Nim: 04011181722028
TB MDR
MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TB RESISTAN OBAT (MTPTRO)
Extensively Drug Resistant Tuberculosis atau XDR TBC adalah TBC MDR disertai dengan
kekebalan terhadap obat anti TBC lini kedua yaitu golongan fluorokuinolon dan
setidaknya satu obat anti TBC lini kedua suntikan seperti kanamisin, amikasin atau
kapreomisin.
Siapa yang mempunyai risiko terkena TBC Resistan obat, TBC MDR dan TBC XDR?
TBC Resistan obat dapat mengenai siapa saja, akan tetapi biasanya terjadi pada orang yang:
Tidak menelan obat TBC secara teratur atau seperti yang disarankan oleh petugas
kesehatan
Datang dari wilayah yang mempunyai beban TBC Resistan obat yang tinggi
Kontak erat dengan seseorang yang sakit TBC Resistan Obat, TBC MDR, atau TBC XDR.
Diagnosis TBC Resistan Obat, TBC MDR dan TBC XDR
Diagnosis TB Resistan obat, TBC MDR dan TBC XDR dilakukan dengan menggunakan tes cepat
dengan metode PCR (Xpert MTB/RIF), pemeriksaan biakan serta uji kepekaan kuman terhadap obat
TBC (Drugs Sensitivity Test/DST).
Pengobatan TBC Resistan Obat, TBC MDR, dan TBC XDR lebih sulit jika dibandingkan dengan
pengobatan kuman TBC yang masih sensitif. Angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada
seberapa cepat kasus TB resistan obat ini teridentifikasi dan ketersediaan pengobatan yang efektif.
TBC resitan obat dan TBC MDR dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu sekitar 18-24
bulan. Harga obat TBC lini kedua jauh lebih mahal (± 100 kali lipat dibandingkan pengobatan TBC
biasa) dan penanganannya lebih sulit. Selain paduan pengobatannya yang rumit, jumlah obatnya lebih
banyak dan efek samping yang disebabkan juga lebih berat.
Pengobatan TBC XDR lebih sulit lagi karena kuman TBC telah kebal terhadap OAT lini pertama
maupun lini kedua sehingga pilihan paduan OAT TBC XDR sangat terbatas. Meskipun demikian di
beberapa negara yang banyak ditemukan pasien TBC XDR melaporkan keberhasilan pengobatan
sebesar 50-60 % tergantung dari seberapa berat penyakitnya, status imunitas pasien serta berapa
banyak OAT lini pertama dan kedua yang sudah tidak dapat lagi digunakan karena kuman TBC telah
kebal.
Bagaimana mencegah terjadinya TBC resistan obat, TBC MDR dan TBC XDR?
Kunci pencegahan TBC MDR adalah dengan mendiagnosis secara dini setiap terduga
TBC resistan obat dan dilanjutkan dengan pengobatan dengan OAT lini kedua sesuai
standar. Pengobatannya harus dipantau kepatuhan dan ketuntasannya, serta harus
dilaporkan kedalam system surveilans.
Pengobatan TBC dengan tatalaksana yang tidak standar baik dalam hal paduan, lama
dan cara pemberian pengobatan dapat menjadi factor pencetus untuk meningkatnya
jumlah kasus TBC resistan obat dan TBC MDR. Penggunaan obat anti TBC lini kedua
(missal siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin, kanamisin dll) secara sembarangan
dapat dapat memicu munculnya TBC XDR.
Untuk mencegah penularan kuman TBC MDR, pencegahan dan pengendalian infeksi
yang tepat harus dilakukan disetiap fasyankes yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien TBC Resistan obat, TBC MDR/ XDR, termasuk juga menjaga lingkungan
tempat tinggal pasien TBC Resistan obat, TBC MDR/ XDR.
Manajemen Terpadu Pengendalian TBC Resistan Obat (MTPTRO) atau Programmatic
Management of Drug Resistant TB (PMDT)
MTPTRO adalah kegiatan yang bertujuan untuk menangani pasien TBC resistan obat,
TBC MDR, dan TBC XDR. Strategi kegiatan ini didasarkan pada 5 komponen DOTS yaitu :
Komitmen politis berkesinambungan untuk meningkatkan sumberdaya
manusia dan sumberdaya keuangan dalam penanganan TBC MDR.
Pelayanan di fasilitas layanan rawat jalan penuh, kecuali jika kondisi klinis
pasien memburuk dan terdapat keputusan tim ahli klinis untuk dirawat
inap; dan
MTPTRO memerlukan dukungan dan keterlibatan aktif dari para pemangku kepentingan
di berbagai tingkatan mulai dari tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Hingga tahun 2019, terdapat 198 RS/ Balkes Layanan TB RO yang telah beroperasional
dan tersebar di 34 Provinsi di Indonesia
Alur Diagnosis TB RO :
Pada awalnya, pengobatan standar untuk pasien TB RO hanya ada satu pilihan dengan
lama pengobatan selama 20-24 bulan
Alur Pengobatan Pasien TB RO :
Paduan Pengobatan TB RO :
2. Paduan Individual
Pasien TB RO yang tidak dapat diberikan paduan jangka pendek akan mendapatkan
paduan individual
Paduan individual terdiri dari setidaknya 5 obat efektif yaitu 4 obat inti lini kedua
ditambah pirazinamid (Z).
Pirazinamid (Z)
Angka penemuan kasus TB RO semakin tahun semakin meningkat. Namun tidak
diimbangi dengan angka pengobatan pasien TB RO. Pada tahun 2017, angka
pengobatan pasien TB RO sebesar 59% namun menurun pada tahun 2018 menjadi 51%.
Angka keberhasilan pengobatan TB RO rata-rata 50%, sedangkan angka putus berobat/ lost to follow
up (LFU) sebesar (~30%)
TANTANGAN
Masih tingginya angka lost to follow up/ putus berobat pasien TB RO. Berbagai
penyebab dan alasannya antara lain :
Masih rendahnya angka pengobatan pasien. Berbagai penyebab dan alasan pasien tidak
memulai pengobatan antara lain :
Sistem surveilance yang belum optimal dimana masih ada kasus yang tidak dilaporkan
(manual vs eTB manager)
STRATEGI
Seluruh RS/ Balkes yang masuk dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.01.07/Menkes/350/2017 harus dapat menyediakan layanan TB RO pada tahun 2019
dan dilanjutkan dengan ekspansi perluasan layanan TB RO di semua distrik (514 distrik
pada tahun 2020) dan satelit TB RO (9754 satelit pada 2020)
Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di pusat, daerah dan komunitas
melalui berbagai pelatihan (Training FKRTL, pelatihan manajemen klinis untuk klinisi dan
asuhan keperawatan untuk perawat, pelatihan TCM untuk petugas Lab, dan pelatihan
logistik untuk petugas farmasi)