Anda di halaman 1dari 12

Penatalaksanaan pada Ibu dengan Perdarahan Akibat Solusio Plasenta

Sr. Kresensiana Erniwati (102016112)


B3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat, 11510. Telepon : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
Email :kresensiana.2016fk112@civitas.ukrida

Pendahuluan
Plasenta adalah organ yang dibentuk dari jaringan pembuluh darah dan
menghubungkan janin yang sedang berkembang dengan dinding rahim sehingga janin dapat
menerima nutrisi, pertukaran gas melalui asupan darah ibu, pertahanan melawan infeksi, dan
memproduksi hormon yang dapat menyokong kehamilan maka plasenta merupakan organ
yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.1 Melihat pentingnya peranan
plasenta, maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
janin ataupun mengganggu proses persalinan. Kelainan pada plasenta dapat berupa gangguan
fungsi dari plasenta, gangguan implantasi plasenta, maupun pelepasan plasenta sebelum
waktunya yang disebut solusio plasenta.2
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya
yakni antara minggu 22 dan lahirnya anak.1,2
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Frekuensi solusio plasenta di
Amerika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Saat ini kematian maternal akibat solusio
plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan
antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di
Indonesia. Pada tahun 1988 kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000) dan 50-100 kali lebih
tinggi dari angka kematian maternal di negara maju.3

Anamnesis
Anamnesis merupakan deskripsi pasien tentang penyakit atau keluhannya, termasuk
alasan berobat. Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang
gejala (symptom) dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan
dalam menentukan diagnosis kemungkinan sehingga dapat membantu menentukan langkah
pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1
Dari hasil anamnesa yang dilakukan, kita bisa mendapatkan hasil bahwa HPHT pada
24 Agustus 2018 (tanggal pemeriksaan: 17 Mei 2019) sehingga didapatkan bahwa usia
kehamilan 38 minggu (trimester III), G4P2A1, terdapat keluar darah berwarna kehitaman,
jumlah sedikit, nyeri terus-menerus, trauma (-), ANC 2 kali : kontrol kehamilan ke bidan
(terakhir kali 1 bulan yang lalu).

Pemeriksaan Fisik
Diawali dengan menilai keadaan umum dan kesadaran pasien, dengan hasil tampak
sakit sedang dan compos mentis. Lalu dilanjutkan ke pemeriksaan tanda-tanda vital dan
kemudian pemeriksaan fisik head to toe.
Pada ibu hamil dilakukan pemeriksaan obstetri dengan pemeriksaan Leopold,
pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara
perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil menggunakan tangan
pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-bagian tersebut dengan cara-cara
tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah
umur kehamilan 24 minggu, ketika semua bagian janin sudah dapat diraba. Teknik
pemeriksaan ini utamanya bertujuan untuk menentukan posisi dan letak janin pada uterus,
dapat juga berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu dan memperkirakan berat janin.
Pada kasus ini tidak dapat dilakukan karena perut tegang. Kemudian diperiksa juga
denyut jantung janin, denyut jantung janin baru dapat diketahui dengan menggunakan alat
ultrasonografi (USG) pada usia kehamilan 8 minggu sedangkan apabila menggunakan alat
doppler pada usia kehamilan 10-12 minggu dan pada kasus ini denyut jantung janin tidak
terdengar.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
1. Hematokrit
Hematokrit merupakan pemeriksaan laboratorium untuk mengukur persentase volume
eritrosit dalam 100 mL darah.6,7
2. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran kuantitatif
tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan

2
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb
sahli.
Kriteria Anemia menurut WHO:
Pria dewasa :<13g/dL
Wanita dewasa :<12g/dL
Wanita hamil :<11g/dL
Anak 6-14 tahun :<12g/dL
Anak 6 bln-6tahun :<11g/dL
Pada wanita hamil terutama dengan perdarahan antepartum sebaiknya kadar Hb dan Ht
sebaiknya diperiksakan untuk mengetahui apakah terdapat gejala anemia atau tidak.
Ultrasonografi
Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang dikosongkan akan
memberikan kepastian diagnosa plasenta previa. Walaupun transvaginal ultrasonografi lebih
superior untuk mendeteksi keadaan ostium uteri internum namun sangat jarang diperlukan,
karena di tangan yang tidak ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang lebih banyak.
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya
radiasi terhadap janin.5
MRI
Sejumlah peneliti telah menggunakan MRI untuk memvisualisasikan abnormalitas
plasenta. MRI juga berguna untuk mendiagnosis plasenta akreta. Tapi MRI jarang dilakukan
karena kendala biaya dan USG lebih cepat dan murah dibanding MRI.

Diagnosis Banding
Plasenta Previa
Plasenta previa ialah plansenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen-bawah
uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal
plasenta terletak di bagian atas uterus. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius
perdarahan pada periode trimester ketiga.2,3,6
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dari plasenta
previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Pendarahan pertama
biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi, pendarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan dalam. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan
oleh solutio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber pendarahan ialah sinus uterus

3
yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta.
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Pembagiannya sebagai berikut:
1. Plasenta previa totalis. Seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
2. Plasenta previa parsialis. Sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
3. Plasenta previa marginalis. Pinggir plasenta tepat pada pinggir pembukaan
4. Plasenta letak rendah. Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen-segmen bawah
uterus, akan tetapi belum samapai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggur plasenta kira-
kira 3-4 cm di atas pinggir pmbukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan
lahir.

Diagnosis Kerja
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir. Perdarahan akibat solusio plasenta umumnya menyusup di antara membran plasenta dan
uterus dan akhirnya keluar dari serviks dan menyebabkan perdarahan eksternal. Pada solusio
plasenta terdapat nyeri tekan pada uterus dan terdapat distress janin. Sering terjadi kontraksi
pada uterus. Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu abruptio placentae, ablatio placentae,
accidental haemorrhage, premature separation of the normally implanted placenta .6

Gambar 1. Gambaran Plasenta Normal dan Solutio Plasenta

4
Epidemiologi
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Kejadiannya bervariasi dari 1 di
antara 75 sampai 830 persalinan. Frekuensi solusio plasenta di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia mendekati 1%. Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum
yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Saat ini
kematian maternal akibat solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan
penyebab 20-35% kematian perinatal. 3,4
Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya tercatat
sebesar 1 di antara 8 kehamilan3. Namun, insidensi solusio plasenta cenderung menurun
dengan semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan semakin menurunnya jumlah ibu
hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya kesadaran masyarakat berperilaku lebih
higienis.2

Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor hipertensi
Hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia (1,3). Pada penelitian di Parkland,
ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh
dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya
hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung
berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu. 2,3
2. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
- Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar
atau tindakan pertolongan persalinan.
- Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
Dari penelitian yang dilakukan Slava di Amerika Serikat diketahui bahwa trauma yang
terjadi pada ibu (kecelakaan, pukulan, jatuh, dan lain-lain) merupakan penyebab 1,5-9,4%
dari seluruh kasus solusio plasenta.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa dari
83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan

5
18 pada primipara (1). Pengalaman di RSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian
solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin
tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium. 2,3,5
4. Faktor usia ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan
kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan
karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. 1,2,3
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.1,2,3
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan
katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah
uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara
definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan
berkisar antara 13-35%.1
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai
dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas
pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya
solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya
kehamilan.1,2

Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat
pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal
plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi akan merembes antara
plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya
memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina, menyebabkan perdarahan
eksternal (revealed hemorrhage).2

6
Gambar 2. Solusio Plasenta dengan Perdarahan Eksternal

Yang lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim,
darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di antara plasenta yang terlepas dan uterus
sehingga menyebabkan perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage) yang dapat terjadi
parsial (Gambar 3) atau total (Gambar 4).4,5

Gambar 3. Solusio Plasenta Parsial Disertai Gambar 4. Solusio Plasenta Total Disertai
Perdarahan Tersembunyi Perdarahan Tersembunyi

7
Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika:2
1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah
4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah rahim.
Perdarahan yang tersembunyi biasanya menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu,
tidak saja karena kemungkinan koagulopati konsumptif tetapi juga karena jumlah darah yang
keluar sulit diperkirakan.4

Patofisologi
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu
keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada
desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung pada
etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah desidua2.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat
berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan
mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua
basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan demikian,
pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa
menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta yang
berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian
belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom
retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta
mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi
janin. Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih
luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput
ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina (revealed
hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak
mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus. Walaupun jarang
terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (concealed hemorrhage)2,4.
Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokonstriksi yang bisa
menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi seperti infark,

8
oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini berpotensi merusak hubungan
uterus dengan plasenta yang berujung kepada solusio plasenta. Dilaporkan merokok berperan
pada 15% sampai 25% dari insidensi solusio plasenta. Merokok satu bungkus perhari
menaikkan insiden menjadi 40%2.

Gejala klinis
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang terlepas6
1. Solusio plasenta ringan.
- Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
- Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
- Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
- Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam
2. Solusio plasenta sedang
- Terlepasnya plasenta lebih dari ¼, tetapi belum mencapai 2/3 bagian
- Dapat menimbulkan gejala klinik:
a. Perdarahan dengan rasa sakit
b. Perut terasa tegang
c. Gerak janin berkurang
d. Palpasi bagian janin sulit diraba
e. Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringn dan sedang
f. Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
g. Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
3. Solusio plasenta berat
- Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
- Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
- Penyulit pada ibu
a. Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat.
b. Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
c. Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai
dengan perdarahan dan penderita tampak anemis.
d. Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
e. Solusio plasenta berat dengan Couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan
atonia uteri.

9
Penatalaksanaan
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala
klinis, yaitu:
1. Solusio plasenta ringan
Jarang ditemukan di rumah sakit. Pada umumnya didiagnosis secara kebetulan pada
pemeriksaaan USG oleh karena tidak memberikan gejala klinik yang khas. Apabila
kehamilannya kurang dari 36 minggu dan perdarahan kemudian berhenti, perut tidak menjadi
nyeri dan uterus tidak tegang, maka penderita harus diobservasi dengan ketat. Apabila
perdarahan berlangsung terus dan gejala solusio plasenta bertambah jelas atau dengan
pemeriksaan USG daerah solusio plasenta bertambah luas maka dilakukan terminasi
kehamilan atau tindakan seksio sesarea.
2. Solusio plasenta sedang sampai berat
Dilakukan perbaikan keadaan umum terlebih dahulu dengan resusitasi cairan dan
transfusi darah. Bila janin masih hidup biasanya dalam keadaan gawat janin, dilakukan seksio
sesarea, kecuali bila pembukaan telah lengkap. Pada keadaan ini dilakukan amniotomi, drip
oksitosin dan bayi dilahirkan dengan ekstraksi forcep. Apabila janin telah mati dilakukan
persalinan pervaginam dengan cara melakukan amniotomi, drip oksitosin. Bila bayi belum
lahir dalam waktu 6 jam, dilakukan tindakan seksio sesarea.

Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus
berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok
hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal. Sindroma
Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian setelah menderita syok
yang berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan nekrosis adenohipofisis sebagai akibat
solusio plasenta2.
Kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal merupakan komplikasi
yang paling sering terjadi pada solusio plasenta. Solusio plasenta berulang dilaporkan juga bisa
terjadi pada 25% perempuan yang pernah menderita solusio plasenta sebelumnya. Solusio
plasenta kronik dilaporkan juga sering terjadi di mana proses pembentukan hematom
retroplasenta berhenti tanpa dijelang oleh persalinan. Komplikasi koagulopati dijelaskan
sebagai berikut. Hematoma retroplasenta yang terbentuk mengakibatkan pelepasan
retroplasenta berhenti ke dalam peredaran darah. Tromboplastin bekerja mempercepat
perombakan protrombin menjadi trombin. Trombin yang terbentuk dipakai untuk mengubah

10
fibrinogen menjadi fibrin untuk membentuk lebih banyak bekuan utama pada solusio plasenta
berat. Melalui mekanisme ini apabila pelepasan tromboplastin cukup banyak dapat
menyebabkan terjadi pembekuan darah intravaskular yang luas (disseminated intravascular
coagulation) yang semakin menguras persediaan fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan
lain2.
Curah jantung yang menurun dan kekakuan pembuluh darah ginjal akibat tekanan
intrauterina yang meninggi menyebabkan perfusi ginjal sangat menurun dan menyebabkan
anoksia. Keadaan umum yang terjadi adalah nekrosis tubulus-tubulus ginjal secara akut
menyebabkan kegagalan fungsi ginjal2.

Prognosis
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih buruk
lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta ringan masih
mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan
morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis yang lebih buruk
terutama terhadap janinnya karena mortalitas dan morbiditas perinatal yang tinggi. Solusio
plasenta berat mempunyai prognosis yang paling buruk baik terhadap ibu terlebih terhadap
janinnya. Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada
literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada kasus
solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta yang
lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan
lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin.2

Kesimpulan
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan berumur diatas 22
minggu. Penyebabnya antara lain placenta previa, solusio placenta, dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum
janin lahir. Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat
pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal
plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Kematian janin, kelahiran prematur dan kematian
perinatal merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada solusio plasenta.

11
Daftar Pustaka
1. Sulaiman Sastrawinata. 1985. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman. Hal 102-122.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan;
Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir (Masalah
Ibu); Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: Penerbit P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. h. 492-513.
3. Mose, Johanes C. 2004. Penyulit Kehamilan; Perdarahan Antepartum; Dalam: Obstetri
Patologi, edisi ke-2. Editor: Prof. Sulaiman Sastrawinata, dr, SpOG(K), Prof. Dr.
Djamhoer Martaadisoebrata, dr, MPSH, SpOG(K), Prof. Dr. Firman F. Wirakusumah,
dr, SpOG(K). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC dan Padjadjaran Medical Press.
h. 91-96.
4. Suyono, Lulu, Gita, Harum, Endang. 2007. Hubungan Antara Umur Ibu Hamil Dengan
Frekuensi Solusio Plasenta di RSUD Dr. Moewardi Surakarta; Dalam: Cermin Dunia
Kedokteran vol.34 no.5.h 233-238.
5. Leveno, Kenneth J. MD; Cunningham, F. Gary MD; Alexander, James M. MD; Bloom,
Steven L. MD; Casey, Brian M. MD; Dashe, Jodi. S MD; et al. 2007. Obstetrical
Complications Section VII, Chapter 35. Obstetrical Hemorrhage. In: Williams, 22nd
edition. Editor: Anne Sydor, Marsha Loeb, Peter J. Boyle. United States of America:
McGraw-Hill Companies, Inc.
6. Miller David A. Obstretric Hemmorhage. February, 2009. Diakses dari
http//www.obfocus.com/.../bleeding/hemorrhagepa.html, 10 Juni 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai