Keberadaan segmen paru semacam itu mempermudah reseksi jaringan paru yang sakit
melalui pembedahan tanpa memengaruhi jaringan sehat di sekitarnya. Bronkus tersier
membentuk bronkus yang semakin kecil dengan cabang terminal yang disebut bronkiolus.
Setiap bronkiolus memasuki sebuah lobulus paru, di mana cabang untuk membentuk lima
sampai tujuh bronkiolus terminalis. Lobulus paru berbentuk piramida dengan apeks yang
berhadapan langsung dengan hilus paru, dan masing-masing
dilapisi oleh lapisan tipis yang paling jelas terlihat pada fetus. Melalui bronkus dan
bronkiolus yang semakin kecil menujukomponen respiratorik, susunan histologis epitel dan
lamina propria di bawahnya menjadi semakin sederhana
Batuk Berdahak
Batuk adalah tindakan refleks yang dihasilkan paling seringoleh infeksi virus atau iritasi
lainnya dari trakea atau wilayah lain dari saluran pernapasan. Batuk kering persisten, dimana
tidak ada lendir (dahak) yang dihasilkan, dapat diobati dengan penekan batuk yang bekerja
pada batang otak dan saraf vagus, sedangkan batuk produktif sering diperlakukan dengan
ekspektoran yang membantu melonggarkan lender yang menutupi mukosa pernafasan.
e. Mekanisme Batuk Berdahak
Sebenarnya, dalam keadaan normal, manusia mensekresi mukus di dalam
saluranpernafasan yang berfungsi sebagai pembersih berbagai macam kotoran seperti debu
yangtidak tersaring melalui silia hidung. Aapabila terdapat debu yang berlebihan, maka
mukusyang disekresikan akan semakin bertambah.. Infeksi ataupun iritasi pada saluran nafas
jugaakan menyebabkan hipersekresi mukus pada saluran napas, kemudian apabila
terjadihipersekresi mukus, terjadi hipertropi kelenjar submukosa pada trakea dan
bronki danakhirnya mukus tertimbun di dalam saluran nafas. Ditandai juga dengan
peningkatan sekresisel goblet di saluran napas kecil, bronki dan bronkiole. Kondisi ini
kemudian merangsangmembran mukosa untuk selanjutnya mengaktifkan rangsang batuk
dengan tujuan untukmengeluarkan benda asing yang telah mengiritasi saluran nafas sehingga
mukus yang keluardikenal sebagai sputum.
Sumber : Price, Sylvia A. Standridge, Mary P. 2006. Tuberkulosis Paru dalam Price,
Sylvia A.Wilson, Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta:EGC.
Iritasi dari salah satu saraf sensorik nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat
aferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul
bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar
dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago
aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam
jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi
otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan
peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak
memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat
serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme
pembersihan yang potensial.
3. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meningkat
hingga 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. 9
Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi
tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks
walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga
terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot
pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme
batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat
getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara (Putri, 2012).
Dalam terjadinya mekanisme batuk, reseptor rangsangan batuk sangat berperan dalam
menginisiasi timbulnya refleks batuk. Rangsangan atau stimulus yang dapat menimbulkan
batuk secara garis besar terbagi menjadi 3, yaitu: Serabut Aδ atau rapidly adapting receptors
(RARs), serabut C, dan slowly adapting stretch receptor (SARs). Mereka dibedakan
berdasarkan neurochemistry, letaknya, kecepatan konduksi, sensitivitas fisika-kimia, dan
kemampuan adaptasi terhadap lung inflation.