2, menunjukan bahwa jalannya siklus dapat
terganggu dengan adanya jalan-jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti dari
batuan beku menjadi batuan metamorfis, atau batuan metamorfis menjadi
sedimen tanpa melalui pembentukan magma dan batuan beku. Batuan sedimen
dilain pihak dapat kembali menjadi sedimen akibat tersingkap ke permukaan
dan mengalami proses pelapukan (Noor, 2009).
Universitas Sriwijaya
12
terendapkan. Batuan sedimen bisa berasal dari batuan beku vulkanik dan
batuan beku plutonik yang ter alluvial. ini digolongkan menjadi beberapa
bagian diantaranya batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimia, dan batuan
sedimen organik. Batuan sedimen klastik terbentuk melalui proses
pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi.
Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi
terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada
juga yang ringan. Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat
luas dengan ketebalan dari beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.
Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat besar dan beberapa
proses yang penting yang termasuk ke dalam batuan sedimen. Contoh batuan
sedimen antara lain konglomerat, pasir, serpih, gamping, breksi, stalagtit,
stalagmit, lempung. Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan disebut
litifikasi. Salah satu proses litifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada
waktu material sedimen diendapkan terus–menerus pada suatu cekungan. Berat
endapan yang berada di atas akan membebani endapan yang ada di bawahnya.
Akibatnya, butiran sedimen akan semakin rapat dan rongga antara butiran akan
semakin kecil.
Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah
sementasi. Material yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang
meresap melalui rongga antar butiran, kemudia larutan tersebut akan
mengalami presipitasi di dalam rongga antar butir dan mengikat butiran –
butiran sedimen. Material yang umum menjadi semen adalah kalsit, silika dan
oksida besi (khairil, et.all, 2015).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari
yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya
gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi,
namun masih ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang
mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di
sekitarnya. Material sedimen dapat berupa fragmen dan mineral-mineral dari
Universitas Sriwijaya
13
batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai, pasir di pantai dan lumpur
di laut atau di danau, material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa
cangkang organism air dan vegetasi di rawa-raw dan hasil penguapan dan
proses kimia seperti garam di danau payau dankalsim karbonat di aut dangkal.
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan
sedimen dapat digolongkan atas 3 bagian yaitu edimen Aquatis, yaitu sedimen
yang diendapkan oleh tenaga air. Contohnya gosong pasir, flood plain, delta,
dan lain-lain. Lalu sedimen aeolis atau aeris, yaitu sedimen yang diendapkan
oleh tenaga angin. Contohnya tanah loss, sand dunes. Serta sedimen glassial,
yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser. Contohnya morena dan drimlin.
Berdasarkan terbentuknya atau lingkungan pengendapan , batuan
sedimen dibagi menjadi tiga, yaitu sedimen laut (marine), diendapkan di laut
contohnya batu gamping,dolomit, napal. Sedimen darat (teristris/kontinen),
prosesnya terjadi di darat, misalnyaendapan sungai (aluvium), endapan danau,
talus, koluvium, endapan gurun(aeolis), dan sedimen transisi, lokasi
pembentukanya terletak antara darat dan laut,misalnya endapan delta dan
endapan rawa-rawa (limnis). Berdasarkan kedalamnya, laut dibagi menjadi
beberapa zona yaitu zona litoral yang terletak pada daerah pasang surut. zona
epineritik, yaitu, dari batas daerah surut sampai kedalaman 50m, zona neritik
(50-200m), zona bathial (200-2000m), dan zona abysal (>2000m).
Universitas Sriwijaya
14
terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan
kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa. Proses metamorfisme ini meliputi, Rekristalisasi, Reorientasi,
pembentukan mineral baru (dari unsur yang telah ada sebelumnya). Panas yang
intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang sedang mengintrusi
menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi
daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan
yang terkubur sangat dalam.
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua
yaitu metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism) dan
metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism). Pada batuan
metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan
penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada
batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan
tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan dan
sebagian lagi bertekstur beku atau igneous) .
