Anda di halaman 1dari 15

1

2
3
4
5
6
7
8
9
berjalan dengan memiringkan kepalanya kuat ke kanan dimana OP berjalan miring ke arah
kiri.

ii. Percobaan dengan Kursi Barany

B. Past Pointing
A. Nistagmus & Test Of Barany C. Tes Jatuh
Posisi Kepala Jenis dan Arah (Arah (Arah Jatuh)
Nistagmus Penyimpangan
Penunjukkan)
Penyimpangan pada
Ke arah kanan dengan pukulan ketiga kekanan Arah Jatuh : Ke kanan
o
30 ke depan
cepat lama-lama pukulan ke Rasanya : Ke Kanan
arah kiri

Arah Jatuh : Ke Kanan


o
60 ke belakang - -
Rasanya : Ke Kiri

Arah Jatuh : Ke Kanan


o
120 ke depan - -
Rasanya : Ke Kiri

Miring 90o ke bahu Arah Jatuh : Ke Kiri


- -
kanan Rasanya : Ke Kanan

ii. Kesan

Posisi Kepala Rasa Putaran

30o Menunduk Kanan

Putaran Dipercepat Kanan

Putaran Melambat Kiri

Putaran Berhenti Kiri dan merasa masih berputar

Tabel Hasil Percobaan Dengan Kursi Barany

iii. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis

Putaran searah jarum jam lebih miring ke kiri, putaran berlawan arah jarum jam lebih miring
ke kanan.

10
F. Pembahasan
 Tes Pendengaran Rinne

Ada 2 macam tes rinne , yaitu dengan penala kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan
tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus).
Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus
akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya.
Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya. Yang kedua, kita bunyikan
secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien.
Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada
pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada
dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien
mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika
pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne: 1) Normal dimana tes rinne positif , 2) Tuli konduksi
dimana tes rinne negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama), dan 3) Tuli
persepsi dimana terdapat 3 kemungkinan. Pertama, bila pada posisi II penderita masih
mendengar bunyi getaran garpu tala, kedua jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau
tidak (tes rinne: +/-), dan pseudo negatif jika terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi
pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.
Pada percobaan ini, telinga pasien simulasi normal karena hasil tes rinne positif, namun
kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien.
Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala
mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena
jaringan lemak planum mastoid pasien tebal. Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat
memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan
garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti
saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.
 Tes Pendengaran Weber
Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-
sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan
terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan patologis pada meatus acusticus externus atau
cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus
di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di
sebelah kanan.

11
Interpretasi hasil tes weber adalah bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di
sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama
kerasnya. Pada percobaan ini, hasil tes weber untuk telinga OP adalah negatif atau normal.
Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya: 1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal
adanya ototis media disebelah kanan, 2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya
pada telinga kanan ebih hebat, 3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
terganggu, maka di dengar sebelah kanan, 4) Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah
kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan, dan 5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi
sebelah kana jarang terdapat.
 Tes Pendengaran Swabach
Tujuan dari pemeriksaan Schwabach adalah untuk membedakan jenis tuli pada penderita
(tuli saraf atau tuli hantaran). Dari pemeriksaan Schwabach, kita akan mendapatkan dua
kesimpulan yaitu Schwabach memanjang dan Schwabach memendek.
Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan masih dapat
didengar oleh si pemeriksa maka hasil percobaan ialah schwabach memendek. Dan apabila
dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga tidak dapat
didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin schwabach normal. Bila
dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa tetapi masih dapat didengar
oleh orang percobaan maka hasil percobaan ialah scwabach memanjang.
Pada percobaan ini, hasil tes swabach nya normal karena baik OP maupun pemeriksa sama-
sama mendengar dan tidak mendengar dengungan pada saat yang sama.
 Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan
Apabila kepala dimiringkan terjadi perangsangan asimetris pada reseptor
proprioseptif di otot leher dan alat vestibuler yang menyebabkan tonus yang asimetris pula
pada otot-otot ekstremitas. Hal tersebut menyebabkan tubuh berusaha menyeimbangkan
dengan cara berjalan ke arah yang berlawanan. Maka dari itu, tubuh berjalan dengan arah
yang berlawanan dengan arah miring kepala.
Pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan adalah ketika mata
terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi kepala, maka jika
mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala miring dan
diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya tidak jatuh,

 Nistagmus
Nistagmus merupakan suatu refleks yang mempertahankan fiksasi penglihatan
pada titik-titik yang tetap, sementara tubuh berputar. Ketika rotasi dimulai, mata akan
bergerak secara perlahan ke arah yang berlawanan dengan arah putaran. Kemudian mata
dengan cepat kembali ke titik fiksasi yang baru dan kembali bergerak perlahan seperti awal
dan demikian seterusnya. Dari mekanisme tersebut dapat ditentukan komponen cepat dan
komponen lambat dari proses tersebut. Komponen lambat adalah komponen yang bergerak

12
secara perlahan dan bergerak berlawanan arah dengan arah rotasi (dalam hal ini komponen
lambatnya ke arah kanan). Sedangkan komponen cepat adalah gerakan mata dengan cepat
ke titik fiksasi yang baru dan arahnya searah dengan arah rotasi (dalam percobaan ini
komponen cepatnya ke arah kiri).
 Past Pointing Test of Barany
Pada percobaan ini, orang percobaan bisa menyentuh tangan pemeriksa dengan
sedikit penyimpangan. Dengan mata yang tertutup terjadi penyimpangan yang terlihat jelas
akibat fenomena subjektif. Koreksi yang tidak disadari terjadi akibat sensasi yang salah.
Respon terhadap rangsangan pada macula bersifat refleks namun, past pointing bukanlah
gerak refleks, melainkan gerakan yang disadari (dikendalikan oleh kemauan).
Saat mata orang percobaan dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah
dari orang percobaan karena sensasi perputaran yang dialaminya. Namun, setelah mata
dibuka, orang percobaan dapat menyentuh jari tangan dengan tapat meskipun terjadi
penyimpangan di awalnya.

