Buku Pedoman RSB 22mei 2014-Full PDF
Buku Pedoman RSB 22mei 2014-Full PDF
2014
0
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Bisnis (RSB) Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis Vertikal
(Satker UPT Vertikal) Kementerian Kesehatan merupakan suatu dokumen
perencanaan yang memuat arah dan kebijakan untuk lima tahun ke depan,
yang disusun oleh sebuah tim dengan melibatkan seluruh manajemen puncak
di Satker UPT Vertikal tersebut.
Terdapat berbagai teori yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun RSB.
Namun, dalam buku pedoman ini langkah-langkah yang dipakai antara lain:
penetapan visi dan misi, analisis situasi, penyusunan peta strategi, penetapan
key performance indicators, perumusan program strategis, perumusan aspek
manajemen risiko, proyeksi finansial, dan pengesahan oleh pimpinan puncak.
1
Daftar Isi
3
BAB IV IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS BISNIS ........................................................................... 40
BAB V PENUTUP .................................................................................................................................... 45
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bagi suatu organisasi pemerintah merupakan suatu
kemestian sebagai suatu upaya mewujudkan tata kelola sistem yang modern. RSB merupakan salah
satu perangkat strategis bagi pimpinan organisasi pemerintah yang memandu dan mengendalikan
arah gerak serangkaian prioritas pengembangan organisasi, berbagai unit kerja di bawahnya, dan
mitra kerjanya untuk bergerak searah dan bersinergis menuju tujuan–tujuan keseluruhan organisasi.
Dengan memusatkan organisasi pemerintah pada hal-hal yang sangat penting, RSB bertindak sebagai
kompas yang membantu pengambil keputusan di berbagai tingkatan organisasi untuk mengetahui
kapan “bertahan di jalur” dan kapan perlu mengubah strategi organisasi dalam menghadapi
dinamika tuntutan stakeholders kunci organisasi.
RSB bagi sebuah organisasi pemerintah juga merupakan perwujudan amanah dan aspirasi yang
bersumber dari kepentingan stakeholder kuncinya, dan sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab
utama pimpinan organisasi pemerintah terhadap pemenuhan kepentingan stakeholders kuncinya.
Oleh karena itu, RSB organisasi seharusnya menjadi pedoman utama bagi setiap jajaran manajemen
puncak dari suatu organisasi pemerintah dalam menilai kemajuan status pencapaian visinya dan
target kinerja organsisasi jangka pendek dan panjangnya serta sekaligus mengendalikan arah
pengelolaan dan pengembangan roda organisasinya agar sejalan dengan tuntutan utama
stakeholder kuncinya.
Dalam rangka memenuhi prinsip-prinsip tata kelola organisasi modern (Good Governance) dan
menunjang inisiatif strategis transformasi kelembagaan pemerintahan, Direktorat Jenderal (Ditjen)
Bina Upaya Kesehatan memandang perlu bahwa efektivitas pelaksanaan penetapan kinerja
(Keputusan Dirjen BUK No HK.02.04/I/1568/12 hendaknya berbasis RSB organisasi bagi Satuan Kerja
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal (yang mencakup Rumah Sakit (umum dan khusus) dan Balai)
yang di bawah binaan dan kendalinya. Selain itu, Ditjen Bina Upaya Kesehatan juga akan memantau
dan mengendalikan mutu eksekusi RSB organisasi tersebut melalui penerapan sistem manajemen
kinerja di berbagai Rumah Sakit dan Balai di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan.
Untuk menunjang inisiatif strategis Ditjen Bina Upaya Kesehatan di atas, pedoman untuk pembuatan
RSB dan pengendalian implementasi RSB organisasi bagi UPT Vertikal perlu disiapkan, sedemikian
sehingga ada kesejalanan pengendalian terhadap arah dan prioritas strategis antara Ditjen Bina
5
Upaya Kesehatan dan organisasi Rumah Sakit dan Balai dengan tetap mempertimbangkan keunikan
dinamika tuntutan dari masing-masing stakeholder kunci organisasi Rumah Sakit dan Balai.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi satuan kerja UPT Vertikal di lingkungan Ditjen Bina
Upaya Kesehatan dalam menyusun Rencana Strategis Bisnis untuk memenuhi prinsip-prinsip tata
kelola organisasi modern (Good Governance) dan menunjang inisiatif strategis transformasi
kelembagaan pemerintahan.
6
9. RSUP Sanglah Denpasar
10. RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Makasar
11. RS Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta
12. RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
13. RS Kanker Dharmais Jakarta
14. RSUP Prod. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
15. RS Nasional Stroke Bukittinggi
16. RS H. Adam Malik Medan
17. RSU Prof. dr. R. A. Kandou Manado
18. RS Paru dr. H. A. Rotinsulu Bandung
19. RS Mata Cicendo
20. RS Paru dr. Goenawan Partowidigdo Cisarua
21. RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
22. RSOP Prof. Soeharso Surakarta
23. RSJ Soeharto Heerjan Jakarta
24. RSJ Marzuki Mahdi Bogor
25. RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
26. RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang
27. RS Ketergantungan Obat Jakarta
28. RS Kusta Sitanala
29. RS Kusta dr. Rivai Abdullah Palembang
30. RS Kusta Tadjuddin Chalid Makassar
31. RSPI Prof. Dr. Sulianti Suroso Jakarta
32. RS Ratatotok Buyat
33. RS Pusat Otak Nasional Jakarta
34. Balai Laboratorium Kesehatan Jakarta
35. Balai Laboratorium Kesehatan Surabaya
36. Balai Laboratorium Kesehatan Palembang
37. Balai Laboratorium Kesehatan Makasar
38. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung
39. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta
40. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makasar
41. Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makasar
42. Balai Kesehatan Mata Masyarakat Cikampek
7
43. Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta
44. Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surabaya
45. Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Medan
46. Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Makasar
47. Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta
48. Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Banjarmasin
49. Unit Klinik Kemenkes
3. Rencana Strategis Bisnis Satuan Kerja UPT Vertikal, selanjutnya disebut RSB, adalah
dokumen perencanaan UPT Vertikal untuk periode 5 (lima) tahun yang memandu dan
mengendalikan arah gerak serangkaian prioritas pengembangan organisasi, sesuai
dengan harapan pemangku kepentingan, untuk bergerak searah dan bersinergis menuju
tujuan–tujuan keseluruhan organisasi.
4. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan RSB.
5. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi.
6. Strategi adalah langkah-langkah berisikan kumpulan sasaran strategis untuk mewujudkan
visi dan misi.