Berdasarkan pengaruh pembentukannya batuan metamorf dibagi menjadi
tiga, yaitu yang pertama metamorfisme kontak/thermal, batuan metamorf yang
terbentuk karena pengaruh suhu yang tinggi, misalnya metamorfisme kontak
terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi)
dengan lebar antara 2 – 3 km. contoh batuannya hornfels. Yang kedua
metomorfisme dinamik, terjadi akibat adanya tekanan yang tinggi, misalnya
metamorfisme diinamik terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada
lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami penggerusan serta yang ketiga
metamorfisme regional, dimana batuan metamorf ini mendapat pengaruh dari
suhu dan tekanan yang tinggi, biasanya metamorf jenis ini terdapat pada daerah
dengan zona subduksi.
Facies batuan metamorf, Facies merupakan suatu pengelompokkan
mineral-mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan temperatur dalam
pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf
Universitas Sriwijaya
15
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari mineral yang ada sebelumnya
sebagai akibat perubahan tekanan dan atau temperatur menghasilkan
pembentukan kristal lain yang baik, sedang atau perkembangan sisi muka yang
jelek, kristal ini dinamakan idioblastik, hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara
umum batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral tertentu, namun secara
khusus mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu
mineral stress dan mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil
dalam kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh
tegak lurus terhadap arah gaya/stress meliputi: mika, tremolit-aktinolit,
hornblende, serpentin, silimanit, kianit, seolit, glaukopan, klorit, epidot,
staurolit dan antolit. Sedang mineral anti stress adalah mineral yang terbentuk
dalam kondisi tekanan, biasanya berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa,
felspar, garnet, kalsit dan kordierit.
Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-
kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan
akibat dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin
mengalami aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi.
Beberapa tekstur dan struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan
dari batuan pre-metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini
terhapus selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak sama,
khususnya jika disertai oleh pembentukan mineral baru, sering menyebabkan
kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut foliasi.
Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-lapisan yang
menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur, misal:
lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa)
berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral- mineral tabular atau
prismatik (seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai
gneis. Seandainya foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar
dari mineral-mineral pipih berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit)
disebut skistosity. Pecahan batuan ini biasanya sejajar dengan skistosity
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
1. Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.
2. Hidrolisa, yaitu peroses penguraian air atas unsur- unsurnya menjadi ion- ion
yang bersifat positif dan negatif.
3. Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi.
4. Karbonasi, yaitu pelapukan batuan yang disebabkan karena karbondioksida.
Universitas Sriwijaya
21
1. Penetrasi akar tumbuhan ke dalam sela- sela batuan akan menekan batuan
tersebut, sehingga akan mengalami perpecahan.
2. Adanya lumut di atas batuan. Tumbuhnya lumut di permukaan batuan
memungkinkan batuan mengalami degradasi. Kelembapan di permukaan
batuan akibat adanya proses penyerapan akar disertai dengan tingginya pH di
sekitar permukaan batuan akan membuat permukaan batuan tersebut
mengalami korosi.
2.4 Dolomit
Universitas Sriwijaya
22
atau peresapan unsur magnesium dari air laut kedalam batu gamping, atau yang
lebih dikenal dengan proses dolomitisasi yaitu proses perubahan mineral kalsit
menjadi dolomite. Selain itu dolomite sekunder dapat juga terbentuk karena
diendapkan secara tersendiri sebagai endapan evaporit. (Mulyati, et.all, 2016)
Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam yang mengandung unsur
hara magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia
CaMg(CO3)2. Dolomit merupakan gabungan mineral dan batuan. Dolomit
adalahcalcium-magnesiacarbonateyang mempunyai calcite dan limestone (batu
kapur). Dolomit dapat bewarna putih, bewarna terang seperti pink, kuning,
maupun tidak bewarna. Dolomit memiliki hardness 3,5-4 dan hanya akan
bereaksi dengan asam jika dipanaskan atau dalam bentuk serbuk. Dolomit
merupakan dua garam karbonat yaitu CaCO3dan MgCO3. Gabungan kedua
garam tersebut adalah CaO. MgO dengan titik lebur 2300 derajat sehingga
mempunyai sifat refraktori yang sangat baik. (Ishaq Maulana,2012)
2.5 Zeolit
Universitas Sriwijaya
23
pengaruh suhu dari panas menjadi dingin dan sebaliknya sehingga akhirnya
terbentuk mineral-mineral zeolite (Krisna Adi Nugroho, 2010).
2.6 Rockphospat
Unsur fosfat merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat esensial
bagi tanaman disamping unsur nitrogen dan kalium. Peranan fosfat yang
terpentingbagi tanaman adalah memacu pertumbuhan akar dan pembentukan
sistem perakaran serta memacu pertum-buhan generatif tanaman. Fosfat banyak
tersedia di alam sebagai batuan fosfat dengan kandungan tri kalsium fosfat yang
tidak larut dalam air. Agar dapat dimanfaatkan tanaman, batuan fosfat alam harus
diubah menjadi senyawa fosfat yang larut dalam air (Faleh,2009)
Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah Alfisol tidak menunjukkan
pengaruh nyata. Menurut Maryanto dan Abubakar (2010), batuan fosfat alam
mempunyai kemampuan dalam menaikkan pH tanah karena penurunan
konsentrasi ion H+ di dalam tanah. Penurunan konsentrasi ion H+disebabkan
oleh adanya reeaksi antara batuan fosfat alam dengan ion H+ dalam tanah,
semakin tinggi dosis fosfat alam, maka semakin tinggi ion H+ yang diperlukan,
sehinnga pH tanah akan meningkat.
Universitas Sriwijaya
24
Bab 3
Pelaksanaan Praktikum
Universitas Sriwijaya
25
5. Setelah di timbang, letakkan kedua lapisan tanah tersebut di atas alas karung
yang berbeda, lalu aduk tanah tersebut sambil menyemprotkan air ke tanah
tersebut agar tanah menjadi lembab.
6. Setelah tanah lembab, masukkan kapur rockphospat dengan dosis 7.5 g
kedalam masing-masing tanah tersebut, lalu aduk kembali hingga rata.
7. Setelah rata, tambahkan pupuk sesuai takaran kedalam tanah tersebut dan
aduk kembali.
8. kemudian masukan tanah tersebut kedalam baki yang berbeda.
9. Kemudian buat jarak tanam dengan jarak antara baki ke tanaman 4 cm
sedangkan jarak tanaman ke tanaman 3 cm maka akan didapat jumlah
popolasi dalam baki tersebut 12 populasi.
10. Setelah dibuat jarak tanam, lubangi tanah kira-kira 2 cm lalu masukkan benih
kedalam tanah sebanyak 2-3 benih jagung dan kacang hijau lalu tutup lubang
dengan sedikit tanah.
11. Siram benih tersebut 2 kali sehari, saat pagi dan sore.
12. Tunggu sampai benih itu tumbuh, lalu amati tinggi tanaman dan jumlah daun
setiap minggu, serta bersihkan lahan tanaman dari gangguan yang ada.
3.4 Perlakuan
Universitas Sriwijaya
26
Adapun jarak tanam dalam baki yaitu jarak lebar antara baki ke tanaman
9 cm dan jarak panjang antara tanaman ke tanaman 9 cm.
3.4.3 Populasi
Adapun jumlah populasi dalam baki yaitu untuk baki 1, lapisan 1 adalah
20 populasi dengan 8 tanaman jagung dan 12 tanaman kacang hijau, serta baki 2
lapisan 2 adalah 20 populasi dengan 8 tanaman jagung dan 12 tanaman kacang
hijau. Dari awal penanaman hingga proses pencabutan dan penghitungan
biomassa tanaman, jumlah populasi tanaman tiap baki tidak berkurang dan tidak
bertambah.
Universitas Sriwijaya
27
Bab 4
Hasil dan Pembahasan
1 8 8 7 6 9 10 12 10,5
3 36,5 45 40 42 33 37 36 37,5
4 46 52 58 56,5 30,5 51 50 51
5 55 62 67 61 13 61 53 58
1 13 11 12 13 11 10,5 11 10
4 27 25,5 29 22 23 20,5 23
5 29 28 25 30 21 23,5 21 21,5
Universitas Sriwijaya
28
1 2 2 2 2 2 2 2 2
2 4 4 4 4 3 4 4 4
3 5 6 6 5 3 5 5 4
4 5 6 7 4 4 5 6 4
5 5 5 6 4 0 4 4 4
1 2 2 2 2 2 2 2 2
2 5 5 5 5 2 5 2 2
3 5 5 5 5 2 2 2 2
4 5 8 8 8 5 8 5 5
5 8 8 8 8 4 8 5 5
Universitas Sriwijaya
29
Universitas Sriwijaya