Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Myopia sering dikatakan rabun jauh, yaitu penurunan ketajaman penglihatan jauh jika
dibanding dengan orang normal.
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di
depan retina ( bintik kuning ) dimana sistem akomodasi berkurang.
Mata minus/myopia/short sighred eye adalah : keadaan pada mata dimana cahaya/benda
yang jauh letaknya jatuh/difokuskan didepan retina/selaput jala/bintik kuning.
Myopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang
sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina. Kelainan ini diperbaiki
dengan lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur dan tepat
jatuh diretina (Mansjoer, 2002).
Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi
dibiaskan pada satu titik di depan retina.
Miopia atau sering disebut cadok adalah jenis kelainan mata yang menyebabkan
penderitanya tidak dapat melihat benda dari jarak jauh dengan baik. Miopia sering
disertai dengan gangguan mata silindris (astigmatis).
Klasifikasi
Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1) miopia ringan : ∫-0,25 D s/d ∫-3,00 D
2) myopia sedang : ∫-3,25 D s/d ∫-6,00 D
3) myopia berat : ∫-6,25 D atau lebih
Berdasarkan perjalanan klinis, dibagi :
1) myopia stasioner : dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai anak
berhenti tumbuh ( ±20 tahun )
2) myopia progresif/maligna : myopia bertambah secara cepat ( ± 4.0 D / tahun ) yang
dapat mengakibatkan kebutaan
Klasifikasi lain:
1. Myopia Axial
Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-
posterior) yaitu 24 mm, dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, dan refraktif
power normal.
2. Myopia Kurvatura
Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea
atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen
dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola
mata normal.

B. ETIOLOGI
a) Genetik(myopia diturunkan)
Pada masa lampau pandangan orang medis sudah mempertimbangkan myopia sebagai
suatu pewarisan sifat yang sederhana. Kenyataannya sekarang adalah :
o Myopia dapat dibuat secara buatan dengan percobaan pada binatang
o Orang tua yang mempunyai myopia maka anaknya mempunyai kejadian yang lebih
sering untuk menderita : jika kedua orang tua mempunyai myopia, maka resiko untuk
anaknya menderita myopia menjadi 7 kali lebih besar.
b) Efek Mekanis
Myopia mempunyai beberapa hubungan dengan akomodasi. Satu penjelasan, pengaruh
tegangan dari berbagai otot yang terlibat dalam kerja yang membutuhkan penglihtan
terhadap suatu objek secara dekat misalnya membaca terlalu dekat, dan bekerja di depan
layar. Tidak hanya dari otot ciliary untuk akomodasi, tetapi juga berbagai otot ekstra
ocular yang mengontrol sumbu mata. Dalam konteks ini ada hasil yang menarik bahwa
ketebalan badan ciliary meningkat seiring meningkatnya myopia dan panjang aksial
sumbu mata

C. PATOFISIOLOGI
Pada myopia bayangan jatuh di depan retina. Lazimnya miopia terjadi karena
memanjangnya sumbu bola mata. Hal ini sangat dipengaruhi oleh genetik. Mata yang
penampang seharusnya bulat, akibat proses pemanjangan ini kemudian berbentuk bulat
telur. Selanjutnya, pemanjangan sumbu ini menyebabkan media refraktif sulit
memfokuskan berkas cahaya terfokus di depan retina. Berkas cahaya terfokus didepan
retina. Sejalan dengan memanjangnya sumbu bola mata, derajat miopia pun akan
bertambah. Pada usia anak-anak sampai remaja, proses pemanjangan bolamata dapat
merupakan bagian dari pertumbuhan tubuh. Pertambahan derajat miopia membutuhkan
kacamata yang kiat berat derajat kekuatannya, karena itu pada masa usia dini dianjurkan
agar pemeriksaan diulang setiap 6 bulan pada golongan usia antara 20-40 tahun,
progresivitas miopia akan melambat. Meskipun demikian pertambahannya tetap ada,
terutama pada mereka yang baru mulai menderita miopia diatas usia 20 tahun.

D. MANIFESTASI KLINIS
Ciri khas dari perkembangan miopia adalah derajat kelainan yang meningkat terus
sampai usia remaja kemudian menurun pada usia dewasa muda.
Gejala-gejala myopia juga terdiri dari:
• Kabur bila melihat jauh
• Keluhan pusing
• Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
• Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi )

E. KOMPLIKASI
a. Ablatio rhegmatogen terutama pada myopia tinggi lebih dari 8 dioptri
b. Kebutaan pada miopía yang progresif
c. Ambliopia (mata malas) adalah gangguan fungsi penglihatan yang umumnya terjadi q
pada satu mata tanpa disertai kelainan pada saraf mata
d. Strabismus
Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terus-menerus

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Refraksi Subyektif (Metoda ‘trial and error’)
Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki, digunakan kartu Snellen yang diletakkan
setinggi mata penderita. Mata diperiksa satu persatu Ditentukan visus / tajam penglihatan
masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negative.
Refraksi Obyektif
a. Retinoskopi: dengan lensa kerja ∫+2.00 pemeriksa mengamati refleks fundus yang
bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian
dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi
b. ERG (electro retino gram) untuk menilai fungsi retina dengan membangkitkan sinyal
dari mata melalui elektrode
c. Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata (E.E.G = electro –
ence falogram
d. EVP (evoked potential examination) untuk mengukur waktu yang diperlukan oleh
saraf untuk merespon rangsangan
e. USG bola mata dan keliling organ mata, misal pada tumor, panjang bola mata,
kekentalan benda kaca (vitreous)

G. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
1) Kacamata Koreksi dengan lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik
2) Lensa kontak untuk miopia tinggi
3) Bedah refrakstif
Lasik ( Laser In-Situ Keratomileusis) merupakan salah satu prosedur dari Bedah Refraksi
yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan seseorang dengan mengubah
bentuk (membentuk kembali) kornea sehingga sinar datang sejajar kedalam bola mata
difokuskan tepat di retina dan tidak diperlukan lagi pemakaian kacamata maupun lensa
kontak. Komplikasi yang mungkin timbul setelah operasi adalah sun sensitives,mata
kering, penglihatan ganda, floaters, halos pada sekitar sumber cahaya malam hari yang
hanya berlangsung beberapa hari.
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi
kotoran yang masuk ke dalam mata.
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pre-op
a. Data Subyektif
1. Pasien mengatakan sulit melihat jelas apabila melihat jauh
2. Pasien mengatakan pandangannya kabur,
3. Pasien mengatakan cemas tentang keadaan dirinya
4. Pasien mengatakan kurang tahu tentang penyakitnya dan pengobatannya
b. Data Obyektif
1. Pasien tampak memicingkan mata ketika melihat jarak jauh
2. Koreksi dengan lensa negative (-) menunjukkan hasil yang positif
3. Pasien tampak takut dan gelisah
4. Pasien tampak binggung dan bertanya-tanya tentang penyakitnya
c. Faktor Resiko
a. Gangguan pengelihatan
Post-op
a. Faktor Resiko
1. Perawatan tak adekuat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre-op
1. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan pengelihatan di
tandai dengan pasien mengatakan sulit melihat jelas apabila melihat jauh, pasien
mengatakan pandangannya kabur, pasien tampak memicingkan mata ketika melihat jarak
jauh, koreksi dengan lensa negative (-) menunjukkan hasil yang positif, visus mata pasien
< 6/6
2. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan pengelihatan
3. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit ditandai dengan pasien mengatakan
cemas tentang keadaan dirinya, pasien tampak takut dan gelisah
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pengobatan
penyakit di tandai dengan pasien mengatakan kurang tahu tentang penyakitnya dan
pengobatannya, pasien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
Post-op
1. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan tak adekuat

C. RENCANA KEPERAWATAN
Pre Op
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan pengelihatan di
tandai dengan ;
DS :
1. pasien mengatakan sulit melihat jelas apabila melihat jauh
2. pasien mengatakan pandangannya kabur
DO :
1. pasien tampak memicingkan mata ketika melihat jarak jauh
2. koreksi dengan lensa negative (-) menunjukkan hasil yang positif Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan gangguan persepsi sensori teratasi
dengan kriteria hasil :
1. pasien dapat melihat dengan jelas
2. pandangan pasien tidak kabur
3. pasien tidak memicingkan mata
Mandiri
1. Observasi dan catat ketajaman penglihatan
2. Observasi deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat dan apa yang tidak dapat dilihat
3. Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan
4. observasi tipe dan jumlah rangsangan yang dapat diterima klien
Kolaborasi
1. kolaborasi dalam pemilihan alat bantu pengelihatan seperti kacamata atau lensa kontak
dengan lensa negative
2. Kolaborasi dalam bedah LASIK

3. Kolaborasi dalam pemeberian atropin sulpat Mandiri


1. menentukan kemampuan visual
2. memberikan keakuratan terhadap penglihatan dan perawatan

3. meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan penglihatan menurun


Kolaborasi
1. Lensa negative memebentuk bayangan dari benda jauh tak terhingga, supaya terletak di
titik terjauhnya, dimana pada myopia titik jauh mata terletak pada lebih dekat dari
takterhingga.Kacamata atau lensa kontak dipilih sesuai kebutuhan dan kenyamanan klian
2. Lasik merupakan salah metode koreksi penglihatan
3. Dengan atropine sulfat diharapkan akomodasi mata lumpuh untuk sementara.
2 Resiko cedera berhubungan dengan gangguan pengelihatan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan tidak terjadi cedera
dengan kriteria hasil:
– mempertahankan bagian tubuh yang tidak cedera Mandiri
1. Bantu klien dan orang terdekat untuk mengidentifikasi resiko terjadinya bahaya yang
mungkin timbul
2. Jauhkan alat – alat yang berpotensi menimbulkan bahaya, misalnya: gunting, pisau,
barang pecah belah
3. Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan
4. Orientasikan pasien pada ruangan
Mandiri
1. Mengidentifikasi resiko potensial di lingkungan dan mempertinggi kesadaran sehingga
klien dan pemberi asuhan lebih sadar akan bahaya
2. menghindarkan klien dari luka tusuk ataupun luka gores
3. Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan
4. Meningkatkan keamanan dalam mobilitas di dalam ruangan

3 Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit ditandai dengan


:
1. pasien mengatakan cemas tentang dengan keadaan dirinya
DO :
1. pasien tampak takut dan gelisah Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1×24
jam diharapkan tidak terjadi cedera dengan kriteria hasil:
1. pasien mengatakan cemas berkurang
2. pasien tidak tampak takut dan gelisah lagi Mandiri
1. Bantu klien mengekspresikan perasaannya yang membuat cemas

tindakan untuk mengurang kecemasan, beri lingkungan yang tenang dan suasanan penuh
istirahat
3. Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
4. Beri privasi untuk klien dengan orang terdekat Mandiri
1. Cemas yang berkelanjutan bila tidak diatasi dapat memberikan dampak yang tidak baik
dalam pengobatan
2. Mengurangi rangsangan dari luar yang dapat menyebabkan cemas

3. Orientasi dapat membantu mengurangi kecemasan


4. Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan dan menghilangkan cemas
4 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pengobatan
penyakit di tandai dengan
DS
1. pasien mengatakan kurang tahu tentang penyakitnya dan pengobatannya,
DO
1. pasien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan tidak terjadi cedera
dengan kriteria hasil:
1. pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya dan pengobatannya,
Mandiri
1. Observasi pengetahuan klien mengenai penyakitnya

2. Jelaskan mengenai hal – hal yang ingin diketahui klien


3. Berikan informasi tentang pengobatan dan perawatan tentang penyakitnya

4. Motivasi klien dalam mengekspresikan ketidaktahuannya dan beri informasi yang


butuhkan Mandiri
1. Mengetahui tingkat pengetahuan klien, sehingga memudahkan perawat dalam
memberikan informasi
2. Memenuhi kebutuhan belajar klien

3. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pengobatan dan perawatan diri,


sehingga klien dapat bersikap kooperatif
4. Memberikan kesempatan untuk mengoreksi persepsi yang salah

Post-op
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2 Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan tak adekuat
Setelah diberikan ASKEP selama 1 x 24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan KH:
– Tidak muncul tanda-tanda infeksi pada mata 1) Anjurkan pasien untuk memakai
kacamata saat mandi, tidur maupun di luar ruangan sesuai indikasi
2) Kolaborasi dalam pemberian Fluorometholone 0.1% dan antibiotic sesuai indikasi 1)
Kacamata dapat digunakan sebagai tameng pelindung mata dari air, debu maupun
mengucek mata sehingga tidak terjadi infeksi pada mata.
2) Mengatasi respon inflamasi dan mencegah infeksi.

D. IMPLEMENTASI
Proses implementasi / pelaksanaan merupakan langkah keempat yang dilaksanakan
sesuai yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Pada pelaksanaan
rencana tindakan terdapat jenis tindakan yaitu tindakan mandiri dan kolaborasi.

E. EVALUASI
1. Gangguan persepsi sensori teratasi
2. Tidak terjadi cedera
3. Ansietas teratasi
Daftar pustaka

Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumn

i Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.

Jakarta: EGC

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

NANDA. 2012. Nursing Diagnosis Definitions and Classification. Wiley-Blackwell

Anda mungkin juga menyukai