Askep Addison
Askep Addison
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korteks adrenal diperlukan bagi kehidupan. Sekresi adrenokortikal
memungkinkan tubuh untuk beradaptasi terhadap segala jenis stres. Tanp korteks
adrenal, keadaan stres yang berat dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi perifer,
syok, dan kematian. Kehidupan hanya dapat dipertahankan dengan terapi nutrisi,
elektrolit serta cairan dan preparat hormon adrenokortikal.
Kelainan pada korteks adrenal terjadi akibat hiposekresi atau hipersekresi hormon
adrenokortikal. Insufiensi adrenal dapat disebabkan oleh penyakit, atrofi, hemoragik
atau operasi pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenal.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan penyakit kelainan korteks
adrenal atau penyakit Addison
1
1.2.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Addison
Untuk mengetahui etiologi penyakit Addison
Untuk mengetahui woc dari penyakit Addison
Untuk mengaetahui manifestasi klinis penyakit Addison
Untuk mengetahui penatalaksanaan Addison
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosa
Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan penyakit Addison
1.3 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kelompok tentang penyakit
Addison
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pengetahuan bagi semua
pembaca tentang penyakit Addison.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
2.1.2 Etiologi
Autoimmune ( Idiopatik ).
Infeksi lain
Penyebab kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi yang lebih jarang ialah
karena : histoplasmosis, koksidioid omikosis, serta septikemi karena kuman
stafilokok atau meningokok yang sering menyebabkan perdarahan dan nekrosis.
Bahan-bahan kimia
4
Obat-obatan yang dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar adrenal dengan
menghalangi biosintesis yaitu metirapon; sedang yang membloking enzim misalnya
amfenon, amino- glutetimid dll.
Iskemia
Infiltrasi
Perdarahan
Hiperteroid
Neoplasma
Emboli
Trombosis
2.1.3 Patofisiologi
Penyakit Addison atau insufisiensi adrenokortikal, terjadi bila fungsi korteks
adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon
korteks adrenal. Atrofi otoimun atau idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan
penyebab pada 75% kasus penyakit Addison (Stern & Tuck, 1994). Penyebab lainnya
mencakup operasi pengangkatan kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua
kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan histoplasmosis meupakan infeksi yang
paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal.
5
Meskipun kerusakan adrenal akibat proses otoimun telah menggantikan
tuberkolsis sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens
tuberkulosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencatuman
penyakit infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari
kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan
stimulasi korteks adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian
mendadak terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh
terhadap keadaan stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Tetapi
dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 hingga 4 minggu dapat
menekan fungsi korteks adrenal oleh sebab itu, kemungkinan penyakit Addison harus
diantisipasi pada pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid.
6
WOC
7
2.1.4 Manifestasi Klinis
Hiperpigmentasi
8
Rowntree dan Snell melaporkan dari 108 kasus didapat 1 kasus tanpa
pigmentasi. Penderita dengan kegagalan adrenokortikal sekunder karena
hipopituitarisme tidak didapatkan gejala hiperpigmentasir.
Sistem Kardiovaskuler
1) Hipotensi
2) Jantung
9
Akibat hiperkalemia dapat terjadi aritmia yang dapat menyebabkan kematian
mendadak.
Kelemahan Badan
Penurunan berat badan biasanya berkisar antara 10–15 kg dalam waktu 6–12
bulan. Penurunan berat badan ini karena adanya anoreksia, gangguan gastrointestinal
lain, dehidrasi, serta katabolisme protein yang meningkat pada jaringan ekstrahepatik,
terutama jaringan otot. Dengan pengobatan yang adekuat akan didapatkan kenaikan
berat badan.
Kelainan gastrointestinal
10
produksi asam klorida lambung menurun. Hipoklorhidria biasanya kernbali normal
bila keseirnbangan elektrolit sudah diperbaiki.
Darah Tepi
Manifestasi kelainan pada saraf antara lain penglihatan kabur ngantuk, yang
mungkin berhubungan dengan kelemahan yang progresif, kadang-kadang penderita
gelisah, mudah tersinggung serta dapat timbul psikosis. Pada elektro-ensefalogram
11
didapat gelombang alfa lebih pelan terutama pada daerah frontalis, serta
menghilangnya gelombang beta.
Lain-lain
Pemeriksaan laboratorium
Gambaran EKG
12
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit
2.1.6 Komplikasi
Dehidrasi
Hiperkalemia
Sepsis
2.1.7 Penatalaksanaan
13
makanan penembahan garam, pada saat terjadi kehilangan cairan dari saluran cerna
akibat muntah dan diare. ( Keperawatan medikal Bedah II, edisi 8.2001 ).
14
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi:
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal
pengkajian
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan otot anoreksia, gejala gastrointestinal, keluhan mudah lelah, emasiasi
( Tubuh kurus kering ); Pigmentasi pada kulit, bulu-bulu jari, lutut, siku serta
membran mukosa ;hipotensi, kadar glukosa darah dan natrium serum rendah; dan
kadar kalium serum yang tinggi.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita penyakit Addison menampakkan gejala kelemahan otot, anoreksia,
mudah lelah
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti adanya riwayat
Krisis addisional
hypertiroid
a. Aktivitas / istirahat
15
Gejala : otot- otot klien merasa lemah
b. Sirkulasi
Takikardi 110x/mnt
c. Integritas ego
Gejala: adanya riwayat riwayat factor stress dialami, Ketidak mampuan mengatasi
stress
g. Nyeri/ kenyamanan
h. Pernapasan
Gejala: Dipsnea
i. Keamanan
16
Tanda: Hiperpigmentasi kulit (coklat kehitaman karena terkena sinar
j. Seksualitas
Hilangnya tanda tanda seks sekunder (berkurangnya rambut rambut pada tubuh
terutama pada wanita), Hilangnya libido
k. pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik
ADH meningkat
Aldosteron menurun
Elektrolit: kadar dalam serum mungkin normal atau natrium sedikit menurun
sedangkan kalium sedikit meningkat
Glukosa; hipoglikemi
17
Analisa gas darah: asidosis metabolic
Pemeriksaan EKG
18
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi rasional
. Keperawatan Hasil
1. Kurang volume Setelah Menunjukka Mandiri
cairan dilakukan n adanya Kaji jumlah Dengan
berhubungan intervensi perbaikan volume mengkaji
dengan selama 3x 24 keseimbang cairan pasien jumlah
kehilangan jam, an cairan, volume cairan
natrium dan air diharapkan dengan pasien, maka
yang berlebihan, volume cairan kriteria: perawat akan
skunder dapat pengeluaran mengetahui
terhadap polyuri terpenuhi uri yang besar
ditandai dengan secara adekuat, kebutuhan
anorexia, adekuat tanda-tanda cairan pasien
kelemahan otot, vital stabil, Dengan
natrium serum TD: 120/80, Pantau tanda pemantauan
menurun, ND: 60- – tanda vitla yang dalam
dehidrasi, pucat 100x/i, RR: pasien berbagai
16-24x/i S: terutama pada posisi dapat
36,5-37,5C saat baring, diketahui
duduk dan penurunan
berdiri volume cairan
Dengan
menganjurkan
Anjurkan pasien banyak
pAsien minum akan
banyak dapat
minum memenuhi
kebutuhan
cairan pasien
Dengan
menganjurkan
pasien
Anjurkan mengkonsum
19
pasien si buah –
banyak buahan akan
mengkonumsi memperkaya
buah – asupan cairan
20
makan pasien perawat dapat
mengetahui
seberapa
besar
masukan
nutrisi pasien
Dengan
mengatur
Berikan makanan
asupan nutrisi pasien dengan
pasien porsi sedang
dengan porsi tapi sering,
sedang tapi maka akan
sering mengurangi
rasa mual
pada saat
makan
Dengan
memberikan
makanan
Berikan selingan agar
pasien ada variasi
makanan dalam menu
selingan makan pasien
Dengan
memberikan
makanan
Atur diit tinggi natrium
pasien maka
dengan kebutuhan
makanan natrium
tinggi pasien akan
natrium terpenuhi.
21
3. kelelahan Setelah Menyatakan Mandiri
berhubungan dilakukan mampu Kaji atau Pasien
dengan intervensi uuntuk diskusian biasanya telah
penurunan selama 3x 24 beristirahat, tingkat mengalami
produksi energi jam, peningkatan kelemahan penurunan
metabolisme diharapkan tenaga dan klien dan tenaga,
rasa lelah penurunan identfikasi kelelahan otot
berkurang rasa lelah aktifitas yang menjadi terus
Ditunjukkan dapat memburuk
dengan dilskukan setiap hari
pasien klien karena proses
sudah bisa penyakit dan
beraktivitas muncunya
seperti biasa ketidakseimb
Mamp angan
u natrium dan
menunjukka kalium
n faktor Kolapsnya
yang Pantau tanda- sirkulasi
berpengaruh tanda vital dapat terjadi
terhadap sebelum dan sebagai akibat
kelelahan sesudah dari sters
Menu melakukan aktivitas jika
njukkan sktivitas. curah jantung
peningkatan Observasi berkurang
kemampuan adanya
dan takikardia,
berpartisipas hipotensi dan
i dalam perifer yang Meskipun
aktivitas dingin mungkin
Pasien tidak Diskusikan pasien pada
mudah lelah kebutuhan awal merasa
lagi aktivitas dan terlalu lemah
22
rencanakan untuk
aktivitas melakukan
bersama- aktivitas,
sama dengan aktivitas yang
pasien. berkurang
Identifikasi selama terapi
aktivitas yang hormon
menyebabkan pengganti
kelela han. untuk
memperbaiki
tonus dan
kekuatan otot
Mengurangi
kelalahan dan
Sarankam mencegah
pasien untuk ketegangan
menentukan pada jantung
masa atau
periode
antara
istirahat dan
melakukan Pasien akan
aktivitas dapat
Diskusikan melakukan
cara untuk lebih banyak
menghemat kegiatan
tenaga dengan
mengurangi
pengeluaran
tenaga pada
setiap
kegiatan yang
dilakukannya.
Menambahka
23
n tingkat
Berikan keyakinan
kesempatan pasien dan
klien untuk harga dirinya
ikut secara bik
berpartisipasi sesuai dengan
secara tingkat
adekuat aktivitas yang
dapat
ditoleransinya
.
4. Penurunan curah Setelah Tensi Mandiri
jantung dilakukan normal (N: Pantau tanda Dengan
berhubungan intervensi 120/80) dan gejala memantau
dengan selama 3x 24 Tanda – penurunan tanda dan
hipovolemia jam, tanda shock curah jantung gejala
ditandai dengan diharapkan tidak seperti penurunan
hipotensi, curah jantung ditemui peningkatan curah jantung
hipoglikemi normal Nadi normal nadi, dapat kita
adanya tanda – (N: 60-100x/i) perningkatan ketahui
tanda shock, nafas, keadaan
kelemahan otot, hipotensi umum pasie
nadi meningkat Atur posisi Dengan
dengan kaki mengatur
ditinggikan posisi kaki
ditinggakan
dapat
meningaktkan
curah jantung
Bantu pasien Istirahat dapat
dengan menurunkan
tindakan konsumsi O2
menghemat sehingga
energi / tirah memperingan
24
barin kerja jantung
Dengan
Bantu klien mengurangi
untuk stressor dapat
mengurangi menurunkan
stressor kebutuhan
energi untuk
metaboslime
tubuh.
25
pasien dengan menolong
namanya, mempertahan
orientasikan kan orientasi
pada tempat, dan
orang dan menurunkan
waktu sesuai kebingungan
kebutuhan
Tetapkan dan Meningkatka
pertahankan n orientasi
jadwal dan
perawatan mencegah
rutin untuk kelelahan
memberikan yang
waktu istirahat berlebihan
yang teratur
Sarankan Menolong
pasien untuk pasien dalam
melakukan enjaga dan
perawatn diri memerikan
sendiri sesuai sentuhan
kemampuan yang nyata
dengan waktu dan
yang cukup mempertahan
untuk menjalan kan orientasi
seluruh pada
tugasnya lingkungan.
Lindungi Disorientasi
pasien dari akan
dcidera, posisi meningkatkan
tempat tidur risiko
dalam posisi timbulnya
rendah dengan bahaya
diberikan ( trauma)
penghalang terutama
26
yang terangkat. malam hari
Kolaborasi
Pantau Seperti
hasil adanya
pemeriksaan ketidakseimb
lboraturium angan cairan,
misal, elektrolit, dan
glukosa asam basa
darah, harus
osmolaritas ditanggulangi
serum, Hb/Ht , gangguan
proses pikir
harus
diperbaiki
6. Gangguan Setelah Pasien tidak Mandiri
konsep diri dilakukan cemas Kaji Dengan
berhubungan intervensi Pasien dapat penyebab mengkaji
dengan selama 3x 24 beristirahat dan konsep diri penyebab
perubahan jam, tidur pasien gangguan
penampilan diharapkan dengannyenya konsep diri
tubuh ditandai konsep diri k pasien maka
dengan cemas, tidak perawat akan
emasiasis, terganggu memiliki
pigmentasi kulit, konsep kerja
jari berbuku – dalam
buku melaksanakan
tindakan
asuhan
keperawatan
Berikan Dengan
dorongan memberikan
kepada pasien dorongan /
motivasi
kepada pasien
27
maka dapat
meningkatkan
rasa pada
pasien
Yakink Dengan
an pasien meyakinkan
bahwa pasien bahwa
keadaannya keadaannya
dapat dapat teratasi
diperbaiki maka akan
mengurangi
rasa cemas
pasien
Dengan
Ajak melibatkan
keluarga keluarga
pasien dalam dengan proses
proses penatalaksana
penatalaksana an
an keperawatan
keperawatan maka pasien
akan lebih
kondusif
dalam
penatalaksana
an
keperawatan.
28
cukupan efektifnya keadaannya perawat dapat
pengetahuan penatalaksana Pasien dapat mengetahui
tentang penyakit aan aturan menerima bagaimana
ditandai dengan terapeutik penjelasan dari respon pasien
cemas, sering perawat, tidak terhadap
bertanya tentang merasa cemas penyakitnya
keadaannya lagi Berikan Dengan
penjelasan memberikan
kepada pasien penjelasan
tentang kepada pasien
penyakitnya mengenai
penyakitnya
dapat
menambah
tingkat
pengetahuan
pasien
Ajak pasien Dengan
berdiskusi mengajak
mengenai pasien
pemberian berdiskusi
tindakan mengenai
keperawatan pemberian
tindakan
keperawatan,
maka akan
terjalin rasa
saling
percaya
antara pasien
dengan
perawat.
Libatkan Dengan
keluarga melibatkan
29
dalam proses keluarga
penatalaksana dalam proses
an penatalaksana
keperawatan. an
keperawatan
akan
mempermuda
h perawat
dalam
memberikan
tindakan
asuhan
keperawatan.
30
BAB IV
PENUTUP
4.I. Kesimpulan
Addison adalah hipofungsi anak ginjal dengan gejala kehilangan tenaga dapat
merubah warna kulit yang menjadi tengguli. Addison adalah suatu kondisi penyakit
yang terjadi akibat gangguan penurunan fungsi kelenjar adrenal (keperawatan
medical bedah edisi vol. 1)
Addison adalah insufisiensi adrenal yang berat dengan ekserbasi yang tiba –
tiba. Hal ini dapat menimbulkan kematian bila tidak segera ditangani. Keperawatan
Kritis, Vol. III)
4.2. Saran
Dalam merencanakan tindakan keperawatan dilakukan dengan prosedur
keperawatan dan kode etik keparawatan.
Perencanaan yang dirumuskan harus sesuai dengan kebutuhan utama pasien, yang
muncul agar dapat diatasi dengan kebutuhan utama pasien.
Dalam melakukan askep hendaknya perawat lebih memperhatikan kebutuhan dan
keadaan pasien
Diagnosa yang ditegakkan pada pasien hendaknya berdasarkan pada data yang
ditentukan pada saat pengkajian, tidak berfokus pada konsep teori saja tetapi
dalam perumusanya diagnosa keperawatan harus berfokus pada diagnosa teoritis
31
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta: EGC
www.goegle.co.id
www.Medicastore.com
http://herrynurse.blogspot.com/2010/03/askep-penyakit-addison.html
32