Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN
"Metode Kuadrat "

Di susun oleh :
Nama : Dita Linda Yani
NIM : F1072161022
Kelompok :2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi dipandang sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungn dari sejarah dan
pada fakor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi
secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna
tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem. Dalam analisa vegetasi,
dilakukan pengamatan terhadap susunan jenis dan juga bentuk atau struktur vegetasi
dari tumbuh-tumbuhan.
Apabila kita ingin menganalisis vegetasi tumbuhan rendah, kita dapat
menggunakan metoda kuadrat. Metoda kuadrat ini merupakan salah satu contoh
metoda analisis yang berdasarkan suatu luasan petak contoh. Penggunaan metoda ini
adalah dengan membuat Kurva Species Area terlebih dahulu. Baru selanjutnya,
setelah luas minimum area dari satuan petak contoh dianggap sudah mewakili suatu
tipe komunitas tertentu telah diperoleh, maka selanjutnya kita dapat melakukan
penarikan dari contoh tersebut. Adapun ukuran luas yang diukur pada metoda
kuadrat ialah satuan m2, cm2dan lain-lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat
pada dasarnya ada tiga macam yakni ada yang berbentuk lingkaran, bentuk
bujursangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini
masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya. Bentuk petak contoh
dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola
penyebarannya. Oleh karenanya, pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan
analisis vegetasi dengan menggunakan metoda kuadrat guna mengetahui komposisi
jenis, peranan maupun penyebaran vegetasi tersebut.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi
hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat
tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak
contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan
(Marpaung, 2009).
Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada komposisi jenis
pohon. Dari segi floristis ekologi untuk daerah yang homogen dapat digunakan
random sampling, sedangkan untuk penelitian ekologi lebih tepat digunakan
sistematik sampling, bahkan purposive sampling pun juga dibolehkan (Dedy, 2009).
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan
cara sistematik (systematic sampling), random samping hanya mungkin digunakan
jika vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau padang rumput (artinya, kita
bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis
bebeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk
menggunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan
data yang dihasilkan dapat bersifat representative. Bahkan dalam keadaan tertentu,
dapat digunakan purposive sampling.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar
individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika
kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili
komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA).
Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu
petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur
agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika
menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak
kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan
kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak
menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini
ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan
jumlah jenis lebih dari 5-10%. Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa
menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting
adalah konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal
dan kemampuan pengerjaannya dilapangan (Marpaung, 2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang
diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak di lapangan (Dedy, 2009).
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini.
Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan
kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak
membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode
ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan
analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang
sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau
vcegetasi kompleks lainnya.

B. Rumusan Masalah

bagaimana komposisi jenis, peranan, penyebaran dan struktur dari suatu tipe
vegetasi yang diamati ?

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Langkah pertama dari metoda ini adalah membuat Kurva Species
Area. Setelah luas minimum area dari satuan petak contoh yang dianggap mewakili
suatu tipe komunitas tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kit dapat melakukan
penarikan contoh tersebut. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu
ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain. Bentuk
petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk
lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk
petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya
(Kusmana, C, 1997).
Metode kuadrat mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat
digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya.
Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak
membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode
ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan
analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang
sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau
vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam
membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas (Wirakusumah,2003).
Untuk plot berbentuk persegi, dimulai dengan membuat sebuah plot (bidang
datar) persegi pada suatu tegakan dengan kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk
lapangan rumput adalah 25 x 25 cm2, selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada
dalam kuadrat terkecil. Kemudian kuadrat diperluas dua kali luas semula dan kemudian
penambahan spesies baru yang terdapat dalam kuadrat luasan dicatat. Perluasan kuadrat
dilanjutkan dengan ukuran dua kali luas sebelumnya sampai tidak ada lagi penambahan
spesies baru. Bila tidak ada penambahan spesies baru atau penambahan kurang dari
10% maka ukuran kuadrat minimal dapat ditentukan (Rasyid, 1993).
Bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk analisis
vegetasi herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas dan teliti dengan
menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Untuk vegetasi herba
rendah bentuk empat persegi panjang akan lebih efisien dibandingkan dengan bentuk
bujur sangkar pada ukuran yang sama. Hal ini disebabkan karena kelompok tumbuhan
cenderung akan tumbuh membentuk lingkaran, sehingga bentuk petak contoh berbentuk
empat persegi panjang akan lebih banyak kemungkinannya untuk memotong kelompok
tumbuhan dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada luasan yang sama, dengan
demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak (Kusmana, C, 1997).
Namun demikian, bentuk petak contoh empat persegi panjang mempunyai
kekurangan terhadap bentuk bujur sangkar, karena perbandingan panjang tepi terhadap
luasnya lebih besar daripada perbandingan panjang tepi bujur sangkar terhadap luasnya.
Kesalahan tersebut terus meningkat apabila perbandingan panjang tepi terhadap luasnya
semakin meningkat. Dilihat dari segi penyebaran tumbuhan, bentuk bujur sangkar
memiliki keuntungan apabila dibandingkan dengan bentuk lingkaran, namun demikian
bentuk lingkaran mempunyai keuntungan dibandingkan dengan bentuk-bentuk
geometris lainnya. Bentuk lingkaran juga lebih efisien digunakan pada daerah-daerah
dengan tipe vegetasi yang berkelompok seperti daerah gurun pasir (Setiadi,1989).
Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa segi empat atau
lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai
dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Teknik sampling kuadrat ini merupakan teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam
teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling (Kusmana,1997).
Bentuk petak contoh dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan
efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya untuk vegetasi rendah, petak contoh
berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan
secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak
contoh berbentuk lingkaran akan memberikan kesalahan sampling yang lebih kecil
daripada bentuk petak lainnya karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih
kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang
efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak
studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segiempat memberikan data
komposisi vegetasi yang lebih akurat disbanding petak berbentuk bujur sangkar yang
berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar dengan arah
perubahan keadaan lingkungan atau habitat. Pada umumnya dilakukan jika hanya
vegetasi tingkat tanaman saja yang menjadi bahan penelitian, metode kuadrat lebih
digunakan karena dengan metode tersebut lebih mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominansi vegetasi dan menaksir volumenya
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan
tertentu. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana
ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Basal area
merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan.
Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur diameter batang (Kusmana,1997).
Frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai
dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang
dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesies yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatif. Secara bersama-sama, kelimpahan dan
frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael,1994).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu
daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh
spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks
keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah
penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila
komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai
relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif,
dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai
Penting = Kr + Dr + Fr. Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga
suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk
seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun
berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua
jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk
menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).

Jenis jenis metode kuadrat.


a. Liat quadrat
Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count atau list count quadrat
Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa
batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar
spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat)
Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yang tertutup vegetasi.
Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang
diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah.
Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis
tanaman.
d. Chart quadrat
Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini
terutama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan
menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang
digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf dilengkapi dengan lengan pantograf.
Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis
mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya (Weaver,
1938).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal :Kamis, 14 maret 2019
Pukul : 12.30 - selesai
Tempat : Padang rumput sekitar laboratorium Pend. Biologi FKIP
UNTAN
B. Alat dan Bahan
- Alat : Tali raffia, meteran 50 cm, pancang, parang, penghitung atau
counter, alat tulis, buku-buku identifikasi
- Bahan :Komunitas tertentu
C. Cara Kerja
1. Ditentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis
2. Ditentukan luas petak contoh dari hasil pembuatan Kurva Species Area
danseluas 1 x 1 m2 dibuat untuk menganalisis tumbuhan herba, 10 x 20 m2 dibuat
untuk tumbuhan semak atau terhadap pohon tingkatan sampling yang tingginya
kurangdari 3 m dan 100 m2 untuk komunitas yang berbentuk hutan. Bentuk
contoh dapat berupa lingkaran, empat persegi panjang atau bujur sangkar petak
yang tergantung pada komunitas yang akan diamati
3. Dilakukan penentuan awal petak contoh secara acak atau secara sistematis atau
kombinasi keduanya yaitu pertama dibuat cak dan selanjutnya dilakukan secara
sistematis
4. Dicatat data setiap individu jenis yang ada dalam setiap petak contoh
5. Dihitung data yang dilihat dari penghitungan
6. Ditentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing jenis
dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut
7. Ditentukan Perbandingan Nilai Penting (SDR) untuk menunjukkan jumlah INP
dibagi dengan besaran yang membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya
tidak lebih dari 100 % sehingga mudah untuk diinterpretasikan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

N Jenis Gambar Plot Keteranga


o tumbuha 1 2 3 4 5 n
n
1 Spesies A 1 1 1 1 2 Habitus :
1 8 5 0 5 semak

2 Spesie B - - - - 8 Habitus :
semak

3 Spesies C - - 1 - - Habitus :
semak,
padang
rumput
4 Caladium 1 1 - - - Habitus :
sp. terna

5 Cpyperus - - 3 - - Habitus :
sp. semak

6 Rambuta - - 1 - - Habitus :
n pohon
7 Rumput - - - - 3 Habitus :
gajah padang
rumput,
semak

B. Perhitungan
Jumlah plot yang ada spesies A 𝐹𝑀
𝐹𝑀 = FR = ⅀𝐹𝑀 x 100 %
jumlah semua plot

5
 FM spesies A = =1
5
1
FR = 2.4 x 100% = 41.67%
1
 FM spesies B = = 0.2
5
0.2
FR = 2.4 x 100% = 8.33%
1
 FM spesies C = = 0.2
5
0.2
FR = 2.4 x 100% = 8.33%
2
 FM Caladium sp. = = 0.4
5
0,4
FR = 2.4 x 100% = 16.67%
1
 FM Cyperus sp. = = 0.2
5
0,2
FR = 2.4 x 100% = 8.33%
1
 FM Rambutan = = 0.2
5
0,2
FR = 2.4 x 100% = 8.33%
1
 FM Rumput Gajah = = 0.2
5
0,2
FR = 2.4 x 100% = 8.33%

Jadi, ⅀FM = 2.4

⅀ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐾𝑀
𝐾𝑀 = ⅀ 𝑝𝑙𝑜𝑡
KR = ⅀𝐾𝑀 x 100 %
79
 KM spesies A = = 15.8
5
15.8
KR = 19.4 x 100% = 81.44%
8
 KM spesies B = 5 = 1.6
1.6
KR = x 100% = 8.25%
19.4
1
 KM spesies C = 5 = 0.2
0.2
KR = 19.4 x 100% = 1.03%
2
 KM Caladium sp. = 5 = 0.4
0.4
KR = 19.4 x 100% = 2.06%
3
 KM Cyperus sp. = 5 = 0.6
0.6
KR = 19.4 x 100% = 3.09%
1
 KM Rambutan = 5 = 0.2
0.2
KR = 19.4 x 100% = 1.03%
3
 KM Rumput Gajah = 5 = 0.6
0.6
KR = 19.4 x 100% = 3.09%
Jadi, ⅀ KM = 10,3

INP = KR + FR
 INP spesies A = 81.44 + 41.67 = 123.11
 INP spesies B = 8.25 + 8.33 = 16.58
 INP spesies C = 1.03 + 8.33 = 9.36
 INP Caladium sp. = 2.06 + 16.67 = 18.73
 INP Cyperus sp. = 3.09 + 8.33 = 11.42
 INP Rambutan = 1.03 + 8.33 = 16
 INP Rumput Gajah = 3.09 + 8.33 = 11.42

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yang berjudul " Analisa vegetasi
Metode Kuadrat”. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Praktikum
ini dilakukan di padang rumput sekitar laboratorium Pend. Biologi FKIP UNTAN
pada kamis 14 maret 2019. Kondisi areal ini ialah berupa padang rumput yang
terdapat spesies-spesies tumbuhan disekelilingnya. Beberapa metodologi yang umum
dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat,
metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum
kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat.
Praktikum ini menggunakan metode kuadrat, yaitu bentuk percontoh atau
sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area
tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan
dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
Digunakannya metode kuadrat karena metode kuadran mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.
Ada tiga bentuk petak contoh pada metode kuadrat yaitu: lingkaran, bujur
sangkar dan empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini masing-
masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya, seperti bentuk lingkaran akan
lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk analisis vegetasi herba yang
bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas dan teliti dengan menggunakan
seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Untuk vegetasi herba rendah
bentuk empat persegi panjang akan lebih efisien dibandingkan dengan bentuk bujur
sangkar pada ukuran yang sama. Hal ini disebabkan karena kelompok tumbuhan
cenderung akan tumbuh membentuk lingkaran, sehingga bentuk petak contoh
berbentuk empat persegi panjang akan lebih banyak kemungkinannya untuk
memotong kelompok tumbuhan dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada
luasan yang sama, dengan demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak.
Namun demikian, bentuk petak contoh empat persegi panjang mempunyai
kekurangan terhadap bentuk bujur sangkar, karena perbandingan panjang tepi
terhadap luasnya lebih besar daripada perbandingan panjang tepi bujur sangkar
terhadap luasnya. Kesalahan tersebut terus meningkat apabila perbandingan panjang
tepi terhadap luasnya semakin meningkat. Dilihat dari segi penyebaran tumbuhan,
bentuk bujur sangkar memiliki keuntungan apabila dibandingkan dengan bentuk
lingkaran, namun demikian bentuk lingkaran mempunyai keuntungan dibandingkan
dengan bentuk-bentuk geometris lainnya. Bentuk lingkaran juga lebih efisien
digunakan pada daerah tipe vegetasi yang berkelompok seperti daerah gurun pasir
(Wirakusumah,2003).
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati jumlah tanaman yang masuk
kedalam petak contoh yang dibuat sebanyak 5 petak contoh, yaitu plot 1, plot 2, plot
3, plot 4, dan plot 5. Yang masing-masing mempunyai ukuran 1 x 1 m dengan jarak
maksimal perpetak contoh 50 cm. Serta dengan menghitung nilai KM, KR, FM, FR,
dan NP. Sedangkan nilai DM dan DR tidak dihitung, dikarenakan plot yang diambil
tidak berada pada naungan. Sedangkan frekuensi relative ini menunjukan luasnya
penyebaran suatu spesies pada area yang diambil sebagai plot. Dari kerapatan
relative dan frekuensi relative dapat diperoleh nilai penting. Yang didapat dari
penjumlahan dari kerapatan relative dengan frekuensi relative. Adapun fungsi dari
FM FR KM dan KR, yaitu
Adapun cara kerja yang dilaksanakan dalam praktikum kali ini yaitu
Ditentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis Ditentukan
luas petak contoh dari hasil pembuatan Kurva Species Area danseluas 1 x 1 m2 dibuat
untuk menganalisis tumbuhan herba, 10 x 20 m2 dibuat untuk tumbuhan semak atau
terhadap pohon tingkatan sampling yang tingginya kurangdari 3 m dan 100 m2 untuk
komunitas yang berbentuk hutan. Bentuk contoh dapat berupa lingkaran, empat
persegi panjang atau bujur sangkar petak yang tergantung pada komunitas yang akan
diamati Dilakukan penentuan awal petak contoh secara acak atau secara sistematis
atau kombinasi keduanya yaitu pertama dibuat cak dan selanjutnya dilakukan secara
sistematis Dicatat data setiap individu jenis yang ada dalam setiap petak contoh
Dihitung data yang dilihat dari penghitungan Ditentukan besarnya Indeks Nilai
Penting (INP) dari masing-masing jenis dengan menjumlahkan parameter masing-
masing jenis tersebut Ditentukan Perbandingan Nilai Penting (SDR) untuk
menunjukkan jumlah INP dibagi dengan besaran yang membentuknya. SDR dipakai
karena jumlahnya tidak lebih dari 100 % sehingga mudah untuk diinterpretasikan
Didapatkan 7 spesies tumbuhan pada 5 plot tersebut. Beberapa tumbuhan
diketahui jenisnya seperti Caladium sp., Cyperus sp., rambutan, dan rumput gajah.
Sedangkan yang tidak diketahuai ada 3 tumbuhan yang diberi kode spesies A, B, dan
C. Untuk spesies A terdapat pada ke-5 plot dengan jumlah individu yaitu 79.
Sedangkan untuk spesies B hanya terdapat pada 1 plot dengan jumlah individu yaitu
8. Untuk spesies C dan Rambutan juga hanya ditemukan pada 1 plot dengan jumlah
individu yaitu 1. Caladium sp. ditemukan pada 2 plot dengan jumlah individu 2.
Sedangkan, Cyperus sp dan Rumput Gajah hanya ditemukan pada 1 plot dengan
jumlah individu masing-masing 3.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan , diketahui bahwa pada spesies A
,FM, KM, FR, KR, dan INP nya berturut-turut ialah 1, 15.8, 41.67% , 81.44% dan
123.11%. Pada spesies B ,FM, KM, FR, KR dan INP nya berturut-turut ialah 0.2,
1.6, 8.33% , 8.25% dan 16.58% . Pada spesies C dan Rambutan, FM, KM, FR, KR
dan INP nya berturut-turut ialah 0.2, 0.2, 8.33%, 1.03% dan 9.36%. Dan pada
Cyperus sp. dan Rumput Gajah, FM, KM, FR, KR dan INP nya berturut-turut ialah
0.2, 0.6, 8.33%, 3.09% dan 11.42%.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa INP tertinggi yaitu pada Spesies A
yaitu 123.11%, yang membuktikan bahwa spesies tersebut yang mendominasi areal
tersebut. Sedangkan yang paling rendah yaitu Spesies C dan Rambutan dengan INP
9.36% yang menunjukan bahwa rendahnya dominasi tumbuhan tersebut di areal
tersebut.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Analisa vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
2. Metode kuadrat digunakan karena metode kuadrat mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya.
3. Diketahui bahwa pada spesies A INP-nya ialah 123.11%, spesies B INP-nya
ialah 16.58% , spesies C dan Rambutan INP-nya ialah 9.36%. Dan Cyperus sp.
dan Rumput Gajah INP-nya ialah 11.42%.
4. Dari data INP, Spesies A adalah tumbuhan yang paling mendominasi areal
tersebut. Sedangkan yang paling rendah dominasinya yaitu yaitu Spesies C dan
Rambutan.

B. Saran
Terimakasih kepada asisten yang telah setia mendampingi dan membimbing kami
sebagai praktikan, semoga apa yang diajarkan asisten kepada kami dapat kami serap
ilmunya dan dapat kami aplikasikan ke kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: PT. Penerbit Institut Pertanian
Bogor.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press.
Rasyid. 1993. Ekologi Tanaman. Malang: UMM Press.
Setiadi, D.,I. Muhadiono, dan A. Yusron. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. Bogor:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor.
Surasana, Eden Syafei. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Weaver, John E and Frederic E. Clements. 1938. Plant Ecology. New York; London:
McGraw-Hill Book Company, inc.
Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas. UI-
Press: Jakarta.
Lampiran Dokumentasi Tumbuhan

Gambar Spesies A Gambar Spesies B

Gambar Spesies C Gambar Caladium sp.

Gambar Cyperus sp. Gambar Rambutan

Gambar Rumput Gajah

Anda mungkin juga menyukai