Anda di halaman 1dari 29

1

Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Bumi merupakan tempat kita untuk berpijak, untuk makan dan mencari
makan dan untuk bereproduksi, sehingga dapat dikatakan bumi merupakan
tempat tinggal manusia. Namun, bumi bukanlah tempat tinggal manusia saja,
bumi adalah sebagai tempat tinggal berbagai macam makhluk hidup antara lain
manusia, hewan, dan tumbuhan. Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet
dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara
Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU. Bumi mempunyai
lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang
melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari
luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700
kilometer. Entah sejak kapan 'bola dunia' ini tercipta di alam semesta. Saat ini
kita berada di tahun 2000-an. Namun, sejatinya bumi kita tentu telah tercipta jauh
sebelum itu, jutaan atau bahkan milyaran tahun yang lalu. Bumi mempunyai
sebutan lain yaitu benua biru karena jika dilihat dari luar angkasa, planet bumi
mempunyai warna dominan biru. Warna biru tersebut adalah representasi dari
dari laut yang memenuhi dua per tiga dari permukaan bumi. Bumi mempunyai
bentuk bulat tak sempurna dan juga pepat (padat).
Manusia tinggal dan hidup dipermukaan bumi, hal itu merupakan karena
permukaan bumi banyak memberikan manfat dan sumber kehidupan bagi
manusia, seperti air dan tanah tanah dimana tanah merupakan tempat berpijak,
untuk membangun tempat tinggal, dan untuk menanam tanaman sebagai sumber
makanan kita. Tanah dan bumi itu berbeda, tanah merupakan bagian dari bumi,
tanah terbentuk dari hasil pelapukan bahan induk tanah (batuan), organisme, dan
topografi yang dipengaruhi oleh iklim dalam waktu yang sangat panjang.

Universitas Sriwijaya
2

Batuan sangat penting bagi pembentukan tanah, dalam pengetahuan, ada


salah satu ilmu yang berkaitan aaaadengan batuan , yaitu petologi, patelogi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi,
yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi batuan tersebut
serta hubungannya dengan proses-proses geologi dan sejarah geologinya. Ilmu
Geologi (ge= bumi danlogos= ilmu) adalah pengetahuan tentang susunan zat
serta bentuk dari bumi, seperti juga ilmu Biologi, Meteorologi, dan Astronomi
merupakan bagian dari pengetahuan alam. Ialah pengetahuan yang mempelajari
segala sesuatu tentang benda-benda yang terdapat di alam. Geologi mempejari
tentang asal– usul kejadian planet bumi. Dalam ilmu Geologi pun mempelajari
sejarah perkembangan dari bumi serta mahluk-mahluk yang pernah hidup
didalam dan diatas bumi. Mineral biasanya didefinisikan sebagai bagian kulit
bumi yang terdiri dari senyawa unsur – unsur kimia, baik yang berbentuk padat
maupun cair bersifat homogen, yang tidak terjadi dengan perantaraan manusia
dan tidak berasal dari tumbuh – tumbuhan atau hewan dan dibentuk oleh alam.
Meskipun demikian, ada beberapa zat atau bahan yang berguna, yang terjadi
karena perubahan atau penguraian sisa tumbuhan dan hewan secara alami.
Dalam memenuhi keberlangsungan hidup manusia, manusia membutuhkan
makanan untuk bertahan hidup. Bersama dengan udara dan air, itu adalah salah
satu kunci dasar dalam kehidupan. makanan adalah bahan bakar dan kalori
(energi) yang membuat kita tetap hidup. Untungnya, tubuh kita dirancang untuk
mencari makanan untuk bertahan hidup. Otak dan tubuh akan memberikan tanda
merasa lapar ketika kita kehabisan energi, dan hal itu pastinya membuat kita sulit
berkonsentrasi atau melakukan aktivitas. Makanan yang kita makan memberi kita
berbagai nutrisi: vitamin, mineral, air, lemak, serat, karbohidrat, dan protein.
Nutrisi ini dimanfaatkan dengan cara yang berbeda-beda oleh tubuh. Ada yang
berfungsi sebagai bahan bangunan untuk membangun jaringan dan organ, ada
juga yang berfungsi sebagai mesin molekuler yang membuat sel-sel kita berjalan
sebagaimana mestinya. Salah satu komponen penting dalam makanan
karbohidrat. Karbohidrat merupakan salah satu senyawa kimia yang peroleh dari

Universitas Sriwijaya
3

makanan. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh


makhluk hidup. Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel.
Makanan dibuat dalam bidang pertanian, pertanian dalam arti sempit adalah
suatu budidaya tanaman kedalam suatu lahan untuk mencukupi kebutuhan
manusia. Sedangkan dalam arti luas, pertanian adalah semua yang mencakup
kegiatan pertanian (tanaman pangan dan hortikultura), perkebunan, kehutanan,
dan peternakan, perikanan. Sehingga dapat dikita simpulkan bahwa makanan
sangat erat dengan pertanian. Dalam pertanian, hal yang juga penting ialah tanah
dimana tanah merupakan suatu media tanam yang didalamnya terdapat berbagai
unsur hara yang diperlukan tanaman. Dari bumi, manusia, tanah, dan tanaman
semua itu berkairtan juga dengan Ilmu Agrogeologi, Agrogeologi merupakan
ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah dan macam-macam
mineral yang ada di dalamnya yang berfungsi bagi pertumbuhan tanaman. Di
dalam agrogeologi, kita akan belajar tentang apa itu geomorfologi, klasifikasi
tanah, dan macam-macam batuan.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian agrogeologi


