EKSTRAKSI CAIR-CAIR
I. Tujuan Percobaan
Setelah mengerjakan kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menentukan koefisien distribusi bahan terlarut dalam dua pelarut yang berbeda.
b. Melakukan ekstraksi untuk pemisahan dan pemurnian zat padat organik.
II. Dasar Teori
III. Dasar Teori
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu
atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair
(solven) sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran (Wibawa, 2012).
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air)
dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik) (Yazid, 2005).
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur
antara lain menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya
dimana pada satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain,
misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut
organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor sokshlet. Metode
sokshlet merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair
secara kontinu. Alatnya dinamakan sokshlet (ekstraktor sokshlet) yang digunakan
untuk ekstraksi kontinu dari sejumlah kecil bahan (Wibawa, 2012).
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara dua
fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik.
Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk
kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-
pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik
dilaboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling
sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat “Counter
Current Craig” (Alimin dkk, 2007).
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau dise but juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali
corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan padsa distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidang saling bercampur, seperti
benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta
analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia
analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan
dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai trace (pengotor) dan
ion-ion logamdalam jumlah makrogram (Khopkar, 2010).
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan
diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak
dalam pelarut. Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar
perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling
bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang
digunakan adalah pelarut organik dan sebaliknya (Khamidinal, 2009).
Dimana KD adalah sebuah tetapan yand dikenal dengan koefisien distribusi atau
partisi. Harga KD tidak bergantung pada konsentrasi total solut pada kedua fase,
tetap bergantung pada suhu, jenis kedua pelarut dan solut. Hukum Nernst dalam
bentuknya yang sederhana hanya berlaku untuk larutan encer dan keadaan solut
sama atau tidak mengalami perubahan kedua dalam pelarut. Hukum ini tidak
berlaku jika solut yang terdistribusi mengalami asosiasi atau disosiasi pada fase
pelarut.
Dalam klasifikasi ekstraksi, ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi
atau zat dari campuranya dengan mernggunakan yang sesuai. Ekstraksi dapat
digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi dan proses
pelaksanaannya.
a. Bentuk campurannya
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi
dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair
Zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk
padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan didalam usaha
mengrisolasi zat berkhasiat yang terkandung didalam bahan alam
seperti steroid, hormon, antibiotika, dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair
Zat yang diekstraksi teradpat didalam campuran yang berbentuk
cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak
dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam
tertentu dalam larutan air (Yazid, 2005).
Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi,
refluktasi, sokhelatasi dan perkolasi. Metoda yang digunakan
tergantung dengan jenis senyawa yang kita gunakan. Jika senyawa
yang kita ingin sari rentan terhadap pemanasan maka metoda
maserasi dan perkolasi yang di pilih, jika tahan terhadap pemanasan
maka metoda refluktasi dan sokletasi yang digunakan (Underwood,
2002).
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan
dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling
sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap.
Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang
tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah,
kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan
konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa
saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah
dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan
analisis selanjutnya (Yazid, 2005).
b. Proses pelaksanaannya
Menurut proses pelaksanaannya ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi
berkesinambungan (kontinyu) dan ekstraksi bertahap.
1. Ekstraksi kontinyu (Continues Extraction)
Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang digunakan secara
berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai. Tersedia berbagai
alat dari jenis ekstraksi ini seperti alat soxhlet atau Craig
Countercurent.
2. Ekstraksi bertahap (batch)
Pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu digunakan
pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai. Alat yang biasa
digunakan adalah berupa corong pisang (Yazid, 2005).
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu
sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu
ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam
pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan
pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi
perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar
haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara
kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes
kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk) (Rahayu, 2009).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan
menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah.
Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan
konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti
bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari
bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-
tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan
perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain
(Wibawa, 2012).
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara
bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak
dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melaluicorong
pisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi
solut pada kedua pelarut.setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua
lapisan, dan lapisan yang berada dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat
dipisahkan untuk dilakukan analisa selanjutnya (Yazid, 2005).
Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap yaitu (Mardika, 2012) :
1. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung
komponen yang akan diambil (solute), kemudian solute akan berpindah dari
fasa umpan (diluen) ke fasa pelarut.
2. Pemisahan dua fasa yang tidak saling melarutkan yaitu fasa yang banyak
mengandung pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak mengandung
umpan disebut fasa rafinat.
Untuk proses ekstraksi yang baik, pelarut harus memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut (Mardika, 2012) :
1. Koefisien distribusi yang besar.
2. Selektivitas tinggi. Faktor ini diperlukan jika terdapat lebih dari satu zat
terlarut, karena umumnya hanya diinginkan mengurangi satu zat terlarut saja.
3. Mudah diregenerasi.
4. Kelarutan dalam larutan umpan rendah.
5. Perbedaan densitas dengan umpan cukup besar.
6. Tegangan antar muka menengah. Tegangan antar muka yang terlalu tinggi
menyebabkan kesulitan pembentukan tetes (cairan), sedangkan tegangan
antar muka yang terlalu rendah dapat menyebabkan terbentuknya emulsi.
7. Mudah diperoleh dan harganya cukup murah.
8. Tidak korosif, tidak mudah terbakar dan tidak beracun.
Bahan:
1. Akuades,
2. Asam Benzoat
3. Larutan NaOH 0,025 N
4. Larutan NaOH 1 N
5. Larutan HCL 5 M
6. Toluena
V. Skema Kerja
A. Penentuan Koefisien Distribusi Asam Benzoat dalam Aquades-Toluena
Hitung %recovery.
Persen recovery
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒃𝒆𝒏𝒛𝒐𝒂𝒕 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒆𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌𝒔𝒊
%𝒓𝒆𝒄𝒐𝒗𝒆𝒓𝒚 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒃𝒆𝒏𝒛𝒐𝒂𝒕 𝒂𝒘𝒂𝒍
VI. Data Pengamatan
A. Percobaan A
37,8 𝑚𝐿 + 30,6 𝑚𝐿
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 34,2 𝑚𝐿
2
Massa Asam Benzoat dalam fraksi air (x)
𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑟
𝑥 = 0,0342 𝐿 𝑥 0,025 𝑥122,12
𝐿 𝑚𝑜𝑙
𝑥 = 0,1044 𝑔𝑟
Massa Asam Benzoat dalam Toluena (y)
𝑦 = (1 − 𝑥)𝑔𝑟
𝑦 = (1 − 0,1044)𝑔𝑟
𝑦 = 0,8956 𝑔𝑟
𝒙⁄ 𝟎, 𝟏𝟎𝟒𝟒⁄
𝟓𝟎 𝒎𝑳 𝑯𝟐 𝑶 𝟓𝟎 𝒎𝑳 𝑯𝟐 𝑶 𝒎𝑳 𝑯𝟐 𝑶
𝑲𝒅 = 𝒚 = = 𝟎, 𝟏𝟏𝟔𝟔
⁄𝟓𝟎 𝒎𝑳 𝑻𝒐𝒍𝒖𝒆𝒏𝒂 𝟎, 𝟖𝟗𝟓𝟔⁄ 𝒎𝑳 𝑻𝒐𝒍𝒖𝒆𝒏𝒂
𝟓𝟎 𝒎𝑳 𝑻𝒐𝒍𝒖𝒆𝒏𝒂
B. Percobaan B
31,8 𝑚𝐿
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 45,15 𝑚𝐿
58,5 𝑚𝐿
tersebut cenderung untuk terdispersi kedalam fase air. Pada percobaan kedua
didapatkan Kd yang besar karena terdapat perbedaan perlakuan. Pada
percobaan pertama kita menggunakan metode langsung dan pada percobaan
kedua kita lakukan secara bertahap dan hasilnya lebih baik dilakukan
ekstraksi bertahap untuk menghasilkan larutan yang tingkat kemurnianya
tinggi.
Untuk mengecek efisiensi proses dan preparasi maka dilakukan uji
perolehan kembali (% recovery). Pada percobaan ketiga inilah kita mencari
% recovery dan didapatkan hasil sebesar 59,47% yang artinya lebih dari 50%
senyawa dapat dikembalikan.
3. Ilya Musyarofah
Ekstraksi cair-cair merupakan ekstraksi yang didasarkan pada
kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan suatu senyawa tertentu. Ektraksi
pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fase cair
(solvent) yang tidak saling berampur. Distribusi ini dinyatakan secara
kuantitatif dalam koefisien distribusi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa
suatu zat terlarut A jika dimasukan dalam campuran dua pelarut (S dan S’)
yang tidak saling melarutkan akan terdistribusi diantara kedua pelarut itu
sehingga akan terbentuk kesetimbangan konsentrasi A dalam kedua pelarut.
Dalam percobaan pertama dilakukan penentuan koefisien distribusi asam
benzoat dalam air dan toluena. Asam benzoat dilarutkan dalm toluena yang
selanjutnya dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan air kemudia
dikocok. Toluena akan berada diatas air karena massa jenisnya yang lebih
kecil dari pada air. Selanjutnya fraksi air ini dipisahklan dengan toluena
kemudian dititrasi dengan NaOH. Titrasi ini digunakan untuk mencari berapa
banyak mol NaOH yang diperlukan agar bisa habis beraksi dengan asam
benzoat. Karena keduanya habis bereaksi sehingga mol NaOH sama dengan
mol asam benzoat. Dari mol ini kita bia mencari massa asam benzoat dalam
fraksi air tersebut sehingga kita bisa mencari nilai koefisien distribusi dalam
percobaan ini. Dalam percobaan ini didapatkan koefisien distribusi sebesar
𝑚𝑜𝑙 𝐻 𝑂
2
0.1166 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑙𝑢𝑒𝑛𝑎 .