7. Peta strategi adalah jalinan sebab akibat sekumpulan sasaran strategis untuk
mewujudkan visi dan misi
8. Indikator Kinerja Utama adalah ukuran keberhasilan pencapaian dari suatu sasaran
strategis
9. Program Kerja Strategis adalah kumpulan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai target indikator kinerja utama dan sasaran-sasaran strategis
10. Penetapan Kinerja adalah suatu dokumen pernyataan kinerja antara atasan dan bawahan
untuk mewujudkan target kinerja yang tercantum dalam RSB berdasarkan sumber daya
yang dimiliki oleh instansi.
8
BAB II
Mekanisme Penyusunan RSB
Proses penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) UPT Vertikal harus melibatkan semua manajemen
puncak di Satuan Kerja UPT Vertikal, sehingga diharapkan terbentuk suatu komitmen dari jajaran
manajemen tentang hal-hal yang telah disepakati. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
adalah pendekatan FGD (Focus Group Discussion), yakni sebuah metode pengambilan keputusan
kelompok yang menggabungkan pengambilan suara berbagai peserta FGD dari lingkungan internal
organisasi dengan diskusi terbatas untuk menciptakan konsensus dan mendapatkan keputusan tim.
Dokumen RSB hendaknya disusun dengan alur dan mekanisme sebagai berikut:
Pelaksanaan rembug manajemen puncak (melalui FGD atau metode lain yang efektif),
dan jika perlu dengan melibatkan pimpinan satu level di bawahnya. Dalam FGD tersebut,
dilakukan pembahasan dengan mengacu kepada Rencana Aksi Ditjen Bina Upaya
Kesehatan, analisis kinerja masa lalu, tugas pokok dan fungsi, harapan stakeholder inti,
dan hasil benchmark untuk menetapkan:
o Misi & Visi yang baru
o Isu-isu dan tantangan strategis
o Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
o Analisis TOWS
o Sasaran-sasaran strategis UPT Vertikal dalam mencapai Visi
Penyusunan peta strategi (misalnya dengan menggunakan paradigma balanced-score
card atau metode perencanaan strategis lainnya), mengacu kepada empat perspektif
yang saling terkait: yakni stakeholder, proses bisnis internal, pembelajaran dan
pertumbuhan (dapat disesuaikan menjadi Pengembangan Sumberdaya dan Organisasi)
dan finansial.
Penetapan key performance indicator untuk setiap sasaran strategis, yang disebut
sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU), beserta target tiap tahun pada periode lima
tahunan RSB.
Perumusan program strategis, sebagai upaya strategis yang akan dilakukan untuk
mencapai target IKU yang sudah ditetapkan
Perumusan aspek Manajemen Risiko, yang terdiri dari Identifikasi Risiko, Pemetaan
Risiko, serta Program Mitigasi Risiko
9
Proyeksi Finansial, dalam bentuk proyeksi pendapatan dan rencana kebutuhan anggaran
(rutin operasional dan pengembangan).
Pengesahan Pimpinan Puncak UPT Vertikal atas dokumen RSB
Secara umum proses penyusunan RSB UPT Vertikal di atas tertuang pada gambar 1.
Tantangan Strategis
Analisis SWOT
Analisis TOWS
PETA STRATEGI
MATRIKS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN TARGET
Target
Perspektif Sasaran Strategis IKU Th ke-1 Th ke-2 Th ke-3 Th ke-4 Th ke-5
SH :Stakeholder
PBI : Proses Bisnis Internal
PSO : Pengembangan
Sumberdaya dan Organisasi
F : Finansial
10
BAB III
SISTEMATIKA DOKUMEN RENCANA STRATEGIS BISNIS
Sistematika penulisan dokumen Rencana Strategis Bisnis (RSB) UPT Vertikal adalah sebagai berikut:
A. Sampul Depan
Berisi judul RSB, periode lima tahunan RSB, dan nama UPT vertikal.
B. Kata Pengantar
C. Daftar Isi
D. Bab I. Pendahuluan
Tujuan utama dari bagian ini adalah untuk memberikan gambaran mengapa dibutuhkan Rencana
Strategis Bisnis untuk periode waktu tertentu bagi pengelolaan suatu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
vertikal (Rumah Sakit atau Balai) di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tujuan Rencana Strategis Bisnis, dan sistematika
penulisan RSB.
Dapat dijelaskan juga bahwa RSB disusun untuk menjawab secara spesifik seputar pertanyaan-
pertanyaan strategis sebagai berikut:
11
Apa saja arah dan prioritas strategis UPT vertikal dan bagaimana mengendalikan strategi
yang relevan dengan perkembangan tuntutan stakeholder intinya? Apa yang membuat suatu
UPT vertikal (misalnya Balai Besar Kesehatan) berbeda dengan UPT vertikal yang lain (Balai
Besar Kesehatan yang lain), walaupun tugas pokok dan fungsinya sama?
Bagaimana UPT vertikal mampu mewujudkan excellent performance?
Bagaimana membangun kompetensi inti organisasi dalam merespons strategis yang
dihadapi?
Bagaimana mengendalikan target kinerja keseluruhan UPT vertikal?
Bagaimana mengantisipasi dan mengendalikan berbagai risiko kerja?
Apa saja program kerja strategis yang dibutuhkan untuk mencapai target kinerja yang
diharapkan di tahun‐tahun mendatang?
(a) Panduan dalam menentukan arah strategis dan prioritas tindakan selama periode lima
tahunan yang sejalan dengan Rencana Aksi Ditjen Bina Upaya Kesehatan
(b) Pedoman strategis dalam pola penguatan dan pengembangan mutu kelembagaan UPT
vertikal
(c) Dasar rujukan untuk menilai keberhasilan pemenuhan misi UPT vertikal dan dalam
pencapaian visi yang telah ditentukan
(d) Salah satu rujukan untuk membangun arah jalinan kerjasama dengan para stakeholders inti
UPT vertikal.
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Rencana Strategis Bisnis Kementrian Kesehatan
Rencana Aksi Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Regulasi/peraturan lainnya
12
1.4 Sistematikan Laporan
Bagian ini memuat penjelasan secara garis besar isi bagian 1 sampai dengan bagian 6 dari isi RSB UPT
vertikal.
Bagian ini menjelaskan gambaran pencapaian kinerja non-finansial dan kinerja finansial yang telah
dicapai oleh suatu UPT vertikal dalam 4-5 tahun terakhir.
Pertumbuhan produktivitas (misalnya untuk rumah sakit adalah kunjungan rawat jalan,
kunjungan rawat darurat, hari perawatan rawat inap, peserta didik pendidikan kedokteran,
penelitian yang dipublikasikan, dll)
Efektivitas pelayanan (misalnya untuk rumah sakit adalah bed occupancy rate atau BOR,
kelengkapan rekam medik 24 jam selesai pelayanan, dll)
Pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan kompetensi, baik untuk tenaga dokter,
perawat, teknisi, dll.
Mutu pelayanan (misalnya untuk rumah sakit adalah emergency response rate time, waktu
tunggu rawat jalan, length of stay, waktu tunggu sebelum operasi, dll)
Mutu klinik (misalnya untuk rumah sakit adalah angka infeksi nosokomial, post operative
death rate, dll)
Kepuasan pelanggan
Kepedulian kepada masyarakat
Untuk kepentingan ini, penyajian capaian target IKU tersebut dapat ditunjang dengan skema grafik
dan/atau histogram dan/atau bentuk grafik lainnya. Gambaran pencapaian target IKU bisa diperkaya
dengan penjelasan mengapa target tercapai atau tidak tercapai dikaitkan dengan tujuan-tujuan
strategis dalam RSB UPT vertikal.
13
2.2 Gambaran Kinerja Aspek Keuangan
Bagian ini menjelaskan gambaran kinerja finansial suatu UPT vertikal dalam memenuhi target-target
kinerja finansial dari RSB pada periode yang lalu. Bagian ini juga dapat dilengkapi dengan
memberikan gambaran kinerja aspek keuangan suatu UPT vertikal dalam memenuhi target-target
kinerja keuangan yang dianggap strategis dalam 4-5 tahun terakhir yang melingkupi:
Rasio Keuangan, misalnya: Rasio kas (cash ratio), Rasio Lancar (current ratio), Perputaran
aset tetap (fixed current asset), perputaran persediaan (inventory turn-over), Rasio
pendapatan PNBP terhadap biaya operasional, Rasio subsidi biaya pasien
Kinerja pengelolaan keuangan (melingkupi: WTP, WDP, dll)
Untuk kepentingan ini, penyajian capaian target IKU finansial tersebut dapat ditunjang dengan
skema grafik dan/atau histogram dan/atau bentuk grafik lainnya. Gambaran pencapaian target IKU
finansial bisa diperkaya dengan penjelasan mengapa target tercapai atau tidak tercapai dikaitkan
dengan tujuan-tujuan strategis dalam RSB UPT vertikal.
Bagian ini bertujuan untuk menjelaskan pilihan atas arah dan prioritas strategis terhadap tantangan
strategis yang tengah dan akan dihadapi oleh suatu UPT vertikal. Perlu dicatat bahwa arah dan
prioritas strategis masing-masing UPT vertikal bersifat unik, walaupun tugas fokok dan fungsinya
sama. Misalnya, dua buah Rumah Sakit Khusus yang berbeda lokasi memiliki tugas pokok dan fungsi
yang sama. Namun, kondisi internal (mutu kelembagaan, kemampuan internal, sumberdaya, dll) dan
kondisi eksternal tentu berbeda, sehingga arah dan prioritas strategis juga akan berbeda.
Dalam penentuan visi perlu untuk mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut:
Visi harus dapat memberikan arah pandangan kedepan terkait dengan kinerja dan peranan
UPT vertikal (focused)
14
Visi harus dapat memberikan gambaran tentang kondisi masa depan yang ingin diwujudkan
oleh UPT vertikal (imaginable dan desirable)
Visi harus ditetapkan secara rasional, realistis (feasible) dan mudah dipahami
(communicable)
Visi harus dirumuskan secara singkat, padat dan mudah diingat
15
menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan
menghilangkan peluang untuk pencapaian visi dan misi dalam jangka panjang.
Suatu isu strategis bagi UPT vertikal diperoleh baik berasal dari analisis internal berupa identifikasi
permasalahan terkait mutu kelembagaan maupun analisis eksternal berupa kondisi yang
menciptakan peluang dan ancaman bagi UPT vertikal di masa lima tahun mendatang.
3.4 Benchmarking
Bagian ini menjelaskan berbagai kemampuan organisasi dan/atau pencapaian kinerja tingkat input,
proses, dan hasil dari lembaga atau organisasi lain yang dijadikan rujukan dalam mencapai visi UPT
vertikal pada kurun waktu periode RSB. Gambaran kemampuan organisasi dan kinerja dari organisasi
lain tersebut digunakan sebagai salah satu dasar untuk menentukan kemampuan organisasi UPT
vertikal yang hendak dibentuk pada kurun waktu periode RSB.
Tabel 2. Faktor-Faktor yang membentuk Peluang dan Ancaman pada suatu UPT vertikal
FAKTOR PELUANG FAKTOR ANCAMAN
1. Tingginya minat RS di luar negeri untuk kerjasama 1. Ketidakpastian regulasi
dengan RS ini
2. Keragaman Penyakit 2. Tingkat persaingan tinggi dengan RS Swasta
CONTOH
3. Lokasi geografis RS yang menguntungkan
Selanjutnya, berdasarkan hasil peluang dan ancaman yang teridentifikasi dilakukan identifikasi hal-
hal apa saja kekuatan dan kelemahan UPT vertikal dalam memenuhi visi UPT vertikal dan
16
menjalankan misi UPT vertikal. Contoh hasil pemetaan untuk suatu rumah sakit dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Faktor-Faktor yang membentuk Kekuatan dan Kelemahan pada suatu UPT vertikal
FAKTOR KEKUATAN FAKTOR KELEMAHAN
1. Status RS sebagai rujukan nasional 1. Belum memiliki sistem informasi yang
terintegrasi
2. Tingkat tarif yang kompetitif 2. Biaya investasi & perawatan aset medis dan
lainnya cukup tinggi
3. Memiliki jenis pemeriksaan yang beragam pada 3. Belum memiliki pendidikan yang standar
semua pasar
CONTOH
4. Memiliki kompetensi yang diakui untuk beberapa
bidang medis
internasional
4. Terbatasnya dana pelatihan peningkatan skill
tenaga medis & perawat
5. Peralatan kedokteran yang mutakhir untuk 5. Mempunyai beberapa peralatan medis krusial
beberapa bidang medis dan ketinggalan zaman
6. Mempunyai staf medis berkualitas 6. Belum dapat menjalankan evaluasi & kalibrasi
peralatan medis secara periodik
7. Mempunyai sistem jaminan mutu yang diakui 7. Mahalnya biaya penelitian medis
internasional
8. Mempunyai pusat riset medis unggulan 8. Kurangnya tenga medis yang punya kualifikasi
S3 dan sub-spesialis
Kuadran I menggambarkan posisi total nilai kekuatan melebihi total nilai kelemahan dan total nilai
peluang melebihi total nilai ancaman. Kuadran II menggambarkan posisi total nilai kelemahan
melebihi total nilai kekuatan dan total nilai peluang melebihi total nilai ancaman. Kuadran III
menggambarkan posisi total nilai kelemahan melebihi total nilai kekuatan dan total nilai ancaman
melebihi total nilai peluang. Kuadran IV menggambarkan posisi total nilai kekuatan melebihi total
nilai kelemahan dan total nilai ancaman melebihi total nilai peluang (gambar 2).
17
Sumbu Y
KUADRAN II KUADRAN I
Sumbu X
KUADRAN II KUADRAN IV
Gambaran strategi yang dipilih tergantung poisisi bersaing pada diagram Kartesius (gambar 3). Bila
posisi bersaing jatuh pada KUADRAN I, yakni terbentuk oleh potongan sumbu horizontal positif
(kekuatan UPT vertikal) dan potongan sumbu vertikal positif (peluang usaha UPT vertikal), maka UPT
vertikal disarankan untuk memfokuskan arah pengembangannya di masa mendatang untuk
pertumbuhan layanan (growth). Artinya, melakukan prioritas strategis untuk melakukan investasi
pengembangan layanan sambil terus menguatkan kemampuan internal organisasi dan personilnya.
Bila posisi bersaing jatuh pada KUADRAN II, yakni terbentuk oleh potongan sumbu vertikal positif
(peluang usaha UPT vertikal) dan potongan sumbu horizontal negatif (kelemahan UPT vertikal),
maka UPT vertikal disarankan untuk memfokuskan arah pengembangannya di masa mendatang
untuk menjaga kestabilan organisasi atau penguatan mutu kelembagaan (stability). Artinya,
melakukan prioritas strategis untuk melakukan investasi penyempurnaan dan penataan kemampuan
organisasi, kemampuan sistem manajemen dan proses bisnis, serta kemampuan personilnya dan
sambil memantapkan tingkat penguasaan layanannya.
Bila posisi bersaing jatuh pada KUADRAN III, yakni terbentuk oleh potongan sumbu horizontal
negatif (kelemahan UPT vertikal) dan potongan sumbu vertikal negatif (ancaman usaha UPT
vertikal), maka UPT vertikal disarankan untuk memfokuskan arah pengembangannya di masa
mendatang untuk bertahan hidup (survival). Pada posisi bersaing ini, UPT vertikal disarankan
menggunakan strategi penyelamatan (survival strategy) yang diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan organisasi UPT vertikal. Strategi pada KUADRAN III ini kerap juga disebut sebagai
strategi bertahan. UPT vertikal perlu menyehatkan dirinya dengan melakukan efisiensi melalui
penciutan lingkup layanan (retrenchment) dan di saat yang sama mencoba melakukan terobosan
18
baru melalui strategi diversifikasi, dengan kekuatan yang ada. UPT vertikal yang berada di KUADRAN
III ini kerap disebut juga menjalankan strategi penyehatan usaha (turn around strategy).
Bila posisi bersaing jatuh pada KUADRAN IV, yakni terbentuk oleh potongan sumbu vertikal negatif
(ancaman UPT vertikal) dan potongan sumbu horizontal positif (kekuatan UPT vertikal), maka UPT
vertikal disarankan untuk memfokuskan arah pengembangannya di masa mendatang untuk
diversifikasi layanan (diversification). Artinya, UPT vertikal sesungguhnya memiliki keunggulan
bersaing memadai, akan tetapi segmen yang kini menjadi lahan layanan UPT vertikal tidak lagi
menjanjikan. Oleh karena itu, UPT vertikal pada KUADRAN IV ini perlu melakukan terobosan dengan
keunggulan yang dimiliki untuk memasuki segmen baru dengan produk/jasa lama maupun baru.
Sumbu Y
KUADRAN II KUADRAN I
(STABILITY (GROWTH
STRATEGY) STRATEGY)
Sumbu X
KUADRAN II KUADRAN IV
(SURVIVAL (DIVERSIFICATION
STRATEGY) STRATEGY)
Langkah-langkah berikut merupakan cara mendapatkan posisi total nilai peluang, ancaman,
kekuatan, dan kelemahan untuk mendapatkan posisi bersaing suatu UPT vertikal:
(1) Identifikasi dan penentuan faktor-faktor apa saja yang menentukan peluang suatu UPT
vertikal dalam kurun waktu periode RSB.
(2) Penentuan besar bobot terhadap setiap faktor yang menentukan peluang suatu UPT vertikal
dalam kurun waktu periode RSB, dan total bobot berbagai faktor pembentuk peluang adalah
100%.
(3) Penentuan besar rating untuk setiap faktor yang menentukan peluang suatu UPT vertikal
dalam kurun waktu periode RSB. Besar rating untuk setiap faktor pembentuk peluang
berkisar antara nol (0) sampai dengan seratus (100).
19
(4) Penentuan nilai terbobot untuk setiap faktor yang menentukan peluang suatu UPT vertikal
kurun waktu periode RSB. Nilai terbobot ditentukan dengan cara mengalikan besar bobot
(yang diperoleh dari butir 2) dan besar rating (yang diperoleh dari butir 3) untuk setiap
faktor pembentuk peluang suatu UPT vertikal.
(5) Penentuan total nilai terbobot berbagai faktor pembentuk peluang yang diperoleh dari butir
4, sebagai jumlah dari semua nilai terbobot (gambar 4).
(6) Identifikasi dan penentuan apa saja faktor-faktor yang menentukan ancaman suatu UPT
vertikal dalam kurun waktu periode RSB.
(7) Penentuan besar bobot terhadap setiap faktor yang menentukan ancaman suatu UPT
vertikal dalam kurun waktu periode RSB, dan total bobot berbagai faktor pembentuk
ancaman adalah 100%.
(8) Penentuan besar rating untuk setiap faktor yang menentukan ancaman suatu UPT vertikal
dalam kurun waktu periode RSB. Besar rating untuk setiap faktor pembentuk ancaman
berkisar antara nol (0) sampai dengan seratus (100).
(9) Penentuan nilai terbobot untuk setiap faktor yang menentukan ancaman suatu UPT vertikal
dalam kurun waktu periode RSB. Nilai terbobot ditentukan dengan cara mengalikan besar
bobot (yang diperoleh dari butir 7) dan besar rating (yang diperoleh dari butir 8) untuk
setiap faktor pembentuk ancaman suatu UPT vertikal.
(10) Penentuan total nilai terbobot berbagai faktor pembentuk ancaman yang diperoleh dari
butir 9 (gambar 5).
20
FAKTOR ANCAMAN BOBOT RATING (0 sampai dengan 100) NILAI TERBOBOT
1. Ketidakpastian regulasi 0.15 70 10.5
2. Tingkat persaingan tinggi dengan RS Swasta 0.15 70 10.5 9
3. Banyak pasien lebih memilih berobat ke luar negeri 0.20 60 12
4. Citra pengobatan alternatif masih tinggi 0.15 40 6
6 5. Citra masyarakat yang kurang baik terhadap 0.05 40 2
RS Pendidikan
6. Kenaikan harga bahan medis 0.15 50 7.5
7. Kurangnya minat dokter spesialis ke rumah sakit ini 0.10 50 5
8. AFTA 2015 0.05 40 2
Jumlah 55.5
7 8 10
(11) Identifikasi dan penentuan apa saja faktor-faktor yang menentukan kekuatan suatu UPT
vertikal dalam kurun waktu periode RSB.
(12) Penentuan besar bobot terhadap setiap faktor yang menentukan kekuatan suatu UPT
vertikal dalam kurun waktu periode RSB, dan total bobot berbagai faktor pembentuk
kekuatan adalah 100%.
(13) Penentuan besar rating untuk setiap faktor yang menentukan kekuatan suatu UPT vertikal
dalam kurun waktu periode RSB. Besar rating untuk setiap faktor pembentuk kekuatan
berkisar antara nol (0) sampai dengan seratus (100).
(14) Penentuan nilai terbobot untuk setiap faktor yang menentukan kekuatan suatu UPT vertikal
dalam kurun waktu periode RSB. Nilai terbobot ditentukan dengan cara mengalikan besar
bobot (yang diperoleh dari butir 12) dan besar rating (yang diperoleh dari butir 13) untuk
setiap faktor pembentuk kekuatan suatu UPT vertikal.
(15) Penentuan total nilai terbobot berbagai faktor pembentuk kekuatan yang diperoleh dari
butir 14 (gambar 6).
(16) Identifikasi dan penentuan apa saja faktor-faktor yang menentukan kelemahan suatu UPT
vertikal dalam kurun waktu periode RSB
21
(17) Penentuan besar bobot terhadap setiap faktor yang menentukan kelemahan suatu UPT
vertikal dalam kurun waktu periode RSB, dan total bobot berbagai faktor pembentuk
kelemahan adalah 100%.
(18) Penentuan besar rating untuk setiap faktor yang menentukan kelemahan suatu UPT vertikal
dalam kurun waktu periode RSB. Besar rating untuk setiap faktor pembentuk kelemahan
berkisar antara nol (0) sampai dengan seratus (100).
(19) Penentuan nilai terbobot untuk setiap faktor yang menentukan kelemahan suatu UPT
vertikal dalam kurun waktu periode RSB. Nilai terbobot ditentukan dengan cara mengalikan
besar bobot (yang diperoleh dari butir 17) dan besar rating (yang diperoleh dari butir 18)
untuk setiap faktor pembentuk kelemahan suatu UPT vertikal.
(20) Penentuan total nilai terbobot berbagai faktor pembentuk kelemahan yang diperoleh dari
butir 19 (gambar 7).
Berdasarkan 20 (dua puluh langkah) langkah di atas dilakukan penempatan nilai dalam diagram
kartesius. Penentuan nilai untuk masing-masing sumbu X dan Y ditentukan sebagai berikut:
Nilai Sumbu Y = total nilai terbobot peluang dikurangi total nilai terbobot ancaman
Nilai Sumbu Y = 65.5 (lihat gambar 4, nomor 5) – 55.5 (lihat gambar 5, nomor 10) = 10
Nilai Sumbu X = total nilai terbobot kekuatan dikurangi total nilai terbobot kelemahan
Nilai Sumbu X = 58 (lihat gambar 6, nomor 15) – 65.25 (lihat gambar 7, nomor 20)
= minus 7.25 atau – 7.25
Dengan demikian, titik koordinat (sumbu X, sumbu Y) adalah (-7.25,10) (lihat gambar 8). Kondisi ini
menunjukkan posisi UPT vertikal pada contoh tersebut berada pada KUADRAN II, yang
mengindikasikan bahwa UPT vertikal tersebut mempunyai posisi bersaing dengan kondisi kelemahan
lebih menonjol daripada kekuatan organisasi UPT vertikal, namun mempunyai nilai peluang usaha
yang masih lebih tinggi dari ancamannya. Berdasarkan total nilai peluang usaha yang lebih tinggi
22
daripada total nilai ancaman, kondisi ini menggambarkan bahwa UPT vertikal dinilai masih
mempunyai peluang usaha yang masih terbuka lebar.
Dengan demikian, total nilai kelemahan yang lebih tinggi daripada total nilai kekuatan dan total nilai
peluang usaha yang lebih tinggi daripada total nilai ancaman mengindikasikan bahwa UPT vertikal
tersebut direkomendasikan agar arah pengembangannya di masa depan untuk memfokuskan pada
penguatan mutu kelembagaannya.
KUADRAN II KUADRAN I
Sumbu X
KUADRAN II KUADRAN IV
Gambar 8. Contoh posisi bersaing UPT vertikal berada pada nilai (-7.25, 10)
(i) hasil identifikasi kekuatan UPT vertikal dan peluang UPT vertikal
(ii) hasil identifikasi kekuatan UPT vertikal dan ancaman UPT vertikal
(iii) hasil identifikasi kelemahan UPT vertikal dan peluang UPT vertikal
(iv) hasil identifikasi kelemahan UPT vertikal dan ancaman UPT vertikal
23
Untuk setiap kondisi di atas, ditentukan apa saja upaya strategis UPT vertikal yang perlu dilakukan
dari segi perspektif finansial, konsumen, proses bisnis, dan pengembangan SDM dan organisasi
dalam kurun waktu periode RSB (gambar 9).
24
FAKTOR KEKUATAN FAKTOR KELEMAHAN
1. Status RS sebagai rujukan nasional 1. Belum memiliki sistem informasi yang terintegrasi
2. Tingkat tarif yang kompetitif 2. Biaya investasi & perawatan aset yang tinggi
3. Memiliki jenis pemeriksaan yang beragam pada 3. Belum memiliki pendidikan yang standar internasional
semua pasar
4. Memiliki kompetensi yang diakui untuk 4. Terbatasnya dana pelatihan
beberapa bidang medis 5. Mempunyai peralatan medis yang krusial yang obsolete
5. Peralatan medis yang mutakhir 6. Belum dapat menjalankan evaluasi & kalibrasi peralatan
6. Mempunyai staf medis yang berkualitas medis
7. Mempunyai sistem jaminan mutu yang diakui 7. Mahalnya biaya penelitian medis
8. Mempunyai pusat riset medis unggulan 8. Kurangnya tenaga medis yang punyak kualifikasi S3 &
sub-spesialis
FAKTOR PELUANG
1. Tingginya minat RS di luar Negeri utk kerjasama 1. Terbangunnya jalinan kemitraan dengan lembaga 1. Terwujudnya peningkatan kompetensi tenaga medis
2. Keragaman penyakit internasional dan perawat
3. Lokasi geografis RS yang menguntungkan
4. Kepercayaan masyrakat yang tinggi
5. Kerjasama dengan RS pendidikan
6. Potensi pasar yang besar
CONTOH 2. Terwujudnya budaya kinerja UPT
FAKTOR ANCAMAN
1. Ketidakpastian regulasi 1. Terwujudnya sistem pemasaran yang terintegrasi 1. Terwujudnya peningkatan kehandalan peralatan medis
2. Tingkat persaingan yang tinggi krusial
3. Banyak pasien lebih memilih berobat ke luar negeri 2. Terwujudnya peningkatan kepuasan pasien
4. Citra pengobatan alternatif yang masih tinggi 2. Terwujudnya peningkatan kemampuan proses bisnis
5. Citra masyarakat atas RS pendidikan kurang baik
6. Kenaikan harga bahan medis 3. Terwujudnya penyempurnaan sistem tata kelola
7. Kurangnya minat dokter spesialis ke RS ini
8. AFTA tahun 2015 4. Terwujudnya efisiensi
25
3.8 Rancangan Peta Strategi Balanced Scorecard (BSC)
Berdasarkan upaya-upaya strategis yang teridentifikasi pada bagian sebelumnya (sub-bagian 3.7),
maka disusun peta strategi UPT vertikal untuk kurun waktu periode RSB. Dalam pedoman ini, peta
strategi BSC menggambarkan jalinan sebab-akibat berbagai sasaran strategis dalam kurun waktu
periode RSB yang dikelompokkan dalam perspektif finansial, konsumen, proses bisnis, dan
pengembangan personil dan organisasi UPT vertikal. Sasaran strategis yang ditentukan didasarkan
atas upaya-upaya strategis yang dihasilkan dari analisa TOWS. Contoh peta strategi yang dihasilkan
dapat dilihat pada gambar 10. Perlu dicatat bahwa peta strategi masing-masing UPT vertikal bersifat
unik, walaupun pada BPFK atau Balai Besar Kesehatan yang memiliki tugas fokok dan fungsi yang
sama. Namun, kondisi internal (mutu kelembagaan, kemampuan internal, sumberdaya, dll) dan
kondisi eksternal tentu berbeda, sehingga peta strategi akan juga berbeda antar UPT vertikal.
Perspektif Konsumen
Perspektif Finansial
Terwujudnya Kepuasan Pasien
Terwujudnya Peningkatan
Terwujudnya Peningkatan
Kompetensi Tenaga Medis dan Terwujudnya Budaya Kinerja
Kemampuan ICT
Perawat
Catatan :
A B dibaca A menyebabkan B
Sasaran Strategis
dibaca C menyebabkan D
C D
dan D menyebabkan C
26
G. Bab IV. Indikator Kinerja Utama dan Program Kerja Strategis
Bagian ini menjelaskan apa saja ukuran kinerja utama dan target ukuran kinerja utama yang hendak
dicapai untuk mengawal kemajuan pencapaian visi UPT vertikal pada kurun waktu periode RSB.
Program kerja strategis merupakan upaya konkrit utama yang akan dilakukan untuk mewujudkan
sasaran strategis UPT vertikal dalam kurun waktu periode RSB.
Target IKU ditentukan untuk setiap tahun periode RSB bagi setiap sasaran strategis. Angka target IKU
tiap tahun direkomendasikan cukup menantang, yakni ada peningkatan target pada kisaran 10
sampai dengan 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Contoh matriks IKU dan targetnya dapat
dilihat pada tabel 4.
27
Tabel 4. Contoh Matriks IKU
28
4.2 Kamus IKU
Untuk setiap IKU yang terindentifikasi disusun suatu penjelasan tentang definisi IKU, informasi
periode pelaporan IKU, formula (bila ada) IKU, bobot IKU, penanggung jawab suatu IKU (Person in
Charge), sumber data, dan target tiap tahun. Contoh kamus IKU dapat dilihat pada gambar 11.
CONTOH
Kualitas adalah hasil yang dapat dipergunakan.
Formula : OEE= Ke x Ki x Ku
Bulanan
:
Periode Pelaporan
65 70 75 80 85
29
Tabel 5. Contoh Program Kerja Strategis tiap tahun untuk suatu Sasaran Strategis
3. Terwujudnya sistem pemasaran terintegrasi Integrasi program Integrasi program dan anggaran Penataan proses bisnis 1 Penataan proses bisnis 2 Penataan proses bisnis 3
Pemasaran berbagai Pembangunan Sistem Informasi
departemen medik Terpadu
30
H. Bab V. Analisa dan Mitigasi Risiko
Bagian ini menjelaskan apa saja risiko yang akan dihadapi dalam mewujudkan berbagai sasaran
strategis untuk merealisasikan visi UPT vertikal pada kurun waktu periode RSB. Bagian ini juga
menjelaskan penilaian risiko dan mitigasi risiko. Risiko dalam RSB ini diartikan sebagai kemungkinan
kejadian yang dapat menghalangi keterwujudan sasaran strategis. Risiko dapat bersumber dari aspek
finansial dan non-finansial (regulasi, masyarakat, pengguna jasa UPT vertikal, supplier, pesaing, atau
unsur stakeholders inti UPT vertikal). Analisis risiko masing-masing UPT vertikal bersifat unik,
walaupun memiliki tugas fokok dan fungsinya sama. Misalnya, dua buah BPFK yang berbeda lokasi
memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama. Namun, kondisi internal (mutu kelembagaan,
kemampuan internal, sumberdaya, dll) dan kondisi eksternal tentu berbeda, sehingga analisis risiko
akan juga berbeda antar UPT vertikal.
Perspektif Konsumen
1. Terwujudnya kepuasan konsumen a. Buruknya Pencatatan Komplain
b. Buruknya Tindak Lanjut Komplain
Perspektif Proses Bisnis Internal
2. Terwujudnya jalinan kerjasama c. Ketidakmampuan menyusun prioritas kerjasama
d. Ketidakstabilan dana investasi kerjasama
e. Buruknya kemampuan berbahasa asing
3. Terwujudnya sistem pemasaran terintegrasi f. Buruknya koordinasi ke arah horisontal antar departemen & unit Kerja
g. Buruknya koordinasi departemen medik dan kantor pusat
Untuk menentukan kemungkinan risiko terjadi pada suatu UPT vertikal dipakai patokan sebagai
berikut:
31
Kemungkinan risiko terjadi sangat besar : dipastikan akan sangat mungkin terjadi
untuk memengaruhi suatu sasaran strategis UPT vertikal dengan nilai kemungkinan
risiko terjadi berkisar di atas 0,8 sampai 1,0.
kemungkinan risiko terjadi besar : kemungkinan besar terjadi untuk memengaruhi
suatu sasaran strategis UPT vertikal dengan nilai kemungkinan risiko terjadi berkisar
antara 0,6 sampai dengan 0,8.
kemungkinan risiko terjadi sedang : kemungkinan sedang terjadinya risiko untuk
memengaruhi suatu sasaran strategis UPT vertikal dengan nilai kemungkinan risiko
terjadi berkisar antara 0,4 sampai dengan 0,6.
kemungkinan risiko terjadi kecil : kemungkinan kecil risiko dapat terjadi untuk
memengaruhi suatu sasaran strategis UPT vertikal dengan nilai kemungkinan risiko
terjadi berkisar antara 0,2 sampai dengan 0,4.
kemungkinan risiko terjadi sangat kecil : kemungkinan sangat kecil risiko dapat
terjadi untuk memengaruhi suatu sasaran strategis UPT vertikal dengan nilai
kemungkinan risiko terjadi berkisar antara 0 sampai dengan 0,2.
Untuk menentukan besar dampak risiko pada suatu sasaran strategis dari UPT vertikal digunakan
patokan sebagai berikut:
Dampak risiko tidak penting : risiko mempunyai pengaruh sangat kecil pada suatu
sasaran strategis UPT vertikal, namun sasaran strategis tersebut masih bisa dicapai.
Dampak risiko minor : risiko mempunyai pengaruh kecil pada suatu sasaran strategis
UPT vertikal dan memerlukan sedikit upaya penanganan.
Dampak risiko medium : risiko mempunyai pengaruh sedang pada suatu sasaran
strategis UPT vertikal dan membutuhkan upaya cukup serius penanganannya.
Dampak risiko mayor atau besar : risiko mempunyai pengaruh besar pada suatu
sasaran strategis UPT vertikal dan membutuhkan upaya serius penanganannya.
Dampak risiko malapetaka : risiko mempunyai pengaruh tidak terpenuhinya suatu
sasaran strategis UPT vertikal dan membutuhkan upaya sangat serius
penanganannya.
32
Berdasarkan pertemuan antara estimasi tingkat kemungkinan risiko terjadi dan estimasi besar
dampak risiko pada suatu sasaran strategis UPT vertikal dapat dinilai suatu tingkat risiko dengan
kualifikasi sebagai terlihat pada tabel 7.
Tabel 8 menunjukkan suatu contoh penilaian tingkat risiko UPT vertikal. Penentuan tingkat risiko
dilakukan berdasarkan tabel 7.
33
Tabel 8. Contoh penentuan tingkat risiko
Kemungkinan
Sasaran Strategis Risiko Dampak Risiko Tingkat Risiko Warna
Risiko Terjadi
Perspektif Konsumen
1. Terwujudnya kepuasan konsumen a. Buruknya Pencatatan Komplain Besar Mayor Ekstrim
b. Buruknya Tindak Lanjut Komplain Besar Malapetaka Ekstrim
3. Terwujudnya sistem pemasaran terintegrasi f. Buruknya koordinasi ke arah horisontal antar departemen & unit Kerja Sedang Mayor Ekstrim
g. Buruknya koordinasi departemen medik dan kantor pusat Sedang Minor Medium
34
Bila disajikan dalam matriks risiko, maka keseluruhan risiko yang teridentifikasi dalam tabel contoh
di atas diperlihatkan dalam tabel 9.
Contoh
35
Tabel 10. Contoh Penentuan Rencanan Mitigasi Risiko
Kemungkinan Tingkat Warna
Sasaran Strategis Risiko Dampak Risiko Rencana Mitigasi Risiko Penanggung Jawab
Risiko Terjadi Risiko
Perspektif Konsumen
1. Terwujudnya kepuasan konsumen a. Buruknya Pencatatan Komplain Besar Mayor Ekstrim Pelatihan dan Peyiapan Unit Khusus Unit Pemasaran
b. Buruknya Tindak Lanjut Komplain Besar Malapetaka Ekstrim Perbaikan Prosedur & Mutu Koordinasi Departemen Medik
Perspektif Proses Bisnis Internal
2. Terwujudnya jalinan kerjasama c. Ketidakmampuan menyusun prioritas kerjasama Sedang Mayor Ekstrim Pelatihan Unit SDM
d. Ketidakstabilan dana investasi kerjasama Besar Mayor Ekstrim Kerjasama dengan pihak donatur Unit Kemitraan
e. Buruknya kemampuan berbahasa asing Sedang Minor Medium Pelatihan Unit SDM
3. Terwujudnya sistem pemasaran terintegrasi f. Buruknya koordinasi ke arah horisontal antar departemen & unit Kerja Sedang Mayor Ekstrim Perbaikan mekanisme kerjasama Unit Pengem Organisasi
g. Buruknya koordinasi departemen medik dan kantor pusat Sedang Minor Medium Perbaikan sistem pelaporan dan koordinasi Unit Pengem Organisasi
36
I. Bab VI. Proyeksi Finansial
Bagian ini menjelaskan proyeksi finansial pada kurun waktu periode lima tahunan RSB, yang
berisikan estimasi pendapatan dan rencana kebutuhan anggaran.
Anggaran program kelangsungan operasi ditujukan untuk menjaga kegiatan operasional yang tidak
dapat ditangguhkan. Anggaran program kelangsungan operasi disusun berdasarkan jenis
pembiayaan dan estimasi besarannya per tahun. Contoh template estimasi belanja program
kelangsungan operasi dapat dilihat pada tabel 12.
37
Tabel 12. Estimasi anggaran operasional selama lima tahun periode RSB
Program strategis tahunan untuk pencapaian target IKU berdasarkan hasil butir 4.3
Program strategis untuk pelaksanaan mitigasi risiko berdasarkan hasil butir 5.3.
Program strategis yang dipilih adalah yang ditujukan untuk mitigasi risiko.
Anggaran belanja program pengembangan disusun berdasarkan jenis pembiayaan dan estimasi
besarannya per tahun. Contoh estimasi belanja program kelangsungan operasi dapat dilihat pada
tabel 13.
Tabel 13. Estimasi anggaran program pengembangan selama lima tahun periode RSB
38
6.3 Rencana Pendanaan
Rencana pendanaan disusun dengan terlebih dahulu membandingkan pendapatan (butir 6.1) dan
anggaran pengeluaran (butir 6.2). Melalui perbandingan ini dapat diketahui posisi keuangan UPT
vertikal serta rencana pendanaanya (terutama jika proyeksi anggaran melebihi proyeksi
pendapatan). Dalam bagian ini juga perlu disampaikan tingkat prioritas untuk masing-masing
program kerja strategis, sebagai antisipasi jika estimasi pendapatan tidak tercapai.
39
BAB IV
IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS BISNIS
Agar RSB UPT vertikal dapat diimplementasikan maka ada lima mekanisme yang perlu diterapkan
pada suatu UPT vertikal. Berbagai mekanisme yang dimaksud diringkaskan dalam gambar 12.
40
Akhir
tahun Menentukan arah Mengukur nilai tambah
Strategi UPT vertikal IKU
(RSB) (Indikator
Kinerja
Penentuan Insentif Utama) Akhir tahun
Proses penetapan KPI / Awal
(Pay For Performance) & Rewards dikembangkan
and con-
tahun
konsekuensi sequences
Budaya Targets &
Kinerja performance
Misal Tiap contracts
Semester
Segenap unit kerja
Performance & pegawai membuat
dialogue kontrak kinerja
Menggunakan realisasi Monitoring Bln Januari
/Februari
pencapaian target IKU
untuk menentukan
Atasan melakukan
permasalahan & RTL pemantauan pencapaian
(Rencana Tindak Lanjut) kinerja & hambatan
Minimal Setiap saat
Tercapai
1 kali/bulan Traffic Mendekati target
light
Jauh dari target
41
(2) Mekanisme Kontrak Kinerja di internal UPT vertikal: Berdasarkan hasil Penetapan kinerja
dengan Dirjen Bina Upaya Kesehatan, maka manajemen puncak UPT vertikal juga melakukan
kontrak kinerja dengan pimpinan sub-unit kerja di lapisan organisasi di bawahnya (baik sub-
unit kerja medis maupun administratif). Isi kontrak kinerja akan berisi apa saja sasaran
strategis RSB UPT vertikal dan target IKU (Indikator Kinerja Utama) UPT vertikal yang perlu
dilakukan oleh suatu unit kerja, dan sasaran strategis serta target IKU sub-unit kerja yang
diusulkan ke pihak manajemen puncak UPT vertikal untuk suatu tahun penilaian kinerja.
Kontrak kinerja antara manajemen puncak UPT vertikal dan pimpinan sub-unit kerja
disarankan juga dilakukan di awal tahun penilaian kinerja, sesudah pelaksanaan kontrak
kinerja dengan Dirjen Bina Upaya Kesehatan. Dengan demikian, isi RSB UPT vertikal dapat
dilaksanakan pada tingkatan organisasi yang lebih rendah pada suatu UPT vertikal.
(3) Mekanisme Monitoring: Mekanisme monitoring ini merupakan fase pemantauan atas
pencapaian target IKU dalam mengawal pelaksanaan suatu sasaran strategis UPT vertikal
atau sub-unit kerja yang sudah disepakati dalam kontrak kinerja. Untuk kepentingan ini
direkomendasikan bahwa proses pemantauan kemajuan status pelaksanaan berbagai target
IKU RSB UPT vertikal dan sub-unit kerja di bawahnya dilakukan melalui pusat data (data
base) berbasis teknologi informasi agar membantu manajemen puncak dan para pimpinan
unit kerja dalam mengambil keputusan dan tindakan terhadap status kemajuan pencapaian
RSB UPT vertikal dan kontrak kinerja para pimpinan sub-unit kerja. Dalam waktu mendekat
direncanakan status capaian target IKU suatu UPT vertikal dapat diintegrasikan dengan data
base berbasis teknologi informasi yang dimiliki Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, sedemikian sehingga, Pimpinan Ditjen Bina Upaya Kesehatan dapat memantau
dan mengendalikan status kemajuan implementasi RSB UPT Vertikal.
(4) Mekanisme Dialog Kinerja (Performance Dialogue): Mekanisme dialog kinerja ini
merupakan sebuah pertemuan berkala (misal tiap bulan atau dua bulan sekali) antara
manajemen puncak UPT vertikal dan pimpinan sub-unit kerja UPT vertikal untuk
mengevaluasi status pencapaian kontrak kinerja. Setiap pertemuan dialog kinerja
diperkirakan membutuhkan waktu maksimal 1 (satu) jam. Ada tiga tujuan utama dari
pelaksanaan mekanisme dialog kinerja :
(i) Mengidentifikasi dan mengevaluasi mana saja target IKU pada kontrak kinerja suatu
sub-unit kerja yang belum dicapai dan mana saja tindak lanjut dari pertemuan dialog
kinerja pada periode sebelumnya yang belum bisa dilakukan.
(ii) Menentukan apa saja penyebab utama target IKU pada kontrak kinerja sub-unit
kerja jika belum tercapai.
42
(iii) Merumuskan tindak lanjut yang dibutuhkan agar target IKU dalam kontrak kinerja
unit kerja bisa dicapai di kemudian hari dan berbagai risiko penyebab
ketidaktercapaian target IKU bisa dihindari atau ditiadakan. Tindak lanjut tersebut
perlu diwujudkan dalam suatu dokumentasi komitmen antara manajemen puncak
UPT vertikal dan pimpinan sub-unit kerja agar ditindaklanjuti oleh manajemen
puncak dan pimpinan sub-unit kerja dalam operasi keseharian UPT vertikal (lihat
tabel 14).
(5) Mekanisme Reward & Consequences : Mekanisme ini merupakan penerapan penghargaan
(bisa berbentuk finansial atau non-finansial) atas kontribusi sub-unit kerja atau personil yang
telah melaksanakan kontrak kinerja dengan memerhatikan tingkat capaian berbagai target
IKU yang sudah disepakati dalam kontrak kinerja demi mendukung pelaksanaan RSB UPT
vertikal. Mekanisme yang sama juga akan diterapkan oleh Ditjen Bina Upaya Kesehatan
terhadap UPT vertikal.
Diharapkan dengan menjalankan secara disiplin kelima mekanisme tersebut di atas, maka budaya
kinerja pada suatu UPT vertikal akan tumbuh dan melembaga dalam operasi keseharian UPT vertikal.
Implikasinya, RSB UPT vertikal dapat dilaksanakan, sedemikian sehingga visi UPT vertikal dapat
dicapai sekaligus dapat membantu mewujudkan berbagai sasaran strategis Ditjen Bina Upaya
Kesehatan.
43
Tabel 14. Contoh Dokumentasi Rencana Tindak Lanjut Dialog Kinerja
2. Sulitnya mendapatkan data base komplain yang mutakhir Penyempurnaan data base berbasis teknologi informasi Unit ICT dan Pimpinan 3 bulan
Departemen
3. Keterlambatnya pencairan tagihan departemen ke kantor Data tagihan harus bisa diterima Kantor pusat sebelum tanggal Bagian Keuangan dan 1 bulan
pusat 23 tiap bulan Pimpinan Departemen
4. Belum terintegrasinya data base keuangan antara departemen Dibuatkan integrasi data base yang bisa diakses oleh Departemen Unit ICT dan Pimpinan 4 bulan
dan kantor pusat UPT dan kantor pusat Departemen
(Ttd) (Ttd)
44
BAB V
PENUTUP
Dengan tersusunnya Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Bisnis UPT vertikal Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan ini diharapkan dapat terbentuk keselarasan secara vertikal dan horizontal
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi serta optimalisasi pengelolaan sumberdaya di masing-
masing UPT vertikal dengan memperhatikan arah dan prioritas strategis dalam kurun periode RSB.
Masukan serta kritik yang bersifat membangun kiranya dapat menjadi bahan evaluasi bagi perbaikan
Pedoman Penyusunan RSB di masa yang akan datang. Dengan adanya Pedoman Penyusunan RSB
UPT vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan ini semoga dapat berkontribusi
bagi perwujudan visi dan misi Kementeriaan Kesehatan.
45