Anda di halaman 1dari 12

https://annisanfushie.wordpress.

com/2009/01/04/kompleksometri/

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2008
PERCOBAAN III

KOMPLEKSOMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah menentukan kesadahan total, kesadahan tetap, dan
kesadahan sementara.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion
kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan
titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks
atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam
titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :
Ag+ + 2 CN– Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl– HgCl2
(Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks
yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan
sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di
atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut
penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat
dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis
asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan
suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat
yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen –
penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam
sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi
protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti
CuHY–. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA
akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat
dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga
bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda
dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini
contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-
azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida,

CN , karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel.
Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel
membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri
adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan
ligan bergigi satu (Rival, 1995).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai
titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual
dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua
ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu
haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki
kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang
tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA
untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam
ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan
kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka
terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik
ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah
10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA
dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan
pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum
efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan
EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak
dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air,
sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi,
1993).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, statif, erlenmeyer, pipet volum 10 mL,
gelas ukur 10 mL, gelas ukur 100 mL, gelas arloji, neraca analitik, kertas saring, pipet volum 50 mL,
pembakar bunsen.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan ZnCl 0,01 M, larutan buffer
pH 10, aquades, indikator EBT-NaCl, larutan EDTA 0,01 M, cuplikan air sumur.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembentukan Larutan EDTA
1. Dimasukkan 10 ml larutan ZnCl2 ke dalam labu Erlenmeyer 250ml
2. Ditambahkan 2 ml larutan buffer pH = 10 dan 40 ml akuades
3. Ditambahkan 0,05 gram indikator EBT – NaCl
4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai larutan berubah warna dari merah ke biru dengan sangat
jelas
5. Dilakukan duplo
B. Penentuan Kesadahan Total
1. Dipipet 50,0 ml cuplikan air (air sumur)
2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH = 10
3. Ditambahkan 0,05 gram indikator EBT – NaCl
4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai warna larutan berubah dari merah menjadi biru
5. Dilakukan duplo
C. Penentuan Kesadahan Tetap
1. Diambil 250 ml cuplikan air (air sumur) dan memasukkan dalam gelas beker
2. Dididihkan selama 30 menit
3. Didinginkan, menyaring dengan kertas saring
4. Ditampung filtrat kedalam labu Erlenmeyer 250 ml tanpa pembilasan kertas saring
5. Diambil 50 ml filtrat dan ditambahkan 1 ml larutan buffer pH =10
6. Ditambahkan 0,05 gram EBT – NaCl
7. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M hingga larutan berwarna biru jelas
8. Dilakukan duplo
D. Penentuan Kesadahan Sementara
1. Kesadahan sementara diperoleh dari kesadahan total dikurangi kesadahan tetap.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
Langkah Percobaan

No. Hasil Percobaan


* Penentuan Kesadahan Total
– 25,0 ml cuplikan air sumur di pipet+ 1 ml Titrasi 1 :
buffer pH 10 + 50 mg campuran EBT-NaCl. Volume EDTA = 0,3 ml
Dikocok dengan baik. Titrasi 2
– Menitrasi dengan larutan baku EDTA. Volume EDTA = 04 ml
– Dititrasi secara duplo Vrata-rata = 0,35 ml
* Penentuan Kesadahan Tetap Perubahan warna = Ungu – Biru muda
– 125 ml cuplikan air diambil ke dalam gelas Titrasi 1 :
kimia dan mendidihkan selama 30 menit. Volume EDTA = 0,3 ml
Mendinginkan larutan ini. Titrasi 2
– Disaring g filtrat ke dalam labu takar 250 ml Volume EDTA = 0,3 ml
1. tanpa pembilasan kertas saring. Vrata-rata = 0,3 ml
2. – Dititrasi secara duplo Perubahan warna = Ungu – Biru muda
2. Perhitungan
a. Pembakuan larutan ZnCl2
Diketahui : massa ZnCl2 = 0,6814 gram
Volume larutan = 500 ml = 0,5 L
BM ZnCl2 = 136,38 gr/mol
Ditanya : Molaritas ZnCl2

Jawab : Molaritas ZnCl2 =


=
= 0,0099 M
b. Pembakuan EDTA
———-
c. Penentuan Kesadahan Total
Diketahui : VEDTA = 0,35mL = 0,00035 L
M EDTA = 0,01 M
Vsampel = 10 mL = 0,01 L
BM CaO = 56,08 g/mol
Ditanya : Kesadahan total sebagai CaO = … ?
Jawab : Berat CaO = M EDTA x V EDTA x BM CaO
= 0,01 x 0,00035 x 56,08
= 1,9628 x 10-4 g
= 0,19628 mg
Berat CaO

ppm CaO = Vsampel

0,19628

0,01

==
= 19,628 ppm

d. Penentuan Kesadahan Tetap


Diketahui : Vsampel = 10 mL = 0,01 L
Molaritas EDTA = 0,01 M
VEDTA = 0,3 mL = 0,00003 L
BM CaO = 56,08 g/mol
Ditanya : Kesadahan Tetap sebagai CaO = … ?
Jawab : Berat CaO = M EDTA x VEDTA x BM CaO
= 0,01 x 0,0003 x 56,08
= 1,6824x 10-4g
= 0,16824 mg
Berat CaO

= Vsampel

ppm CaO
0,16824

0,01

==
= 16,824 ppm

e. Penentuan Kesadahan Sementara


Diketahui : Kesadahan Total = 19,628 ppm
Kesadahan Tetap = 16,824 ppm
Ditanya : Kesadahan Sementara = … ?
Jawab :
Kesadahan Sementara = Kesadahan Total – Kesadahan Tetap
= 19,628 – 16,824
= 2,804 ppm
B. Pembahasan
Pada percobaan ini mencoba menentukan tingkat kesadahn suatu sampel air dengan
menggunakan reaksi pembentukkan ion kompleks. Mula-mula melakukan standarisasi titran
dalam hal ini adalah EDTA. Titran ini distandarisasi menggunakan larutan ZnCl2yang volume
dan molaritasnya telah diketahui. Dari hasil titrasi ternyata molaritas EDTA yang terukukur
adalah 6,986.10 -3 M.Langkah selanjutnya adalah penentuan kesadahan cuplikan air yaitu
pada kesadahan tetap, kesadahan sementara, dan kesadahan totaldari air sumur yang diamati.
Pada penentuan kesadahan tetap didapatkan nilai CaO sebesar 1,2145 mg dengan nilai ppm
sebesar24,29. Sedangkan kesadahan total didapatkan massa CaO sebesar3,761 mg dan nilai
ppm CaO sebesar 75,22, dan yang terahkir kesadahan sementara dalam air sumur sebagai
CaO didaptkan nilia ppm yang didapatkan dari kesadahan tetap dengan kesdahan total
sebesar 50,93 ppm. Dalam air sumur selalu terlarut sejumlah garam kalsium dan atau
magnesium baik dalam bentuk garam klorida maupun garam sulfat. Adanya garam-garam ini
menyebabkan air menjadi sadah yaitu tidak dapat menghasilkan busa jika dicampur dengan
sabun. Ukuran kesadahan air dinyatakan dalam ppm (satu per sejuta bagian). Bila ion kalsium
dititrasi dengan EDTA, terbentuk suatu kompleks kalsium yang relatif stabil.
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
Pada percobaan ini seharusnya larutan sampel jika dititrasi akan mengalmi perubahan warna
dari merah menuju biru. Hal itulah yang menjadi bukti bahwa terdapat kesadahan di dalm
sampel air yang digunkana. Namun ternyata pda percobaan ini, air sampel yang digunakan
langsung berubah menjadi biru setelah ditambahkan indikator EBT-NaCl. Titrasi in sendiri
seharusnya dilakukan pada pH 10 dan konstan sepanjang titrasi. Sedangkan EBT-NaCl itu
sendiri dapat menjadi indikator logam dapat juga mnejadi indiktor pH. Oleh karena itu, pH
larutan perlu dijaga dengan menambahkan larutan buffer pada larutan yang akan dititrasi.
Seperti kita ketahui air ayang sadah berarti mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Ion Ca2+ akan
lebih dahulu bereaksi dan kemudian disusul dengan ion Mg2+ sehingga menimbulkan
perubahan warna darimerah menjai biru. Reaksi pada ion Mg2+ yang akan terjadi sandainya
dialakukan penitrasian adalah :
MgD– (merah) + H2Y2- MgY2- + HD2- (biru) + H+
Adanya perubahan warna dari merah menjadi biru pada tanpa penitrasian pada percobaan ini mungkin
disebabkan oleh adanya pengompleks yang lebih kuat di alam (dalam sampel air sumur), atau mungkin juga
memang di dalam sampel tersebut tidak memiliki atau mengandung ion Ca2+ dan Mg2+.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Kesadahan merupakan besar konsentrasi Ca dan Mg dalam air ataupun dapat diartikan sebagai daya
serap air untuk mengendapkan sabun.
2. Kesadahan total dari sampel air sumur pada percobaan ini sebesar 75,22 ppm.
3. Kesadahan tetap dari sampel air sungai sumur sebesar 24,29 ppm.
4. Kesadahan sementara diperoleh dari selisih besarnya kesadahan total dengan kesadahan tetap yaitu
sebesar 50,93 ppm.

DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Terjemahan A. Hadyana
Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
https://bisakimia.com/2014/09/02/titrasi-komplesometri/

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

1. Prinsip Dasar

Pereaksi untuk titrasi kompleksometri sangat banyak digunakan untuk


menitrasi ion-ion logam dalam larutan. Kebanyakan dari pereaksi ini adalah
zat-zat anorganik yang mengandung beberapa gugus elektron yang dapat
berikatan kovalen dengan ion logam, misalnya EDTA (H4Y) yang dapat
bereaksi dengan ion logam dengan perbandingan stoikiometri 1:1 sebagai
berikut:

Mn+ + Y4– D MY– (4–n)

Fraksi Y4– dari larutan EDTA dipengaruhi oleh pH, sehingga harga tetapan
kesetimbangan yang dipengaruhi oleh pH disebut Keffektif (Kkondisional), Keff =
Kabs.a4 dan a4 adalah fraksi Y4– pada pH tertentu. Supaya pH konstan,
titrasi dilakukan dalam larutan yang dibuffer pada pH tertentu.

Karena banyak ion-ion logam yang dapat bereaksi dengan EDTA maka
selektivitas dapat diatur dengan mencari pH serendah mungkin dimana
titrasi masih layak dilakukan (Keff ≥ 108). Keselektifan ini dapat juga diatur
dengan menggunakan “masking agent”.

Selama titrasi terjadi perubahan konsentrasi ion logam bebas. Kurva titrasi
diperoleh dengan mengalurkan pM= -log [M] terhadap volume EDTA. Pada
titik ekivalen terdapat perubahan pM yang besar. Indikator titrasi
kompleksometri pada umumnya adalah indikator metalokrom yang
merupakan senyawa organik berwarna yang juga membentuk kompleks
dengan ion logam. Warna kompleks logam – indikator berbeda dengan
warna indikator bebas.
Contoh:

Eriochrom black T (EBT). Kompleks logam EBT umumnya berwarna merah


seperti H2In. Titrasi harus diatur pada pH 7 atau lebih sehingga indikator
bebas dalam bentuk HIn2 yang berwarna biru. Pada penambahan EDTA
yang sedikit berlebih larutan berubah menjadi biru akibat bebasnya
indikator:

Mln–+ HY3– ® HIn2– + MY2–

Merah biru

2. Percobaan

1. Tujuan percobaan:

 Dapat menentukan kadar suatu zat dalam larutan dengan


menggunakan titrasi kompleksometri menggunakan EDTA
 Dapat merancang prosedur penentuan suatu zat berdasarkan titrasi
kompleksometri

2. Bahan

 Larutan EDTA 0,01 N


 Larutan buffer pH 10, pH 12
 Larutan MgCl2
 Indikator EBT dan Maurexide
 Air suling
 Air ledeng

3. Cara kerja
a. Penyiapan larutan

1) Pembuatan larutan EDTA yang kadarnya 0,01 M


Timbang dengan tepat 3,723 gram Na2H2EDTA dalam sebuah botol
timbang dan larutkan dengan air suling dalam labu ukur 1 L dan tepatkan
sampai tanda batas.

2) Pembuatan larutan buffer pH 10


Timbang 6,8 gram NH4Cl dan larutkan dalam 20 mL air suling, kemudian
tambahkan 57 mL NH4OH pekat. Ukur pH larutan dengan pH meter.

1. Aplikasi

1) Penentuan kadar Mg2+ dengan larutan EDTA 0,01 N

1. Encerkan larutan Mg2+ yang Anda peroleh dengan menambah air


suling sampai tepat tanda batas 100 mL.
2. Pipet larutan ini sebanyak 25 mL, tempatkan dalam sebuah
erlenmeyer kemudian tambahkan 10 mL larutan buffer pH 10 dan
sedikit indikator Eriochrome black T.
3. Titrasi larutan ini dengan larutan EDTA dari buret sampai tepat terjadi
perubahan warna dari merah menjadi biru muda.
4. Ulangi titrasi sekali lagi dan tentukan kadar Mg2+ dalam larutan.

2) Penentuan kesadahan total (Ca2+ + Mg2+) dalam air ledeng

1. Siapkan labu erlenmeyer 250 mL, lalu masukkan ke dalamnya 100


mL sampel air yang akan diperiksa.
2. Tambahkan 5 mL larutan buffer pH 10 ke dalamnya.
3. Tambahkan 1 mL larutan KCN 10% jika ternyata cairan dalam
erlenmeyer keruh.
4. Masukkan 50 mg indikator EBT
5. Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna
merah anggur menjadi biru.
6. Catat pemakaian EDTA, misalnya A mL.

3) Penentuan kesadahan Mg2+ dalam air ledeng

1. Masukkan 100 mL sampel air yang akan diperiksa ke dalam labu


erlenmeyer 250 mL.
2. Tambahkan 1 mL larutan penyangga pH 12.
3. Tambahkan 1 mL larutan KCN 10% jika cairan tersebut keruh.
4. Bubuhkan 50 mg indikator Maurexide
5. Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna
merah anggur menjadi ungu.
6. Catat pemakaian EDTA, misalnya B mL.

4. Perhitungan

Kadar Mg2+ = V EDTA x N EDTA x BE Mg2+ gram/L

V Mg2+

Kesadahan Total sebagai mg CaCO3/L = A x NEDTA x BE CaCO3 x


1000/Vsampel air

Kesadahan Ca2+ sebagai mg CaCO3/L = B x NEDTA x BE CaCO3 x


1000/Vsampel air

Kesadahan Mg2+ = kesadahan total – kesadahan Ca2+


Kompleksometri merupakan metode analisis kuantitatif, yaitu metode titrasi atau pengukuran
kadar logam dengan menggunakan senyawa kompleks. Titrasi ini berdasarkan reaksi antara
logam dengan ligan untuk membentuk senyawa kompleks antara logam dengan ligan (peghelat).
Pada kompleksometri, hanya unsur atau senyawa nonlogam yang memberikan pasangan elektron
bebas kepada unsur logam, jadi ikatan yang terbentuk pada titrasi ini adalah ikatan ionik.
Senyawa kompleks terbentuk karena adanya anion yang konsentrasinya melebihi sneyawa garam.
Contoh dari senyawa kompleks tersebut adalah [FeCl6]-4.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi.
Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam,
sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral
(Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat,
disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
Senyawa kompleks memiliki sifat khas tertentu, yaitu :
• Menaikan kelarutan
• Larut dalam air, dan
• Memiliki warna
Struktur EDTAe(thylene diamine tetra acetic acid)

Didalam kehidupan sehari-hari, senyawa kompleks memang dibutuhkan, contohnya saja


hemoglobin (hem=Besi) yaitu senyawa kompleks yang diselubungi globulin sehingga berwarna
merah. Dan sebenarnya mekanisme obat di dalam tubuh itu mirip dengan mekanisme
pembentukan senyawa kompleks dimana obat yang memiliki elektron bebas bisa memberikan
bahkan berikatan dengan reseptor yang terdapat di dalamnya.

Metode-metode titrasi kompleksometri :


1. Titrasi Langsung
Titrasi ini dapat dilakukan terhadap sedikitnya 25 kation dengan menggunakan indikator logam.
Pereaksi pembentukan kompleks, seperti sitrat dan tartrat, sering ditambahkan untuk
pencegahan endapan hidroksida logam. Buffer NH3-NH4Cl dengan pH 9 sampai 10 sering
digunakan untuk logam yang membentuk kompleks dengan amoniak.
2. Titrasi Kembali
Titrasi ini digunakan apabila reaksi antara kation dengan EDTAlambat atau apabila indicator yang
sesuai tidak ada. EDTA berlebih ditambahkan berlebih dan yang bersisa dititrasi dengan larutan
standar Mg dengan menggunakan calmagnite sebagai indicator. Kompleks Mg-EDTA mempunyai
stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan tidak digantikan dengan magnesium. Cara
ini dapat juga untuk menentukan logam dalam endapan, seperti Pb di dalam PbSO4 dan Ca
dalam CaSO4.
3. Titrasi Subtitusi
Titrasi ini berguna bila tidak ada indicator yang sesuai untuk ion logam yang ditentukan. Sebuah
larutan berlebih yang mengandung kompleks Mg-EDTA ditambahkan dan ion logam, misalnya
M2+, menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relative lemah itu.
4. Titrasi Tidak Langsung
Titrasi ini beberapa jenis telah dilaporkan, antara lain penentuan sulfat dengan menambahkan
larutan baku barium berlebihan dan menitrasi kelebihan tersebut dengan EDTA. Juga pospat
sudah ditentukan setelah pengendapan sebagai MgNH4PO4 yang tidak terlalu sukar larut lalu
menitrasi kelebihan Mg.
5. Titrasi alkalimetri
Dengan menambahkan larutan Na2H2Y berlebihan kepada larutan analat yang bereaksi netral.
Ion hydrogen yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku basa.

Indikator Logam
Indikator logam adalah suatu indikator terdiri dari suatu zat yang umumnya senyawa organic
yang dengan satu atau beberapa ion logam dapat membentuk senyawa kompleks yang warnanya
berlainan dengan warna indikatornya dalam keadaan bebas. Warna indicator asam basa akan
tergantung, pada pH larutannya, sedangkan warna indicator logam sampai batas tertentu
bergantung pada pM.
Beberapa macam indicator logam yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Eriochrome Black – T
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini
berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri
berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi
dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali.
Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam
suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan menjadi
biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
d. Murexid
e. Calmagnite
f. Arsenazo I
g. NAS
h. Pyrocatechol Violet
i. Calcon

Anda mungkin juga menyukai