b. Etiologi
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring perkembangan fetus,
sebuah dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel tersebut normalnya terbentuk. Akan tetapi,
jika sekat itu tidak terbentuk sempurna maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan
yang disebut defek septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat
diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu :
1. Faktor prenatal (faktor eksogen):
Ø Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela
Ø Ibu alkoholisme
Ø Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ø Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
Ø Ibu meminum obat-obatan penenang
2. Faktor genetik (faktor endogen)
Ø Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
Ø Ayah/ibu menderita PJB
Ø Kelainan kromosom misalnya sindrom down
Ø Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
Ø Kembar identik
(Prema R, 2013)
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari seluruh kelainan
jantung (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak
tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.
Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus,
Tetralogi Fallot. Kelainan ini lebih banyak dijumpai pada usia anak-anak, namun pada orang
dewasa yang jarang terjadi merupakan komplikasi serius dari berbagai serangan jantung .
Patofisiologi
Defek septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan
darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini
bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningklatkan aliran darah kaya oksigen
melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah, dan
dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular pulmoner.
3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat, menyebabkan piarau
terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan
sianosis.
Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika anak
asimptomatik, tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika timbul gagal jantung kronik atau anak
beresiko mengalami perubahan vascular paru atau menunjukkan adanya pirau yang hebat
diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk
pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun.
d. Klasifikasi
Klasifikasi VSD berdasarkan pada lokasi lubang, yaitu:
a. perimembranous (tipe paling sering, 60%) bila lubang terletak di daerah pars membranaceae
septum interventricularis,
b. subarterial doubly commited, bila lubang terletak di daerah septum infundibuler dan
sebagian dari batas defek dibentuk oleh terusan jaringan ikat katup aorta dan katup
pulmonal,
c. muskuler, bila lubang terletak di daerah septum muskularis interventrikularis.
e. Gambaran klinis
Menurut ukurannya, VSD dapat dibagi menjadi:
a. VSD kecil
Ø Biasanya asimptomatik
Ø Defek kecil 1-5 mm
Ø Tidak ada gangguan tumbuh kembang
Ø Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang menjalar ke seluruh
tubuh pericardium dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD
Ø EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri
Ø Radiology: ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat
Ø Menutup secara spontan pada umur 3 tahun
Ø Tidak diperlukan kateterisasi
b. VSD sedang
Ø Sering terjadi symptom pada bayi
Ø Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih lama
untuk makan dan minum, sering tidak mampu menghabiskan makanan dan minumannya
Ø Defek 5- 10 mm
Ø BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
Ø Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh tetapi
umumnya responsive terhadap pengobatan
Ø Takipneu
Ø Retraksi bentuk dada normal
Ø EKG: terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi kiri lebih
meningkat. Radiology: terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis
menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan pemebsaran pembuluh darah di hilus.
c. VSD besar
Ø Sering timbul gejala pada masa neonatus
Ø Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu
pertama setelah lahir
Ø Pada minggu ke2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung biasanya baru
timbul setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi saluran nafas bagian bawah
Ø Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan
oksigen akibat gangguan pernafasan
Ø Gangguan tumbuh kembang
Ø EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
Ø Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak menonjol
pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru perifer.
f. Pemeriksaan fisik
§ VSD kecil
- Palpasi:
Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bising pada SIC III dan
IV kiri.
- Auskultasi:
Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi jantung II agak keras. Intensitas
bising derajat III s/d VI.
§ VSD besar
- Inspeksi:
Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan banyak keringat bercucuran. Ujung-ujung jadi
hiperemik. Gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela
intercostal dan regio epigastrium.
- Palpasi:
Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding dada.
- Auskultasi:
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti ‘click’ sebagai akibat
terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar.
Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri.
g. Komplikasi
a. Gagal jantung kronik
b. Endokarditis infektif
c. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
d. Penyakit vaskular paru progresif
e. Kerusakan sistem konduksi ventrikel.
g. Penatalaksanaan
Ø Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara spontan. Diperlukan
operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
Ø Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai umur
4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung
diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6
tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
Ø Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya pada
keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan digitalis.
Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi.
Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat
dilakukan setelah berumur 6 bulan.
Ø Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen: operasi paliatif atau operasi
koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis.
Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan
mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel
kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
h. Prognosis
Kemungkinan penutupan defek septum secara spontan cukup besar, terutama pada tahun
pertama kehidupan. Kemungkinan penutupan spontan sangat berkurang pada pasien berusia
lebih dari 2 tahun dan umumnya tidak ada kemungkinan lagi di atas usia 6 tahun. Secara
keseluruhan, penutupan secara spontan berkisar 40-50%.
Beberapa pasien akan berkembang menjadi penyakit vaskuler obstruktif berupa
hipertensi pulmonar akut, Eisenmenger syndrome pada saat terapi referal diberikan serta
terjadinya peningkatan sianosis secara progresif. Penggunaan opsi bedah saat ini memilki
mortalitas kurang dari 2% pada pasien isolasi. Mungkin juga akan ditemukan pasien yang
memerlukan transplan paru atau jantung dan paru
Shunt adalah hubungan abnormal antara dua (atau lebih) rongga jantung atau
pembuluh darah. Bergantung pada kaitannya dengan tekanan darah, shunt
memungkinkan aliran darah dari sisi kiri ke sisi kanan jantung (atau sebaliknya).
Dengan adanya right-to-left shunt, maka kulit akan berwarna kebiru-biruan (sianosis)
karena sirkulasi paru dihindari, dan darah dengan oksigenasi yang buruk masuk ke
sirkulasi sistemik.
Sebaliknya, left to-right shunt akan meningkatkan aliran darah paru dan tidak berkaitan
(paling tidak pada awalnya) dengan sianosis. Namun, kondisi ini yang sirkulasi paru nya
yang bertekanan rendah dengan resistensi yang rendah pula akan terjadi peningkatan
tekanan dan volume; kondisi ini mengakibatkan perubahan adaptif yang meningkatkan
resistensi vaskular paru untuk melindungi parenkim paru, sehingga terjadi hipertrofi
ventrikel kanan dan pada akhirnya gagal jantung. Selanjutnya, peningkatan resistensi
paru juga dapat menyebabkan shunt balik (kanan ke kiri) dan pada akhirnya akan terjadi
sianosis.
Beberapa anomali kongenital mengobstruksi aliran vaskular dengan cara menyempitkan
rongga jantung, katup atau pembuluh darah besar; hal ini merupakan malformasi yang
ditandai dengan adanya obstruksi total yang disebut sebagai atresia. Pada beberapa
kelainan (misalnya, tetralogi Fallot), suatu obstruksi (stenosis paru) dapat berkaitan
dengan suatu shunt (kanan-ke-kiri, melalui suatu DSV).
Hemodinamik yang terganggu pada penyakit jantung bawaan biasanya
mengakibatkan dilatasi rongga jantung atau hipertrofi dinding. Namun,beberapa kelainan
mengakibatkan berkurangnya massa otot ataupun ukuran rongga; kondisi ini disebut
hipoplasia jika timbul sebelum bayi lahir dan atrofi jika terjadi setelah kelahiran.
2. Anoreksia
Adanya peran sitokin dalam regulasi makan di hipotalamus melalui jaras anoreksigenik
dan oroksigenik yang melibatkan leptin dan neuropeptida Y. Leptin adalah hormon yang
disekresikan oleh jaringan adiposa yang berperan menstimulasi respons starvasi. Jika kadar
leptin di otak rendah, maka akan meningkatkan aktivitas sinyal oroksigenik di hipotalamus yang
akan menstimulasi keinginan untuk makan dan mensupresi energy expenditure serta menurunkan
sinyal anoreksigenik. Sedangkan neuropeptida Y adalah peptida yang paling poten dalam
menstimulasi keinginan makan dan terkait dengan jaras oroksigenik lainnya (seperti galanin,
peptide opioid, melanin-concentrating hormone/MCH, oreksin, dan agouti-related peptida/
AGRP). Tapi pada keadaan dimana sitokin meningkat, dapat menstimulasi jaras anoreksigenik
dalam jangka panjang. lnterleukin-1, IL-6 dan TNF-a dapat menstimulasi pelepasan leptin
sehingga meningkatkan aktivitas jaras anoreksigenik. Selain itu beberapa sitokin dapat
menembus blood brain barrier dan menginhibisi neuropeptida Y yang akan menginhibisi pula
jaras oroksigenik.
Septum mayor jantung dibentuk di antara hari ke-27 hingga hari ke-37 perkembangan,
ketika mudigah bertambah panjangnya dari 5 mm menjadi sekitar 16-17 mm. Salah satu metode
bagaimana suatu septum (sekat) dapat terbentuk melibatkan dua massa jaringan yang tumbuh
secara aktif yang mendekat satu sama lain hingga keduanya menyatu, membagi lumen menjadi
dua saluran yang terpisah (Gambar 13.15A,B). Septum yang demikian juga dapat terbentuk oleh
pertumbuhan aktif massa jaringan tunggal yang terus meluas hingga mencapai sisi lumen yang
berlawanan (Gambar 13.15C). Pembentukan massa jaringan yang demikian bergantung pada
sintesis dan pengendapan matriks ekstraselular dan proliferasi sel. Massa-massa tersebut, yang
dikenal sebagai bantalan endokardium, berkembang di region atrioventrikel dan
konotrunkal. Di kedua lokasi ini, massa-massa tersebut membantu pembentukan septum
atrium dan ventrikel (pars membranasea, katup dan kanalis atrioventrikularis serta
pembuluh aorta dan pulmonal. Karena lokasinya yang strategist abnormalitas pada
pembentukan bantalan endokardium dapat menyebabkan malformasi jantung, termasuk defek
septum atrium dan ventrikel (VSD) dan defek yang mengenai pembuluh darah besar (misal,
transposisi pembuluh darah besar, trunkus arteriosus komunis, dan tetralogi Fallot).
Cara lainnya bagaimana suatu septum terbentuk, tidak melibatkan bantalan endokardium.
Jika, misalnya, suatu bagian sempit jaringan di dinding atrium atau ventrikel mengalami
kegagalan untuk tumbuh sementara area di kedua sisi membesar dengan cepat, terbentuk
bubungan sempit di antara kedua bagian yang meluas (Gambar 13.15D,E). Saat pertumbuhan
bagian yang meluas terus berlanjut di kedua sisi bagian yang sempit, kedua dinding saling
mendekati satu sama lain dan pada akhirnya, menyatu, membentuk suatu septum (Gambar
13.15F). Septum yang demikian tidak pernah membagi lumen asli tetapi meninggalkan saluran
penghubung sempit di antara kedua bagian yang meluas. Saluran ini biasanya tertutup secara
sekunder oleh jaringan yang dibentuk oleh jaringan sekitar yang berproliferasi. Septum yang
demikian membagi atrium dan ventrikel secara parsial.