2. Mengetahui pengertian geomorfologi
3. Mengetahui pengertian agromineral
4. Mengetahui jenis-jenis batuan
5. Mengetahui jenis-jenis pelapukan
6. Mengetahui apa itu dolomit
7. Mengetahui apa itu zeolit
8. Mengetahui apa itu rock phospate

Universitas Sriwijaya
4

Bab 2
Tinjauan Pustaka

2.1 Agrogeologi

Di zaman sekarang untuk dapat hidup yang berkelanjutan kita sebagai


manusia haruslah dapat mengetahui sejarah bumi dan bagaimana proses-proses
pembentukannya . Hal itu dimaksud ialah hanya untuk menjadi pedoman bagi
manusia agar tidak merusak alam yang sumber daya-Nya terbatas. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian agrogeologi adalah ilmu tentang
lapisan muka bumi atau tanah dan sebagainya untuk usaha pertanian
(KBBI,2019). Agrogeologi merupakan suatu ilmu cabang geologi yang menelaah
tentang pemanfaatan batuan dan mineral (bahan geologi) yang digunakan untuk
memperbaiki dan mempertahankan produktivitas tanah tropika secara
berkelanjutan dalam pertanian. Dalam agrogeologi, tujuan mempelajarinya yaitu
untuk memperbaiki, mempertahankan, dan meningkatkan produktivitas lahan
(tanah), kesuburan tanah kesehatan tanah, keberlanjutan tanah dan produktivitas
tanah. Dalam agrogeologi, juga belajar tentang agromineral. Agromineral adalah
batuan atau mineral yang dapat berperan cukup potensial di bidang pertanian
dengan kandungan nutrisi-nutrisi penting yang dapat digunakan untuk
mempertahankan dan menambah produktivitas lahan maupun hasil pertanian.
Mineral tanah berasal daari hasil pelapukan batuan-batuan yang menjadi bahan
induk tanah. Pada mulanya batuan dari bahan induk tanah mengalami proses
pelapukan dan menghasilkan regolit. Dalam agrogeologi kita diarahkan untuk
dapat mempelajari tentang geomorfologi, klasifikasi tanah, dan macam-macam
batuan yang semuanya berguna dalam bidang pertanian. Geomorfologi
merupakan salah satu bagian dari geografi. Geomorfologi mempelajari tentang
bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu
kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil

Universitas Sriwijaya
5

sebagai bentuk lahan (landform). Agrogeologi berkaitan juga dengan


geopedologi. Geopedologi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari hubungan kondisi geologi dengan proses pembentukan tanah.
Dimana proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Pembentukan tanah
merupakan proses kompleks dan seringkali memakan waktu ribuan tahun. Tahap
pertama dalam pembentukan tanah adalah pelapukan batuan. Batuan semacam
itu merupakan bahan induk tanah. Tanah yang terbentuk secara langsung di atas
bahan induknya disebut tanah residu yang mempunyai komposisi sama seperti
batua induknya. Kadang-kadang angin dan air membawa partikel-partikel batuan
terlapuk jauh dari bahan induknya. Tanah yang terbentuk dari bahan yang telah
dipindahkan disebut tanah terpindah yang mungkin berbeda komposisi dengan
batuan di bawahnya. Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan
waktu. Akibat dari faktor-faktor tersebut maka lapisan tanah dapat mengalami
proses pelapukan yang menyebabkan lapisan tanah terbagi atas beberapa horizon
tanah. Horizon Tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan tanah dan berbeda dengan lapisan disebelah atas atau
bawahnya yang secara genetik ada kaitannya dimana proses pembentukannya
akibat proses perkembangan tanah (Rusman Khairul, 2015). Pada agrogeologi
bahan induk tanah mineral berasal dari berbagai jenis batuan induk, sehingga
dalam proses pelapukannya akan menghasilkan keragaman mineral tanah yang
lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan
yang erat antara komposisi mineral bahan induk dengan komposisi mineral
batuannya. Sebagai contoh adalah tanah yang terbentuk dari bahan induk yang
berasal dari betuan basalt dan granit, akan memiliki komposisi mineral tanah
seperti mineral kuarsa, mineral ortoklas, mineral mikroklin, mineral albit,
mineral oligoklas, mineral muskovit, mineral biotit, dan lain-lain.
Pada tanah-tanah yang mudah melapuk dan peka terhadap proses
pencucian, seperti tanah podsol, ditemukan mineral yang didominasi hanya jenis

Universitas Sriwijaya
6

mineral kuarsa dan ortoklas. Didominasi kedua mineral ini disebabkan karena
kedua mineral ini relatif lebih resisten terhadap pelapukan. Berbeda dengan
tanah-tanah yang belum mengalami pelapukan, maka dalam tanah tersebut masih
ditemukan mineral tanah yang beragam dengan komposisi mineral tanah pada
setiap lapisan yang hampir seragam.

2.2 Jenis-jenis batuan

Batuan merupakan salah satu bahan penyusun dan penopang bumi ini,
baik itu di dalam bumi atapun di permukaan bumi. Dalam kehidupan manusia,
kata batuan merupakan hal yang sudah tidak asing lagi, contohnya saja dalam
pembuatan rumah, kolam renang, dan bangunan-bangunan lainnya. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian batuan adalah mineral
atau paduan mineral yang membentuk bagian utama kerak bumi yang berbentuk
zat padat yang diakibatkan karena adanya pembekuan (KBBI,2019). Batuan
juga dapat diartikan sebagai kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang
terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak
memiliki susunan kimiawi yang tetap, biasanya tidak homogen. Lebih dari 700
tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi (Sariisik et.al.,2011). Batuan mempunyai
komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam. Jarang
sekali batuan yang terdiri dari satu mineral, namun umumnya merupakan
gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah suatu substansi anorganik
yang mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu. Jumlah mineral
banyak sekali macamnya ditambah dengan jenis-jenis kombinasinya.
Penyebaran batuan di Bumi adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar, dan
beberapa tempat yang relative kecil didalam mantel atas dan kerak, yang cair.
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari
lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah
bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka

Universitas Sriwijaya
7

banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu
diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis
batuan yang berbeda satu sama lain. Batuan dari segi asal dan keterdapatan di
lapangan dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar yaitu batuan beku
(igneous rocks), batuan sediment atau endapan (sedimentary rocks), dan batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Perkembangan batuan mengikuti
suatu siklus/daur batuan. Siklus batuan adalah satu set proses dimana material
bumi berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dan terjadi akibat interaksi
antara lempengan tektonik dan siklus hidrologi (Das, 2010). Batuan-batuan
tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses
terbentuknya.
Dalam siklus batuan yaitu terdapat satu set proses dimana material bumi
berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dan terjadi akibat interaksi antara
lempengan tektonik dan siklus hidrologi. Siklus ini berlangsung hingga ribuan
tahun sehingga tidak jelas kapan awalnya maupun akhirnya.Secara singkat dapat
dijelaskan bahwa proses siklus batuan diawali dengan terbentuknya siklus batuan
yaitu berasal dari magma,magma adalah batuan cair pijar. Magma yang keluar
kemudian yang mendinginkan kerena terkena hujan dari sinar matahari yamg
kemudian berubah menjadi batuan beku. Kemudian batuan beku yang rusak
hancur, karena tenaga eksogen yaitu: (air, hujan, panas, dingin, es, angin) yang
diangkat serta di edapankan menjadi betuan sediment klatis,adapun batuan
sedimenen yang berasal dari larutan air yang mengedap menjadi batuan
sedimen,seperti :(Khasmis) batu, (organis) batu bara, terumbu karang. Setelah
itu,karena adanya suhu yang tinggi, tekanan besar dan waktu yang lama,maka
batuan yang beku serta batuan sedimen tersebut berubah menjadi batuan
Metamorf,batuan ini termasuk batuan mengalami perubahan yang dasyat karena
suhu tinggi yang berasal dari Magma karena,batuan ini berada dekat dapur
magma.

Universitas Sriwijaya
8

2.2.1 Batuan beku atau batuan igneous

Batuan beku atau igneous terdiri dari batuan beku vulkanik dan beku
plutonik. Batuan beku vulkanik atau batuan ekstrusi merupakan batuan yang
terbentuk pada permukaan bumi (Lopresto et.al.,2011). Batuan beku vulkanik,
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya
akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Batuan
vulkanik dapat dikenal melalui tekstur, struktur dan komposisi mineral.
Tekstur batuan vulkanik memberikan informasi mengenai proses pembekuan
magma dan struktur batuan vulkanik mencirikan batuan tersebut intrusi atau
ekstrusi, sedangkan komposisi mineral pada batuan vulkanik berkaitan dengan
warna batuan dan asal magma batuan (Mulyaningsih, 2013). Beberapa batuan
yang tergolong dalam batuan beku vulkanik antara lain batuan basalt, dasit dan
andesit (Sariisik et al., 2011). Batuan beku atau sering disebut igneous rocks
adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk
akibat pembekuan dari magma yang saat keluar masih dalam keadaan sedikit
cair dan membuku atau terbentuk lagi karena pendinginan. Berdasarkan
teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik
dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Batuan plutonik akan keluar dari dalam bumi yaitu
apabila saat di dalam bumi atau gunung, batuan tersebut sudah matang dan
tampa sedikit cair. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan
granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya
akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Contohnya adalah basalt, trakkit, andesit yangs erring dijadikan bahan baku
dalam pembuatan rumah, kolam, dan bangunan-bangunan lainnya. Batuan
vulkanik atau Batuan Beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari

Universitas Sriwijaya
9

kegiatan gunung api. Kegiatan gunung api diartikan sebagai proses keluarnya
magma dari dalam bumi ke permukaan. Batuan beku vulkanik dapat dikenal
melalui tekstur, struktur dan komposisi mineral. Tekstur batuan beku vulkanik
memberikan informasi mengenai proses pembekuan magma dan struktur
batuan beku vulkanik mencirikan batuan tersebut intrusi atau ekstrusi,
sedangkan komposisi mineral pada batuan beku vulkanik berkaitan dengan
warna batuan dan asal magma batuan (Mulyaningsih, 2013).
Salah satu contoh dari batuan beku yaitu batuan andesit. Batuan
Andesit memiliki kandungan silikat (SiO2) yang cukup tinggi (Basyuni, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh suparmo (Suparno, 2009)
menunjukan bahwa batu andesit memiliki karakteristik dengan kandungan
senyawa silika (SiO2) 52 hingga 66%. Sedangkan menurut (Sariisik et al,
2011) batu andesit mengandung komposisi kimia Silika (SiO2) sebesar
62,30%. Batuan andesit merupakan batuan intermediate yang terjadi hasil
pendinginan magma pada permukaan bumi ataupun aktivitas gunung api.
Akibat perbedaan suhu pada saat pendinginan batuan andesit secara umum
terdiri dari batuan padat, pori dan antara (Khosama, 2012). Batuan andesit atau
batuan ekstrusi merupakan batuan yang terbentuk pada permukaan (Lopresto et
al., 2011). Andesit merupakan batuan yang menunjukkan tekstur kasar yang
memiliki kandungan mineral terdiri dari olivin, piroksen, hornblend dan
plagioklas. Kandungan utama andesit ialah kandungan silikat yang tinggi atau
SiO2, alkali feldspar hadir dalam jumlah yang kecil, sedangkan kuarsa hadir
sebagai pembentuk mineral gelas. Batuan andesit yang merupakan jenis aliran
lava berbutir kasar dan merupakan batuan yang tertua di kawasan pegunungan.

Universitas Sriwijaya
10

Gambar 1. Siklus batuan (Noor, 2009).

Gambar 1 merupakan gambar siklus dari batuan, dalam siklus tersebut,


batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan pembekuan
magma. Pendinginan magma yang berupa pelelehan silikat, akan diikuti oleh
proses penghabluran (perubahan wujud zat, dari gas menjadi padat) yang dapat
berlangsung dibawah atau diatas permukaan bumi melalui erupsi gunung
berapi. Kelompok batuan beku tersebut, apabila kemudian tersingkap
dipermukaan, maka ia akan bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang
menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan (Noor, 2009).
Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya,
batuan yang telah dihancurkan ini akan berpindah dari tempatnya terkumpul
karena adanya gaya berat yang dibantu dengan adanya air yang mengalir diatas
dan dibawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang dipantai dan gletser
dipegunungan-pegunungan yang tinggi. Media pengangkut tersebut juga

Universitas Sriwijaya
11

dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam prosesnya berupaya untuk meratakan
permukaan bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-
fragmen atau bahan yang larut, kemudian akan diendapkan ditempat-tempat
tertentu sebagai sedimen (Noor, 2009).
Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat
lepas, menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh
senyawa mineral dalam larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen.
Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu
sebagai akibat dari penimbunan dan atau terlibat dalam proses pembentukan
pegunungan, maka batuan sedimen tersebut akan mengalami ubahan untuk
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan
atau batuan metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini masih mengalami
peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali leleh dan berubah
menjadi magma.
Panah-panah dalam Gambar 2, menunjukan bahwa jalannya siklus dapat
terganggu dengan adanya jalan-jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti dari
batuan beku menjadi batuan metamorfis, atau batuan metamorfis menjadi
sedimen tanpa melalui pembentukan magma dan batuan beku. Batuan sedimen
dilain pihak dapat kembali menjadi sedimen akibat tersingkap ke permukaan
dan mengalami proses pelapukan (Noor, 2009).

2.2.2 Batuan sedimen atau batuan endapan

Kata sedimen berasal dari bahasa latin sedimentum, yang berarti


“penenggelaman” atau secara sederhana dapat diartikan dengan “endapan”,
yang digunakan untuk material padat yang diendapkan oleh fluida. Batuan
sedimen hanya menyusun sekitar 5% dari total volume kerak bumi. Batuan
sedimen atau batuan endapan atau sering disebut sedimentary rocks adalah
batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses
pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi atau terbawa dan seterusnya

Universitas Sriwijaya
12

terendapkan. Batuan sedimen bisa berasal dari batuan beku vulkanik dan
batuan beku plutonik yang ter alluvial. ini digolongkan menjadi beberapa
bagian diantaranya batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimia, dan batuan
sedimen organik. Batuan sedimen klastik terbentuk melalui proses
pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi.
Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi
terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada
juga yang ringan. Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat
luas dengan ketebalan dari beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.
Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat besar dan beberapa
proses yang penting yang termasuk ke dalam batuan sedimen. Contoh batuan
sedimen antara lain konglomerat, pasir, serpih, gamping, breksi, stalagtit,
stalagmit, lempung. Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan disebut
litifikasi. Salah satu proses litifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada
waktu material sedimen diendapkan terus–menerus pada suatu cekungan. Berat
endapan yang berada di atas akan membebani endapan yang ada di bawahnya.
Akibatnya, butiran sedimen akan semakin rapat dan rongga antara butiran akan
semakin kecil.
Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah
sementasi. Material yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang
meresap melalui rongga antar butiran, kemudia larutan tersebut akan
mengalami presipitasi di dalam rongga antar butir dan mengikat butiran –
butiran sedimen. Material yang umum menjadi semen adalah kalsit, silika dan
oksida besi (khairil, et.all, 2015).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari
yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya
gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi,
namun masih ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang
mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di
sekitarnya. Material sedimen dapat berupa fragmen dan mineral-mineral dari

Universitas Sriwijaya
13

batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai, pasir di pantai dan lumpur
di laut atau di danau, material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa
cangkang organism air dan vegetasi di rawa-raw dan hasil penguapan dan
proses kimia seperti garam di danau payau dankalsim karbonat di aut dangkal.
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan
sedimen dapat digolongkan atas 3 bagian yaitu edimen Aquatis, yaitu sedimen
yang diendapkan oleh tenaga air. Contohnya gosong pasir, flood plain, delta,
dan lain-lain. Lalu sedimen aeolis atau aeris, yaitu sedimen yang diendapkan
oleh tenaga angin. Contohnya tanah loss, sand dunes. Serta sedimen glassial,
yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser. Contohnya morena dan drimlin.
Berdasarkan terbentuknya atau lingkungan pengendapan , batuan
sedimen dibagi menjadi tiga, yaitu sedimen laut (marine), diendapkan di laut
contohnya batu gamping,dolomit, napal. Sedimen darat (teristris/kontinen),
prosesnya terjadi di darat, misalnyaendapan sungai (aluvium), endapan danau,
talus, koluvium, endapan gurun(aeolis), dan sedimen transisi, lokasi
pembentukanya terletak antara darat dan laut,misalnya endapan delta dan
endapan rawa-rawa (limnis). Berdasarkan kedalamnya, laut dibagi menjadi
beberapa zona yaitu zona litoral yang terletak pada daerah pasang surut. zona
epineritik, yaitu, dari batas daerah surut sampai kedalaman 50m, zona neritik
(50-200m), zona bathial (200-2000m), dan zona abysal (>2000m).

2.2.3 Batuan metamorf

Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental


batuan yang sebelumnya telah ada. Batuan asalnya (yang telah ada
sebelumnya) dapat berupa batuan beku, sedimen maupun metamorf. Proses
metamorfosisme adalah proses yang menyebabkan perubahan komposisi
mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena panas dan tekanan tinggi,
serta larutan kimia yang aktif. Proses-proses metamorfisme itu mengubah
mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons

Universitas Sriwijaya
14

terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan
kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa. Proses metamorfisme ini meliputi, Rekristalisasi, Reorientasi,
pembentukan mineral baru (dari unsur yang telah ada sebelumnya). Panas yang
intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang sedang mengintrusi
menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi
daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan
yang terkubur sangat dalam.
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua
yaitu metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism) dan
metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism). Pada batuan
metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan
penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada
batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan
tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan dan
sebagian lagi bertekstur beku atau igneous) .
Berdasarkan pengaruh pembentukannya batuan metamorf dibagi menjadi
tiga, yaitu yang pertama metamorfisme kontak/thermal, batuan metamorf yang
terbentuk karena pengaruh suhu yang tinggi, misalnya metamorfisme kontak
terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi)
dengan lebar antara 2 – 3 km. contoh batuannya hornfels. Yang kedua
metomorfisme dinamik, terjadi akibat adanya tekanan yang tinggi, misalnya
metamorfisme diinamik terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada
lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami penggerusan serta yang ketiga
metamorfisme regional, dimana batuan metamorf ini mendapat pengaruh dari
suhu dan tekanan yang tinggi, biasanya metamorf jenis ini terdapat pada daerah
dengan zona subduksi.
Facies batuan metamorf, Facies merupakan suatu pengelompokkan
mineral-mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan temperatur dalam
pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf

Universitas Sriwijaya
15

pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral),


kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia. Dalam hubungannya, tekstur dan struktur
batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur dalam proses
metamorfisme. Dan dalam facies metamorfisme, tekanan dan temperatur
merupakan faktor dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme
(facies berkembang), struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral
metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun
batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
Struktur Foliasi yaitu struktur skistose ialah struktur yang
memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih
banyak dibanding mineral butiran, struktur gneisik struktur yang
memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif
lebih banyak dibanding mineral pipih, struktur slatycleavage sama dengan
struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral
lempung), struktur phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral
dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
Struktur nonfoliasi yaitu struktur hornfelsik struktur yang
memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam, struktur kataklastik
struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal,
struktur milonitik struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi
mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus, struktur
pilonitik struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang
berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur
milonitik, malah mendekati tipe struktur filit, struktur augen sama struktur
flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar
yang lebih halus, struktur granulose sama dengan hornfelsik, hanya butirannya

Universitas Sriwijaya
16

mempunyai ukuran beragam, struktur liniasi struktur yang memperlihatkan


adanya mineral yang berbentuk jarus atau fibrous.
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik.
Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran
seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral
yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yanglebih besar tersebut
dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin
membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka
dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari
matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-
butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast
biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar
disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat
diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat
daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk
material yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya)
arah kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau
perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan
mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari
kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk
dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk “mata”), dan
umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa
kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat
adalah porphyroklast.
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru.
Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata–blastik. Tekstur batuan
metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa
diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata–blasto. Pertumbuhan

Universitas Sriwijaya
17

dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari mineral yang ada sebelumnya
sebagai akibat perubahan tekanan dan atau temperatur menghasilkan
pembentukan kristal lain yang baik, sedang atau perkembangan sisi muka yang
jelek, kristal ini dinamakan idioblastik, hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara
umum batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral tertentu, namun secara
khusus mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu
mineral stress dan mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil
dalam kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh
tegak lurus terhadap arah gaya/stress meliputi: mika, tremolit-aktinolit,
hornblende, serpentin, silimanit, kianit, seolit, glaukopan, klorit, epidot,
staurolit dan antolit. Sedang mineral anti stress adalah mineral yang terbentuk
dalam kondisi tekanan, biasanya berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa,
felspar, garnet, kalsit dan kordierit.
Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-
kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan
akibat dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin
mengalami aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi.
Beberapa tekstur dan struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan
dari batuan pre-metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini
terhapus selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak sama,
khususnya jika disertai oleh pembentukan mineral baru, sering menyebabkan
kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut foliasi.
Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-lapisan yang
menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur, misal:
lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa)
berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral- mineral tabular atau
prismatik (seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai
gneis. Seandainya foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar
dari mineral-mineral pipih berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit)
disebut skistosity. Pecahan batuan ini biasanya sejajar dengan skistosity

Universitas Sriwijaya
18

menghasilkan belahan batuan yang berkembang kurang baik.


Proses pembentukan batuan metamorf secara umum selalu berasosiasi
dengan proses tektonisme dan pembebanan. Proses tektonisme mengakibatkan
persentuhan lempeng bumi secara konvergen yang menimbulkan gaya
tekan/compression (Gambar 1) dengan tekanan yang tinggi. Tekanan tumbukan
lempeng yang tinggi secara otomatis mengakibatkan naiknya panas/temperatur.
Tekanan dan panas yang tinggi tidak mengakibatkan batuan yang dikenai gaya
menjadi lebur. Sehingga terjadi proses alterasi pada batuan dari dari fase padat
ke padat membentuk batuan metamorf. Aktivitas tektonik juga mengakibatkan
rekahan pada lempeng benua yang membuka celah bagi magma untuk naik
kepermukan. Naiknya magma kepermukaan (intrusi) memberikan panas yang
tinggi pada batuan yang dilaluinya sehingga batuan tersebut mengalami
metmorfisme termal (penambahan panas/temperatur). Proses ini juga
mengakibatkan alterasi pada batuan dan mineral. Selain kedua proses diatas,
batuan metamorf juga dapat terbentuk akibat proses pembebanan batuan secara
gravitasi. Batuan yang terdapat di atas batuan lainnya akan memberikan gaya
tekan ke bawah (gradient geothermal), sehingga batuan yang terdapat dibawah
akan mengalami gaya tekan secara perlahan dan kontinu yang akan
mengakibatkan perubahan pada tubuh batuan dan mineral hingga mengalami
alterasi dan berubah menjadi batuan metamorf. Proses alterasi pada batuan
metamorf mengakibatkan mineral penyusun batuan mengalami rekristalisasi
membentuk kristal yang lebih stabil. (khairil, et.all, 2015)

2.3 jenis-jenis pelapukan batuan

Pelapukan merupakan suatu proses batuan yang berubah menjadi tanah


secara alamiah melalui proses kimia, fisika atau biologi. Pelapukan yang terjadi
secara alami ini terdiri atas berbagai macam jenis. Secara umum, jenis-jenis
pelapukan ini terdiri atas 3 macam, yaitu pelapukan fisika, kimia, dan biologi

Universitas Sriwijaya
19

atau organic (Hasan Boinauw,2017). Penjelasan mengenai masing-masing jenis


pelapukan ini adalah sebagai berikut:

2.3.1 Pelapukan Fisika

Jenis pelapukan yang pertama adalah pelapukan fisika. Pelapukan fisika


merupakan pelapukan yang sering disebut sebagai pelapukan mekanik.
Pelapukan fisika adalah proses pelapukan dari batuan yang diakibatkan pengaruh
faktor fisik pada batuan. Ada faktor utama yang paling berperan dalam
pelapukan ini dan paling dominan adalah suhu udara, tekanan, dan juga
kristalisasi garam. Pelapukan fisika ini juga dikenal sebagai pelapukan yang
disebabkan oleh perubahan suhu atau iklim. Jenis pelapukan fisika ini hanya bisa
ditemukan di daerah yang memunyai iklim ekstrim, seperti sub tropis, gurun
(baca: gurun terbesar di dunia), pesisir pantai (baca: manfaat pantai), dan daerah-
daerah yang memunyai topografi yang curam. Adapun beberapa contoh
pelapukan fisika ini antara lain adalah sebagai berikut: (Hasan Boinauw,2017)

1. Melapuknya batuan di daerah gurun akibat adanya perubahan cuaca harian


secara ekstrim. Suhu udara tinggi pada siang hari akan membuat batuan
memuai, kemudian pada malam hari suhu udara akan turun dan membuat
batuan menjadi mengerut. Karena proses ini berlangsung secara berulang-
ulang akan memungkinkan ikatan mineral dalam batuan mengalami
pelemahan sehingga pada akhirnya batuan akan hancur menjadi beberapa
bagian.
2. Kristalisasi air garam yang terjadi pada batuan di pantai. Kristalisasi garam
yang terjadi pada pori batuan di sekitar ekosistem pantai akan menekan batuan
secara endogen sehingga akan memunculkan kemungkinan batuan akan
pecah.

Universitas Sriwijaya
20

2.3.2 Pelapukan Kimia

Pelapukan kimia merupakan proses pelapukan yang diakibatkan perubahan


struktur kimiawi yang ada pada batuan melalui reaksi tertentu. Dalam pelapukan
kimia ini, reaksi yang terjadi pada proses pelapukan dibedakan menjadi tiga
macam reaksi yatu solution, hidrolisis, dan oksidasi. Adapun beberapa contoh
pelapukan kimia ini antara lain adalah sebagai berikut: (Hasan Boinauw,2017)

1. Hidrolisis air hujan yang akan mengakibatkan naiknya tingkat keasaman di


sekitar batuan. I on H+ ynag muncul akan memungkinkan terjadinya korosi
pada batuan.
2. Oksidasi yang terjadi pada batuan yang kaya mineral besi akan memungkinkan
ikatan mineral di permukaan batuan menjadi lemah dan pada akhirnya
mengalami pelapukan.
3. Proses pelarutan batuan kapur gamping akibat reaksinya terhadap air.

Berbicara mengenai pelapukan kimia, kita akan mengenal adanya 4 proses


yang termasuk dalam pelapukan kimia. Adapun 4 proses tersebut antara lain
adalah adalah:

1. Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.
2. Hidrolisa, yaitu peroses penguraian air atas unsur- unsurnya menjadi ion- ion
yang bersifat positif dan negatif.
3. Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi.
4. Karbonasi, yaitu pelapukan batuan yang disebabkan karena karbondioksida.

Universitas Sriwijaya
21

2.3.3 Pelapukan Biologi atau Organik

Pelapukan biologi atau pelapukan organic merupakan jenis pelapukan batuan


yang dilakukan oleh organisme melalui aktivitas di sekitar lingkungan batuan
tersebut berada. Dengan kata lain, pelapukan biologi ini terjadi karena
disebabkan oleh makhluk hidup. Pelapukan ini terjadi karena adanya peranan
organisme- organisme tertentu.Adapun organisme- organisme yang berperan
dalam pelapukan ini antara lain berupa binatang, tumbuhan, jamur, bakteri, atau
bahkan manusia. Proses pelapukan biologi atau organik ini melibatkan 2 cara,
yaitu cara biokimia dan cara mekanis. Adapun contoh pelapukan secara biologi
atau organik ini antara lain adalah: (Hasan Boinauw,2017)

1. Penetrasi akar tumbuhan ke dalam sela- sela batuan akan menekan batuan
tersebut, sehingga akan mengalami perpecahan.
2. Adanya lumut di atas batuan. Tumbuhnya lumut di permukaan batuan
memungkinkan batuan mengalami degradasi. Kelembapan di permukaan
batuan akibat adanya proses penyerapan akar disertai dengan tingginya pH di
sekitar permukaan batuan akan membuat permukaan batuan tersebut
mengalami korosi.

2.4 Dolomit

Pertama kali batuan dolomit di dipaparkan oleh mineralogis Perancis


bernama Deodat de Dolomieu pada tahun 1791 di daerah Southern Alps di
tempat terdapatnya. Kini pegunungan tersebut disebut dolomit. Pada saat
Dolomieu menjelaskan bahwa batuan dolomit adalah seperti batu gamping, tetapi
mempunyai sifat yang tidak sama dengan batu gamping, pada saat diteteskan
larutan asam batuan dolomite tidak membuih. Mineral yang tidak beraksi
tersebut dinamakan dolomit. Kadang-kadang dolomit disebut dengan dolostone.
Secara sekunder, dolomite umumnya terjadi kerena proses pelindian (leaching)

Universitas Sriwijaya
22

atau peresapan unsur magnesium dari air laut kedalam batu gamping, atau yang
lebih dikenal dengan proses dolomitisasi yaitu proses perubahan mineral kalsit
menjadi dolomite. Selain itu dolomite sekunder dapat juga terbentuk karena
diendapkan secara tersendiri sebagai endapan evaporit. (Mulyati, et.all, 2016)
Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam yang mengandung unsur
hara magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia
CaMg(CO3)2. Dolomit merupakan gabungan mineral dan batuan. Dolomit
adalahcalcium-magnesiacarbonateyang mempunyai calcite dan limestone (batu
kapur). Dolomit dapat bewarna putih, bewarna terang seperti pink, kuning,
maupun tidak bewarna. Dolomit memiliki hardness 3,5-4 dan hanya akan
bereaksi dengan asam jika dipanaskan atau dalam bentuk serbuk. Dolomit
merupakan dua garam karbonat yaitu CaCO3dan MgCO3. Gabungan kedua
garam tersebut adalah CaO. MgO dengan titik lebur 2300 derajat sehingga
mempunyai sifat refraktori yang sangat baik. (Ishaq Maulana,2012)

2.5 Zeolit

Zeolit digunakan sebagai adsorben karena memiliki struktur kristal


alumina silika dengan rongga-rongga yang berisi ion-ion logam. Aktivitas
zeolit alam cenderung rendah karena masih banyak pengotor, untuk itu perlu
dilakukan aktivasi (Las dkk 2011). Proses aktivasi zeolit dapat dilakukan dengan
metode secara fisika dan kimia. Aktivasi secara fisika dapat dilakukan dengan
cara memperkecil ukuran untuk memperluas permukaan dan pemanasan pada
suhu tinggi. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan penambahan asam yang
mengakibatkan terjadinya pertukaran kation dengan H+ (Lestari 2010).
Zeolit alam terbentuk karena adanya proses kimia dan fisika yang
kompleks dari batuan yang mengalami berbagai macam perubahan di alam. Para
ahli geokimia dan mineralogi memperkirakan bahwa zeolit merupakan produk
gunung berapi yang membeku menjadi batuan vulkanik, batuan sedimen dan
batuan metamorfosa yang selanjutnya mengalami proses pelapukan akibat

Universitas Sriwijaya
23

pengaruh suhu dari panas menjadi dingin dan sebaliknya sehingga akhirnya
terbentuk mineral-mineral zeolite (Krisna Adi Nugroho, 2010).

2.6 Rockphospat

Unsur fosfat merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat esensial
bagi tanaman disamping unsur nitrogen dan kalium. Peranan fosfat yang
terpentingbagi tanaman adalah memacu pertumbuhan akar dan pembentukan
sistem perakaran serta memacu pertum-buhan generatif tanaman. Fosfat banyak
tersedia di alam sebagai batuan fosfat dengan kandungan tri kalsium fosfat yang
tidak larut dalam air. Agar dapat dimanfaatkan tanaman, batuan fosfat alam harus
diubah menjadi senyawa fosfat yang larut dalam air (Faleh,2009)
Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah Alfisol tidak menunjukkan
pengaruh nyata. Menurut Maryanto dan Abubakar (2010), batuan fosfat alam
mempunyai kemampuan dalam menaikkan pH tanah karena penurunan
konsentrasi ion H+ di dalam tanah. Penurunan konsentrasi ion H+disebabkan
oleh adanya reeaksi antara batuan fosfat alam dengan ion H+ dalam tanah,
semakin tinggi dosis fosfat alam, maka semakin tinggi ion H+ yang diperlukan,
sehinnga pH tanah akan meningkat.

Universitas Sriwijaya
24

Bab 3
Pelaksanaan Praktikum

3.1 Tempat dan Waktu

Adapun tempat pelaksanaan praktikum agrogeologi ini yaitu di rumah


kaca fakultas pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Adapun waktu pelaksanaan praktikum agrogeologi ini yaitu pada bulan
Januari-Maret, setiap hari kamis dan jum’at, pukul 08:00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum agrogeologi ini yaitu: 1.


Baki, 2. Cangkul, 3. Ember, 4. Karung, 5. Semprotan air, 6. Timbangan.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum agrogeologi ini yaitu:
1. Air, 2. Benih jagung dan kacang hijau, 3. Tanah ultisol lapisan 1 dan lapisan 2.
4. Rockphospat 7,5 g.

3.3 Cara Kerja


Adapum cara kerja dalam praktikum agrogeologi ini yaitu:
1. Ambil tanah ultisol di lahan Arboretum Universitas Sriwijaya dengan
menggunakan cangkul untuk menggali tanah dan karung untuk tempat
meletakkan tanah.
2. Ambil tanah dalam 1 tempat dengan 2 jenis, yaitu 1 jenis tanah dengan
kedalaman 0 cm sampai 30 cm, dan lapisan kedua dari 31 cm sampai 60cm.
3. Setelah itu ambil tanah ultisol lapisan 1 dan lapisan 2 lalu kering anginkan
kurang lebih selama satu hari.
4. Setelah tanah di kering anginkan, lalu timbangan tanah dengan timbangan
sebanyak 10 kg untuk 2 lapisan tanah yang berbeda.

Universitas Sriwijaya
25

5. Setelah di timbang, letakkan kedua lapisan tanah tersebut di atas alas karung
yang berbeda, lalu aduk tanah tersebut sambil menyemprotkan air ke tanah
tersebut agar tanah menjadi lembab.
6. Setelah tanah lembab, masukkan kapur rockphospat dengan dosis 7.5 g
kedalam masing-masing tanah tersebut, lalu aduk kembali hingga rata.
7. Setelah rata, tambahkan pupuk sesuai takaran kedalam tanah tersebut dan
aduk kembali.
8. kemudian masukan tanah tersebut kedalam baki yang berbeda.
9. Kemudian buat jarak tanam dengan jarak antara baki ke tanaman 4 cm
sedangkan jarak tanaman ke tanaman 3 cm maka akan didapat jumlah
popolasi dalam baki tersebut 12 populasi.
10. Setelah dibuat jarak tanam, lubangi tanah kira-kira 2 cm lalu masukkan benih
kedalam tanah sebanyak 2-3 benih jagung dan kacang hijau lalu tutup lubang
dengan sedikit tanah.
11. Siram benih tersebut 2 kali sehari, saat pagi dan sore.
12. Tunggu sampai benih itu tumbuh, lalu amati tinggi tanaman dan jumlah daun
setiap minggu, serta bersihkan lahan tanaman dari gangguan yang ada.

3.4 Perlakuan

Adapun perlakuan yang dilakukan pada praktikum agrogeologi ini


terhadap tanah pada baki 1 lapisan 1, dan tanah baki 2 lapisan 2 yaitu.

3.4.1 Dosis dan Perlakuan

Adapun dosis dan perlakuan yang diberikan pada tanaman kelompok


kami yaitu rockphospat sebanyak 7.5 g dan pupuk sesuai takaran setiap baki atau
setiap lapisan tanah yang berbeda.

Universitas Sriwijaya
26

3.4.2 Jarak Tanam

Adapun jarak tanam dalam baki yaitu jarak lebar antara baki ke tanaman
9 cm dan jarak panjang antara tanaman ke tanaman 9 cm.

3.4.3 Populasi

Adapun jumlah populasi dalam baki yaitu untuk baki 1, lapisan 1 adalah
20 populasi dengan 8 tanaman jagung dan 12 tanaman kacang hijau, serta baki 2
lapisan 2 adalah 20 populasi dengan 8 tanaman jagung dan 12 tanaman kacang
hijau. Dari awal penanaman hingga proses pencabutan dan penghitungan
biomassa tanaman, jumlah populasi tanaman tiap baki tidak berkurang dan tidak
bertambah.

Universitas Sriwijaya
27

Bab 4
Hasil dan Pembahasan

4.1 Tabel hasil jagung dan pembahasan

Adapun tabel hasil tinggi tanaman jagung yaitu:

Tinggi Tanaman Jagung (cm)


Minggu ke 1A 2A 3A 4A 5B 6B 7B 8B

1 8 8 7 6 9 10 12 10,5

2 27,5 37,5 34 32,5 29 33 30,5 30

3 36,5 45 40 42 33 37 36 37,5

4 46 52 58 56,5 30,5 51 50 51

5 55 62 67 61 13 61 53 58

Adapun tabel jumlah daun tanaman jagung yaitu:

Tinggi Tanaman Jagung (cm)


Minggu ke 1A 2A 3A 4A 5B 6B 7B 8B

1 13 11 12 13 11 10,5 11 10

2 21 18,5 20 24 18,5 19,5 19 20

3 23,5 23 22 27,5 19 21,5 20,5 21,5

4 27 25,5 29 22 23 20,5 23

5 29 28 25 30 21 23,5 21 21,5

Universitas Sriwijaya
28

4.2 Tabel hasil kacang hijau dan pembahasan

Adapun tabel hasil tinggi tanaman kacang hijau yaitu:

Jumlah Daun Kacang hijau (helai)


Minggu ke 1A 2A 3A 4A 5B 6B 7B 8B

1 2 2 2 2 2 2 2 2

2 4 4 4 4 3 4 4 4

3 5 6 6 5 3 5 5 4

4 5 6 7 4 4 5 6 4

5 5 5 6 4 0 4 4 4

Adapun tabel jumlah daun tanaman kacang hijau yaitu:

Jumlah Daun Kacang hijau (helai)


Minggu ke 1A 2A 3A 4A 5B 6B 7B 8B

1 2 2 2 2 2 2 2 2

2 5 5 5 5 2 5 2 2

3 5 5 5 5 2 2 2 2

4 5 8 8 8 5 8 5 5

5 8 8 8 8 4 8 5 5

Universitas Sriwijaya
29

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai