Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/283347488

MODEL GEOLOGI TEKNIK DAERAH AMBLESAN TANAH KOTA SEMARANG


BAGIAN BARAT

Conference Paper · December 2013

CITATIONS READS

0 247

7 authors, including:

Dwi Sarah Asep Mulyono


Indonesian Institute of Sciences Indonesian Institute of Sciences
18 PUBLICATIONS   18 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Nugroho Aji Satriyo


The Indonesian Institute
8 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Soil water retention and root tensile to slope stability View project

Third author View project

All content following this page was uploaded by Asep Mulyono on 28 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISBN: 978-979-8636-20-2

MODEL GEOLOGI TEKNIK DAERAH AMBLESAN TANAH KOTA


SEMARANG BAGIAN BARAT
Dwi Sarah1, Eko Soebowo1, Asep Mulyono2, dan Nugroho Aji Satriyo1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
2
UPT UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana, Liwa LIPI

ABSTRAK

Dataran kota Semarang mengalami masalah amblesan tanah yang terjadi secara berkala.
Amblesan tanah meliputi wilayah dataran dari Barat ke Timur. Investigasi geologi teknik telah
dilakukan untuk mengetahui karakteristik bawah permukaan kota Semarang bagian barat dan
hubungannya dengan potensi amblesan tanah di daerah ini. Investigasi geologi teknik terdiri atas
pengukuran geolistrik, pemboran teknik dan pengujian CPTu. Pengujian laboratorium dilakukan
terhadap contoh- contoh tanah yang didapatkan dari pemboran teknik. Hasil investigasi geologi
teknik di kota Semarang bagian barat menunjukkan bahwa susunan lapisan tanah bawah
permukaan hingga kedalaman 50 m terdiri atas lempung (tahanan jenis 0.1 – 1.5 ohm.m; tahanan
konus qt 0.1-1.0 MPa ), lanau- lempung (1.5 –7.0 ohm.m; tahanan konus qt1.0-2.5 MPa dan pasir
lanau (10 – < 40 ohm.m; tahanan konus qt2.0- 8.0 MPa). Dari dataran ke arah utara terlihat
penyebaran lapisan lempung menebal ke arah pantai (Utara), ke selatan cenderung menebal
lapisan lanau-lempung dan pasir. Hasil evaluasi nilai rasio overkonsolidasi (OCR) lapisan lanau-
lempung memiliki nilai OCR bervariasi dari 1-2 (tanah lempung sudah terkonsolidasi normal
hingga berlebih) mengindikasikan bahwa potensi amblesan di daerah Semarang bagian barat
relatif lebih kecil daripada Semarang bagian timur yang berkorelasi dengan laju amblesan di
Semarang bagian barat yang lebih rendah.

Kata kunci: lempung, investigasi, model,geologi teknik, amblesan tanah

PENDAHULUAN

Pertumbuhan Kota Semarang yang pesat khususnya di dataran alluvial telah mengakibatkan
dampak lingkungan berupa amblesan tanah. Kota Semarang telah mengalami masalah amblesan
tanah sejak tahun 1980an (Marfai, 2007) yang telah menyebabkan banyak kerugian fisik dan
material bagi masyarakat dan pemerintah antara lain kerusakan bangunan dan infrastruktur akibat
banjir pasang laut (rob), intrusi air laut serta kerugian non material seperti menurunnya kualitas
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dataran alluvial Kota Semarang meliputi luasan 144
km2 terbentang dari barat ke timur. mengalami amblesan tanah dengan laju bervariasi spasial
antara <1-20cm/tahun (Abidin dkk 2010). Diperlukan upaya penanganan bencana amblesan tanah
untuk mengurangi dampak yang telah terjadi dan bermanfaat bagi pemulihan lingkungan sekitar.
Dalam upaya mitigasi bencana amblesan tanah tersebut diperlukan informasi kondisi bawah
permukaan antara lain litologi dan sifat keteknikannya. Tata ruang daerah Semarang Barat
merupakan daerah pemukiman, jasa, industri dan tambak dan bandara internasional Ahmad Yani.
Daerah ini mengalami amblesan dan banjir yang mengancam aktivitas ekonomi dan transportasi

11
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
ISBN: 978-979-8636-20-2

(detikcom, 2013 dan 2014). Investigasi geologi teknik telah dilakukan di Kota Semarang bagian
barat yang terdiri atas pengukuran geolistrik, pengujian CPTu, pemboran teknik dan pengujian
laboratorium.

KONDISI GEOLOGI DAERAH

Wilayah pesisir Kota Semarang bagian merupakan paparan endapan Holosen yang dicirikan oleh
endapan pasang surut, endapan sungai, endapan pematang pantai, swamp endapan delta dan
alluvium yang terletak pada paparan dataran Kuarter (Thaden dkk, 1975, Gambar 1). Geologi
daerah paparan Semarang ini dicirikan oleh perulangan satuan lempung – lanau yang cukup
dominan dengan sisipan pasir berukuran mulai halus hingga kasar. Sikuen urutan sedimen di
beberapa lokasi mencerminkan tanah jenuh air, kohesif dan tekanan air pori yang tinggi.
Kedalaman endapan kuarter ini mencapai hingga kedalaman > 120 meter berdasarkan hasil
pemboran teknik dan pemboran air tanah (Pusat Sumberdaya Airtanah dan Geologi Lingkungan,
2012).

Gambar 1. Peta geologi dan lokasi investigasi geologi teknik kota Semarang bagian barat

METODOLOGI

Metoda penelitian yang dilakukan meliputi investigasi geologi teknik bawah permukaan terdiri
dari pemboran teknik 2 titik (kedalaman 80 – 110 m) untuk mengetahui stratifikasi bawah
permukaan dan mendapatkan contoh tanah terganggu dan tak terganggu (ASTM D6519) disertai
uji N-SPT pada setiap kedalaman 1,5 m, uji penetrasi konus dengan pengukuran tekanan airpori
(CPTu) (ASTM D5578) sebanyak 5 titik hingga kedalaman maksimum 30 meter untuk
mendapatkan stratifikasi bawah permukaan dan interpretasi sifat keteknikannya dan pengukuran
geolistrik 14 titik dengan metode Schlumberger untuk mendapatkan stratifikasi bawah
permukaan berdasarkan nilai tahanan jenisnya.

12 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013


ISBN: 978-979-8636-20-2

Analisis data CPTu dilakukan menggunakan metode Robertson (1990) untuk mendapatkan nilai
normalized cone resistance (Qtn), normalized friction ratio (Fr, %), porewater pressure ratio (Bq)
yang digunakan pada interpretasi stratifikasi bawah permukaan, sifat fisik dan keteknikan.
Analisis laboratorium contoh tanah meliputi pengujian ukuran butir (ASTM D422), kadar air
(ASTM D2216.68), berat isi tanah (ASTM D854), permeabilitas dan kompresibilitas tanah
(ASTM D2435).

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

Penampang geologi bawah permukaan menghasilkan model penampang stratifikasi berdasarkan


nilai tahanan jenis seperti pada Gambar 2. Penampang menunjukkan bahwa susunan stratifikasi
bawah permukaan mencerminkan adanya lapisan lempung yang cukup tebal mulai kedalaman –
25 m hingga – 50 meter. Hal ini menggambarkan setidaknya telah terjadi proses sedimentasi
dengan kondisi lingkungan yang tenang pada cekungan tesebut. Juga nampak lensa-lensa
batupasir – lanau ke arah sisi barat selatan diatas Formasi Damar. Hal ini diduga materialnya
merupakan bagian kipas aluvial dari jejak sungai purba.

Investigasi geologi teknik di daerah studi menghasilkan model penampang stratifikasi dan sifat
keteknikan bawah permukaan seperti pada Gambar 2.Interpretasi nilai tahanan jenis dan tahanan
konus menunjukkan bahwa susunan lapisan tanah/batuan bawah permukaan pada beberapa titik
di daerah ini (Gambar 2) terdiri atas :

- nilai tahanan jenis 0.1 – 1.5 ohm meter ditafsirkan sebagai satuan lempung konsistensi
lunak yang diduga jenuh air dengan kandungan organik(warna hijau tua), tahanan jenis qt
0.1-1 MPa, friction ratio 0.1-4% .
- nilai tahanan jenis 1.5 – 7 ohm meter ditafsirkan sebagai lapisan lapisan lanau – lempung
dengan konsistensi teguh (warna hijau muda), tahanan konus qt1.0-2.5 MPa, friction
ratio 2.0-6.0%
- nilai tahanan jenis 4-8 ohm meter tahanan konus qt2.0-8.0 MPa, friction ratio 4-8.0%
ditafsirkan sebagai campuran pasir-lanau-lempung (tanah penutup) (warna oranye).
- nilai tahanan jenis antara 10 – < 40 ohm meter ditafsirkan sebagai sebagai pasir – lanau
dengan densitas agak padat (warna kuning).

Penampang stratifikasi bawah permukaan menunjukkan interpretasi hasil pengukuran tahanan


jenis menunjukkan hasil yang konsisten dengan penafsiran data tahanan konus dan friction ratio
dari pengujian CPTu dan data pemboran teknik dimana untuk tanah alluvium umumnya tahanan
jenis tanah lempung <10 ohm.m, campuran pasir- lempung/lanau memiliki tahanan jenis>10-50
ohm.m (M.H. Loke, 1999).

13
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
ISBN: 978-979-8636-20-2

Gambar 2. Penampang geologi teknik di Kota Semarang bagian barat (B-B’ dan C-C’) dan timur
(A-A’).

Hasil pengujian CPTu menunjukkan bahwa nilai tahanan konus lapisan lempung konsistensi
lunak pada lintasan dari timur ke barat A-A’, B-B’ dan C-C’bervariasi dan cenderung semakin
besar ke arah barat, dimana pada lintasan A-A’ (CPTu 02, qt 0.1-1MPa dan CPTu 06, qt0.2-0.3
MPa), lintasan B-B’ (CPTu 03, qt 0.2-0.5 MPa) dan lintasan C-C’ (CPTu 04, qt 0.5-1MPa dan
CPTu 05, qt 0.4-1 MPa). Interpretasi nilai rasio overkonsolidasi (OCR) (Gambar 2) menunjukkan
bahwa nilai OCR bervariasi, pada tanah penutup dari permukaan hingga kedalaman 5 m memiliki
nilai OCR ≥2, lapisan lempung lunak kedalaman 5-20 m nilai OCR 1- ≤ 2 dan pada lapisan

14 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013


ISBN: 978-979-8636-20-2

lempung teguh kedalaman 15-30m nilai OCR ≥ 2. Gambar 2 memperlihatkan bahwa nilai OCR
lapisan lempung cenderung meningkat dari timur ke arah barat dimana terjadi peningkatan nilai
rasio overkonsolidasi dari OCR 1-2 pada kedalaman 3-20m (lintasan A-A’ dan B-B’) menjadi
OCR= 2 pada lintasan C-C’. Hal ini menunjukkan bahwa tanah lempung di daerah studi dari
timur ke barat (lintasan A-A’ hingga C-C’) pada kedalaman 3-20 m merupakan lempung
terkonsolidasi normal hingga terkonsolidasi berlebih, dimana pada lintasan barat tanah lempung
sudah terkonsolidasi berlebih.

Hasil pengujian sifat fisik dan keteknikan bawah permukaan lintasan Kota Semarang bagian barat
telah dilakukan pada contoh tanah dari titik pengujian CPTu dan pemboran teknik seperti terlihat
pada Gambar 3.

Density (Mg/m3) Coefficient


Permeability m/s
0 0 Atterberg Limits 0
consolidation (Cv)
0
0.5 1.5 2.5 0 100 200 0.00E+00 2.00E-02 4.00E-02 1.00E-08 5.10E-07 1.01E-06
-10 -10 -10 -10

-20 -20
-20 -20
Depth (m)

-30 -30
-30 -30

-40 -40
-40 -40

-50 -50 -50


-50
-60 -60
-60
-60
-70 -70 Cv cm2/s
Bulk density gb (Mg/m3) -70
Dry density gd (Mg/m3) wn % wL % IP % -70

Gambar 3. Penampang sifat fisik dan keteknikan bawah permukaan lintasan kota Semarang
bagian Barat

Gambar 3 menunjukkan bahwa tanah bawah permukaan pada lintasan Kota Semarang memiliki
bobot isi asli 1.44-1.95 Mg/m3 dan bobot isi kering 0.8—1.64 Mg/m3 dengan kadar air 21-88%,
batas cair 38-111% dan indeks plastisitas 9-79%, terlihat bahwa tanah bawah permukaan
kedalaman 10-60 m memiliki bobot isi, kadar air dan batas atterberg yang hampir sama dengan
nilai kadar air yang lebih besar dari tanah permukaan. Koefisien konsolidasi (C v) tanah dekat
permukaan berkisar 2.39x10-3 hingga 2.08x10-2 cm2/s dan pada tanah bawah permukaan hingga
kedalaman 60 m berkisar 2.30x10-4 hingga 2.21x10-3 cm2/s menunjukkan bahwa lempung di
bawah permukaan lebih kompresibel dimana nilai koefisien kompresibilitasnya mirip dengan
tanah lempung bawah permukaan Kota Bangkok (Bangkok clay) (Tanaka et.al, 2001).
Permeabilitas tanah dekat permukaan berkisar 1.0x10-8 hingga 5.10x10-7 cm2/s dan pada tanah
bawah permukaan hingga kedalaman 60 m berkisar 1.68x10-10 hingga 5.95x10-7 cm2/s. Tanah
dekat permukaan tergolong sebagai lanau-lempung berplastisitas rendah (ML dan CL), beberapa
merupakan lempung dengan plastisitas tinggi (CH) sementara tanah bawah permukaan hingga
kedalaman 60 m berupa lempung dengan plastisitas tinggi (CH) (Gambar 4). Diagram aktivitas

15
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
ISBN: 978-979-8636-20-2

lempung menunjukkan bahwa lempung di daerah ini memiliki tingkat aktivitas sedang (medium)
hingga tinggi (Gambar 5).

Gambar 4. Diagram klasifikasi lempung bawah permukaan lintasan Semarang Barat.

Gambar 5. Diagram aktivitas lempung lintasan Semarang Barat (modifikasi dari Skempton,
1953)

16 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013


ISBN: 978-979-8636-20-2

Penampang A-A’ di daerah Brotojoyo (lintasan arah timur) menunjukkan keberadaan lempung
lunak yang menebal dari selatan ke utara mencapai ketebalan 30 m dengan nilai rasio
overkonsolidasi 1-2, terdiri atas lempung plastisitas rendah hingga tinggi (CL-CH) dengan
potensi pengembangan (swelling) sedang hingga tinggi. Menuju ke arah barat, penampang B-B’
dan C-C’ juga menunjukkan ketebalan lempung yang meningkat ke arah utara dengan nilai rasio
overkonsolidasi yang meningkat dari nilai OCR 1-2 ke nilai OCR =2, mengindikasikan potensi
amblesan tanah alamiah yang menurun. Tanah lempung di daerah ini terdiri atas lanau dengan
plastisitas rendah (ML) hingga lempung plastisitas tinggi (CH) dengan potensi pengembangan
sedang hingga tinggi (penampang B-B’, Madukoro) dan lanau lempung dengan plastisitas rendah
(ML-CL) hingga lanau lempung plastisitas tinggi (MH-CH) dengan potensi pengembangan
sedang. Terdapat lensa pasir di bagian selatan yang berbatasan dengan batas Formasi Damar
dengan ketebalan yang meningkat ke arah barat. Kondisi bawah permukaan dan keteknikan tanah
lempung di Kota Semarang bagian barat yang sudah terkonsolidasi mengindikasikan potensi
amblesan tanah yang rendah secara alamiah, dimana amblesan yang terjadi lebih disebabkan oleh
faktor eksternal seperti pengambilan airtanah dan beban permukaan. Potensi amblesan tanah
yang rendah ini berkorelasi dengan hasil pemantauan laju amblesan tanah di Semarang bagian
barat (daerah Bandara Ahmad Yani- Pantai Maron) yang rendah (0-3 cm/tahun) dan cenderung
meningkat ke arah timur (Madukoro-Brotojoyo) (3-6 cm/tahun) (Abidin dkk, 2010).

KESIMPULAN

Investigasi geologi teknik telah dilakukan di daerah Semarang bagian barat meliputi daerah
Brotojoyo, Madukoro (banjir kanal barat), Bandara Ahmad Yani hingga pantai Maron. Model
geologi teknik terdiri atas hasil analisis tahanan jenis, tahanan konus dan sifat keteknikan bawah
permukaan di kota Semarang bagian barat menunjukkan bahwa susunan lapisan tanah bawah
permukaan hingga kedalaman 50 m terlihat penyebaran lapisan lempung menebal ke arah pantai
(Utara), ke selatan cenderung menebal lapisan lanau-lempung dan pasir. Nilai rasio
overkonsolidasi (OCR) lapisan lanau- lempung memiliki nilai OCR bervariasi dari 1-2 (tanah
lempung sudah terkonsolidasi normal hingga berlebih) dengan nilai OCR semakin besar ke arah
barat mengindikasikan bahwa potensi amblesan di daerah Semarang bagian barat relatif lebih
kecil daripada Semarang bagian Timur. Hal ini berkorelasi dengan hasil pemantauan laju
amblesan tanah di Semarang bagian barat (daerah Bandara Ahmad Yani- Pantai Maron) yang
lebih kecil (0-3 cm/tahun) dan semakin besar ke arah Timur (Madukoro-Brotojoyo) (3-6
cm/tahun) (Abidin dkk, 2010).

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI yang telah
mendanai penelitian ini melalui program Kompetitif Sub Program Kebencanaan dan Lingkungan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Dodid Murdohardono M.Sc selaku Kepala
Pusat Sumber Daya Airtanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi sebagai mitra pada
penelitian ini, juga kepada rekan-rekan teknisi sub bidang sarana GTKK yang telah membantu
terlaksananya kegiatan di lapangan dan laboratorium.

17
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
ISBN: 978-979-8636-20-2

DAFTAR PUSTAKA

Abidin H.Z, Andreas H., Gumilar I., Sidiq T.P., Gamal M., Murdohardono D., Supriyadi, Fukuda
Y. (2010). Studying Land Subsidence in Semarang (Indonesia) Using Geodetic
Methods.FIG Congress 2010 Facing the Challenges – Building the Capacity.Sydney,
Australia, 11-16 April 2010.
Detikcom,2013.http://news.detik.com/read/2013/06/17/050027/2275014/10/hujan-deras-
semarang-bagian-barat-banjir. Access date : 20 Januari 2014
Detikcom,2014.http://news.detik.com/read/2014/01/08/172438/2461979/10/ini-apron-bandara-
ahmad-yani-yang-ambles. Acess date : 20 Januari 2014
Loke, M.H., 1999. Electrical imaging surveys for environmental and engineering studies: A
practical guide to 2D and 3D surveys.https://pangea.stanford.edu/research
/groups/sfmf/docs/DCResistivity_Notes.pdf Access date: 20 January, 2014
Marfai MA and King L (2007) Monitoring land subsidence in Semarang, Indonesia. Environ
Geol. doi:10.1007/s00254-007-0680-3
Pusat Sumberdaya Airtanah dan Geologi Lingkungan. 2012. Evaluasi Geologi Teknik Amblesan
Tanah daerah Semarang dan sekitarnya. Badan Geologi. Bandung.
Robertson, P.K., (1990). Soil classification using the cone penetration test. Canadian
Geotechnical Journal, 27(1): 151-158.
Skempton, A. W., 1953. “The colloidal "activity" of clays,” Proceedings, 3rd Int'l Conf. Soil
Mechanics and Foundation Engineering, Zurich, 1, 57-61.
Tanaka, H.; Locat, J.; Shibuya, S.; Soon, T.T.; Shiwakoti, D.R. 2001.Characterization of
Singapore, Bangkok, and Ariake clays.Canadian Geotechnical Journal, Volume
38, Number 2, April 2001 , pp. 378-400(23).
Thaden, R.E., dkk., (1975). Peta Geologi Lembar Magelang-Semarang, Jawa. Direktorat
Geologi, Bandung.

18 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai