Anda di halaman 1dari 27

Pengertian diabetes mellitus

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan


kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut
seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler
perifer.(brunner and suddarth, 2002: 109)

diabetes tipe 1

Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor


kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada
anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi,
sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.

2. Tipe 2: Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

a) 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe 2. Kondisi ini diakibatkan
oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin

b) Pengobatan pertama adalah dengan diet dan olahraga jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemia (suntikan insulin
dibutuhkan jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia)
c) Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada
mereka yang obesitas.

Tanda dan Gejala DM

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing
manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni
(urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine
sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala


dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.


Kondisi kadar gula yang drastis menurun kan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan,
terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.

Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2

umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka


mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering


ditemukan adalah :

1. Katarak

2. Glaukoma

3. Retinopati

4. Gatal seluruh badan

5. Pruritus Vulvae

6. Infeksi bakteri kulit

7. Infeksi jamur di kulit

8. Dermatopati

9. Neuropati perifer

10. Neuropati visceral

11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik

13. Penyakit ginjal

14. Penyakit pembuluh darah perifer

15. Penyakit koroner

16. Penyakit pembuluh darah otak

17. Hipertensi

H. Pengobatan Diabetes Mellitus

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan
serius pada pola aktivitas klien.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan

4. Terapi

5. Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth, 2002: 1226)


Penatalaksanaan Diet/Perencanaan Makanan(Meal planning)

Pada consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia(PERKENI) telah ditetapkan


bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang
berupa :

 karbohidrat (60-70%)
 protein (10-15%)
 lemak (20-25%)

Apabila diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga


memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah
kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan
jasmani untuk mencapai berat badan ideal.

 Jumlah kandungan kolestrol <300mg/hari


 Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari
 diutamakan jenis serat larut
 Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi
 Pemanis dapat digunakan secukupnya.

Cara menghitung kalori pada pasien DM

Tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal
pasien DM.

Cara termudah adalah perhitungan menurut Bocca :

BB ideal=(TB dalam cm – 100)x 1 kg

Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan. Ada beberapa cara untuk
menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM.
1) Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalihkan berat badan ideal
dengan 30 untuk laki-laki dan 25 untuk wanita. Kebutuhan kalori sebenarnya harus
ditambah lagi sesuai dengan kegiatan sehari-hari(lihat table 2)

C. Etiologi Diabetes Mellitus Tipe 2

Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin


yang progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (NIDDM), penyakitnya
mempunyai pola familial yang kuat. NIDDM ditandai dengan adanya
kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada
awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang
meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien-
pasien dengan NIDDM terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi
penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam
waktu yang cukup lama dengan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin menurun, dan jumlah insulin yang beredar
tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Sekitar 80%
pasien NIDDM mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan
resistensi insulin, maka kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa
dan diabetes mellitus yang pada akhirnya terjadi pada pasien-pasien
NIDDM merupakan akibat dari obesitasnya. Pengurangan berat badan
seringkali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan
pemilihan toleransi glukosa (Rakhmadany,2010).

b. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas


DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin
dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan
impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita.
Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan
diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil
pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal , belum
cukup kuat untuk menegakkan diagnosis klinis DM. Diperlukan
pemastian lebih lanjut dengan menddapatkan sekali lagi angka
abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa
darah sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes
toleransi glukosa oral (TTGO) yang abnormal.
Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO 1985

1) 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa

2) Kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan

3) Puasa semalam, selama 10-12 jam

4) Kadar glukosa darah puasa diperiksa

5) Diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgbb, dilarutkan dalam


air 250 ml dan diminum selama/dalam waktu 5 menit

6) Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa;


selama pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.

Kriteria diagnostik Diabetes Melitus

1) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl , atau

2) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl (Puasa


berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir ) atau

3) Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban


glukosa 75 gram pada TTGO**

* Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain,
kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi
metabolik akut, seperti ketoasidosis atau berat badan yang menurun
cepat.

**Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin diklinik

F. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2

Adapun Faktor resikonya yaitu :

1. Kelainan Genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap


diabetes mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak
dapat menghasilkan insulin dengan baik.

2. Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis


menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul
setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia
45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya
tidak peka lagi terhadap insulin.

6. Hipertensi

Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan


resistensi insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan
konsekuensi metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas
metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada
kelainan fungsi tubuh/ disfungsi endotelial. Sel endotelial mensintesis
beberapa substansi bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi
pembuluh darah.

PENANGGULANGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

A. Strategi Penanggulangan Diabetes Mellitus Tipe 2

Adapun stategi penanggulangannnya sebagai berikut (Moh


Joeharno,2009):

1. Primordial prevention

Primordialprevention merupakan upaya untuk mencegah terjadinya


risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat
terhadap penyakit secara umum. Pada upaya penanggulangan DM,
upaya pencegahan yang sifatnya primordial adalah :

a. Intervensi terhadap pola makan dengan tetap mempertahankan


pola makan masyarakat yang masih tradisional dengan tidak
membudayakan pola makan cepat saji yang tinggi lemak,

b. Membudayakan kebiasaan puasa senin dan kamis

c. Intervensi terhadap aktifitas fisik dengan mempertahankan


kegiatan-kegiatan masyarakat sehubungan dengan aktivitas fisik berupa
olahraga teratur (lebih mengarahkan kepada masyarakat kerja) dimana
kegiatan-kegiatan masyarakat yang biasanya aktif secara fisik seperti
kebiasaan berkebun sekalipun dalam lingkup kecil namun dapat
bermanfaat sebagai sarana olahraga fisik.

d. Menanamkan kebiasaan berjalan kaki kepada masyarakat

2. Health promotion

Healthpromotion sehubungan dengan pemberian muatan informasi


kepada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Dan pada
upaya pencegahan DM, tindakan yang dapat dilakukan adalah :

a. Pemberian informasi tentang manfaat pemberian ASI eksklusif


kepada masyarakat khususnya kaum perempuan untuk mencegah
terjadinya pemberian susu formula yang terlalu dini

b. Pemberian informasi akan pentingnya aktivitas olahraga rutin


minimal 15 menit sehari

c. DIET

Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM. makanan
yang masuk harus dibagi merata sepanjang hari. Ini harus konsisten dari
hari kehari. Adalah sangat penting bagi pasien yang menerima insulin
dikordinasikan antara makanan yang masuk dengan aktivitas insulin
lebih jauh orang dengan DM tipe II, cenderung kegemukan dimana ini
berhubungan dengan resistensi insulin dan hiperglikemia. Toleransi
glukosa sering membaik dengan penurunan berat badan.
(Hendrawan,2002).
1) Modifikasi dari faktor-faktor resiko

- Menjaga berat badan

- Tekanan darah

- Kadar kolesterol

- Berhenti merokok

- Membiasakan diri untuk hidup sehat

- Biasakan diri berolahraga secara teratur. Olahraga adalah aktivitas


fisik yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh
yang berulang untuk mencapai kebugaran.

- Hindari menonton televisi atau menggunakan komputer terlalu lama,


karena hali ini yang menyebabkan aktivitas fisik berkurang atau minim.

- Jangan mengonsumsi permen, coklat, atau snack dengan kandungan.


garam yang tinggi. Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar
karbohidrat dan lemak tinggi.

- Konsumsi sayuran dan buah-buahan.


3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang


telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan
lebih lanjut. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin,
sebelum kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80-
325 mg/hari) dapat diberikan secara rutin bagi penyandang diabetes
yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati. Pada upaya
pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan
keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat
dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal . Pencegahan
tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi antar
disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kolaborasi yang
baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah
ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatrist,
dll.) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan
tersier (Konsensus,2006)

b. Perencanaan makanan

Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat


dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan
dan teratur. Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan
diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan
yang sesuai untuk semua pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan
menurut kebiasaan masing-masing individu. Yang dimaksud dengan
karbohidrat adalah gula, tepung, serat.

Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara


memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta
komposisi makanan (karbohidrat, lemak, dan protein). Jumlah masukan
kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting daripada
sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan
tetap diijinkan. Pada keadaan glukosa darah terkendali, masih
diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5 %
kebutuhan kalori.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:

1) Karbohidrat 45 – 65%

2) Protein 10 – 20 %

3) Lemak 20 – 25 %

Makanan dengan komposisi sampai 70 – 75% masih memberikan hasil


yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari,
diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA
(Mono Unsurated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated
Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g /
hari, diutamakan serat larut.
Jumlah kalori disesuaikan dengan status gizi,umur , ada tidaknya stress
akut, kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai
Indeks Massa tubuh (IMT) dan rumus Broca.

Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:

1) Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu


makan.

2) Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman


berkalori rendah lainnya pada waktu makan.

3) Makanlah dengan waktu yang teratur.

4) Hindari makan makanan manis dan gorengan.

5) Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan.

6) Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap
makan.

7) Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus.

8) Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil.

9) Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil


3.1 Pengobatan

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,


karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur
dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/
mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh
(tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis


yaitu:

 Pengobatan non obat (non farmakologis)


 Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

3.1.1 Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan


darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau
sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti
hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai
sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

 Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan


penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan.

 Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan


tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada
pengobatan farmakologis.
 Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi,
yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya
dapat menurunkan tekanan darah.
 Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama

30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

 Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol


 Perbanyak maknan yg mengandung kalsium,kalium dan
magnesium
 Perbanyak makanan yg mengandung serat Menjaga berat badan
 Hindari kebiasaan minum kopi berlebihan
3.1.2 Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan anti hipertensi. Terdapat banyak jenis obat anti hipertensi


yang beredar saat ini.

Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

· Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan


tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

· Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas ).

Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

· Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.

Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.

Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah
yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus
hati-hati.

· Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.

· Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

· Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

· Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan
yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang
mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan
dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi,
maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

2.4 Faktor penyebab Diabetes Militus

Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu,diantaranya:

Ø Pola makan

o Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat
memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan
sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan
pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.

Ø Obesitas (kegemukan)
o Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk
terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang
diabetes mellitus.

Ø Faktor genetis

o Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan
dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke
cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.

Ø Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

o Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada
pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam
waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

Ø Penyakit dan infeksi pada pancreas

o Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang
otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk
proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat
meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.

Ø Pola hidup

o Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang malas berolah
raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi
untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh
merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke
depan. “Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda.
Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden
Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka
yang sedikit aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda,
jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
Ø Teh manis

o Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi.
Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung
kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung
aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi
beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.

Ø Gorengan

Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah salah satu faktor
risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab
utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan
salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid
yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta
penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat
disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk
gorengan.

Ø Suka ngemil

o Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari obesitas dan
diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit
dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat
arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam
makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya
mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.

Ø Kurang tidur.

o Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para ahli dari University of
Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses
glukosa menurun drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang
sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur
terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
Ø Sering stress

o Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh akan
meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan
energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik.
Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja
dengan bunuh diri pelan-pelan.

Ø Kecanduan rokok

o Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa
risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko
tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan
dan olahraga.

Ø Menggunakan pil kontrasepsi

Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau progestin saja.
Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD,
dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin.
Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika
terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.

Ø Keranjingan soda

o Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44
tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko
diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan
pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang
sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.

2.5 Cara pengobatan dan penanganan Diabetes Militus

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog,
Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta
melakukan pengontrolan menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan
pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci
program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak
mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian
suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

2.1. PERAWATAN PREVENTIF

1. Identifikasi

Penderita membawa keterangan tentang : jenis DM, komplikasi, regimen

Pengobatan

2. Vaksinasi

Merupakan tindakan yang baik terutama terhadap pnemokokus dan

influensa

3. Tidak merokok

4. Deteksi dan Penatalaksanaan hipertensi dan hiperlipidemia

5. Perawatan kaki

2.6 hubungan diabetes militus dengan anggota tubuh


♣ Hubungan Kesehatan Gigi dan Diabetes Melitus

Kebanyakan orang mempunyai kebiasaan suka makan malas sikat gigi. Tapi itu juga tidak semua. Apalagi
bila orang tersebut tahu benar dengan menjaga kesehatan gigi dapat menghindarkan tubuh dari
penyakit lainnya. Salah satu penyakit yang dapat dihindari adalah penyakit diabetes melitus. Karena
menurut studi penelitian di Amerika menunjukkan bahwa penderita kerusakan gigi kronis bisa jadi orang
tersebut pengidap penyakit diabetes melitus tipe 2.

Pada kerusakan gigi yang parah, bakteri dapat masuk ke aliran darah dan mengganggu sistem kekebalan
tubuh. Sel sistem kekebalan tubuh yang rusak melepaskan sejenis protein yang disebut cytokines.
Cytokines inilah penyebab kerusakan sel pankreas penghasil insulin, hormon yang memicu diabetes. Jika
ini terjadi sekali saja, walaupun orang itu sebelumnya dalam keadaan sehat maka orang tersebut
berpeluang menderita diabetes tipe 2.

Selain itu tingginya kandungan kolesterol dari glukosa yang dibutuhkan tubuh merupakan faktor utama
pemicu risiko diabetes bagi orang yang mengalami kerusakan gigi. Dan kolesterol rendah dapat
menolong orang sehat untuk tidak terserang problem gangguan gigi yang mampu memicu diabetes.
Untuk itu, penderita diabetes sebaiknya mengikuti diet rendah kalori, rajin mengonsumsi obat pengatur
hormon insulin dan menjaga kesehatan gigi. Dan alangkah baiknya jika orang sehat juga ikut menjaga
kesehatan giginya agar tidak berisiko terkena diabetes.

Radang gusi adalah jenis penyakit gigi yang paling ringan, disebabkan oleh bakteri dalam plak. Penyakit
ini masih bisa disembuhkan, tapi jika disepelekan tanpa perawatan lebih lanjut bisa berkembang
menjadi penyakit gigi yang parah juga. Plak yang menempel pada rongga antara gusi dan gigi mampu
menimpulkan infeksi dan menyebabkan kasus serius. Bahkan pada stadium tertentu, gigi harus dicabut.

Diabetes merupakan kondisi di mana tubuh tidak mampu meregulasi kandungan glukosa. Artinya,
tekanan darah bisa menjadi sangat tinggi. Pengobatan dengan insulin bisa membantu tubuh mengontrol
jumlah glukosa pada aliran darah.

Pada diabetes tipe 2, insulin diproduksi sangat sedikit sehingga tidak cukup jumlahnya untuk keperluan
tubuh manusia. Biasanya hal ini sangat berpengaruh pada orang berusia di atas 40 tahun. Untuk
mengatasinya dibutuhkan diet teratur dan mengonsumsi pil atau suntikan reguler.

♣ Diabetes dan Kesehatan Mata


Diabetes adalah penyakit kompleks yang merupakan hasil dari ketidakmampuan tubuh untuk
menghasilakn insulin, hormon yang mengatur kadar gula dalam darah, membawa gula berlebih untuk
disimpan di dalam sel dan kemudian akan digunakan jika diperlukan.

Tanpa insulin yang memadai, gula di dalam darah akan menjadi berlebih. Analoginya seperti mobil
yang penuh bensin tetapi tidak ada kuncinya; Anda mempunyai energi untuk menggerakkan mobil,
tersebut tetapi tidak bisa menggunakannya dengan maksimal.

Diabetes dialami oleh lebih dari 16 juta warga Amerika. Sebagian besar kasus yang dialami adalah
diabetes onset dewasa, yang biasanya mengenai individu berusia lebih dari 40 tahun. Salah satu faktor
risiko termasuk riwayat keluarga yang menderita diabetes dan kelompok etnis tertentu. Keturunan
Afrika, Amerika asli, Jepang, Latin ataupun Polinesia lebih tinggi risikonya.

Komplikasi umum penderita diabetes adalah penyakit mata akibat diabetes. Salah satunya adalah
glaukoma. Komplikasi lainnya termasuk retinopati dan katarak. Retinopati diabetik adalah penyakit yang
merusak pembuluh darah kecil pada retina (jaringan yang peka cahaya yang berjajar di belakang mata)
yang sering dijumpai pada penderita diabetes. Selama masa hidup mereka, sekitar 16 juta penderita
diabetes akan mengalami berbagai tingkatan retinopati diabetik dan setidaknya 25.000 menjadi buta
tiap tahunnya. Katarak adalah pengaburan lensa mata yang mengakibatkan pudarnya penglihatan
normal. Penderita diabetes mempunyai risiko hampir dua kali mengalami katarak dibandingkan yang
lainnya.

Katarak juga mempunyai kecenderungan terjadi pada usia yang lebih muda. Hubungan antara diabetes
dengan glaukoma sudut-terbuka (tipe glaukoma yang paling umum) telah membangkitkan minat para
peniliti selama bertahun-tahun. Penderita diabetes mempunyai risiko dua kali terkena glaukoma
daripada individu non-diabetes, meskipun beberapa penelitian baru-baru ini telah mempertanyakan hal
ini. Yang lebih menarik lagi, kemungkinan seseorang yang mempunyai glaukoma sudut terbuka
kemudian menderita diabetes ternyata lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak mempunyai
penyakit mata. Glaukoma neovaskuler, tipe glaukoma yang jarang selalu dikaitkan dengan abnormalitas
yang lain, diabetes adalah yang paling sering. Pada beberapa kasus retinopati diabetes, pembuluh darah
pada retina menjadi rusak. Retina kemudian memproduksi pembuluh darah baru yang abnormal.
Glaukoma neovaskuler dapat terjadi jika pembuluh darah yang baru tumbuh pada iris (bagian
berwarna pada mata), menutup cairan pada mata dan meningkatkan tekanan pada mata. Glaukoma
neovaskuler adalah penyakit yang sulit untuk diobati. Salah satu pilihan adalah bedah laser untuk
mengurangi pembuluh darah abnormal pada permukaan iris dan retina.

Komplikasi pada mata adalah hal yang umum terjadi pada penderita diabetes, penting bagi
penderita diabetes untuk memeriksakan kesehatan mata mereka secara rutin. Institusi Mata Nasional
(National Eye Institute) merekomendasikan penderita diabetes untuk memeriksakan mata mereka
setahun sekali.

♣ Diabetes dan luka pada bagian kaki

Ulkus atau luka kaki dapat menjadi masalah yang sangat serius bagi penderita diabetes. Penting untuk
menyembuhkan ulkus secepatnya.

Kerusakan saraf pada diabetes dapat mengurangi nyeri sehingga ulkus kaki kadang tidak menimbulkan
rasa nyeri jadi sering diabaikan. Sejalan dengan waktu ulkus kaki atau gejala-gejala penyakit dapat
merusak kaki secara serius.

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir. Ulkus bisa dikatakan kematian
jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan
ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM
dengan neuropati perifer. Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat diabetes mellitus.

Anda mungkin juga menyukai