SKENARIO A
BLOK 26
Disusun oleh:
KELOMPOK 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya Laporan
Tutorial A Blok 26 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan tutorial A ini.
Tim menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, tim
mohon maaf apabila terdapat maksud atau penulisan kata yang salah ataupun yang kurang
berkenan dalam laporan ini. Maka dari itu, pendapat, kritik, dan saran akan sangat membantu
dalam penyempurnaan laporan ini.
Tim penyusun,
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
KEGIATAN TUTORIAL ................................................................................................. 4
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI ......................................................... 6
I. Klarifikasi Istilah ..................................................................................................... 7
II. Identifikasi Masalah................................................................................................. 8
III. Analisis Masalah ..................................................................................................... 9
IV. Sintesis .....................................................................................................................41
A. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas …………………………………….... 41
B. Kesehatan Keselamata Kerja …………………………………………………….. 58
C. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat ………………………………….. 67
D. Pelayanan Kesehatan …………………………………………………………….. 73
V. Kerangka Konsep.................................................................................................... 86
VI. Kesimpulan ............................................................................................................. 87
3
KEGIATAN TUTORIAL
Prosedur tutorial:
1. Tutorial tahap 1
4
a. Semua anggota kelompok masuk ruang tutorial dan duduk di kursi yang telah
disediakan.
b. Sekretaris papan menyalakan layar LCD dan mempersiapkan laptop untuk mengetik
ide selama tutorial.
c. Moderator memimpin do’a sebelum tutorial.
d. Moderator menyebutkan peraturan selama tutorial.
e. Moderator membacakan skenario.
f. Anggota mengklarifikasi istilah dalam scenario.
g. Anggota menentukan fakta dan masalah dalam skenario, lalu menentukan prioritas
masalahnya disertai dengan alasan yang logis.
h. Anggota saling mengajukan pertanyaan di analisis masalah.
i. Anggota mendiskusikan mengenai kaitan antar masalah.
j. Anggota menentukan learning issues dan moderator membagi LI ke masing-masing
anggota kelompok.
k. Tutorial ditutup oleh moderator.
2. Belajar mandiri
3. Tutorial tahap 2
a. Semua anggota kelompok masuk ruang tutorial dan duduk di kursi yang telah
disediakan.
b. Sekretaris papan menyalakan layar LCD dan mempersiapkan laptop untuk mengetik
ide selama tutorial.
c. Moderator memimpin doa sebelum tutorial.
d. Moderator mempersilakan kepada masing-masing anggota untuk memaparkan hasil
belajarnya. Moderator mengatur diskusi yang meliputi mempersilakan anggota lain
menambahkan ide dan sesi tanya-jawab.
e. Anggota merancang kerangka konsep bersama-sama dan membuat resume dari
kerangka konsep.
f. Anggota menjawab pertanyaan yang ada di analisis masalah.
g. Anggota menarik kesimpulan dari LI dan skenario yang ada.
h. Tutorial ditutup oleh moderator.
4. Penyusunan laporan pleno.
5
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI
SKENARIO A BLOK 26 TAHUN 2019
Dr. Santi telah bertugas sebagai Kepala Puskesmas “Sumber Sehat” di kecamatan
Waras selama 3 tahun. Kecamatan Waras mempunyai luas wilayah 375 Ha dengan jumlah
penduduk sebanyak 38.000 jiwa yang terdiri dari 4 desa. Pada setiap Desa terdapat Bidan
Desa, 3 Posyandu, 2 SD, 2 SMP dan Poskesdes. Penduduk di wilayah kerja Puskesmas
“Sumber Sehat” terdiri dari 56% pria yang mayoritas bekerja sebagai petani Karet. Jumlah
ibu hamil saat ini di wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat” sebanyak 135 orang dan tahun
yang lalu tercatat 4 ibu meninggal karena melahirkan.
Seminggu yang lalu, Poliklinik KIA Puskesmas “Sumber Sehat” kedatangan Ny. Ani,
berumur 27 tahun, untuk ANC (Ante Natal Care) kehamilan yang ke-2, dengan usia
kehamilan 32 minggu. Pada saat ANC, Ny. A terdiagnosa Herpes Simplex, sehingga dr. santi
memutuskan untuk merujuk Ny. A ke RSUD BUGAR untuk mencegah penularan kepada
anak. Di RSUD BUGAR, Ny. A ditangani oleh dokter spesialis. Dokter spesialis yang
menangani Ny. A kebetulan sedang melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk
menilai efektivitas terapi IVIG (Intravenous Immunoglobulin) dalam mencegah penularan
virus kepada anak yang dikandung. Pada saat ke Puskesmas, Ny Ani juga membawa nina,
anak perempuannya yang berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak mendapat ASI Eksklusif.
Riwayat kelahiran nina, anak nina, berlangsung normal di rumah, cukup bulan dan dibantu
oleh bidan. Dan karena kesibukannya, Ny Ani sangat jarang membawa Ninan ke posyandu,
pada kunjungan terakhirnya di Posyandu Nina dinyatakan Stunting oleh petugas Dinas
Kesehatan provinsi.
Sebagai dokter Santi, apa yang akan anda lakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan pada wilayah kerja puskesmas “Sumber Sehat” tersebut.
6
I. Klarifikasi Istilah
No Istilah Klarifikasi
1. Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya masyarakat
dalam bentuk UKBM yang dikelola diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam pelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar atau sosial dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Posyandu dibentuk melalui musyawarah mufakat di desa atau
kelurahan dan dikelola oleh pengelola posyandu, yang
dikukuhkan oleh kepala desa atau lurah.
2. Poskesdes Poskesdes adalah singkatan dari pos kesehatan desa yaitu upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk
di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa (Kemenkes)
3. Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan
upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya.
4. Pabrik Bangunan dengan perlengkapan mesin tempat membuat atau
memproduksi barang tertentu dalam jumlah besar untuk
diperdagangkan (KBBI)
5. Debu PM2.5 PM (Particulate Mater) partikel debu yang berukuran kurang
dari 2,5 mikron. Jenis particulate ini bersifat dapat menembus
sampai bagian paru paling dalam dan kandungannya yang dapat
beredar dalam aliran darah juga berhubungan dengan terjadinya
infeksi pernafasan. (BMKG dan UI)
6. ANC Ante Natal Care perawatan yang diberikan professional
kesehatan yang terampil kepada wanita hamil untuk
memastikan kondisi kesehatan terbaik untuk ibu dan janin
selama kehamilan yang terdiri dari komponen identifikasi
resiko pencegahan dan menejemen penyakit yang berhubungan
7
dengan kehamilan, edukasi kesehatan dan promosi kesehatan
7. Herpes simplex Infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simplex virus ( HSV)
tipe 1 atau 2 yang ditandai adanya vesikel yang sembab dan
erimatosa pada daerah dekat mukokutan.
8. IVIG Substansi yang terbuat dari antibodi yang diambil dari darah
pendonor sehat yang diberikan ke pasien melalui jarum atau
tube yang di insersikan melalui vena.
9. Stunting Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama
sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak
yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar
usianya. (depkes)
8
memutuskan untuk merujuk Ny. A ke RSUD BUGAR untuk Masalah
mencegah penularan kepada anak. Di RSUD BUGAR, Ny. A Kesehatan
ditangani oleh dokter spesialis. Dokter spesialis yang menangani Ny.
A kebetulan sedang melakukan sebuah penelitian yang bertujuan
untuk menilai efektivitas terapi IVIG (Intravenous Immunoglobulin)
dalam mencegah penularan virus kepada anak yang dikandung.