 Tes Jatuh
Arah jatuh pada 30o ke depan seharusnya ke kiri tetapi OP merasa jatuh ke kanan.
Hal ini dapat disebabkan karena adanya trial error yang membuat OP menjadi bingung
dan tidak cooperative. Pada miring 90o ke bahu kanan seharusnya arah jatuh ke depan dan
OP merasa jatuh ke belakang.Hal ini disebabkan karena adanya trial error yang membuat
OP menjadi bingung dan tidak cooperative. Dalam aparatus vestibular terdapat 3 canalis
semisirkularis yang letaknya tegak lurus satu sama lain dalam 3 bidang dan terdapat cairan
endolimfe di dalamnya. Gerakan cairan endolimfe pada masing-masing canalis
semisirkularis ini yang mengakibatkan adanya perbedaan sensasi. Rotasi menyebabkan
endolimfe bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah rotasi. Hal tersebut terjadi karena
adanya inersia (kelebaman) suatu benda. Hal ini yang menyebabkan adanya sensasi
berlawanan dengan arah jatuh. Selain itu, letak dari kanalis semisirkularis yang berubah
juga menentukan arah pergerakan endolimfe yang berbeda, dan menentukan kemana tubuh
jatuh serta kemana sensasi yang dirasakan oleh orang percobaan.
 Kesan (Sensasi)
Sensasi yang berbeda-beda pada setiap keadaan tersebut terjadi akibat gerakan
endolimfe dan keadaan sel-sel rambut pada organ vestibuler. Ketika kepala mulai bergerak,
saluran tulang dan bubungan sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti
(dalam hal ini orang percobaan merasa ke kanan sesuai dengan arah rotasi). Namun cairan
di dalam kanalis mula-mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi. Endolimfe menjiadi
bergerak berlawanan dengan arah gerak kepala yang menyebabkan sel-sel rambut menjadi
bengkok ke arah yang berlawanan dengan gerak kepala.

13
Apabila kepala bergerak dalam arah dan kecepatan yang sarna, endolimfe akan
menyusul dan bergerak bersama dengan kepala, sehingga rambut-rambut kembali ke posisi
semula (dalam hal ini OP merasa ke kanan sesuai dengan arah rotasi).
Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe akan
rnasih bergerak sesuai dengan gerak kepala, sehingga sel rambut dan kupula membengkok
ke arah yang berlawanan dengan saat akselerasi. Hal ini yang menyebabkan pada saat kursi
melambat dan berhenti OP merasa ke arah kiri.
 Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis
OP dapat berjalan berlawanan dengan arah rotasi karena pada kanalis semisirkularis
horizontal, cairan endolimfe akan berputar berlawanan arah dengan arah rotasi. Saat
putaran dihentikan, cairan endolimfe yang ada pada canalis semisirkularis horizontal
tersebut masih bergerak secara berlawanan arah dengan arah rotasi. Hal ini menyebabkan
keseimbangan tubuh bergeser ke arah endolimfe itu. Tubuh akan berusaha
mengkompensasi dengan bergerak berlawanan arah dengan endolimfe tersebut (searah
dengan arah rotasi).

G. Kesimpulan
 Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa orang percobaan dapat mendengar
dengungan penala dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa telinga orang
percobaan masih bekerja secara normal.

 Perangsangan asimetris pada reseptor proprioseptif di otot leher dan alat vestibuler
menyebabkan adanya mekanisme penyeimbangan badan yaitu dengan bergerak ke arah
yang berlawanan dengan arah miring kepala.
 Mata juga berperan dalam usaha untuk menyeimbangkan tubuh. Hal ini ditandai dengan
adanya nistagmus.
 Adanya fenomena subjektif menyebabkan adanya kesan sensasi yang salah dan
menyebabkan adanya penyimpangan.
 Pergerakan letak kanalis semisirkularis menyebabkan sensasi yang berbeda dan jatuh ke
arah yang berbeda.
 Cairan endolimfe yang bergerak dalam kanalis semisirkularis menyebabkan pergerakan
dari sel-sel rambut berubah sehingga sensasi berbeda-beda sesuai dengan gerakan dari sel-
sel rambut.
 Cairan endolimfe pada kanalis semisirkularis horizontal menyebabkan gerakan tubuh kita
berlawanan arah dengan arah cairan endolimfe (searah dengan rotasi).
14
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
2. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier;
2006.
3. Sherwood L. Introduction to human physiology. Edisi 8. New York: Brooks / Cole; 2012.

15

Anda mungkin juga menyukai