Pada saat ke Puskesmas, Ny Ani juga membawa nina, anak
perempuannya yang berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak
mendapat ASI Eksklusif. Riwayat kelahiran nina, anak nina, Data
berlangsung normal di rumah, cukup bulan dan dibantu oleh bidan. Masalah
Dan karena kesibukannya, Ny Ani sangat jarang membawa Nina ke Kesehatan
posyandu, pada kunjungan terakhirnya di Posyandu Nina dinyatakan
Stunting oleh petugas Dinas Kesehatan provinsi.
9
masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun, dan telah mengikuti pelatihan
manajemen Puskesmas.
- Kasubag Tata Usaha
Membawahi beberapa kegiatan diantaranya Sistem Informasi Puskesmas,
kepegawaian, rumah tangga, dan keuangan.
- Penanggungjawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat
Membawahi:
1. pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
2. pelayanan kesehatan lingkungan
3. pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
4. pelayanan gizi yang bersifat UKM
5. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
6. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
10
8. pelayanan kefarmasian
9. pelayanan laboratorium
- Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan
Membawahi:
1. Puskesmas Pembantu
2. Puskesmas Keliling
3. Bidan Desa
4. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
11
III. Kegiatan pokok
1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
2. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien dalam rangka rujukan
menerima menerima konsultasi.
3. Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
4. Mengkoordinir pengembangan PKMD.
5. Membina karyawan/karyawati puskesmas dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari.
6. Melakukan pengawasan melekat bagi seluruh pelaksanaan kegiatan/program.
7. Mengadakan koordinasi dengan Lintas Sektoral dalam upaya pembangunan
kesehatan diwilayah kerja Puskesmas.
8. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dan masyarakat dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
9. Menyusun perencanaan kegiatan Puskesmas dengan dibantu oleh staf
Puskesmas.
10. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Puskesmas.
11. Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan Kabupaten, baik
berupa laporan rutin maupun khusus.
12. Membina petugas dalam meningkatkan mutu pelayanan.
13. Melakukan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas, Pustu, PKD,
Puskesling, Posyandu dan di masyarakat.
14. Sebagai dokter (fungsional) melaksanakan tugas pelayanan pemeriksaan dan
pengobatan pasien Puskesmas.
c. Bagaimana kecamatan yang ideal berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah
dengan fasilitas kesehatan (posyandu, poskesdes, bidan desa)?
Jawab:
12
Peningkatan jumlah Puskesmas tersebut menggambarkan upaya pemerintah dalam
pemenuhan akses terhadap pelayanan kesehatan primer. Pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan primer dapat dilihat secara umum dari rasio Puskesmas terhadap kecamatan. Rasio
Puskesmas terhadap kecamatan pada tahun 2018 sebesar 1,39. Hal ini menggambarkan bahwa
rasio ideal Puskesmas terhadap kecamatan yaitu minimal 1 Puskesmas di 1 kecamatan, secara
nasional sudah terpenuhi, tetapi perlu diperhatikan distribusi dari Puskesmas tersebut di
seluruh kecamatan.
13
Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi di Indonesia menunjukkan
nilai yang bervariasi. Rata-rata di Indonesia 1 Puskesmas dapat melayani sebesar 25,730
penduduk. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk tertinggi terdapat di Provinsi Papua Barat
dan rasio puskesmas per 100.000 penduduk terendah terdapat di Provinsi Banten (Kemenkes,
2013).
Grafik ini menggambarkan rasio Puskesmas per 30000 penduduk di Indonesia pada
tahun 2011-2015. Pada grafik terlihat sejak tahun 2011 jumlah Puskesmas mengalami
14
peningkatan, tahun 2011 sebanyak 9321 unit menjadi 9754 unit pada tahun 2015.
Peningkatan jumlah Puskesmas tidak secara langsung menggambarkan pemenuhan pelayanan
kesehatan. Rasio Puskesmas terhadap 30.000 penduduk meningkatkan pada tahun 2011
sampai dengan tahun 2013, namun menurun pada tahun 2014 sebesar 1.16 dan tahun 2015
kembali turun sebesar 1.15. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan jumlah Puskesmas lebih
rendah dibandingkan laju pertumbuhan jumlah penduduk.
15
Kepadatan penduduk berdasarkan struktur administrasi pemerintah adalah :
d. Bagaimana puskesmas yang ideal berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah
dengan fasilitas kesehatan (posyandu, poskesdes, bidan desa)?
Jawab:
16
tenaga kesehatan yaitu satu desa hanya ada 1 bidan,
bidan dan dua orang kader belum ada satupun kader
kesehatan kesehatan)
PERATURAN MENTERI 2 SD, 2 SMP Ideal
KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 75
TAHUN 2014 TENTANG
PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT Pasal 23
Ayat (1) huruf b tentang
kriteria
kawasan pedesaan sebagai
berikut: memiliki fasilitas
antara lain sekolah radius lebih
dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2
km, rumah sakit radius lebih
dari 5 km, tidak memiliki
fasilitas berupa bioskop atau
hotel;
17
Tidak adanya fasilitas kesehatan yang memadai untuk memberikan pelayanan
maternal menjadi faktor risiko kematian ibu melahirkan.
(Fibriana, Ika, 2007)
18
a. Rawat jalan
b. Pelayanan Gawat Darurat
c. Pelayanan satu hari (one day care)
d. Home care.
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
g. Apa makna dari 4 ibu meninggal karena melahirkan dari sebanyak 135 orang ibu
hamil?
Jawab:
Dari gambar diatas di dapatkan target untuk AKI pada tahun 2020-2024 adalah
232/100.000 (0,2%) kelahiran hidup, sedangkan pada kasus terdapat data bahwa
AKI sebesar 4/135 KH (3%), jadi berdasarkan data tersebut dapat di simpulkan
bahwa kematian ibu di kasus ini masih sangat tinggi dan tidak sesuai dengan target
AKI Indonesia yang ingin dicapai pada tahun 2020-2024.
19
hidup. Jumlah kematian ibu tahun 2017 di Kota Palembang berdasarkan laporan sebanyak
7 orang dari 27.876 kelahiran hidup (Profil Pelayanan Kesehatan Dasar, 2017).
Penyebabnya kematian terbanyak adalah hipertensi dalam kehamilan 72% (5 orang), dan
terendah adalah perdarahan 14% (1 orang). Sedangkan penyebab kematian ibu lainnya
adalah gangguan metabolik (DM) yaitu sebanyak 1 (satu) orang. Sedangkan target
RPJMD adalah 100/100.000 kelahiran hidup
20
2. Di wilayah kecamatan “Waras” terdapat pabrik pengolahan kayu, dimana pabrik
memproduksi bahan olahan kayu setiap hari sehingga masyarakat di sekitar pabrik
terpapar debu. Pernah dilakukan pemeriksaan kadar debu PM2.5 diatas nilai ambang
batas normal sebesar 80 ug/m3 per 24 jam di lingkungan rumah dan 40 ug/m3 di
dalam rumah penduduk.
a. Apa upaya yang perlu dilakukan kepala puskesmas untuk menghadapi masalah
kesehatan lingkungan di kecamatan Waras?
Jawab:
Program kesehatan kerja puskesmas merupakan pemberdayaan untuk pekerja
informal yang meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
a. Pelayanan promotif yaitu berupa penyuluhan kesehatan tentang gangguan
kesehatan ditempat kerja yang dilakukan oleh beberapa tenaga kerja dari
Puskesmas terhadap pekerja informal.
b. Pelayanan preventif yaitu pembagian alat pelindung diri (APD) berupa masker
pada pekerja informal tukang kayu dengan tujuan agar pada saat melakukan
pekerjaan mereka tidak mudah terhirup debu kayu.
c. Monitoring yang dilakukan oleh pihak dinas kesehatan dilaksanakan setiap 1
bulan sekali dilakukan langsung oleh tenaga kerja yang mengelolah program
tersebut, dan untuk monitoring dari pihak puskesmas telah dilakukan setiap
bulan oleh tenaga medis yang bertugas.
Dan melakukan sosialisasi tentang peraturang undang-undang kesehatan, terlebih
khusus mengenai Program Kesehatan Kerja.
21
Penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi pengawasan
terhadap penaatan ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang
untuk kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan
mutu udara ambien di sekitar jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan
bermotor di jalan dan pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta
solar berkadar belerang rendah sesuai standar internasional.
Penanggulangan pencemaran udara dari kegiatan sumber gangguan meliputi
pengawasan terhadap penaatan baku tingkat gangguan, pemantauan gangguan
yang keluar dari kegiatannya dan pemeriksaan penaatan terhadap ketentuan
persyaratan teknis pengendalian pencemaran udara.
b. Apa interpretasi dan dampak yang dapat ditimbulkan apabila pemeriksaan kadar
debu pm2.5 diatas ambang batas normal?
Jawab:
22
kadar debu PM 2.5 atau Particullar Matter 2,5 merupakan partikel udara yang
sangat halus ( <2,5 mikron) dan dapat menembus paru tanpa tersaring oleh rambut
di dalam hidung. Efek pajanan jangka pendek didefinisikan rentang waktu jam
sampai hari, dan efek pajanan jangka Panjang didefinisikan dalam rentang tahun.
Berikut efek pajanan PM2,5 menurut WHO tahun 2004.
23
Partikel-partikel tersebut diyakini oleh para pakar lingkungan dan kesehatan
masyarakat sebagai pemicu timbulnya infeksi saluran pernapasan, karena partikel
padat PM10 dan PM2,5 dapat mengendap pada bronkus dan alveolus, sedang
TSP tidak dapat terhirup ke dalam paru, tetapi hanya sampai pada bagian saluran
pernapasan atas.
Baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang berhubungan dengan
morbiditas dan mortalitas dari penyakit kardiovaskular dan respiratori. Paparan
jangka panjang dihubungkan dengan terjadinya efek buruk pada masa perinatal
dan kejadian kanker paru.
24
Pada tahun 2013, particulate matter diklasifikasikan sebagai penyebab kanker
paru oleh WHO’s International Agency for Research on Cancer (IARC).
25
3. Periksa tingkat kebisingan mesin yang akan di gunakan dan pilih earplug atau
pelindung telinga dari kebisingan yang sesuai.
4. Gunakan sarung tangan bila bekerja di mesin yang besar. Harus tetap berhati-
hati agar tidak terlalu dekat dengan bagian mesin yang berputar.
5. Pastikan bahwa semua alat keselataman mesin telah terpasang dan bekerja
dengan baik. Misalnya penutup pisau, pelindung lemparan balik dan
sebagainya.
6. Mesin dan meja kerja mesin harus bebas dari alat-alat bantu yang digunakan
pada saat penyetelan mesin.
7. Gunakan alat bantu pendorong apabila benda kerja terlalu kecil atau apabila
benda kerja tidak memungkinkan untuk dipegang secara langsung. Hal ini
untuk menghindari kecelakaan kerja pada jari tangan.
8. Gunakan clamp/alat pengikat lainnya untuk menjaga benda kerja dari getaran.
Misalnya pada saat pengeboran atau pembuatan lubang alur.
9. Bersihkan lingkungan sekitar mesin yang akan digunakan dari serpihan-
serpihan atau benda lainnya yang bisa mengganggu keselamatan kerja.
Tindakan Preventif
- Lepaskan semua pernik-pernik pada tangan atau bagian tubuh lainnya (cincin,
jam tangan atau kalung). Semua pernik tersebut berpotensi menimbulkan
bahaya.
- Usahakan untuk memiliki potongan rambut pendek atau ikat rambut anda
sedemikian rupa sehingga tidak tergerai.
- Jangan membersihkan debu atau tatal mesin langsung dengan tangan, terutama
pada saat mesin berjalan. Gunakanlah alat bantu lain seperti sebatang kayu
atau sapu.
- Jangan gunakan pistol angin (udara bertekanan) untuk membersihkan debu
dari badan atau mesin. Dorongan angin hanya akan membuat debu
beterbangan tidak beraturan dan ini membahayakan mata dan pernafasan dan
operator mesin yang lain. Lebih baik gunakan penyedot debu (dust collector)
- Jangan pernah meninggalkan mesin yang sedang berjalan tanpa pengawasan
- Hindari berbicara atau berinteraksi dengan operator yang sedang menjalankan
mesin kayu
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
26
Berdasarkan Permenkes RI nomor 70 tahun 2016 tentang standar dan persyaratan
kesehatan lingkungan kerja industri.
1. Kebisingan
Nilai ambang batas kebisingan merupakan nilai yang mengatur tentang tekanan bising
rata-rata atau level kebisingan berdasarkan durasi pajanan bising yang mewakili
kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan bising berulang-ulang tanpa
menimbulkan gangguan pendengaran dan memahami pembicaraan normal. NAB
kebisingan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 85 dBA. Sedangkan NAB
pajanan kebisingan untuk durasi pajanan tertentu dapat dilihat pada Tabel 4. Pajanan
bising tidak boleh melebihi level 140 dBC walaupun hanya sesaat. Beberapa hal yang
diperhatikan dalam menginterpretasikan NAB kebisingan adalah sebagai berikut:
NAB kebisingan merupakan dosis efektif pajanan kebisingan dalam satuan dBA
yang diterima oleh telinga (organ pendengaran) dalam periode waktu tertentu yang
tidak boleh dilewati oleh pekerja yang tidak menggunakan alat pelindungtelinga.
Apabila seorang pekerja terpajan bising di tempat kerja tanpa menggunakan alat
pelindung telinga selama 8 jam kerja per hari, maka NAB pajanan bising yang
boleh diterima oleh pekerja tersebut adalah 85 dBA.
Pengukuran tekanan bising lingkungan kerja industri dilakukan dengan
menggunakan sound level meter mengikuti metode yang standar.
27
2. Getaran (NAB getaran tangan dan lengan)
Nilai ambang batas pajanan getaran pada tangan dan lengan sebagaimana tercantum
pada Tabel 5 merupakan nilai rata-rata akselerasi pada frekuensi dominan
(meter/detik2) berdasarkan durasi pajanan 8 jam per hari kerja yang mewakili kondisi
dimana hampir semua pekerja terpajan getaran berulang-ulang tanpa menimbulkan
gangguan kesehatan atau penyakit. Pekerja dapat terpajan getaran tangan dan lengan
pada saat menggunakan alat kerja seperti gergaji listrik, gerinda, jack hammer dan
lain-lain. NAB getaran tangan dan lengan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 5
meter/detik2. Sedangkan NAB getaran tangan dan lengan untuk durasi pajanan tertentu
dapat dilihat pada Tabel 5.
28
Beberapa hal yang diperhatikan dalam menginterpretasikan NAB getaran tangan dan
lengan adalah sebagai berikut.
Pengukuran getaran tangan dan lengan dilakukan dengan menggunakan vibrasi meter
sesuai metode yang standar.
NAB getaran tangan dan lengan nilai merupakan nilai rata-rata akselerasi pajanan
getaran tangan dan lengan dalam satuan meter/detik2 yang diterima oleh tangan dan
lengan pekerja dalam periode waktu tertentu yang tidak boleh dilewati.
29
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Pekerja Pabrik
Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari beberapa jenis
berdasarkan fungsinya, antara lain:
30
misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong, mengampelas, mengerut
kayu.
4. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan
bising. Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar
suara bising tanpa penutup telinga ini.
5. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras
dab tajam selama menjalankan kegiatannya.
Pekerja pada umumnya harus menggunakan sarung tangan katun min. 8 benang
(gamb. 1).
Pekerjaan yang lebih kasar, seperti tukang besi, baja, bekisting, penanganan tali
baja, kawat, dll, harus menggunakan sarung tangan kombinasi (gamb. 2).
Pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus menggunakan sarung
tangan kulit (gamb. 3).
Pekerjaan dengan bahan kimia dan beracun harus menggunakan sarung tangan
tahan kimia (bahan vynil, PVC, nitril, dll.) (gamb. 4).
Teknisi listrik harus menggunakan sarung tangan tahan listrik min. 5KV (gamb. 5)
31
7. Pakaian kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang bisa melukai badan.
3. Seminggu yang lalu, Poliklinik KIA Puskesmas “Sumber Sehat” kedatangan Ny. Ani,
berumur 27 tahun, untuk ANC (Ante Natal Care) kehamilan yang ke-2, dengan usia
kehamilan 32 minggu. Pada saat ANC, Ny. A terdiagnosa Herpes Simplex, sehingga
dr. Santi memutuskan untuk merujuk Ny. A ke RSUD BUGAR untuk mencegah
penularan kepada anak. Di RSUD BUGAR, Ny. A ditangani oleh dokter spesialis.
Dokter spesialis yang menangani Ny. A kebetulan sedang melakukan sebuah
penelitian yang bertujuan untuk menilai efektivitas terapi IVIG (Intravenous
Immunoglobulin) dalam mencegah penularan virus kepada anak yang dikandung.
a. Bagaimana sistem rujukan dari puskesmas ke pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi?
Jawab:
Asas Rujukan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus melaksanakan asas
rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus
merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran
jalur rujukannya adalah Rumah Sakit. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat jalur rujukannya adalah berbagai ‘kantor’ kesehatan.
32
Pedoman Sistem Rujukan Nasional (Kemenkes, 2012)
33
b. Bagaimana pemeriksaan ANC yang sebaiknya dilakukan kepada ibu hamil?
Jawab:
Menurut standar WHO, seorang ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
dengan minimal 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester pertama,
1 kali pada trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga untuk memantau
keadaan ibu dan janin secara seksama sehingga dapat mendeteksi secara dini dan
dapat memberikan intervensi secara tepat (WHO, 2007).
34
Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Depkes.
c. Bagaimana menilai efektivitas terapi pada ibu hamil yang sesuai prosedur?
Jawab:
a. Tepat diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.
Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa
mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga
tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya
b. Tepat Indikasi Penyakit
35
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik Antibiotik, misalnya
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya
dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
c. Tepat Pemilihan Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan
dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi
sesuai dengan spektrum penyakit.
d. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi
obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi yang sempit, Kurikulum Pelatihan Penggunaan Obat Rasional (POR
akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil
tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
e. Tepat Cara Pemberian Obat
Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik
tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk ikatan, sehingga
menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivtasnya.
f. Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar
mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari
(misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang
harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum
dengan interval setiap 8 jam.
g. Waspada terhadap efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka
merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping sehubungan
vasodilatasi pembuluh darah di wajah. Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan
pada anak kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan
tulang yang sedang tumbuh. h. Tepat penilaian kondisi pasien Respon individu
terhadap efek obat sangat beragam.
36
(HSV-2) yang mengancam kehidupan janin dan neonatus. Virus ini dapat
ditularkan ibu kepada janin, baik melalui plasenta maupun pada saat proses
persalinan. Tanpa pengobatan yang adekuat, 80% bayi yang lahir terinfeksi HSV-
2 akan meninggal, dan bayi yang dapat bertahan hidup biasanya mengalami
kerusakan otak (Brown et al., 1997).
Hasil penelusuran awal dengan pendekatan data sekunder oleh peneliti
menemukan bahwa selama kurun waktu 2004-2011, penderita herpes simpleks di
wilayah Puskesmas Purwosari (2011) Kabupaten Gunungkidul mengalami
peningkatan setiap tahunnya dan setiap tahun ditemukan penderita baru. Sebagian
besar penderita yang datang berobat ke Puskesmas Purwosari adalah pasien
kambuhan dengan penderita terbanyak pada perempuan kelompok usia 20-44
tahun. Dari 4 desa yang ada di Kecamatan Purwosari, penderita herpes simpleks
paling banyak dilaporkan berasal dari Desa Giripurwo.
Kasus herpes simpleks di Kecamatan Purwosari tahun 2004-2011
37
Masyarakat tradisional yang homogen potensial menghasilkan pemahaman-
pemahaman yang sempit dalam merespon berbagai perbedaan yang dimiliki
anggota masyarakatnya. Nilai-nilai konservatif dan norma-norma sosial dapat
menyebabkan munculnya stigma. Penderita sudah terisolir secara sengaja dan
terstruktur terhadap sumber-sumber dukungan psikologis, individu terisolir
bahkan dari lingkungan sosialnya, sehingga memunculkan reaksi negatif seperti
depresi, stres, atau menarik diri dari lingkungan sosial.
e. Bagaimana pencegahan dan edukasi pada ibu hamil agar tidak terinfeksi herpes
simplex?
Jawab:
1. Pencegahan transmisi HSV secara horizontal
a) Higiene Personal
- Sering membersihkan diri dengan mandi menggunakan air yang bersih. Idealnya
saat musim panas mandi 2 kali pagi dan sore.
- Ganti pakaian satu hari minimal 2 kali sehabis mandi agar tubuh tetap terjaga
kebersihannya.
- Cucilah seprai, handuk dan pakaian yang dipakai dengan air yang bersih dan
menggunakan deterjen.
- Pencegahan kontak dengan saliva penderita HSV dapat dilakukan dengan
menghindari berciuman dan menggunakan alat-alat makan penderita serta
menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptik yang dapat membunuh
virus sehingga menurunkan risiko tertular.
b) Sanitasi lingkungan
- Menjaga lingkungan agar tetap bersih
- Menggunaan air bersih yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
2. Pencegahan transmisi HSV secara vertikal dapat dilakukan dengan deteksi ibu
hamil dengan screning awal di usia kehamilan 14-18 minggu, selanjutnya
dilakukan kultur servik setiap minggu mulai dari minggu ke-34 kehamilan pada
ibu hamil dengan riwayat infeksi HSV serta pemberian terapi antivirus supresif
(diberikan setiap hari mulai dari usia kehamilan 36 minggu dengan acyclovir
400mg 3×/hari atau 200mg 5×/hari) yang secara signifikan dapat mengurangi
periode rekurensi selama proses persalinan (36% VS 0%). Namun apabila sampai
menjelang persalinan, hasil kultur terakhir tetap positif dan terdapat lesi aktif di
daerah genital maka kelahiran secara sesar menjadi pilihan utama. Periode
postnatal bertanggungjawab terhadap 5-10% kasus infeksi HSV pada neonatal.
Infeksi ini terjadi karena adanya kontak antara neonatus dengan ibu yang
terinfeksi HSV (infeksi primer HSV-I 100%, infeksi primer HSV-II 17%, HSV-I
rekuren 18%, HSV-II rekuren 0%) dan juga karena kontak neonatus dengan
tenaga kesehatan yang terinfeksi HSV.[3] Pemilihan metode pencegahan yang
38
tepat sesuai dengan model transmisinya dapat menurunkan angka kejadian dan
penularan infeksi HSV.
4. Pada saat ke Puskesmas, Ny Ani juga membawa nina, anak perempuannya yang
berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak mendapat ASI Eksklusif. Riwayat kelahiran
nina, anak nina, berlangsung normal di rumah, cukup bulan dan dibantu oleh bidan.
Dan karena kesibukannya, Ny Ani sangat jarang membawa Nina ke posyandu, pada
kunjungan terakhirnya di Posyandu Nina dinyatakan Stunting oleh petugas Dinas
Kesehatan provinsi.
a. Bagaimana hubungan riwayat tidak mendapat ASI Ekslusif dengan stunting?
Jawab:
Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting. ASI
merupakan asupan gizi yang sesuai dengan dengan kebutuhan akan membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan
cukup berarti memiliki asupan gizi yang kurang baik dan dapat menyebabkan
kekurangan gizi salah salah satunya dapat menyebabkan stunting. (Indrawati &
Warsiti, 2016)
Salah satu manfaat ASI eksklusif adalah mendukung pertumbuhan bayi terutama
tinggi badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding susu pengganti
ASI atau susu formula. Sehingga bayi yang diberikan ASI Eksklusif cenderung
memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dan sesuai dengan kurva pertumbuhan
dibanding dengan bayi yang diberikan susu formula. ASI mengandung kalsium
yang lebih banyak dan dapat diserap tubuh dengan baik sehingga dapat
memaksimalkan pertumbuhan terutama tinggi badan dan dapat terhindar dari
resiko stunting. ASI juga memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium
yang lebih rendah daripada susu formula, sedangkan tembaga, kobalt, 8 dan
selenium terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Kandungan ASI ini sesuai
dengan kebutuhan bayi sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan bayi
termasuk tinggi badan. Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa
kebutuhan bayi terpenuhi, dan status gizi bayi menjadi normal baik tinggi badan
maupun berat badan jika bayi mendapatkan ASI Eksklusif. (Indrawati & Warsiti,
2016)
39
b. Bagaimana hubungan kunjungan ke posyandu dengan stunting?
Jawab:
Posyandu berupaya mencegah stunting pada balita melalui pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan satu bulan sekali dengan
pengisian kurva KMS. Balita yang mengalami permasalahan pertumbuhan dapat
dideteksi sedini mungkin sehingga tidak jatuh pada permasalahan pertumbuhan
kronis atau stunting. Jadi semakin jarang balita berkunjung ke posyandu maka
pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terpantau sehingga tidak dapat
diketahuinya masalah pertumbuhan balita.
Pada skenario Nina yang sangat jarang dibawa ke posyandu mengakibatkan
tumbuh kembangnya menjadi tidak normal, karena ibu tidak teredukasi mengenai
kondisi yang ideal untuk tumbuh kembang anak. Kunjungan ke posyandu
dilakukan 1x setiap bulannya. Dan pada kunjungan tersebut Ibu akan mendapat
edukasi berupa pemberian ASI, pola makan yang sesuai, anak akan mendapatkan
pemeriksaan tumbuh kembang, pemberian kapsul vitamin A, imunisasi lengkap
untuk bayi, apa-apa saja yang harus dilakukan bila anak sakit, dan cara merawat
gigi anak .
c. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh dokter sebagai kepala puskesmas untuk
meningkatkan kesadaran ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan ANC dan pada
ibu yang memiliki anak balita dalam melakukan kunjungan rutin ke posyandu?
Jawab:
Upaya yang dapat dilakukan menurut clark:
1. Mempromosikan mengenai pemeriksaan ANC
2. Spesific protection: usaha memberikan perlindungan khusus pada ibu dan anak
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment mengenal penyakit sedini mungkin
serta memberikan pengobatan yg tepat contohnya seperti kunjungan ke
posyandu
4. Usaha untuk membatasi cacat (disability limitation). Dilakukan dengan
pengobatan tindak lanjut, untuk mencegah komplikasi dan cacat, perbaikan
fasilitas kesehatan, kurangi beban non medis
5. Rehabilitation, dengan kegiatan penyuluhan paska sembuh, work therapy,
rehabilitasi sosial, dukungan moral dan lembaga masyarakat
40
d. Apa saja tugas Dinas Kesehatan Provinsi?
Jawab:
Dinas Kesehatan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tipe A
Tugas:
Dinas kesehatan Provinsi mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan
Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah provinsi. Dinas kesehatan
Kabupaten/Kota mempunyai tugas membantu Bupati/Wali Kota melaksanakan
Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan
Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Daerah Kabupaten/Kota.
Fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan;
3. Pelaksanaan evalusasi dan pelaporan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan
dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan;
4. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya
5. Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah terkait dengan
bidang kesehatan.
IV. Sintesis
1. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas
a. Latar Belakang
41
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan strata pertama.
Yang termasuk dalam Upaya Kesehatan Wajib adalah Promosi Kesehatan, Kesehatan
Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat,
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan. Sedangkan Upaya
Kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan di masyarakat setempat serta disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas.
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni upaya
lain di luar upaya Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.
42
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu yaitu azas
pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan.
Perencanaan tingkat Puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada
di wilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan maupun
upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan satu tahun agar
Puskesmas mampu melaksanakannya secara efisien, efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Diharapkan buku ini dapat digunakan sebagai salah satu pedoman
dalam penyusunan perencanaan di Puskesmas.
43
b. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
c. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi
yang ada.
c. Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk
mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.
Perencanaan Tingkat Puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana
kegiatan Puskesmas pada tahun yang akan datang yang dilakukan secara sistematis
untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.
d. Ruang Lingkup
Perencanaan Tingkat Puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk dalam
Upaya Kesehatan Wajib, Upaya Kesehatan Pengembangan dan upaya kesehatan
penunjang. Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai Rencana Tahunan
Puskesmas yang dibiayai oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat serta sumber dana
lainnya.
1. Tahap persiapan
2. Tahap Analisa Situasi
3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
4. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
44
data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Puskesmas perlu mempertimbangkkan
masukan dari masyarakat melalui Konsil Kesehatan Kecamatan/ Badan Penyantun
Puskesmas. Rencana Usulan Kegiatan harus dilengkapi pula dengan usulan pembiayaan
untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional Puskesmas. RUK yang disusun
merupakan RUK tahun mendatang (H+1). Penyusunan RUK tersebut disusun pada bulan
Januari tahun berjalan (H) berdasarkan hasil kajian pencapaian kegiatan tahun sebelumnya
(H-1), dan diharapkan proses penyusunan RUK telah selesai dilaksanakan di Puskesmas pada
akhir bulan Januari tahun berjalan (H).
45
Untuk memudahkan pemahaman terhadap mekanisme Perencanaan Tingkat
Puskesmas, dapat dilihat pada alur berikut ini:
A. TAHAP PERSIAPAN
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan
untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara :
46
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen
Kesehatan.
1. Data Umum :
a) Peta Wilayah Kerja serta Fasilitas Pelayanan (Format-1) Data wilayah
mencakup luas wilayah, jumlah desa/ dusun/ RT/ RW, jarak desa
dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas. Data ini dapat
diperoleh di kantor Kelurahan/ Desa atau Kantor Kecamatan.
b) Data Sumber Daya
Data sumber daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa,
mencakup :
47
Kantor Kecamatan, dan data estimasi sasaran di Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
e) Data sekolah ( Format - 5)
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup jenis
sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil,
jumlah guru UKS , dll.
1. Analisa Masalah
48
Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok Tim Penyusun
Perencanaan Tingkat Puskesmas dan Konsil Kesehatan Kecamatan/ Badan Penyantun
Puskesmas melalui tahapan :
a) Identifikasi masalah,
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi masalah
dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut
jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.
Dst
Nilai semakin besar jika tingkat urgensinya sangat mendesak, atau tingkat
perkembangan dan tingkat keseriusan semakin memprihatinkan apabila tidak diatasi.
49
Kemudian kalikan tingkat urgensi (U) dengan tingkat perkembangan (G) dan tingkat
keseriusan (S).
Prioritas masalah diurutkan berdasarkan hasil perkalian yang paling besar dari ketiga
hal tersebut dan disusun dalam bentuk matriks.
Penggunaan kriteria penilaian tidak harus terpaku pada contoh di atas, akan tetapi
dapat disesuaikan dengan tingkat pemahaman petugas, situasi dan kondisi setempat.
c) Merumuskan masalah
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, berapa
besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila mana masalah itu terjadi
(what, who, when, where and how).
1) diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan karena
digambarkan membentuk tulang ikan),
2) pohon masalah (problem trees)
Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari :
1) Input (sumber daya) : jenis dan jumlah alat, obat, tenaga serta prosedur kerja
manajemen alat, obat dan dana.
2) Proses (Pelaksana kegiatan) : frekwensi, kepatuhan pelayanan medis dan non
medis.
3) Lingkungan.
Kategori yang dapat digunakan antara lain adalah :
50
Penyebab masalah agar dikonfirmasi dengan sumber data primer (survey) dan data
sekunder yaitu SP2TP (kartu pasien, buku register, LPLPO, dsb) ataupun data
lainnya.
Contoh :
51
2. Mencari penyebab masalah dengan menggunakan
“pohon masalah (problem trees)” Langkah-langkah :
- Tuliskan masalah pada kotak di puncak pohon masalah.
- Buat garis panah vertikal menuju kotak tersebut.
- Tetapkan kategori utama dari penyebab dan tuliskan pada kotak di
bawahnya dengan arah panah menuju ke kotak masalah.
- Lakukan “brainstorming” (curah pendapat) dan fokuskan pada
masing-masing kategori.
- Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk
ketegori utama yang lain.
- Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat
daftar sub penyebab dan letakkan pada kotak yang ada di
bawahnya .
- Setelah semua pendapat tercatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi, tidak sesuai dengan masalah, dll.
52
Contoh tabel Cara Pemecahan Masalah
Dst
Adalah suatu metode untuk dapat membangkitkan ide/ gagasan/ pendapat tentang
suatu topik atau masalah tertentu dari setiap anggota tim dalam periode waktu yang singkat
dan bebas dari kritik.
53
4) Anggota tim menyampaikan ide/gagasan/pendapat (secara terstruktur atau tidak
terstruktur).
5) Apabila terdapat beberapa anggota yang mendominasi, gunakan curah pendapat
terstruktur sehingga seluruh anggota mempunyai kesempatan yang sama. Bila yang
dipilih secara terstruktur, anggota yang tidak menyampaikan pendapat pada gilirannya
harus mengucapkan “Pass”, dan kesempatan diberikan pada anggota berikutnya.
6) Beri dorongan/rangsangan agar anggota berani memberikan/mengajukan pendapat.
C. Tuliskan setiap ide/gagasan tersebut pada flipchart/papan tulis sehingga dapat dilihat
oleh seluruh anggota.
D. Teruskan brainstorming sampai waktu yang telah ditetapkan habis.
E. Lakukan klarifikasi, hilangkan sesuatu yang menyimpang dari topik atau duplikasi
yang terjadi.
F. Buat list pendek yang sangat dekat /berhubungan dengan topik yang dibahas.
c) Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam
format RUK Puskesmas.
b) Kebutuhan Sumber Daya berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada pada
tahun sekarang.
c) Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam
format RUK Puskesmas.
54
sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang
tersedia di Puskesmas.
Catatan :
- Kegiatan diisi dengan kegiatan dari paket program yang diusulkan dalam upaya
mencapai tujuan program.
- Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan program
- Sasaran adalah jumlah populasi atau area di wilayah kerja yang akan dicakup dalam
kegiatan
- Target adalah jumlah bagian dari sasaran/ area yang akan diberikan pelayanan oleh
Puskesmas dihitung berdasarkan faktor koreksi kondisi geografis, jumlah sumber daya
dan target pasar serta pencapaian tahun lalu
- Besar biaya mengacu pada peraturan daerah yang ada
- Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta, masyarakat atau pendapatan
fungsional Puskesmas.
55
Jadwal penyusunan Rencana Usulan Kegiatan dilaksanakan dengan
memperhatikan siklus perencanaan kabupaten/ kota, yaitu jadwal pembahasan yang
dilakukan kabupaten/ kota sehingga RUK tersebut harus sudah selesai atau sudah
diterima oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum dilakukan pembahasan,
demikian pula dengan Rencana Usulan Kegiatan untuk mitra kerja Puskesmas.
Catatan :
56
Delbecq Technique adalah perumusan dan identifikasi potensi melalui
sekelompok orang yang memahami masalah tersebut. Tahapan pelaksanaannya
dimulai dengan pembentukan tim, menyusun daftar masalah, menetapkan kriteria
penilaian masalah dan menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria
penilaian .
57
upaya inovasi dilaksanakan secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini
sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.
2. Kesehatan Kerja
Ilmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan. Ilmu tidak hanya menyangkut hubungan antara efek lingkungan kerja dengan
kesehatan pekerja, tetapi hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuan untuk
melakukan tugas yang harus dikerjakan.
58
pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date )
b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa.
c. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-pemeriksaan
langsung di tempat kerja.
ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja
disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan
oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya dinyatakan bahwa fokus utama
kesehatan kerja, yaitu:
1) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas kerja
2) Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan
kesehatan
3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang mendukung
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja juga meningkatkan suasana sosial
yang positif dan operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas
perusahaan.
Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan kerja
antara lain:
1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
3. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
4. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja
5. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
makanan ditempat kerja
6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus
7. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait
59
terhadap permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja
Kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam system kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif dan serasi antara
ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan
optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang
baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental.
Akibat beban kerja terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat bekerja,
misalnya panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan
trhadap pekerja. Beban beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau
bersama sama menjadi gangguan atau penyakit akibat kerja.
Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di
tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam
Undang-undang No. 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa kesehatan kerja
diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja
60
standar pelayanan sesuai dengan peraturan undang-undang dan IPTEK.
4. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kerja paripurna
5. Promosi K3 dilaksanakan secara optimal
6. Peningkatan koordinasi pelaksanaan UKK pada Tingkat
Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan & Kelurahan/Desa.
7. Memberdayakan Puskesmas sebagai jejaring pelayanan yang efektif di
bidang kesehatan kerja pada masyarakat pekerja utamanya di sektor
informal.
8. Pengembangan wadah partisipatif kalangan pekerja informal (Pos UKK)
sebagai mitra kerja PKM dalam rangka membudayakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
2) Pembinaan Institusi
Pengembangan jaringan yankesja yg meliputi Pos UKK, Klinik Perusahaan,
Puskesmas, BKKM (Balai Kesehatan Kerja Masyarakat) & Rumah Sakit
61
Pengembangan jaringan kerjasama & penunjang yankesja, baik lintas program
maupun lintas sektor
Pelembagaan K3 di tempat kerja yang merupakan wahana utama penerapan
program K3
Memperjelas peran manajemen & serikat pekerja dalam program K3.
3) Peningkatan Profesionalisme
Penambahan tenaga ahli K3 di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Peningkatan Kemampuan & Keterampilan K3 petugas kesehatan melalui Diklat.
Pengembangan profesionalisme K3 bekerjasama dengan ikatan profesi terkait.
62
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif dan
Pelayanan Rujukan
63
penyakit akibat kerja.
Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama & terapi
simtomatis
64
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas generasi
penerus.
Tujuan gerakan ini adalah dalam rangka meningkatkan status kesehatan
pekera perempan untuk mencapai produktivitas kerja yang optimal. Fokus
kegiatan yang dilaksanakan dalam GP2SP antara lain; Pengelolaan ASI
ditempat kerja, gizi pekerja, kelas ibu hamil dll.
65
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan pekerja yang akan bekerja di luar
negeri. TKI sektor informal merupakan salah satu kelompok pekerja rentan
yang perlu dipersiapkan kondisi kesehatannya agar dapat bekerja secara baik
di negara penempatannya. Untuk itu diperlukan upaya penguatan fasilitas
pelayanan kesehatan pemeriksaan calon TKI dalam menentukan kelaikan kerja
bagi calon TKI.
66
Meningkatkan penyakit tidak menular pada penduduk Indonesia, penyebabnya
diantara adalah kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang tidak sehat.
Dengan semakin meningkatkan tingkat pendidikan dan professional pekerja di
Indonesia, jumlah pekerja perkantoran juga semakin meningkat. Pekerja
perkantoran identik dengan perlaku sedentary (kurang aktivitas fisik) sehingga
dikembangkan terobosan program kesehatan kerja melalui Peningkatan
Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran dimana telah
diperkuat dengan keluarnya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang
GERMAS dan Permenkes Nomor 48 Tahun 2016 tentang K3 Perkantoran.
Penerapan program K3 Perkantoran dimulai dari kantor kementerian/lembaga
dan kantor aparat pemerintah lainnya, baik di Pusat maupun di daerah,
sehingga diharapkan terwujud ASN (Apartur Sipil Negara) yang sehat, bugar
dan produktif dalam melayani masyarakat Indonesia.
Peningkatan upaya kesehatan kerja akan terus ditingkatkan dalam rangka
mendukung Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
67
2. UKBM di Kesehatan Ibu dan Anak
BKB (Bina Kesehatan Balita)
KP – KIA (Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak)
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
GSI (Gerakan Sayang Ibu)
I. Posyandu
a. Pengertian
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat
sekaligus memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara
lain : gizi, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare.
Definisi lain Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi.
b. Tujuan Posyandu
68
Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur. Posyandu
direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya dilakukan oleh kader
yang terlatih dibidang KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dengan
bimbingan tim pembina LKMD tingkat kecamatan. Kader adalah anggota masyarakat
yang dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan
syarat; mau dan mampu bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf
latin dan mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat. Posyandu dapat
melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan
anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS). Biasanya dilaksanakan satu kali sebulan
ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan masyarakat sendiri.
c. Kedudukan Posyandu
Menurut lokasinya Posyandu dapat berlokasi di setiap desa atau kelurahan
atau nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dapat berlokasi di tiap RW,
dusun, atau sebutan lain yang sesuai. Kedudukan Posyandu adalah :
b. Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek
administrasi, keuangan dan program Pokja.
a. Kader Kesehatan
69
1) Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana Posyandu.
2) Melaksanakan pendaftaran.
4) Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku register
Posyandu.
b. Petugas Kesehatan
c. Camat
70
1) Memberkan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan
Posyandu.
4) Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama LKMD atau LPM atau LKD
atau sebutan lainnya.
e. Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau
pilihan, yaitu :
I. Kegiatan Utama
i. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Ibu hamil
Pelayanan meliputi :
71
ii. Pemberian vitamin A dan tablet besi. Pemberian 2 kapsul vitamin
A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera setelah melahirkan
dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama).
iii. Perawatan payudara
iv. Senam ibu nifas
v. Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia
oleh petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera
dirujuk ke Puskesmas.
Bayi dan anak balita
Jenis pelayanan untuk bayi dan balita mencakup :
i. Penimbangan
ii. Penentuan status gizi
iii. Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita
iv. Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila
ditemukan adanya kelainanakan dirujuk ke Puskesmas.
ii. Keluarga Berencana
Pelayanan KB di Posyandu yang diselenggarakan oleh kader adalah
pemberian pil dan kondom. Bila ada petugas keehatan maka dapat dilayani
KB suntik dan konseling KB.
iii. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila ada petugas
kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang diberikan yang
sesuai program, baik untuk bayi, balita maupun untuk ibu hamil, yaitu :
BCG, DPT, hepatitis B, campak, polio, dan tetanus toxoid.
iv. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk pelayanannya
meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,
penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian
sirup besi (Fe). Untuk ibu hamil dan ibu nifas diberikan tablet besi dan
yodium untuk daerah endemis gondok.
72
v. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare antara lain
dengan cara penyuluhan tentang diare dan pemberian oralit atau larutan
gula garam.
4. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dasar yang juga disebut basic health services terdiri dari
beberapa jenis pelayanan kesehatan yang dianggap esensial (sangat penting) untuk
menjaga kesehatan seseorang, keluarga dan masyarakat agar hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. World Health Organization (WHO) (Technical Brief, 2008)
menyatakan bahwa jenis-jenis pelayanan tersebut ditetapkan atas dasar kondisi
epidemiologi suatu negara. WHO juga menyarankan bahwa jenis pelayanan tersebut
harus sudah terbukti cost effective, affordable, dan praktis untuk dilaksanakan. Di
Indonesia, jenis pelayanan dalam pelayanan kesehatan dasar mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan masalah kesehatan. Terdapat dua ketentuan yang
menetapkan jenis-jenis pelayanan dasar, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan 43/2014
tentang Standar Pelayanan Minimum dan Peraturan Menteri Kesehatan 75/2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jenis-jenis pelayanan kesehatan dasar tersebut
73
memerlukan pelayanan promotif, preventif, skrining, kuratif, dan rehabilitatif yang
harus diberikan secara komprehensif dan holistik baik kepada kelompok masyarakat
maupun individu, tidak bisa parsial (upaya kesehatan masyarakat/UKM saja atau
upaya kesehatan perorangan/UKP saja).
1.1. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar
Dalam rangka mengatasi ketidakmerataan derajat kesehatan dan akses
pelayanan kesehatan di dunia, World Health Organization (WHO) dalam
Deklarasi Alma Ata tahun 1978 merekomendasikan dua strategi, yaitu agar setiap
negara (i) melakukan pendekatan pelayanan primer (Primary Health Care); dan
(ii) menyusun suatu Sistem Kesehatan Nasional. Dalam deklarasi tersebut,
Primary Health Care (PHC) diterjemahkan sebagai sejumlah “pelayanan
kesehatan esensial yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, dapat
diterima secara sosial, dapat diakses oleh setiap individu/keluarga,
diselenggarakan dengan peran serta masyarakat, secara ekonomis dapat
ditanggung oleh masyarakat dan negara, disertai dengan semangat kemandirian
(self reliance and self-determintation).” Primary Health Care merupakan tingkat
pertama kontak individu, keluarga, dan masyarakat dengan sistem kesehatan
nasional sehingga membawa pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan
tempat tinggal maupun tempat kerja.
Beberapa definisi terkait pelayanan kesehatan dasar adalah sebagai berikut (Laura
K. Muldoon, William E. Hogg dan Miriam Levitt, 2006):
74
hanya untuk individu, tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan, termasuk
program kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan epidemi, memperbaiki
kualitas air atau udara, atau program promosi kesehatan yang dirancang untuk
mengurangi risiko yang berkaitan dengan tembakau, alkohol, dan penyalahgunaan
material; 3) layanan diatur sedemikian sehingga memenuhi kebutuhan dan
karakteristik populasi yang dilayani, baik sekelompok orang yang tinggal di wilayah
tertentu (pendekatan teritorial) atau sekelompok orang yang termasuk dalam
kelompok sosial atau budaya tertentu (pendekatan populasi); 4) kerja sama tim dan
kolaborasi antar-disiplin ilmu diharapkan dari penyedia layanan kesehatan, baik yang
bekerja di organisasi pelayanan kesehatan primer atau berpartisipasi dalam jaringan
penyedia layanan; 5) pelayanan tersedia selama 24 jam dalam sehari dan tujuh (7) hari
dalam seminggu; dan 6) pengambilan keputusan didesentralisasikan ke organisasi
berbasis masyarakat untuk memastikan bahwa layanan disesuaikan dengan kebutuhan
dan karakteristik populasi yang dilayani dan bahwa masyarakat dapat dimobilisasi
untuk mencapai sasaran kesehatan yang secara langsung mempengaruhi komunitas
mereka. Tujuan utama pelayanan kesehatan dasar adalah untuk secara signifikan
meningkatkan pentingnya pelayanan pertama dan mereka yang memberikan layanan
tersebut (Commission on the Future of Health Care in Canada, 2002).
Dengan banyaknya definisi terkait pelayanan kesehatan dasar, definisi yang menjadi
acuan global adalah definisi yang dikeluarkan oleh WHO. Berdasarkan definisi
tersebut, kata kunci dalam definisi pelayanan kesehatan dasar (primary health
care/PHC) adalah
(1) Ilmiah;
(2) Acceptable secara sosial;
(3) Accessible (terjangkau);
(4) Peran serta masyarakat;
(5) Affordable secara ekonomis; dan
(6) Semangat kemandirian (self reliance).
75
effective, affordable, dan praktis untuk dilaksanakan. Jenisjenis yang disarankan
termasuk sebagai berikut:
2) Pelayanan gigi;
76
yang dilaksanakan secara holistik-eklektik (Kusumanto Setyonegoro, 1968). Menurut
Laevel & Clark, tidak ada satu penyakit pun (gangguan kesehatan) yang tidak
memerlukan kelima jenis atau jenjang pelayanan tersebut. Tidak ada fragmentasi
dan/atau dikotomi antara kelima jenjang pelayanan tersebut dalam mengatasi masalah
kesehatan.
77
Gambar. Rincian Kegiatan PKM dan PKP
(1) PUS dalam rumah tangga tersebut sudah menjadi akseptor KB;
(2) Persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan;
(3) Balita sudah mendapat imunisasi lengkap;
(4) Bayi diberikan ASI ekslusif;
(5) Anak balita ditimbang untuk pemantauan gizi dan pertumbuhannya;
(6) Penderita TBC diobati;
(7) Penderita hipertensi diobati;
(8) Penderita gangguan jiwa dipelihara oleh keluarga tersebut;
(9) Tidak ada anggota keluarga yang merokok;
(10)Mempunyai akses terhadap air bersih;
78
(11) Memiliki jamban; dan
(12) Menjadi peserta JKN.
Dengan melaksanakan PISPK, Puskesmas mendapat peta masalah kesehatan
di tingkat keluarga. Informasi ini berguna bagi Puskesmas untuk perencanaan dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Dalam Deklarasi Alma Ata (1978), lima (5) prinsip dasar pemenuhan
pelayanan kesehatan primer mencakup 1) pemerataan upaya kesehatan; 2) penekanan
pada upaya preventif; 3) penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan; 4)
peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian; dan 5) kerjasama lintas sektoral
dalam membangun kesehatan. Selain itu, empat pilar reformasi pelayanan kesehatan
dasar yang telah dicetuskan WHO (2008) terdiri dari:
1. Reformasi pembiayaan kesehatan Pembiayaan pemerintah lebih diarahkan pada
upaya kesehatan masyarakat (public goods) dan pelayanan kesehatan bagi orang
miskin.
2. Reformasi kebijakan kesehatan Kebijakan kesehatan harus berbasis fakta (evidence
based public health policy).
3. Reformasi kepemimpinan kesehatan Kepemimpinan kesehatan harus bersifat
inklusif, partisipatif, dan mampu menggerakkan lintas sektor melalui kompetensi
advokasi.
4. Reformasi pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan dasar harus mengembangkan
sistem yang kokoh dalam konteks Puskesmas dengan jejaringnya serta dengan
suprasistemnya (Dinkes kabupaten/kota, dan RS kabupaten/kota).
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (Perpres No.72/2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional), pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (primary health care)
meliputi:
79
1) Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata;
2) Pemberian pelayanan kesehatan berkualitas yang berpihak kepada kepentingan dan
harapan rakyat; dan
3) Kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan
masyarakat, kepemimpinan, serta profesionalisme dalam pembangunan kesehatan.
MANUSIA
MASALAH ANC
80
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
81
FISH BONE MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
MANUSIA METODE
MASALAH
KESEHATAN
LINGKUNGAN
SARANA DANA
82
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
83
FISH BONE MASALAH STUNTING
MANUSIA
MASALAH
STUNTING
84
V. Kerangka Konsep
Masalah Kesehatan
dr. Santi
(Kepala Puskesmas)
Internal Eksternal
Puskesmas Puskesmas
Program Kesehatan
85
VI. Kesimpulan
86
DAFTAR PUSTAKA
Depkes (2019) ‘Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Keselamatan
dan Kesehatan Kerja’.
Fibriana, Ika, A. (2007). Faktor – Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kematian Maternal.
203. Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/16634/1/ARULITA_IKA_FIBRIANA.pdf
Harington. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Indrawati, S., & Warsiti. (2016). KEJADIAN STUNTING PADA KEJADIAN STUNTING
ANAK USIA 2-3 TAHUN DI DESA KARANGREJEK WONOSARI GUNUNGKIDUL.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Diakses di:
http://www.depkes.go.id/article/print/19031200002/kemenkes-dorong-pembangunan-sdm-
era-4-0.html. Diakses pada tanggal 17 september 2019
Looker KJ et al. Global and Regional Estimates of Prevalent and Incident Herpes Simplex
Virus Type 1 Infections in 2012. PLoS One. 2015; 10(10): e0140765. Available
from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4624804/
Looker KJ et al. Global estimates of prevalent and incident herpes simplex virus type 2
infections in 2012. PLoS One. 2015 Jan 21;10(1):e114989. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25608026
Mongilala, F.W. dkk. 2018. Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Kerja di Puskesmas
Sonder Kabupaten Minahasa. Vol. 7 No. 5, 2018. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi)Suma’mur. 2009. Keselamatan Kerja & Pencegahan
Kecelakaan. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
87
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/PMK-No.39-ttg-PIS-PK.pdf pada 17 September
11.50
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Diakses dari
C:/Users/ASUS/Downloads/PMK-No.-70-ttg-Standar-Kesehatan-Lingkungan-Kerja-
Industri-.pdf pada 17 September 11.20
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/PMK-
No-75-Th-2014-ttg-Puskesmas.pdf
Redjeki, S. (2016) Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edited by Warsito. Jakarta Selatan:
Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi.
88